• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

2. Pemakaian Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian seseorang (pemakai bahasa). Penganalisisan pemakaian gaya bahasa dalam data iklan komersial di bawah ini dilakukan sesuai dengan jenis iklan atau klasifikasi iklan masing-masing. Analisis pemakaian gaya bahasa terhadap data iklan komersial di radio dapat dijelaskan sebagai berikut.

a. Iklan Produk Properti

Iklan produk properti merupakan iklan yang menawarkan barang-barang atau produk-produk properti, seperti meja, kursi, dan perabot rumah lainnya. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan properti meliputi iklan Toko Colombus, iklan Purnama Steel Kanopi Kanopi, iklan Meubel Jempol, dan iklan Margo Murah Baru. Dalam iklan produk properti, pemakaian gaya bahasa yang muncul meliputi gaya bahasa eksklamasio, gaya bahasa personifikasi, gaya bahasa retorik, gaya bahasa polisidenton, gaya bahasa klimaks, gaya bahasa antitesis, dan gaya bahasa praeterito. Berikut ini penjelasan masing-masing pemakaian gaya bahasa iklan tersebut.

1) Gaya Bahasa Eksklamasio

Dalam iklan Colombus hanya muncul satu pemakaian gaya bahasa, yaitu gaya bahasa atau majas eksklamasio. Gaya bahasa eksklamasio adalah gaya bahasa penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas. Data

di bawah ini merupakan dialog yang diucapkan narator iklan dalam menyampaikan atau menjelaskan informasi iklan secara lebih detail. Kalimat yang menjadi data nomor 1 ini menjadi kalimat pembuka sebelum kalimat- kalimat penjelas iklan lainnya dituturkan.

Waow, spektakuler! (Pr/ CLM/ 1)

Pada kalimat di atas menggunakan gaya bahasa eksklamasio yang ditunjukkan dengan kata waow. Kata tersebut menegaskan kata sesudahnya, yaitu kata spektakuler. Pemakaian gaya bahasa atau majas eksklamasio dalam bahasa iklan produk properti dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa produk yang ditawarkan oleh pengiklan merupakan produk yang berbeda dengan produk-produk properti lainnya dan memberikan keuntungan yang luar biasa pada konsumen, baik dari segi kualitas maupun harga yang ditawarkan.

2) Gaya Bahasa Personifikasi

Rumah kita terlihat makin cantik. (Pr/ PSKK/ 2) Ni dapat hadiah kursi cantik. (Pr/ MMB/ 8)

Pada kata yang dicetak miring menunjukkan bahwa kalimat di atas menggunakan gaya bahasa personifikasi. Gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati, sehingga seolah-olah memiliki sifat seperti manusia atau benda hidup. Pemakaian gaya bahasa personifikasi pada bahasa iklan produk properti, khususnya iklan produk kanopi dimaksudkan untuk mendeskripsikan salah satu keunggulan atau manfaat yang akan diperoleh konsumen bila memakai produk ini. Selain itu, dengan memakai gaya bahasa ini akan menimbulkan daya tarik tersendiri kepada konsumen. 3) Gaya Bahasa Retorik

Pasti pesannya di Purnama Steel Kanopi Kanopi di Jalan Raya Telukan No. 1 selatan Jembatan Bacem, Solo Baru itu kan? (Pr/ PSKK/ 3)

Gaya bahasa retorik adalah gaya bahasa penegasan dengan menggunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban

commit to user

karena sudah diketahuinya. Pada kalimat di atas, jelas menggunakan gaya bahasa retorik yang ditunjukkan dengan kalimat tanya yang dilontarkan kepada pendengar atau sasaran iklan. Pemakaian gaya bahasa retorik dimunculkan dalam bahasa iklan produk properti dengan alasan karena pemakaian gaya bahasa ini akan memberikan penekanan pada tuturan iklan dan secara tidak langsung meminta penegasan atau persetujuan pendengar terhadap kalimat yang disampaikan pengiklan tersebut. Selain itu, gaya bahasa tersebut juga bisa digunakan sebagai pemvariasian gaya bicara dalam menyampaikan alamat atau pesan iklan lainnya yang sekiranya perlu untuk disampaikan kepada khalayak.

4) Gaya Bahasa Polisidenton

Selain ahli bikin kanopi dan besi tempa, juga ahli mengerjakan relling tangga dan balkon, pagar, pintu, tralis. (Pr/ PSKK/ 4)

Kata-kata yang dicetak miring di atas merupakan kata penghubung dalam kalimat yang menyebutkan beberapa benda secara berturut-turut. Gaya bahasa yang digunakan kalimat di atas adalah gaya bahasa polisidenton, yaitu gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut dengan memakai kata penghubung. Pemakaian gaya bahasa polisidenton dalam tuturan bahasa iklan produk properti di atas bertujuan untuk menghindari kemonotonan bahasa yang digunakan pengiklan dalam menyampaikan informasi atau pesan iklan yang sangat komplek dan banyak.

5) Gaya Bahasa Klimaks

Spesial kanopi harga dijamin termurah dengan mutu terbaik dan ada garansinya lho. (Pr/ PSKK/ 5)

Pada kalimat di atas disebutkan beberapa hal secara berturut-turut dengan urutan kata yang semakin lama semakin meningkat. Oleh karena itu, kalimat tersebut menunjukkan pemakaian gaya bahasa klimaks, yaitu gaya bahasa penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya. Pemakaian gaya bahasa klimaks pada tuturan bahasa iklan

properti di atas digunakan untuk menyampaikan keunggulan-keunggulan produk tersebut dibanding produk yang lain. Secara tidak langsung, penyampaian dengan gaya bahasa seperti ini akan menarik perhatian konsumen untuk mencoba produknya.

6) Gaya Bahasa Antitesis

Dengan dana minimal kami wujudkan hasil yang maksimal. (Pr/ PSKK/ 6)

Gaya bahasa penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menggunakan kepaduan kata yang berlawanan arti disebut dengan gaya bahasa antitesis. Pada kata yang dicetak miring di atas, yaitu kata minimal dan maksimal, menunjukkan bahwa kalimat tersebut menggunakan gaya bahasa antitesis. Pemakaian gaya bahasa antitesis dalam tuturan bahasa iklan produk properti dimaksudkan untuk menyampaikan nilai lebih yang ditawarkan pengiklan kepada konsumen. Meskipun pernyataan yang disampaikan pengiklan dengan gaya bahasa ini (dana minimal hasil maksimal) sedikit tidak masuk logika, namun cukup menarik perhatian konsumen untuk mencobanya.

7) Gaya Bahasa Praeterito

Tadi itu ada orang yang ke sini nawarin. (Pr/ MJ/ 7)

Gaya bahasa praeterito adalah gaya bahasa penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu, sehingga pendengar harus menerka maksud ujaran yang disembunyikan itu. Pada frasa yang dicetak miring di atas menunjukan pemakaian gaya bahasa praeterito. Para pendengar atau sasaran iklan diajak untuk menerka kira-kira siapa yang orang yang dimaksud dalam kalimat di atas. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian pendengar agar mendengarkan iklan hingga selesai.

b. Iklan Produk Makanan

Iklan produk makanan merupakan iklan yang menawarkan barang-barang atau produk-produk makanan. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan

commit to user

Teh Cap Nyapu Pekalongan, iklan Sirup Niki Sari, dan iklan Ale-Ale. Dalam iklan produk makanan, pemakaian gaya bahasa yang muncul meliputi gaya bahasa polisidenton, gaya bahasa sinekdhoke totem pro parte, gaya bahasa metonimia, gaya bahasa interupsi, gaya bahasa pararelisme anafora, dan gaya bahasa asidenton. Berikut ini penjelasan masing-masing pemakaian gaya bahasa iklan tersebut.

1) Gaya Bahasa Polisidenton

Dari bahan alami, proses multifiltrasi, tiga kali penyaringan, higienis, dan bergizi. (Mk/ KS/ 9)

Teh Cap Nyapu Pekalongan harum, kental, dan nikmat. (Mk/ TNP/ 13)

Kedua kalimat di atas menyebutkan beberapa hal secara berurutan dengan menggunakan kata hubung, yaitu kata hubung dan. Pemakaian ini sesuai dengan pengertian gaya bahasa polisidenton. Gaya bahasa yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut dengan memakai kata penghubung disebut dengan gaya bahasa polisidenton. Pemakaian gaya bahasa polisidenton dalam tuturan bahasa iklan produk makanan bertujuan untuk menyebutkan keunggulan-keunggulan suatu produk yang ditawarkan pengiklan. Untuk menghindari kemonotonan dalam penyebutannya, pengiklan membubuhkan tanda hubung pada kata terakhir atau hal terakhir yang disampaikannya.

2) Gaya Bahasa Sinekdhoke Totem Pro Parte Seneng ya ngliat anak-anak ceria. (Mk/ KS/ 10) Ya di warung-warung, di toko-toko. (Mk/ TNP/ 12)

Penyebutan kata anak-anak, warung-warung, dan toko-toko pada kalimat di atas hanya mengacu pada anak, warung dan toko yang dimaksud dalam alur cerita produk di atas. Pada kalimat di atas yang dimaksud dengan kata anak-anak hanya mengacu pada anak-anak pemeran iklan di atas (Andi dan Ricky) yang makan dengan Kecap Sedaap. Sama halnya dengan kata warung-warung dan toko-toko pada data kedua di atas. Kata warung-warung dan toko-toko hanya mengacu pada warung dan toko yang menjual produk- produk tersebut.

Hal ini menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa sinekdhoke totem pro parte, yaitu gaya bahasa perbandingan yang melukiskan keseluruhan tetapi yang dimaksud sebagian. Pemakaian gaya bahasa sinokdhoke totem pro parte dalam tuturan bahasa iklan produk makanan di atas dimaksudkan sebagai penjelas atau gaya pemaparan pengiklan kepada pendengar atau sasaran iklan yang apabila mereka makan memakai Kecap Sedaap atau mengkonsumsi produk (teh cap Nyapu Pekalongan) yang ditawarkan pengiklan di atas, maka mereka atau konsumen sekeluarga akan merasa ceria seperti pada iklan tersebut dan mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan produk tersebut.

3) Gaya Bahasa Metonimia

Dukung ALE dong…! (Mk/ ALE/ 17)

Rasa dan segernya, ALE-ALE juaranya…! (Mk/ ALE/ 18)

Pengulangan kata yaitu kata ALE-ALE di atas menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa metonimia. Gaya bahasa metonimia adalah gaya bahasa perbandingan yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang digunakan atau dikerjakan, sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan. Pemakaian gaya bahasa metonimia dalam tuturan bahasa iklan produk makanan, khususnya iklan ALE-ALE, di atas didasarkan pada alasan karena penggunaan merk dagang atau nama produk dalam iklan akan memudahkan pengiklan dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada konsumen. Produk ALE-ALE termasuk produk minuman yang dapat langsung dikonsumsi oleh konsumen, sehingga pengiklan merasa perlu menyebutkan langsung nama produk untuk memudahkan konsumen mengingatnya.

4) Gaya Bahasa Interupsi

Minumlah, minuman yang segar bermutu, Sirup Niki Sari. (Mk/ SNS/ 14)

ALE-ALE, minuman dengan gula asli dan vitamin C, ada orange, strawberry, dan apel fuji. (Mk/ ALE/ 19)

commit to user

interupsi adalah gaya bahasa penegasan yang menggunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat pokok, guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya. Pemakaian gaya bahasa interupsi dalam tuturan bahasa iklan produk makanan dimaksudkan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan secara detail jenis dan keunggulan produk yang ditawarkan dalam iklan tersebut, yaitu Sirup Niki Sari dan minuman ALE-ALE.

5) Gaya Bahasa Pararelisme Anafora Sirup Niki Sari sesegar buah asli. Sirup Niki Sari sahabat kita semua.

Sirup Niki Sari beraneka rasanya. (Mk/ SNS/ 15) Kecap Sedaap lebih hitam, kental, dan gurih.

Kecap Sedaap untuk semua masakan, untuk semua makanan. (Mk/ KS/ 11)

Pengulangan kata-kata yang dicetak miring di atas menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa pararelisme anafora. Gaya bahasa pararelisme anafora adalah gaya bahasa penegasan yang mengulang kata atau frase dengan pengulangan yang terletak di awal kalimat. Pemakaian gaya bahasa pararelisme anafora dalam tuturan bahasa iklan produk makanan, khususnya iklan Sirup Niki Sari dan Kecap Sedaap yang berbentuk monolog di atas, dimaksudkan untuk membentuk keserasian bunyi pada setiap tuturannya. Hal ini bertolak pada gaya penyampaian iklan tersebut, yakni berbentuk sebuah jingle lagu.

6) Gaya Bahasa Asidenton

Frambors, jeruk, mocca, rose melon. (Mk/ SNS/ 16)

Penyebutan beberapa hal secara berurutan seperti pada kalimat di atas dengan tanpa menggunakan kata hubung menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa asidenton. Gaya bahasa asidenton adalah gaya bahasa penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa memakai kata penghubung. Pemakaian gaya bahasa asidenton dalam tuturan bahasa iklan produk makanan di atas dimaksudkan untuk

menyampaikan macam-macam atau aneka rasa yang ditawarkan produk tersebut.

c. Iklan Produk Kosmetik

Iklan produk kosmetik merupakan iklan yang menawarkan barang-barang atau produk-produk kosmetik. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan produk kosmetik ada dua, yaitu iklan New Give White dan iklan Hair Sense. Dalam iklan produk kosmetik, pemakaian gaya bahasa yang muncul meliputi gaya bahasa eksklamasio, gaya bahasa klimaks, gaya bahasa polisidenton, gaya bahasa metonimia, gaya bahasa hiperbola, dan gaya bahasa sinekdhoke totem pro parte. Berikut ini penjelasan masing-masing pemakaian gaya bahasa iklan tersebut.

1) Gaya Bahasa Eksklamasio

Waow, rumus Give White baru tu, Pak! (Ks/ GW/ 20)

Penggunaan kata waow dimaksudkan untuk menegaskan atau menggambarkan perasaan kaget sekaligus takjub yang ingin disampaikan pengiklan lewat kalimat di atas. Kata tersebut menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa eksklamasio. Gaya bahasa eksklamasio adalah gaya bahasa penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas. Pemakaian gaya bahasa eksklamasio dalam tuturan bahasa iklan produk kosmetik di atas dengan alasan karena iklan produk kosmetik di atas, yaitu iklan sabun Give White, memiliki sasaran konsumen masyarakat remaja yang penuh ekspresi dalam mengungkapkan suatu hal. Oleh karena itu, pemakaian gaya bahasa eksklamasio yang berwujud waow di atas menyimbolkan pengungkapan seorang remaja yang teramat senang dan takjub atas sesuatu yang dia dengar sesuai dengan setting atau latar cerita iklan yang ingin pengiklan tampilkan. 2) Gaya Bahasa Klimaks

Rumus 2x3 kulit putih, cerah alami. (Ks/ GW/ 21)

Berkat Hair Sense sekarang rambutku indah, sehat, lembut, bercahaya. (Ks/ HS/ 25)

Pemakaian gaya bahasa klimaks muncul pada kedua kalimat di atas. Kata-kata yang dicetak miring menjelaskan hasil yang akan didapat

commit to user

pendengar jika memakai produk yang ditawarkan tersebut. Urut-urutan kata yang digunakan menggambarkan urut-urutan yang makin lama makin meningkat, yaitu kulit menjadi putih dan terlihat cerah alami (data nomor 21); dari rambut menjadi indah, sehat, lembut, kemudian menjadi bercahaya (data nomor 25).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa gaya bahasa klimaks adalah gaya bahasa penegasan dengan menyatakan beberapa hal secara berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya. Pemakaian gaya bahasa klimaks dalam tuturan bahasa iklan produk kosmetik dimaksudkan pengiklan untuk mengungkapkan manfaat yang akan didapatkan konsumen apabila mengkonsumsi produk tersebut. Manfaat yang diperoleh pun tidak seperti manfaat yang biasa konsumen dapat bila mengkonsumsi produk sabun mandi dan pewarna rambut pada umumnya, namun di sini pengiklan mencoba meyakinkan konsumen dengan menggunakan urut-urutan manfaat yang disebutkan di atas yang tentunya dengan pemakaian gaya bahasa klimaks. Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian konsumen.

3) Gaya Bahasa Polisidenton

Hair Sense mengandung protein sutra berfungsi sebagai conditioner khusus yang menjaga rambut tetap sehat jadi tidak rusak dan menutup uban dengan sempurna. (Ks/ HS/ 23)

Penyebutan beberapa hal secara berurutan seperti pada kalimat di atas dengan menggunakan tanda hubung merupakan wujud dari pemakaian gaya bahasa polisidenton. Gaya bahasa polisidenton adalah gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara berturut- turut dengan memakai kata penghubung. Pemakaian gaya bahasa polisidenton dalam bahasa iklan produk kosmetik didasarkan pada kebutuhan pengiklan untuk menyampaikan keunggulan dan manfaat produk yang ditawarkan secara bersamaan. Pengiklan merasa perlu mengungkapkan keunggulan dan manfaat produk dengan cara menggabungkan keduanya, agar

konsumen mendapatkan pesan iklan secara utuh dan merasa mendapat nilai lebih apabila memakai produk tersebut.

4) Gaya Bahasa Metonimia

Give White baru dengan ekstrak pepaya atau bengkoang dan vitamin A, B, C, E-nya bikin kulit kita sehat dan cerah alami. (Ks/ GW/ 22) Berkat Hair Sense sekarang rambutku indah, sehat, lembut, bercahaya, dan ubanku nggak ada lagi. (Ks/ HS/ 24)

Kata yang dicetak miring merupakan merk produk yang diiklankan. Kedua tuturan di atas menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa metonimia. Gaya bahasa metonimia adalah gaya bahasa perbandingan yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang digunakan atau dikerjakan, sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan. Pemakaian gaya bahasa metonimia dalam bahasa iklan produk kosmetik bertujuan untuk memberitahu kepada pendengar merk produk yang diiklankan dan dimaksudkan untuk memberikan kemudahan konsumen dalam membedakan merk produk sabun mandi dan pewarna rambut dengan yang lainnya.

5) Gaya Bahasa Hiperbola

Betul, putri lah wanita yang tercantik di dunia ini. (Ks/ HS/ 26) Kalimat yang dicetak miring di atas menunjukan adanya pemakaian gaya bahasa hiperbola. Gaya bahasa hiperbola adalah gaya bahasa yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti. Pemakaian gaya bahasa hiperbola dalam bahasa iklan produk kosmetik bertujuan untuk mengungkapkan manfaat yang diperoleh konsumen dengan memakai produk di atas. Pengungkapan tersebut pengiklan lakukan dengan memberikan permainan makna kata agar konsumen merasa mendapatkan sesuatu yang lebih pada produk tersebut. Selain itu, pemakaian gaya bahasa di atas akan menarik perhatian konsumen, terutama wanita usia dewasa yang telah beruban dan menginginkan rambutnya indah kembali.

commit to user

6) Gaya Bahasa Sinekdhoke Totem Pro Parte

Dapatkan Hair Sense di supermarket atau toko-toko terdekat. (Ks/ HS/ 27)

Kalimat di atas memakai gaya bahasa sinekdhoke totem pro parte, yaitu gaya bahasa perbandingan yang melukiskan keseluruhan benda atau hal tetapi yang dimaksud sebagian. Kata supermarket dan toko hanya mengacu pada supermarket dan toko yang menjual produk yang diiklankan saja, bukan seluruh supermarket dan toko yang ada. Pemakaian gaya bahasa sinekdhoke totem pro parte dalam tuturan bahasa iklan produk kosmetik di atas mampu meyakinkan konsumen dalam mendapatkan produk yang diiklankan.

d. Iklan Jasa

Iklan Jasa merupakan iklan yang menawarkan layanan jasa atau service kepada masyarakat. Dalam penelitian ini iklan jasa yang dimaksud adalah iklan jasa pengobatan dan jasa peminjaman uang atau kredit. Iklan-iklan yang termasuk dalam kategori iklan jasa meliputi iklan Tabib Ibu Rizal, iklan Tabib dr. Nita, MA., iklan BPR Trihasta Prasojo, iklan BPR weleri Makmur, iklan PT Sarana Insan Mandiri, dan iklan Altolud. Dalam iklan jasa, pemakaian gaya bahasa yang muncul meliputi gaya bahasa polisidenton, gaya bahasa sarkasme, gaya bahasa asidenton, gaya bahasa eksklamasio, gaya bahasa interupsi, gaya bahasa alusio, gaya bahasa alegori, gaya bahasa klimaks, gaya bahasa metonimia, dan gaya bahasa tropen. Berikut ini penjelasan masing-masing pemakaian gaya bahasa iklan tersebut.

1) Gaya Bahasa Polisidenton

Seperti tumor, kanker, kista, gula, jantung, kencing manis, kencing batu, maag, hipertensi, rematik, asam urat, strok, lemah syahwat, dan asma cukup sekali terapi langsung sembuh. (Js/ TIR/ 28)

Kanker otak, tumor kandungan, kista, lumpuh, diabetes, ginjal, jantung koroner, dan penyakit lainnya. (Js/ TN/ 30)

Ada juga nich kredit bidikan, kredit modal kerja, kredit konsumtif untuk barang-barang kebutuhan harian, dan ada juga kredit hajatan yang bebas bunga. (Js/ TP/ 33)

Brunei membutuhkan tenaga perbengkelan, teknisi AC, sopir, restoran, kantor, sekertaris, dan lain-lain. (Js/ SIM/ 40)

Pada keempat data di atas menunjukkan adanya pemakaian gaya bahasa polisidenton. Kata hubung dan menjadi penanda adanya gaya bahasa tersebut. Gaya bahasa penegasan yang menyatakan beberapa benda, hal atau keadaan secara berurutan dengan memakai kata hubung adalah gaya bahasa polisidenton. Pemakaian gaya bahasa polisidenton dalam tuturan bahasa iklan jasa di atas, baik jasa pengobatan maupun jasa perkreditan, dimaksudkan untuk menyebutkan satu per satu jenis layanan yang ditawarkan pengiklan. 2) Gaya Bahasa Sarkasme

Jam semene isih kemul sarung, klumbrak-klumbruk. (Js/ TN/ 29) Pada kalimat di atas penutur mengomentari secara langsung kepada lawan tutur perihal kelakuan si lawan tutur. Kata klumbrak-klumbruk hanya merupakan istilah dalam bahasa Jawa yang digunakan untuk menggambarkan pakaian kering yang habis dicuci tetapi belum dilipat dan dirapikan. Jika kalimat di atas diartikan dalam bahasa Indonesia, kurang lebih akan menjadi seperti ini, sudah jam segini masih berselimut sarung, seperti cucian yang belum dilipat. Bisa dikatakan kalimat di atas muncul adanya pemakaian gaya bahasa sarkasme yang dilakukan pengiklan. Gaya bahasa sarkasme adalah adalah gaya bahasa sindiran yang terkasar serta langsung menusuk perasaan. Pemakaian gaya bahasa sarkasme dalam tuturan iklan jasa di atas digunakan untuk mendukung cerita yang disusun pengiklan. Gaya bahasa sarkasme di atas mampu memberikan nilai rasa pada tuturan bahasa iklan, sehingga konsumen lebih tertarik untuk mendengarkannya.

3) Gaya Bahasa Asidenton

Kanker payudara, keputihan separah apapun satu minggu sembuh total, ingin keturunan dua sampai tiga kali terapi langsung hamil. (Js/ TN/ 31)

Fasilitas asuransi, asrama, tabungan TKI. (Js/ SIM/ 41)

Penyebutan beberapa hal secara berurutan tanpa memakai tanda hubung seperti pada kedua data di atas disebut dengan gaya bahasa asidenton. Gaya bahasa asidenton adalah gaya bahasa penegasan yang menyebutkan

commit to user

penghubung. Gaya bahasa ini bisa dikatakan lawan dari gaya bahasa polisidenton. Gaya bahasa asidenton termasuk gaya bahasa penegasan yang cukup sering digunakan dalam bahasa-bahasa iklan karena lebih singkat dan padat. Sama halnya dengan kedua tuturan di atas, gaya bahasa asidenton digunakan untuk menyingkat pengucapan atau penyebutan beberapa hal atau layanan yang bisa diperoleh konsumen.

4) Gaya Bahasa Eksklamasio

Wa…h Pak, kita butuh dana banyak lho, Pak. (Js/ TP/ 32)

Dokumen terkait