• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman Responden terhadap Rehabilitasi Hutan Mangrove (1)Fungsi dan manfaat hutan mangrove

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Karakterisik Responden Penelitian 1.Data Pribadi Responden

5.3.3. Pemahaman Responden terhadap Rehabilitasi Hutan Mangrove (1)Fungsi dan manfaat hutan mangrove

Pengetahuan respenden terhadap fungsi dan manfaat hutan mangrove merupakan salah satu kunci keberhasilan dilakukan upaya rehabilitasi hutan mangrove. Distribusi responden menurut pengetahuan fungsi dan manfaat hutan mangrove dapat dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.9. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove

No Pengetahuan Fungsi dan Manfaat

Hutan Mangrove Jumlah Persentase (%)

1 Sangat tidak tahu 0 0.00

2 Tidak tahu 0 0.00

3 Ragu-ragu 0 0.00

4 Mengetahui 21 21.43

5 Sangat mengetahui 77 78.57

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Responden yang sangat mengetahui fungsi dan manfaat hutan mangrove pada Tabel 5.9 menunjukkan persentase tertinggi mencapai 78.57 % (77 responden) selebihnya sebanyak 21 responden (21.43 %) menyatakan mengetahui. Pemahaman ini diperoleh masyarakat melalui pembelajaran terjadinya bencana tsunami pada daerah penelitian, di mana rusaknya ekosistem hutan mangrove di wilayah penelitian sebelum tsunami terjadi menyebabkan kurangnya penghalang gelombang tsunami yang masuk kedaratan dan menghancurkan segala fasilitas yang ada di daratan dan berbagai perangkat aktivitas manusia. Pemahaman ini juga didukung dengan adanya penyuluhan ataupun penyampaian informasi dan pembelajaran dari pemerintah/ lembaga donor sebagai aksi dari kegiatan rehabilitasi yang dihubungkan dengan

tragedi gempa dan tsunami yang terjadi di NAD dan Nias. Seiring dengan pendapat Saenger, et al, (1983) yang menyatakan fungsi fisik hutan mangrove menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari erosi laut dan intrusi air laut ke daratan.

(2) Terjadinya kerusakan ekosistem hutan mangrove

Pengetahuan responden terhadap terjadinya kerusakan ekosistem hutan mangrove di wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut:

Tabel 5.10. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove

No. Pengetahuan terhadap Terjadinya Kerusakan

Ekosistem Hutan Mangrove Jumlah

Persentase (%)

1 Sangat tidak tahu 0 0.00

2 Tidak tahu 1 1.02

3 Ragu-ragu 2 2.04

4 Mengetahui 27 27.55

5 Sangat mengetahui 68 69.39

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh data responden yang sangat mengetahui terjadinya kerusakan ekosistem hutan mangrove sebanyak 68 responden (69.39 %) merupakan persentase tertinggi dari pilihan lainnya dan tidak ditemukannya responden yang menyatakan sangat tidak tahu terhadap pengetahuan terjadinya kerusakan ekosistem hutan mangrove di wilayah penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa responden memahami bahwa di wilayah penelitian terjadi kerusakan ekosistem hutan mangrove sebelum dilakukannya kegiatan rehabilitasi.

(3) Penyebab terjadinya kerusakan ekosistem hutan mangrove

Pengetahuan responden terhadap penyebab terjadinya kerusakan ekosistem hutan mangrove di wilayah penelitian dapat dilihat pada Tabel 5.11 berikut:

Tabel 5.11. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Penyebab Terjadinya Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove

No. Pengetahuan Penyebab Terjadinya Kerusakan Habitat

Hutan Mangrove Jumlah

Persentase (%)

1 Dibawa gelombang air laut sedikit demi sedikit kedalam

laut 0 0.00

2 Hanya dikarenakan terjadinya tsunami 3 3.06

3 Pengambilan kayu 0 0.00

4 Pembukaan pertambakan 4 4.08

5 Pengalihan fungsi hutan mangrove keberbagai kegiatan

eksploitasi 91 91.86

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Responden yang memilih kerusakan hutan mangrove hanya disebabkan terjadinya pengalihan fungsi hutan mangrove ke berbagai kegiatan eksploitasi sebanyak 91 responden (91.86 %) merupakan persentase tertinggi dari yang lainnya. Pada kenyataannya, kerusakan mangrove sebenarnya sudah terjadi sebelum terjadinya bencana tsunami oleh aktivitas pembukaan pertambakan intensif oleh nelayan di daerah penelitian (Wibisono, et al, 2006). Kerusakan ini ditambah dengan adanya gelombang tsunami yang menghancurkan hingga 100 % lahan mangrove di daerah tersebut.

Pengetahuan mengenai salah satu penyebab terjadinya gelombang tsunami masuk bebas ke wilayah penelitian dikarenakan telah rusaknya ekosistem hutan mangrove sebahagian besar oleh masyarakat sebelum terjadinya bencana tsunami, dapat dilihat pada Tabel 5.12 berikut:

Tabel 5.12. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Kerusakan Ekosistem Hutan Mangrove Sebelum Tsunami

No. Pengetahuan tentang Kerusakan Ekosistem

Hutan Mangrove Sebelum Terjadi Tsunami Jumlah

Persentase (%)

1 Sangat tidak tahu 0 0.00

2 Tidak tahu 1 1.02

3 Ragu-ragu 4 4.08

4 Mengetahui 22 22.45

5 Sangat mengetahui 71 72.45

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Responden yang sangat mengetahui bahwa kerusakan terjadi sebelum bencana gelombang tsunami di wilayah penelitian sebanyak 71 responden (72.45 %) merupakan jumlah persentase tertinggi dibandingkan yang lainnya, sedangkan tidak ditemui responden yang menyatakan sangat tidak tahu terhadap kerusakan ekosistem hutan mangrove sebelum terjadinya tsunami.

(4) Pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove

Pengetahuan mengenai pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove di wilayah penelitian pasca tsunami yang dicanangkan oleh pemerintah dapat dilihat pada Tabel 5.13 berikut ini:

Tabel 5.13. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Program Rehabilitasi Hutan Mangrove yang Dicanangkan Pemerintah

No. Pengetahuan tentang Program Rehabilitasi Hutan

Mangrove yang Dicanangkan Pemerintah Jumlah

Persentase (%)

1 Sangat tidak tahu 0 0.00

2 Tidak tahu 0 0.00

3 Ragu-ragu 0 0.00

4 Mengetahui 16 16.33

5 Sangat mengetahui 82 83.67

Jumlah 98 100.00

Berdasarkan Tabel 5.13 responden yang sangat mengetahui adanya program rehabilitasi hutan mangrove di wilayah penelitian sebanyak 83.67 % (82 responden) yang mendominasi dari pilihan lainnya, sedangkan responden yang tidak mengetahui adanya program rehabilitasi tidak dijumpai. Data ini menunjukkan bahwa kegiatan rehabilitasi hutan mangrove di wilayah penelitian dilakukan dengan sistem terbuka kepada masyarakat.

Selanjutnya responden dalam penelitian ini juga mengetahui daerah yang dilakukan rehabilitasi hutan mangrove di wilayah penelitian seperti yang tertera pada Tabel 5.14 berikut:

Tabel 5.14. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan tentang Daerah Pelaksanakan Rehabilitasi Hutan Mangrove

No. Pengetahuan tentang Daerah Pelaksanakan

Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah Persentase (%)

1 Sangat tidak tahu 0 0.00

2 Tidak tahu 0 0.00

3 Ragu-ragu 1 1.02

4 Mengetahui 38 38.78

5 Sangat mengetahui 59 60.20

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Dari hasil perolehan data pada Tabel 5.13 responden yang sangat mengetahui wilayah penelitian merupakan daerah pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove sebanyak 59 responden (60.20 %) yang merupakan jumlah terbanyak dari pilihan lainnya. Hal ini mengungkapkan bahwa program rehabilitasi hutan mangrove tersebut telah disosialisasikan kepada masyarakat.

Selanjutnya, dalam pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove di wilayah penelitian dilakukan serangkaian persiapan oleh pemerintah dan lembaga donor sebelum dilakukan rehabilitasi hutan mangrove. Kegunaannya untuk mengetahui karakteristik kondisi fisik lahan termasuk mengondisikan lahan siap pakai agar tidak terjadi konflik pada saat program berjalan. Perlakuan ini dilakukan banyaknya rehabilitasi hutan mangrove dilakukan pada daerah bekas pertambakan milik masyarakat pengusaha tambak

Tabel 5.15. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Pelaksanaan Survei Lokasi

No. Pengetahuan Pelaksanaannya Survei Lokasi Jumlah Persentase (%)

1 Sangat tidak tahu 0 0.00

2 Tidak tahu 0 0.00

3 Ragu-ragu 6 6.12

4 Mengetahui 29 29.59

5 Sangat mengetahui 63 64.29

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Tabel 5.15 menunjukkan responden memilih jawaban sangat mengetahui pelaksanaan survey lokasi sebanyak 63 responden (64.29 %) yang merupakan jumlah terbanyak dibandingkan yang lainnya. Hasil ini menyatakan bahwa adanya sosialisasi pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove dilakukan melalui adanya kegiatan survey lokasi sebelum pelaksanaan rehabilitasi.

Dalam pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove, pemerintah tidak bekerja sendiri. Kondisi NAD yang mengalami bencana tsunami yang merupakan bencana terbesar oleh karena menelan jiwa yang sangat banyak dan menghancurkan

infrastruktur wilayah yang sangat besar pula, sehingga banyak bantuan donor dari dalam dan luar negeri yang diterima pemerintah daerah dalam merehabilitasi daerah disegala aspek pembangunan termasuk rehabilitasi hutan mangrove.

Tabel 5.16. Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Lembaga Non Pemerintah yang Membantu Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove

No.

Pengetahuan Responden terhadap Lembaga Non Pemerintah yang Membantu Kegiatan Rehabilitasi

Hutan Mangrove

Jumlah Persentase

(%)

1 Sangat tidak tahu 0 0.00

2 Tidak tahu 0 0.00

3 Ragu-ragu 3 3.06

4 Mengetahui 23 23.47

5 Sangat mengetahui 72 73.47

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Tabel 5.16 menunjukkan jumlah yang menyatakan sangat mengetahui adanya lembaga non pemerintahan (NGO) membantu pemerintah dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove sebanyak 72 orang (73.47 %), yang mendominasi daripada pilihan lainnya. Artinya bahwa adanya bantuan lembaga non pemerintahan yang difasilitasi pemerintahan dalam pelaksanaan kegiatannya diketahui langsung oleh masyarakat. 5.3.4. Partisipasi Masyarakat dalam Rehabilitasi Hutan Mangrove

(1) Kegiatan yang dilakukan responden

Kegiatan yang pernah dilakukan responden di wilayah penelitian sebagai kawasan pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove setelah terjadinya bencana gempa bumi dan tsunami merupakan bentuk dari partisipasi langsung. Aktivitas yang pernah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 5.17 berikut:

Tabel 5.17. Distribusi Responden Menurut Aktivitas yang Pernah Dilakukan di Wilayah Penelitian

Sumber: Analisis data primer

Responden yang melakukan penanam kembali hutan mangrove yang telah rusak sebanyak 77 responden (78.58 %) merupakan persentase terbesar dari pilihan lainnya, sedangkan pilihan terhadap pembukaan lahan mangrove untuk pengembangan usaha tidak ada satupun responden yang memilihnya. Hal ini menyatakan bahwa tingginya partisipasi responden melakukan upaya rehabilitasi hutan mangrove dengan kegiatan reboisasi.

Berdasarkan dasar kegiatan yang dilakukan responden terhadap upaya rehabilitasi hutan mangrove dapat dilihat pada Tabel 5.18 berikut:

Tabel 5.18. Distribusi Responden Menurut Dasar Kegiatan Dilakukan

No. Dasar Kegiatan Dilakukan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak memiliki alasan 0 0.00

2 Kewajiban menjalankan program daerah

yang dicanangkan bersama

8 8.16

3 Perintah dari pimpinan daerah 0 0.00

4 Program dari pemerintah dan LSM 5 5.10

5 Pengelolaan daerah dari bencana alam

untuk kepentingan bersama 85 86.74

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

No. Kegiatan apa yang Pernah Dilakukan Jumlah Persentase

(%)

1 Pembukaan lahan mangrove untuk pengembangan usaha 0 0.00

2 Pengalihan hutan mangrove menjadi kawasan tempat

tinggal baru 1 1.02

3 Ragu membentuk kelompok kecil peduli hutan mangrove 11 11.22

4 Melakukan penyuluhan tentang manfaat dan fungsi hutan

mangrove 9 9.18

5 Melakukan penanaman mangrove kembali pada kawasan

yang rusak (reboisasi) 77 78.58

Berdasarkan perolehan data pada Tabel 5.18 yang menyatakan bahwa dasar kegiatan reboisasi dilakukan sebagai upaya pengelolaan daerah dari bencana alam untuk kepentingan bersama sebanyak 85 responden (86.74 %) merupakan persentase terbanyak dibandingkan yang lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa adanya partisipasi masyarakat terhadap kegiatan reboisasi dalam upaya rehabilitasi hutan mangrove didukung trauma yang disebabkan gempa dan tsunami yang terjadi sehingga menjadi pembelajaran bagi masyarakat untuk tetap menjaga kelestarian ekosistem pantai. Hal ini tentunya memberikan keuntungan ekologi, di samping keutungan ekonomi lainnya dalam hal pemanfaatan ekosistem pantai untuk pemenuhan kebutuhan hidup.

(2) Harapan masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove

Harapan masyarakat erat kaitannya dengan kondisi yang sedang dialami dalam kehidupan sehari-hari dan mendukung bentuk partisipasi yang dilakukan untuk mewujudkan harapan. Kondisi lingkungan dan sumberdaya alam yang tidak baik menghadirkan harapan yang sangat besar untuk mengubahnya menjadi baik. Demikian pula yang dapat dilihat pada wilayah penelitian, kondisi alam yang memburuk menghadirkan harapan untuk membangun kondisi tersebut lebih membaik.

Tabel 5.19. Distribusi Responden Menurut Harapan pada Kondisi Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove

No. Harapan pada Kondisi Pengelolaan Kawasan

Hutan Mangrove yang Dilakukan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak mau tahu 0 0

2 Tidak ada harapan 2 2.04

3 Ragu-ragu 3 3.06

4 Ada harapan 12 12.24

5 Sangat berharap 81 82.66

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Tabel 5.19 menunjukkan bahwa responden uang menyatakan sangat berharap pada upaya pengelolaan hutan mangrove yang dilakukan sebanyak 82.66 %. Hal ini menyatakan bahwa harapan yang dimiliki oleh responden akan mendukung partisipasi yang dilakukan terhadap kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. Hal ini seperti yang diungkapkan Tro:

“Pengelolaan hutan mangrove yang telah didukung oleh LSM dan pemerintah memberikan harapan yang sangat besar kepada kami untuk menjadikan hutan mangrove kembali sehingga nantinya secara tidak langsung akan memberikan kontribusi yang baik untuk perekonomian nelayan (Wawancara 4 September 2009)”.

Memperhatikan ungkapan responden tersebut, harapan responden dapat memberikan pandangan positif dalam perilaku kehidupan sehari-hari. Bila pandangan positif dapat dipertahankan pada kehidupan masyarakat, tentu akan membangun perilaku yang bijaksana dalam hidupnya.

(3) Keikutsertaan dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove

Keikutsertaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan responden dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove baik dalam kegiatan

pembibitan ataupun persemaiannya sampai pada tahap penanaman dan perawatannya. Keterlibatan responden dalam kegiatan rehabilitasi tersebut berkaitan terhadap besarnya kontribusi ataupun bentuk partisipasi yang dilakukan.

Tabel 5.20. Distribusi Responden Menurut Peranan dalam Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove

No. Peranan dalam Kegiatan Rehabilitasi

Hutan Mangrove Jumlah Persentase (%)

1 Tidak mau berperan 0 0.00

2 Tidak pernah diikutsertakan 0 0.00

3 Turut berperan jika ada himbauan 10 10.20

4 Turut serta jika tidak berhalangan 7 7.14

5 Selalu turut berperan 81 82.66

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Berdasarkan hasil perolehan data pada Tabel 5.20 responden yang menyatakan selalu turut berperan dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove di wilayah penelitian sebanyak 82.66 % merupakan persentase tertinggi dari pernyataan lainnya. Pernyataan ini mengindikasi bahwa adanya partisipasi masyarakat dengan diwujudkannya dalam keterlibatan pada kegiatan rehabilitasi hutan mangrove walaupun pelaksanaan dilakukan tidak setiap waktu, oleh karena adanya aktivitas masyarakat yang mengarah terhadap pemenuhan kebutuhan hidup lebih menuntut. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, peranan langsung masyarakat pada kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dilaksanakan, setelah kegiatan pemenuhan perekonomian masyarakat telah terpenuhi oleh responden. Artinya, program rehabilitasi hutan mangrove bukan merupakan mata pencaharian utama masyarakat.

(4) Partisipasi masyarakat dalam perencanaan rehabilitasi hutan mangrove Partisipasi dalam perencanaan rehabilitasi hutan mangrove diperoleh dari pertanyaan yang diajukan berkisar keterlibatan dalam penyusunan rancangan kegiatan dan rancangan anggaran kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. Untuk melihat partisipasi masyarakat dalam penyusunan rancangan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dapat dilihat pada Tabel 5.21 berikut:

Tabel 5.21. Distribusi Responden Menurut Keterlibatan dalam Penyusunan Rancangan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove

No. Peranan dalam Penyusunan Rancangan Kegiatan

Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah

Persentase (%)

1 Tidak mau berperan 2 2.04

2 Tidak pernah diikutsertakan 0 0.00

3 Turut berperan jika ada himbauan 11 11.22

4 Turut serta jika tidak berhalangan 8 8.16

5 Selalu turut berperan 77 78.58

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Responden yang menyatakan selalu turut berperan dalam penyusunan rancangan kegiatan sebanyak 77 responden (78.58 %) merupakan persentase tertinggi dari lainnya. Rancangan ini dilakukan oleh masyarakat melalui pembentukan kelompok tani pada wilayah rehabilitasi yang menjadi penanggung jawab pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove di wilayah yang telah ditentukan. Keterlibatkan masyarakat dalam penyusunan rancangan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove menjadi satu kunci keberhasilan dari program rehabilitasi, oleh karena itu pelaksana program tersebut dititik beratkan kepada masyarakat yang berbatasan

langsung dengan lokasi kegiatan yang tentu saja akan secara ekologis akan memberikan dampak langsung pada kehidupan masyarakat sekitar hutan

Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan akan menciptakan hasil yang lebih baik, sehingga rasa tanggung jawab bersama akan terbina yang nantinya menghasilkan kerja yang terbaik. Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan dapat dijadikan suatu bagian dari proses program, sehingga pelaporan pelaksanaan program akan menjadi suatu laporan yang sangat dan program yang dilaksanakan dapat dipercaya oleh berbagai pihak.

Tabel 5.22. Distribusi Responden Menurut Peranan Penyusunan Rancangan Anggaran Biaya Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove

No. Peranan Penyusunan Rancangan Anggaran Biaya

Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah

Persentase (%)

1 Tidak mau berperan 0 0.00

2 Tidak pernah diikutsertakan 1 1.02

3 Turut berperan jika ada himbauan 8 8.16

4 Turut serta jika tidak berhalangan 13 13.27

5 Selalu turut berperan 76 77.56

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Berdasarkan penyusunan rancangan anggaran biaya kegiatan rehabilitasi hutan mangrove, responden yang menyatakan selalu turut berperan jika sebanyak 76 responden atau sebesar 77.56 %. Angka ini merupakan persentase tertinggi dibandingkan pilihan responden lainnya dan pernyataan ini menunjukkan bahwa masyarakat yang biasanya diwakili oleh kelompok tani yang terlibat langsung dalam pelaksanaan program rehabilitasi mangrove di wilayah penelitian selalu diikutsertakan dalam penyusunan rancangan biaya kebutuhan operasional

pelaksanaan rehabilitasi. Hasil informasi narasumber dari LSM, Anggaran biaya untuk pelaksanaan program rehabilitasi yang dicantumkan dalam proposal berdasarkan hasil survey lapangan dan hasil wawancara dengan masyarakat untuk memperkirakan biaya maksimum dan minimum yang dibutuhkan pada pelaksanaan program. Anggaran biaya yang dikelola oleh masyarakat dan disusun kembali pengelompokan penggunaannya adalah anggaran yang telah disetujui oleh lembaga donor dihibahkan dalam pelaksanaan program dan dirumuskan bersama dengan masyarakat atau kelompok tani yang dibentuk sebagai pelaksana kegiatan rehabiltiasi hutan mangrove.

Terlepas dalam kondisi tanggap darurat dalam program rehabilitasi hutan mangrove, namun peranan masyarakat dalam proses perencanaan akan baik jika dilibatkan. Seiring dengan pendapat Conyers (1991) yang menyatakan bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek jika mereka dilibatkan dalam proses perencanaan disebabkan masyarakat akan lebih memiliki rasa memiliki yang tinggi terhadap proyek yang akan dijalankan.

Tabel 5.23. Distribusi Responden Menurut Peranan dalam Kegiatan Survey Lokasi Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan Mangrove

No. Peranan dalam Kegiatan Survey Lokasi

Pelaksanaan Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah

Persentase (%)

1 Tidak mau berperan 1 1.02

2 Tidak pernah diikut sertakan 0 0.00

3 Turut berperan jika ada himbauan 7 7.14

4 Turut serta jika tidak berhalangan 5 5.10

5 Selalu turut berperan 85 86.74

Jumlah 98 100.00

Peranan terhadap keterlibatan dalam kegiatan survey lokasi pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove pada Tabel 5.23, diperoleh data responden yang menyatakan selalu terlibat dalam kegiatan survey lokasi sebesar 86.74 %. Hal ini mengisyaratkan partisipasi masyarakat dalam proses penyiapan pelaksanaan program rehabilitasi tinggi. Keterlibatan ini didukung oleh kepentingan penetapan lahan yang akan direhabilitasi kembali. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.24, keterlibatan responden dalam menentukan lokasi kegiatan rehabilitasi hutan mangrove yang direncanakan berikut ini:

Tabel 5.24. Distribusi Responden Menurut Peranan Keterlibatan dalam Menentukan Lokasi Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove

No. Peranan Keterlibatan dalam Menentukan Lokasi

Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah

Persentase (%)

1 Tidak mau berperan 2 2.04

2 Tidak pernah diikutsertakan 1 1.02

3 Turut berperan jika ada himbauan 9 9.18

4 Turut serta jika tidak berhalangan 7 7.14

5 Selalu turut berperan 79 80.62

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Berdasarkan data pada Tabel 5.24, responden yang menyatakan selalu turut berperan dalam penentuan lokasi kegiatan rehabilitasi hutan mangrove sebanyak 80.62 %. Lokasi kegiatan yang akan direhabilitasi pada wilayah penelitian berkaitan juga dengan jumlah anggaran dana yang dimiliki oleh lembaga, sehingga lahan yang akan direhabilitasi tidak dilakukan secara keseluruhan pada lahan yang telah rusak.

Tabel 5.25. Distribusi Responden Menurut Peranan Pelepasan Kepemilikan Lahan Menjadi Lokasi Penanaman Mangrove

No. Peranan Pelepasan Kepemilikan Lahan

Menjadi Lokasi Penanaman Mangrove Jumlah

Persentase (%)

1 Sangat tidak bersedia 0 0.00

2 Tidak bersedia 1 1.02

3 Ragu-ragu 10 10.20

4 Bersedia 5 5.10

5 Sangat bersedia 82 83.68

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Partisipasi responden terhadap penetapan lokasi perencanaan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove berkaitan dengan peranan responden melakukan partisipasi dalam melepaskan lahan yang dimiliki menjadi lokasi penanaman mangrove. Dari perolehan data pada Tabel 5.25, responden yang menyatakan sangat bersedia melepaskan lahan yang dimiliki dilokasi pantai untuk dijadikan sebagai lokasi rehabilitasi hutan mangrove sebanyak 83.68%. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa partisipasi masyarakat untuk melepaskan lahannya menjadi lokasi rehabilitasi hutan mangrove sangat baik.

(5) Partisipasi pada pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove

Pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove yang dilakukan akan dapat berjalan dengan baik jika adanya peranan masyarakat dalam mendukung bantuan yang diberikan oleh donor untuk program rehabilitasi tersebut. Untuk melihat peranan responden terhadap dukungan kepada LSM atau lembaga donor dapat dilihat pada Tabel 5.26.

Tabel 5.26. Distribusi Responden Menurut Peranan dalam Memberikan Dukungan terhadap LSM atau Lembaga Donor pada Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove

No.

Peranan dalam Memberikan Dukungan terhadap LSM atau Lembaga Donor pada Kegiatan Rehabilitasi

Hutan Mangrove

Jumlah Persentase

(%)

1 Tidak mau tahu 0 0.00

2 Tidak pernah memberi dukungan 1 1.02

3 Ragu-ragu 0 0.00

4 Memberi dukungan 10 10.20

5 Sangat memberi dukungan 87 88.78

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Responden yang menyatakan sangat memberi dukungan pada LSM dan lembaga donor pada Tabel 5.26 sebanyak 88.78 %. Hal ini mengisyaratkan bahwa masyarakat menyambut baik bantuan yang diberikan lembaga donor atau LSM terhadap kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. Hal ini mengisyaratkan bahwa dukungan diberikan merupakan wujud dari hasil positif yang diterima oleh masyarakat terhadap bantuan yang diberikan. Melalui dukungan masyarakat maka lembaga NGO dan lembaga donor akan lebih mudah melakukan program kerjanya.

Pada saat pelaksanaan program rehabilitasi hutan mangrove dilaksanakan, kegiatan penyuluhan menjadi salah satu pendukung keberhasilan pelaksanaan program. Untuk melihat peranan responden terhadap kegiatan penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 5.27.

Tabel 5.27. Distribusi Responden Menurut Peranan dalam Kegiatan Penyuluhan dan Sosialisasi Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove

No. Peranan dalam Kegiatan Penyuluhan dan Sosialisasi

Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove Jumlah

Persentase (%)

1 Tidak mau berperan 0 0.00

2 Tidak pernah diikut sertakan 1 1.02

3 Turut berperan jika ada himbauan 14 14.29

4 Turut serta jika tidak berhalangan 16 16.33

5 Selalu turut berperan 67 68.37

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Pada Tabel 5.27, responden yang selalu turut berperan dalam kegiatan penyuluhan sebanyak 68. 37 % yang merupakan persentase terbanyak dari yang lainnya. Peranan ini mendukung upaya rehabilitasi hutan mangrove dapat terlaksana sesuai dengan program kerja lembaga pelaksana program rehabilitasi hutan mangrove. Penyuluhan tersebut lebih dititik beratkan kepada panduan pelaksanaan kegiatan rehabilitasi pada saat program rehabilitasi dicanangkan. Penyuluhan ini cenderung dilaksanakan pada saat pencangan program rehabilitasi, setelah program selesai keberlanjutan penyuluhan tidak lagi dilakukan seefektif sebelumnya.

Peranan responden dalam kegatan sosial dan gotong royong dalam peksanaan kegiatan rehabilitasi hutan mangrove dapat dilihat pada Tabel 5.28 berikut ini:

Tabel 5.28. Distribusi Responden Menurut Peranan dalam Kegiatan Sosial dan Gotong Royong Menunjang Pelaksanaan Kegiatan Rehabilitasi Hutan Mangrove

No.

Peranan dalam Kegiatan Sosial dan Gotong Royong Menunjang Pelaksanaan Kegiatan

Rehabilitasi Hutan Mangrove

Jumlah Persentase

(%)

1 Tidak mau berperan 0 0.00

2 Tidak pernah diikutsertakan 0 0.00

3 Turut berperan jika ada himbauan 4 4.08

4 Turut serta jika tidak berhalangan 11 11.22

5 Selalu turut berperan 83 84.70

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Tabel 5.28 menunjukkan responden yang menyatakan selalu turut berperan dalam kegiatan sosial dan gotong royong sebesar 84.70 %. Hal ini menunjukkan keeratan sosial dan gotong royong masyarakat masih sangat tinggi. Kekuatan dalam perbaikan konstruksi di wilayah masyarakat, salah satunya melalui kontribusi pelaksanaan gotong royong dan rasa sosial yang tinggi.

Peranan masyarakat dalam mendukung program rehabilitasi hutan mangrove dapat dilakukan melalui kontribusi masyarakat dalam melakukan penanaman mangrove dengan cara swadaya. Tabel 5.29 menunjukkan distribusi responden menurut keterlibatan dalam kegiatan penanaman mangrove secara swadaya.