• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pemaknaan Temuan

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh distribusi frekuensi skor minat baca pada skor rentang 39 – 47 sebanyak 8 siswa, skor rentang 48 – 56 sebanyak 10 siswa, skor rentang 57 – 65 sebanyak 28 siswa, skor 66 – 74 sebanyak 21 siswa, untuk skor rentang 75 – 83 sebanyak 18 siswa, skor rentang 84 – 92 dan rentang 93 – 101 masing-masing sebanyak 2 siswa. Frekuensi tertinggi terdapat pada kelas interval 57 – 65 dengan jumlah siswa sebanyak 28 siswa dan frekuensi terendah ada pada kelas interval 84 – 92 dan 93 – 101 dengan jumlah siswa sebanyak 2 siswa .

Hasil penelitian variabel minat baca diperoleh data yang digolongkan menjadi lima kategori menurut Riduwan (2012: 89). Kelima kategori tersebut adalah sangat lemah, lemah, cukup, kuat, dan sangat kuat. Siswa yang masuk kategori lemah dengan rentang 21% - 40% berjumlah 8 siswa, kategori cukup dengan rentang 41% - 60% ada 55 siswa, kategori kuat dengan rentang 61% - 80% ada 24

71

siswa, dan kategori sangat kuat dengan rentang 81% - 100% ada 2 siswa. Kategori dengan jumlah siswa yang paling sedikit, yaitu kategori sangat kuat dengan jumlah siswa 2 siswa. Kategori dengan jumlah siswa paling banyak adalah kategori cukup dengan jumlah siswa 55 siswa. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Abdulwahab tahun 2012 tentang “Reading Interests and Habits of the Federal Polytechnic, OFFA, Students”, hasil penelitian menunjukan responden memiliki latar belakang membaca yang masih miskin. Berdasarkan data yang telah diperoleh 43,9% responden membaca buku catatan dan 39,5% responden membaca buku pelajaran dosen. Kegiatan membaca ini dilakukan dengan terpaksa dengan tujuan demi kesuksesan dalam ujian dan wawancara. Kesadaran responden untuk mengunjungi perpustakaan untuk menumbuhkan minat baca cukup rendah. Mayoritas dari mereka yang datang dengan tujuan membaca buku pelajaran hanya sebesar 44,3%, sedangkan sisanya membaca jurnal (7,7%), majalah (20,4%), dan melakukan konsultasi bahan pustaka (27,6%).

Hal tersebut menunjukan minat baca pada siswa masih perlu ditingkatkan dengan cara mulai membaca dari buku yang paling disukai. Cara lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat baca adalah penambahan jumlah waktu untuk membaca (Rosidi, 1983:77).

Minat baca yang terbanyak siswa SD Negeri Sukorejo 02 Gunungpati Kota Semarang ada pada kategori cukup, yaitu dengan jumlah siswa sebanyak 55 siswa dengan rentang 41% - 60%. Minat baca siswa dengan kategori cukup tersebut terjadi karena kurang adanya upaya yang dilakukan guru dan siswa untuk

72

meningkatkan minat baca siswa. Menurut Rahim (2008:128), cara yang bisa dilakukan guru ialah menyediakan waktu khusus bagi siswa untuk membaca dengan senang hati tanpa harus dipaksa, karena dengan menyediakan waktu tertentu sepanjang hari-hari sekolah untuk membaca dengan senang hati, berarti guru telah meningkatkan minat baca siswa. Selain guru, siswa juga dapat membiasakan membaca buku setiap harinya untuk meningkatkan minat bacanya. Orang tua di rumah juga berperan dalam meningkatkan minat baca siswa. Upaya yang dapat dilakukan orang tua dalam peningkatan minat baca siswa, yaitu tiap keluarga memiliki perpustakaan keluarga, sehingga perpustakaan bisa dijadikan tempat untuk berkumpul keluarga yang menyenangkan.

Penelitian ini untuk variabel minat baca mendukung teori belajar konstruktivistik yang menyatakan bahwa siswa harus membangun sendiri pengetahuannya. Minat baca ini akan membantu siswa dalam membangun pengetahuan dalam ingatannya, karena pengetahuan salah satunya dapat diperoleh dari membaca. Siswa yang mempunyai minat baca tinggi akan mempunyai pengetahuan yang luas. Pengetahuan yang luas tersebut akan memberikan banyak manfaat bagi siswa terutama untuk memperoleh hasil belajar yang tinggi.

4.2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar diperoleh dari nilai ulangan akhir semester 1 siswa kelas Tinggi. Berdasarkan perhitungan diperoleh distribusi frekuensi nilai hasil belajar siswa, yaitu hasil belajar pada rentang 40 – 67 dengan frekuensi 3 siswa, rentang 48 – 55 dengan frekuensi 18 siswa, rentang 56 – 63 dengan frekuensi 24 siswa, rentang 64 – 71 dengan frekuensi 15 siswa, rentang 72 – 79 dengan frekuensi 80 –

73

87 dengan frekuensi 9 siswa dan rentang 88 – 95 dengan frekuensi 1 siswa. Frekuensi tertinggi terdapat pada kelas interval 56 – 63 sebanyak 24 siswa dan frekuensi terendah ada pada kelas interval 88-95 sebanyak 1 siswa. Nilai hasil belajar terendah adalah 40 dan nilai hasil belajar tertinggi adalah 88. Data hasil belajar tersebut kemudian dikelompokan menjadi tiga kategori, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Sebanyak 56 siswa (62,9% ) berada pada kategori sedang, 19 siswa (21,4%) berada pada kategori tinggi, dan 14 siswa (15,7%) berada pada kategori rendah. Nilai hasil belajar tertinggi ada pada kategori sedang dengan jumlah siswa sebanyak 56 siswa.

Purwanto (2014:45), menyatakan hasil belajar adalah perubahan pada manusia dalam hal sikap dan tingkah lakunya. Perubahan tersebut dapat berupa perubahan pengetahuan, perubaham perilaku dan perubahan perbaikan kepribadiannya. Semakin banyak seseorang belajar, maka akan semakin banyak hasil yang akan diperolehnya. Agar hasil belajar siswa baik dibutuhkan peran guru dan orang tua untuk membimbing siswa selama proses belajarnya.

Hasil belajar diperoleh setelah peserta didik tersebut mengalami kegiatan belajar (Rifa,i, 2009:85). Kategori terbanyak hasil belajar siswa terdapat pada kategori cukup dengan jumlah siswa sebanyak 56 siswa. Tinggi rendahnya hasil belajar tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari dalam atau luar diri siswa (Sudjana, 2014:39). Faktor dari dalam diri siswa misalnya seperti kemampuan, sedangkan faktor dari luar diri siswa seperti lingkungan dan kondisi ekonomi.

74

Kemampuan yang dimiliki siswa akan sangat menentukan hasil belajar siswa tersebut. Faktor lingkungan juga memberikan pengaruh pada hasil belajar siswa, meskipun pengaruhnya tidak sebesar kemampuan yang dimiliki siswa. Lingkungan belajar yang kondusif baik di sekolah ataupun di rumah akan membuat siswa nyaman dalam belajar, sehingga siswa akan lebih fokus dalam belajarnya dan nantinya akan memperoleh hasil belajar yang tinggi. Selain dua faktor yang disebutkan oleh Taufiq (2011:5.20), mengemukakan lima faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor tujuan, pribadi siswa, bahan pelajaran, perlakuan guru, dan fasilitas.

4.2.1.3 Minat Baca dan Hasil Belajar

Uji analisis data awal dengan menggunakan uji liliefors pada skor minat baca dan nilai hasil belajar siswa diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,190 pada kolom minat baca dan 0,129 pada kolom hasil belajar , nilai signifikansi tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga data minat baca dan hasil belajar dikatakan berdistribusi normal. Uji hipotesis menggunakan korelasi product moment yang dihitung dengan bantuan SPSS, pada penelitian ini diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,713 dan t tabel sebesar 0,175, sehingga 0,713>0,175. Hal tersebut menunjukan adanya hubungan positif antara minat baca dengan hasil belajar. Nilai signifikansi korelasi berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh sebesar 0,000, sehingga 0,000 < 0,05, maka hal tersebut menunjukan adanya hubungan positif dan signifikansi antara minat baca dengan hasil belajar. Hubungan variabel minat baca dengan hasil belajar tergolong kuat.

75

Semakin tinggi minat baca maka akan semakin tinggi hasil belajar yang diperoleh siswa dan sebaliknya, semakin rendah minat baca maka akan semakin rendah hasil belajar yang diperoleh siswa. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Hamdani ( 2011:20), menyatakan belajar tidak hanya mempelajari mata pelajaran, tetapi juga penyusunan, kebiasaan,persepsi, kesenangan atau minat, penyesuaian sosial, bermacam-macam keterampilan lain, dan cita-cita. Hal ini berati minat merupakan salah satu komponen dari belajar. Minat memiliki pengaruh yang besar dalam aktivitas belajar. Muhibin (2010:134), menyatakan minat yang selama ini dipahami oleh orang-orang selama ini dapat memengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Hal tersebut dapat diartikan minat merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi dan rendahnya hasil belajar seseorang.

Hal tersebut sejalan dengan hasil temuan dari penelitian yang dilakukan oleh Irwandi tahun 2014 dengan judul Kontribusi Minat, Kecerdasan Intelektual dan Kemampuan Motorik dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Murid SD Negeri 32 Banda Aceh. Hasil penelitian tersebut, yaitu koefisien korelasi = 78,86 > dari f tabel = 3,18, maka Ha diterima dan Ho ditolak. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa Minat, Kecerdasan Intelektual dan Kemampuan Motorik memberikan kontribusi terhadap hasil belajar.

76

Dokumen terkait