• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komik kedua adalah komik „Sepatu Baru‟. komik ini menggambarkan sebuah kotak sepatu yang jika dilihat dari bentuknya, maka kita akan mengenali sepatu tersebut dengan merek Converse. Sepatu Converse merupakan sepatu yang diperuntukkan untuk kalangan anak muda dan dijual dengan harga yang relatif mahal. Sisi bagian bawah kotak tersebut terdapat tulisan „baru‟ sehingga dengan adanya gambar sepatu di sisi sebelah atas kotak, maka dapat disimpulkan bahwa maksud Azer dalam komik tersebut adalah „sepatu baru‟. Terdapat juga balon percakapan yang berasal dari kotak sepatu tersebut dengan isi, „Believe me you don‟t need me..‟atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah, „Percayalah kau tidak membutuhkanku.‟

Komik ini merupakan pengingat agar kita tidak membeli barang baru yang tidak dibutuhkan. Reza mengunggah komik ini dengan judul #HasratKebendaan. Berikut adalah bagaimana Reza Mustar dan informan penelitian memaknai komik „Sepatu Baru‟.

Azer memaknai komik „Sepatu Baru‟ dengan cara yang sama seperti komik „Sale‟. Baginya, komik ini juga menggambarkan bahwa orang masa kini sering

sekali membeli benda-benda yang tidak dibutuhkan. Menurut Azer, saat ini budaya konsumtif telah merambah ke kota-kota besar seperti Medan dan Jakarta.

Believe me you don‟t need me? Ya itu sama-sama juga. Ya sebenarnya kita nggak butuh-butuh banget. Cuma ya tetap aja kita pasti bakal beli, hasrat kebendaannya itu bakal pasti ada, namanya manusia.”

Informan 1 memaknai komik ini sebagai peringatan dari Azer agar kita tidak membeli barang-barang yang tidak kita butuhkan apalagi jika barang tersebut masih dapat digunakan. Informan 1 menyatakan bahwa dirinya tidak merasa tersindir meskipun dia sering membeli barang baru saat barang lama masih dapat digunakan. Hal itu dikarenakan Informan 1 dalam membeli barang akan menyesuaikan dengan kondisi. Jika ada promo atau diskon, maka Informan 1 akan membeli barang tersebut lebih dari 1, kemudian barang tersebut disimpan hingga barang yang pertama rusak.

“Kalau yang di foto kedua dimana ada kotak sepatu berlabel baru ini, dengan caption „believe me you don‟t need me‟ ini, yang saya tangkap disini, nah ini tadi, karena perilaku konsumtif orang-orang sekarang itu saya lihat si Azer ini mau nyampaikan kalau kita gak perlu sih sebenarnya selalu belanja-belanja baru kalau ternyata barang-barang kita masih bisa kita gunakan, gitu. Karena hanya sekedar mengikutin trend gitu kita harus belanja baru. Kita harus beli barang baru padahal kita sendiri belum tentu bisa menggunakannya, gitu.”

“Kalau saya sendiri? Saya sebenarnya gini ya, sebenarnya ini sih bagi saya ini kondisional, gitu. Kenapa? Karena balik lagi ke diri saya gitu. Saya kan bilang tadi saya orangnya apa ya? Saya bisa katakan diri saya juga orangnya well plan, gitu. Dalam artian saya suka merencanakan sesuatu, termasuk dalam membeli barang. Nah, kalau yang ini saya balikkan ke diri saya, jujur saya kadang mau gitu belanja barang walaupun saya masih punya tapi kondisional. In conditional-nya seperti apa? Kalau barang tersebut sedang ada promo atau sedang ada diskon, gitu. Jadi kadang- kadang kan suka ada itu, buy one get one di mall kayak gitu. Jadi menurut saya itu sah-sah aja sih, buat persiapan atau beberapa waktu ke depan, gitu. Saat saya sudah punya, sudah barang yang saya miliki, dalam hal ini sepatu misalnya, saya sudah punya penggantinya yang saya beli jauh-jauh hari tapi dengan harga miring ketimbang saya harus beli pada saat itu tapi

dengan harga mahal, gitu. Jadi saya melihat ini kondisional gitu, di diri saya, gitu.”

“Kalau disini saya gak merasa tersindir, karena kan ya dsini kan dia mengatakan „believe me you don‟t need me‟. Kenapa? Ya saya merasa butuh aja itu, tapi butuhnya kan gak sekarang, gitu. Kebutuhannya kan beberapa saat ke depan dan saya kan sudah mempersiapkan itu untuk kebutuhan saya ke depan. Gitu.”

Informan 2 memaknai komik „Sepatu Baru‟ sebagai peringatan agar orang tidak membeli barang jika barang lama masih bisa digunakan. Informan 2 yang pada saat wawancara berlangsung sedang ingin membeli sepatu, merasa komik ini sangat pas dengan keadaan dirinya sehingga dia merasa tersindir. Meskipun merasa tersindir, Informan 2 tetap menyetujui pesan dalam komik tersebut dan menganggapnya sebagai peringatan agar dirinya tidak konsumtif.

“Believe me, you don‟t need me. Ya itu maksudnya ya kita pengen tapi sebenarnya gak butuh-butuh banget, kan gitu. Atau kita udah punya yang lain sebenarnya. Tapi, ya kita pengen beli itu. Pengen ngingetin sih, karena sebenarnya kalau lagi nggak butuh ya gak usah dibeli, gitu.”

“Nyindir banget sih sebenernya. Iya karena sepatuku udah, masih bisa dipake sih, cuma pengen model yang baru aja karena belum ada model.” Informan 3 memaknai komik „Sepatu Baru‟ sebagai bentuk pemborosan karena membeli barang baru yang tidak dibutuhkan. Dirinya tidak merasa tersindir lewat komik ini karena memang bukan orang yang terlalu mementingkan fashion. Informan 3 lebih tertarik pada benda-benda gawai.

“Ya kalau sepatu sih enggak, tapi ya memang itu kayak tadi saya bilang kan. Kadang kan ngelihat ada mungkin barang baru, sebenarnya nggak butuh cuma ya pengen. Kadang ya merasa ya apa yang disampaikan sama si Azer ini ada benarnya juga, gitu.”

Sama seperti Informan 2, Informan 4 juga merasa komik „Sepatu Baru‟ sangat pas dengan kondisinya yang sedang menginginkan sepatu baru. Dirinya ingin membeli sepatu baru bukan karena sepatu yang lama rusak melainkan karena dia memang menginginkan sepatu baru. Informan 4 merasa dirinya bukan orang yang membeli barang baru hanya jika barang tersebut sedang trend. Meskipun merasa tersindir, Informan 4 tidak kesal dengan komik „Sepatu Baru‟. Dia bahkan menganggap komik tersebut lucu.

“Tiba-tiba keluar nih barang baru, nampak, pengen gitu. Tapi di satu sisi aku gak mesti harus beli pada saat dia keluar, gitu. Kalau emang benar- benar kepengen ya udah sabar aja kalau emang lagi nggak ada duit, gitu.” “Pengen aja, bukan gara-gara ibaratnya „Wah sepatu udah rusak nih harus ganti nih‟ gitu, enggak. Karena memang nampak, pengen. Kepengen gitu.” “Kalau itu tersindir juga sih. Ya lucu aja lucu. Pas kali, gitu”

Menurut Informan 5, komik „Sepatu Baru‟ ingin menyadarkan followers akun @Komikazer bahwa sebenarnya mereka dapat mengontrol keinginan. Informan 5 sendiri merasa bahwa dirinya bisa mengontrol keinginan, meskipun kadang ada waktu dimana dia ingin menyenangkan dirinya sendiri.

“Komikazer sepertinya mau bilang kita sebenarnya bisa mengontrol keinginan. Tapi yang namanya keinginan sudah nggak terbendung untuk memiliki sesuatu bisa aja kita nggak bisa ditahan lagi walau kita sudah punya itu banyak dan masih bisa digunakan.”

“Bisa sepertinya (mengontrol keinginan), lebih mikirin budget yang udah keluar aja, bagaimanapun kita pasti ada waktunya mau senang-senang atau

nyenengin diri sendiri. Tapi kalau budget-nya udah habis, ya udah digeser ke bulan depan.”

Menurut Informan 6, @Komikazer sedang memposisikan diri sebagai benda yang kekinian dan ingin mengingatkan kepada audiensnya agar tidak membeli benda tersebut. Informan 6 memberikan komentar „Hedonism is needed for a while‟ sebagai bentuk decoding pada komik „Sepatu Baru‟. Menurutnya, gaya hidup hedonisme boleh jika hanya sesaat dan juga harus menyesuaikan dengan kemampuan. Membeli barang palsu tidak ada salahnya jika ingin mengikuti perkembangan zaman.

“Dia ingin memposisikan diri jadi sebuah benda, dan benda tersebut layaknya sesuatu yang kekinian, terus memberitahu ke konsumen „gak usah beli ya‟”

“Sebagai anak sastra aku suka memandang suatu hal dari sisi yang berbeda mbak. Orang yang punya uang sering kali lupa kewajibannya untuk menyisihkan 2,5%. Tapi berperilaku hedon nggak ada salahnya untuk menyenangkan dirinya sendiri, tapi hanya sesaat saja. Jangan berlebihan.” “Boleh beli barang yang bermerk, tapi lihat kantong saku. Kalaupun belum bisa beli yang ori, beli KW juga ga apa-apa asal nyaman dipakai. Mending KW daripada memaksakan gaya hidup ori.”

Menurut Informan 7, komik „Sepatu Baru‟ mengingatkan dirinya untuk tidak membeli sepatu baru jika sepatu lama masih dapat digunakan. Meskipun merasa tersindir, Informan 7 menyatakan bahwa hal ini merupakan suatu ketidak- mungkinan karena dirinya membeli sepatu untuk bergaya sehingga tidak harus menunggu sepatu yang lama rusak.

“Itu new shoes gak sih? Kalau new shoes mungkin bang Azer bilangnya, kalau ada yang lama dan masih good ya kita gak butuh yang baru. Eh tapi kalau buat style sih gak apa-apa. Itu nyindir”

“Wah itu mah nggak mungkin banget kak. Pasti butuh sih kalau yang namanya sepatu. Apalagi kalau sepatu baru terus diskonan.”

“Kesindir kak. Iya benar, yang disampein nggak mungkin. Soalnya sepatu memang kebutuhan sih kalau menurutku. Kemana-mana juga pakai sepatu. Aku nanggepinnya selagi budget ada ya beli. Gak sebel kak, kan emang tujuannya dia buat ngingetin. Duit kan, duit aku.”

“Enggak nunggu rusak. Kalau ada yang menarik hati dan enak dipakai, langsung beli biar bisa gonta ganti juga.”

Menurut Informan 8, komik „Sepatu Baru‟ menggambarkan seseorang yang membeli barang yang tidak dibutuhkan hanya karena prestise. Informan 8 menilai dirinya bukan merupakan orang yang mementingkan penampilan sehingga tidak tersindir dengan komik „Sepatu Baru‟.

“Menurut saya pribadi sih, kita sebenarnya nggak butuh sepatu baru. Kalau sepatu yang lama masih dipakai, kenapa kudu beli sepatu baru? Ya, balik lagi kita itu butuh yang namanya „prestise‟. Kebanggaan pada apa yang kita punya yang jatuhnya ke self appreance

“Kalau saya gak terlalu mikirin penampilan sih. Ya flow gitu aja.”

Azer dan para informan memaknai komik „Sepatu Baru‟ sebagai bentuk gambaran dan peringatan agar seseorang tidak membeli benda-benda yang tidak dibutuhkan. Sama seperti komik „Sale‟, terdapat beberapa informan yang tidak

setuju terhadap pesan yang disampaikan Azer dalam komik „Sepatu Baru‟. Mereka masuk ke dalam posisi pemaknaan negosiasi dan oposisi. Contohnya adalah Informan 1 dan Informan 6 yang termasuk dalam posisi negosiasi. Sedangkan Informan 7 termasuk dalam posisi oposisi.

Informan 1 berada pada posisi pemaknaan negosiasi. Dirinya mengaku bahwa meskipun apa yang disampaikan Azer dalam komik „Sepatu Baru‟ adalah hal yang benar, namun ada kondisi dimana Informan 1 membeli barang dengan promo buy one get one sehingga dia memiliki benda cadangan ketika benda yang lama rusak. Informan 6 berada pada posisi pemaknaan negosiasi karena meskipun dirinya menyetujui pesan dalam komik „Sepatu Baru‟, namun Informan 6 merasa bahwa terkadang manusia membutuhkan sikap hedonisme untuk menyenangkan diri, asal tidak berlebihan dan masih dalam batas yang wajar. Informan 7 berada pada posisi pemaknaan oposisi, dimana baginya komik „Sepatu Baru‟ adalah suatu hal yang mustahil untuk diterapkan dalam kehidupan nyata karena setiap wanita pasti membutuhkan sepatu baru.

Informan 2 dan Informan 4 yang sedang ingin membeli sepatu baru sangat merasa tersindir, apalagi mereka ingin membeli sepatu bukan karena sepatu lama rusak melainkan karena menginginkan model yang baru. Meskipun tersindir, Informan 2 dan 4 menyetujui peringatan Azer dalam komik tersebut sehingga mereka termasuk dalam posisi pemaknaan dominan. Posisi dominan juga diisi oleh Informan 3, Informan 5 dan Informan 8 yang tidak begitu tertarik terhadap benda-benda penunjang penampilan seperti baju dan sepatu.