• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3. Karakterisik Responden Penelitian 1.Data Pribadi Responden

5.3.2. Sosio Ekonomi (1)Pendidikan

Pendidikan responden pada 4 desa wilayah penelitian diklasifikasikan dalam 5 kategori menurut pendidikan formal, di mana kategori pertama yaitu tidak sekolah, kategori kedua tamat SD, kategori ketiga tamat SMP, kategori keempat tamat SMA dan kategori kelima tamatan Perguruan Tinggi.

Tabel 5.4. Distribusi Responden Menurut Pendidikan No. Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 1 1.02 2 SD 4 4.08 3 SMP 34 34.69 4 SMA 51 52.04 5 Perguruan Tinggi 8 8.16 Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Tabel 5.4 menunjukkan jumlah responden yang tamat SMA lebih tinggi (52.04 %) sedangkan responden yang tidak sekolah memiliki persentase terendah (1.02 %). Hal ini menunjukkan penduduk yang memiliki tingkat pendidikan tamatan SMA lebih banyak dibandingkan penduduk yang tidak sekolah dan mengenyam pendidikan dasar.

Pendidikan masyarakat di daerah penelitian tidak menjadi hambatan terhadap tingkat partisipasi masyarakat dalam mengelola hutan mangrove disebabkan sebagian besar penduduk memiliki tingkat pendidikan tamat SMA, sehingga lebih mudah menerapkan perilaku yang baik dan bersikap lebih arif dalam mengelola lingkungan terutama hutan mangrove sesuai dengan pendidikan yang dienyam. Pendidikan menghasilkan potensi partisipasi yang baik untuk mengelola dan memanfaatkan serta mengorganisir kawasan hutan mangrove.

Pendidikan yang baik akan menghasilkan pola pemikiran yang baik dalam hal keterlibatan ataupun partisipasi yang dilakukan. Jika keterlibatan partisipasi yang dilakukan pada taraf pemikiran yang tinggi, tentu saja keberhasilan dalam mengelola dan memanfaatkan kawasan penyangga di wilayah penelitianpun sangat besar.

(2) Lama menetap/bermukim

Lama menetap atau bermukim ditentukan dari lamanya responden menetap pada wilayah penelitian dilokasi Kecamatan Baitussalam. Kategori yang digunakan ditentukan dalam 5 kategori yaitu kategori pertama menetap di bawah atau sama dengan 5 tahun, kategori kedua menetap antara 6 sampai 10 tahun, kategori ketiga menetap antara 11 sampai 15 tahun dan kategori keempat menetap di atas 15 sampai 20 tahun dan kategori kelima di atas 20 tahun.

Tabel 5.5. Distribusi Responden Menurut Lama Menetap atau Bermukim

No. Lama Menetap Jumlah Persentase (%)

1 0 – 5tahun 6 6.12 2 6 – 10 tahun 2 2.04 3 11 – 15 tahun 2 2.04 4 16 – 20 tahun 18 18.37 5 ≥ 20 tahun 70 71.43 Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Berkaitan dengan Tabel 5.5, jumlah responden yang menetap pada wilayah penelitan persentase tertinggi pada kategori keempat yaitu di atas 20 tahun (71,43 %). Jumlah ini melebihi anggka 50 %. Hal ini menyatakan bahwa penduduk di wilayah penelitian lebih banyak penduduk yang sudah lama menetap atau dari kecil dan sejak lahir telah tinggal pada wilayah tersebut.

Lama menetap yang dilakukan penduduk pada wilayah penelitian merupakan domisili yang sejak lahir telah berada di daerah tersebut dan hal ini dapat diartikan sebagai masyarakat adat yang mendiami suatu wilayah. Hal ini diperkuat oleh

pendapat Manulang (1999) yang menyatakan bahwa masyarakat yang berdomisili lama atau sejak lahir menetap di suatu wilayah telah turun-temurun menjalankan kehidupan tradisional yang dicirikan dengan eratnya hubungan mereka dengan alam sekitar.

(3) Jumlah anggota keluarga

Jumlah anggota keluarga responden pada 4 desa wilayah penelitian dibagi dalam 5 kategori yaitu kategori pertama kurang dan sama dengan 2 orang, kategori kedua 3 orang, kategori ketiga 4 orang, kategori keempat 5 orang dan kategori kelima lebih dari 5 orang.

Tabel 5.6. Distribusi Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga

No Jumlah anggota Jumlah Persentase (%) 1 ≤ 2 orang 55 56.12 2 3 orang 24 24.49 3 4 orang 10 10.20 4 5 orang 6 6.12 5 ≥ 5 orang 3 3.06 Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Dari hasil penelitian pada Tabel 5.6, diperoleh data responden berdasarkan jumlah anggota keluarga yang memiliki persentase tertinggi pada kategori pertama (≤ 2 orang) sebanyak 56.12 %. Untuk jumlah anggota keluarga ≥ 5 orang sebanyak 3.06 % merupakan jumlah terendah yang menunjukkan bahwa responden pada penelitian ini memiliki sedikit anggota keluarga. Hal ini disebabkan banyaknya anggota keluarga yang telah menjadi korban bencana tsunami, sehingga dalam satu keluarga

banyak dijumpai satu orang kepala keluarga tanpa adanya anggota keluarga di dalamnya.

Kondisi ini memberikan implikasi bahwa responden memiliki waktu luang dan kesempatan untuk terlibat dalam mengikuti kegiatan rehabilitasi hutan mangrove, sesuai dengan pendapat Slamet dalam Amba (1998) yang mengemukakan bahwa untuk timbul suatu partisipasi sangat ditentukan 3 faktor, yang salah satunya adalah kesempatan. Kesempatan erat kaitannya dengan jumlah anggota keluarga, semakin sedikit/kecil jumlah anggota keluarga akan cenderung mempunyai waktu luang dan kesempatan yang lebih besar yang pada akhirnya menentukan tingkat partisipasi, dibandingkan jumlah anggota keluarga yang lebih besar.

(4) Pekerjaan

Pekerjaan responden pada 4 desa wilayah penelitian dikategorikan dalam 5 kategori yaitu kategori pertama responden yang memiliki pekerjaan sebagai PNS/pegawai swasta atau tenaga honorer lainnya di perkantoran, kategori kedua responden yang memiliki pekerjaan berdagang, kategori ketiga responden yang memiliki pekerjaan berternak, kategori keempat memiliki pekerjaan bertani dan kategori kelima bekerja sebagai nelayan.

Tabel 5.7. Distribusi Responden Menurut Pekerjaan

No Pendapatan Jumlah Persentase

(%) 1 PNS/pegawai swasta/tenaga honorer 11 11.22

2 Berdagang 16 16.33

3 Berternak 3 3.06

4 Bertani 22 22.45

5 Nelayan 46 46.94

Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Dari kelima kategori pekerjaan responden pada kategori kelima dengan pekerjaan nelayan terdapat 46 responden yang merupakan jumlah terbanyak mencapai 46.94 % dari keseluruhan responden. Sedangkan responden dengan pekerjaan berternak memiliki jumlah persentase terkecil sebesar 3.06 % (Tabel 5.7). Hal tersebut disebabkan oleh wilayah penelitian berbatasan langsung dengan kawasan pantai timur Sumatera sehingga aktivitas pendukung mata pencahariannya dominan yang berhubungan dengan laut ataupun pantai.

(5) Tingkat pendapatan

Pendapatan responden pada 4 desa wilayah penelitian terbagi atas kategori pertama kurang dari Rp. 500.000, kategori kedua Rp. 500.000 – Rp. 1.000.000, kategori ketiga Rp. 1.000.000 – Rp. 1.500.000, kategori keempat Rp. 1.500.000 – Rp. 2.000.000 dan kategori kelima lebih dari Rp. 2.000.000. Distribusi tingkat pendapatan dapat dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendapatan No Pendapatan Jumlah Persentase (%)

1 ≤ Rp. 500.000,- 0 0.00 2 Rp. 500.000,- s/d Rp. 1.000.000,- 6 6.12 3 Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 1.500.000,- 53 54.08 4 Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 2.000.000,- 33 33.67 5 ≥ Rp. 2.000.000,- 6 6.12 Jumlah 98 100.00

Sumber: Analisis data primer

Tingkat pendapatan berkaitan erat dengan sumbangsih mengenai partisipasi dalam rehabilitasi mangrove. Semakin tinggi tingkat penghasilan semakin besar kemungkinan partisipasi dalam rehabilitasi hutan mangrove. Berdasarkan perolehan data pada Tabel 5.8, jumlah responden yang memiliki pendapatan diantara Rp. 1.000.000,- s/d Rp. 1.500.000,- yang lebih dominan diantara jumlah pendapatan lainnya. Nilai dari pendapatan ini dinyatakan dalam kelas cukup, hal ini dikaitkan dengan OMR provinsi pada saat ini sebesar Rp. 1.000.000,- saat ini. Kondisi ini tidak mengurangi partisipasi responden dalam rehabilitasi hutan mangrove di daerahnya yang memberikan manfaat ekologis dan ekonomis bagi responden oleh adanya insentif yang diberikan oleh lembaga donor dan pemerintah daerah dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove. Hal ini sesuai dengan pernyataan Saharudin (1987) dalam Amba (1998) yang menyatakan bahwa bila suatu program mempunyai sangkut paut dengan jenis pekerjaan dan kebutuhan/manfaat bagi masyarakat akan terjadi partisipasi yang lebih tinggi.

5.3.3. Pemahaman Responden terhadap Rehabilitasi Hutan Mangrove