• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemaknaan Followers Akun Instagram Komikazer Mengenai Kritik Reza Mustar Terhadap Budaya Konsumtif Generasi Muda Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemaknaan Followers Akun Instagram Komikazer Mengenai Kritik Reza Mustar Terhadap Budaya Konsumtif Generasi Muda Chapter III VI"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penentuan metode dalam penelitian adalah langkah yang sangat penting karena dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian. Metode penelitian adalah prinsip yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban. Metodologi dipengaruhi atau berdasarkan pada perspektif teoritis yang digunakan untuk meneliti. Sementara itu, perspektif teoritis yang dimaksud adalah suatu kerangka penjelasan yang memungkinkan peneliti memahami data dan menghubungkan data yang rumit dengan peristiwa dan situasi lain (Mulyana, 2006 : 146).

(2)

Pendekatan kualitatif memusatkan perhatian pada prinsip-prinsip umum yang mendasari perwujudan sebuah makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat. Objek analisis dalam pendekatan kualitatif berupa makna dari gejala-gejala sosial di dalam masyarakat.

3.2 Aspek Kajian

Dalam penelitian ini, yang menjadi aspek kajian adalah :

 Pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer (dominan/ negosiasi/ oposisi) terhadap komik „Sale‟.

 Pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer (dominan/ negosiasi/ oposisi) terhadap komik „Sepatu Baru‟.

 Pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer (dominan/ negosiasi/ oposisi) terhadap komik „Sepi tanpa Handphone‟.

 Pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer (dominan/ negosiasi/ oposisi) terhadap komik „Agar Semuanya Senang‟.

 Pemaknaan followers akun Instagram @Komikazer terhadap komik #HasratKebendaan yang mengandung kritik terhadap budaya konsumtif generasi muda secara keseluruhan.

3.3 Subjek Penelitian

(3)

diasumsikan dapat memberikan informasi sehubungan dengan penelitian ini atau disebut juga dengan informan rich cases. Menurut Neuman (2003 : 30), pada dasarnya jumlah informan dalam penelitian kualitatif tergantung dari kebutuhan data yang diperlukan. Oleh karena itu pada penelitian ini, peneliti hanya akan mewawancarai delapan orang informan rich cases yang diharapkan mampu memberikan data yang peneliti butuhkan.

Empat informan dipilih karena berkomentar pada salah satu komik #HasratKebendaan (satu komik diwakili oleh satu informan). Empat orang

informan lain adalah informan yang memberikan tanda suka minimal pada salah satu komik #HasratKebendaan. Pemilihan ini dilakukan karena dengan berkomentar dan memberikan tanda suka pada komik-komik #HasratKebendaan, mengindikasikan bahwa followers tersebut memiliki ketertarikan pada topik seputar budaya konsumtif maupun pada keseluruhan akun Instagram @Komikazer. Komentar yang diberikan juga bukan sembarang komentar melainkan komentar yang berkaitan dengan budaya konsumtif.

Jenis purposive sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah maximum variation sampling dimana pemilihan dilakukan dengan melihat segala kemungkinan variasi dari informan. Maximum variation sampling bertujuan untuk memperoleh keragaman makna dari berbagai karateristik informan. Dalam penelitian ini, terdapat delapan informan yang dibedakan berdasarkan karateristiknya, diantaranya adalah :

1. Variasi profesi (mahasiswa/ pegawai pemerintahan/ pegawai swasta/ pekerja lepas)

(4)

3. Variasi usia (generasi milenial yaitu 17-30 tahun)

Berikut adalah tabel informan penelitian yang telah dipilih berdasarkan keragaman karateristik profesi, ketertarikan di bidang seni dan usia:

Tabel 3.1

25 Tahun Dokter Umum Follow sejak Desember 2014. Like komik „Sale

(5)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data untuk keperluan penelitian. Perlu kecermatan dalam pengumpulan data agar memperoleh hasil penulisan yang valid. Berikut adalah metode yang dilakukan untuk mengumpulkan data :

1. Data primer dalam penelitian ini adalah : a) Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam (in depth interview) terhadap subjek penelitian dilakukan agar dapat dipahami secara lebih mendalam bagaimana pemaknaan subjek atas objek penelitian. Menurut Moleong (2006), wawancara mendalam merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian yang diarahkan pada pusat penelitian. Wawancara mendalam juga sering disebut sebagai wawancara semi-terstruktur karena peneliti tetap memiliki kontrol terhadap arah wawancara dan konten yang akan didiskusikan. Data yang diperoleh melalui proses wawancara mendalam berupa rekaman dan catatan peneliti. Dalam hal ini, metode wawancara mendalam dilakukan dengan adanya daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

b) Observasi

(6)

instrumen yang menyerap semua sumber informasi yang bisa diperoleh di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengobservasi profil Instagram informan untuk mengetahui bagaimana latar belakang dan tingkat konsumtif para informan. Selain itu, peneliti juga akan mengobservasi akun Instagram @Azerrr yang berisi kehidupan pribadi Reza Mustar dan akun @Komikazer khususnya gambar-gambar yang mengandung kritikan terhadap budaya konsumtif.

2. Data sekunder dalam penelitian ini adalah dokumentasi dan studi kepustakaan. Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan menelaah dokumen yang ada untuk mempelajari pengetahuan, teori dan fakta seputar permasalahan yang hendak diteliti. Dalam penelitian ini, dokumen yang dimaksud adalah data-data berupa penelitian terdahulu, website resmi serta situs resmi yang mendukung penelitian. Sedangkan riset pustaka peneliti lakukan untuk mempelajari buku-buku petunjuk teknis serta teori-teori yang dapat digunakan sebagai bahan penelitian ini.

3.5 Metode Analisis Data

(7)

analysis and interpretation of reception data” (Jensen, 2003). Ketiga tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan Data dari Khalayak (Followers)

Mengumpulkan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam (in depth interview) terhadap subjek penelitian yaitu followers akun Instagram @Komikazer. Dalam analisis resepsi, perhatian utama dalam wawancara tetap harus berpegang pada wacana yang berkembang di kalangan khalayak setelah diperantarai oleh media. Maksudnya adalah wawancara berlangsung untuk menggali bagaimana isi pesan dari media tertentu menstimulasi wacana yang berkembang dalam diri khalayaknya. Data dari informan juga dapat bersumber dari hasil observasi terhadap akun Instagram informan, dimana peneliti akan mencari tahu tentang latar belakang dan tingkat konsumtif para informan. Selain data dari informan penelitian, terdapat juga data studi dokumentasi atau kepustakaan dimana peneliti akan mencari teori-teori yang relevan atau bahan rujukan dari penelitian terdahulu yang pernah dilakukan.

2. Menganalisis Hasil atau Temuan dari Wawancara dan Observasi

(8)

3. Melakukan Interpretasi terhadap Pengalaman Bermedia dari Informan Dalam tahapan ini, sebenarnya peneliti tidak sekedar mencocokkan model pembacaan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam acuan teoritis melainkan justru mengelaborasikan dengan temuan yang sesungguhnya terjadi di lapangan sehingga memunculkan model atau pola penerimaan yang riil dan lahir dari konteks penelitian sesungguhnya.

3.6 Teknik Keabsahan Data

Terdapat beberapa hal yang menyebabkan hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya (Bungin, 2007: 261-262) :

1. Subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif.

2. Alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan tanpa kontrol.

3. Sumber data kualitatif yang kurang kredibel akan memengaruhi hasil akurasi penelitian.

Penetapan keabsahan (trustworhiness) data memerlukan teknik pemeriksaan. Creswell dan Miller (2000) menawarkan 9 prosedur untuk meningkatkan kredibilitas penelitian kualitatif yaitu triangulation, disconfirming evidence, research reflexivity, member hecking, prolonged engagement in the field, collaboration, the audit trail, thick and rich description dan peer debriefing. Peneliti memilih triangulasi sebagai peningkatan kredibilitas penelitian ini.

(9)

keempat jenis triangulasi tersebut, peneliti memilih untuk menggunakan triangulasi sumber data. Triangulasi sumber data artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Misalnya dalam penelitian ini, peneliti akan mewawancarai Reza Mustar untuk mengetahui bagaimana sebenarnya makna dibalik komik-komik #HasratKebendaan.

3.7 Keterbatasan Penelitian

(10)

BAB IV

TEMUAN PENELITIAN

4.1 Proses Penelitian

Pra penelitian peneliti lakukan dengan mengobservasi akun Instagram @Komikazer untuk melihat apakah dari orang-orang yang peneliti ikuti di Instagram ada yang mengikuti akun tersebut dan berdomisili di Kota Medan. Melalui cara ini, peneliti kemudian menemukan dua orang followers akun Instagram @Komikazer. Peneliti segera menghubungi kedua orang tersebut yaitu Ary dan Teguh, kemudian bertanya apakah mereka pernah memberikan komentar atau tanda suka pada minimal salah satu dari empat komik #HasratKebendaan. Ary memberikan tanda suka pada empat komik #HasratKebendaan, sedangkan Teguh memberikan tanda suka pada komik „Sale‟. Setelah mempertimbangkan usia mereka yang termasuk dalam generasi milenial, maka peneliti memutuskan bahwa Ary (Informan 1) dan Teguh (Informan 2) layak dijadikan informan.

(11)

mencari followers @Komikazer yang berdomisili di Kota Medan dengan melihat profil Instagram @Komikazer melalui akun pribadinya. Melalui orang ini, peneliti menemukan dua orang informan lainnya yaitu Emir (Informan 3) dan Aldi (Informan 4). Emir menyukai komik „Sale dan komik „Sepi Hidup Tanpa Handphone‟ sedangkan Aldi menyukai semua komik #HasratKebendaan.

Setelah menemukan empat informan di atas, peneliti melakukan observasi lagi, namun kali ini pada empat komik #HasratKebendaan. Hal ini peneliti lakukan untuk menemukan informan yang berkomentar pada komik-komik tersebut. Peneliti membaca satu per satu komentar pada keempat komik #HasratKebendaan, namun peneliti tidak menemukan followers yang berdomisili di Medan.

(12)

Setelah pra penelitian selesai, peneliti memulai penelitian dengan mengatur waktu untuk wawancara mendalam bersama Informan 1 di Cafe Kopi Dolok, Tebing Tinggi pada pukul 17.00 WIB. Peneliti tiba setengah jam sebelum waktu yang dijanjikan, sedangkan Informan 1 tiba setengah jam setelah pukul 17.00 WIB. Informan 1 adalah orang yang berbadan tinggi dan tegap. Ia menggunakan seragam Satpol PP lengkap dengan atributnya. Setengah jam pertama peneliti lakukan untuk mengobrol lepas dengan Informan 1.

Melalui obrolan lepas tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa Informan 1 adalah orang lapangan yang sangat sibuk, cukup dewasa, gaul dan sangat menjaga citra dirinya di mata orang lain. Hal ini terlihat dari bagaimana Informan 1 mengatur cara berbicara dan memaparkan pola pikirnya terhadap suatu hal. Sebelumnya, peneliti memang telah mengikuti akun Instagram Informan 1 karena peneliti dan Informan 1 terikat dalam 1 instansi pemerintah yaitu Pemerintah Kota Tebing Tinggi. Namun, peneliti belum mengenal dekat Informan 1 secara langsung.

(13)

Pertemuan kedua dengan Informan 1 dilaksanakan beberapa minggu kemudian di Cafe Original Tebing Tinggi pada pukul 21.00 WIB. Awalnya pertemuan dijadwalkan pada pukul 20.00 WIB, namun Informan 1 terlambat dengan alasan pekerjaan. Pada pertemuan kedua ini, Informan 1 menggunakan pakaian santai berupa kaos dan celana pendek sehingga terlihat sangat kontras dengan penampilannya saat pertemuan pertama. Pertemuan kedua berjalan lebih santai dan berlangsung selama sekitar 30 menit, namun peneliti merasa jawaban Informan 1 sangat jelas dan lugas.

Peneliti melakukan wawancara mendalam dengan Informan 2 di Killiney Cafe Medan setelah sebelumnya membuat janji untuk bertemu pada pukul 11.00 WIB melalui aplikasi Blackberry Messenger (BBM). Peneliti tiba pada pukul 10.45 WIB, sedangkan Informan 2 tiba pada pukul 11.20 WIB karena lampu depan sepeda motor Informan 2 padam, sehingga membuat Informan 2 ditilang oleh Polisi. Informan 2 mengenakan kemeja dan celana kerja. Penampilannya yang rapi tersebut dikarenakan latar belakang Informan 2 yang bekerja pada perusahaan finance.

(14)

Melalui wawancara ini, peneliti menilai Informan 2 sebagai orang yang santai dan humoris. Hal itu terlihat dari joke-joke yang dikeluarkannya. Informan 2 juga merupakan orang yang ramah dan supel. Pekerjaan membuat Informan 2 tidak memiliki domisili tetap (berpindah-pindah). Jadi, pada saat peneliti menghubungi Informan 2, Informan 2 sedang bertugas di Kota Medan. Namun di bulan berikutnya, Informan 2 berkata bahwa dirinya akan dipindah tugaskan ke Pulau Bangka sehingga peneliti dan Informan 2 menyepakati bahwa wawancara selanjutnya dilakukan melalui aplikasi Blackberry Messenger.

Wawancara selanjutnya dengan Informan 2 dilakukan melalui aplikasi Blackberry Messenger (BBM). Informan 2 berjanji untuk memberi kabar saat dirinya pulang kerja, namun Informan 2 lupa pada janjinya. Keesokan harinya, peneliti menghubungi kembali Informan 2 dan Informan 2 bersedia untuk wawancara dengan saling membalas chat. Wawancara dilakukan mulai pukul 19.30 WIB hingga pukul 00.00 WIB karena Informan 2 tertidur, kemudian dilanjutkan besok harinya mulai pukul 09.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Waktu yang cukup panjang tersebut dikarenakan Informan 2 sibuk dan lama dalam membalas pesan.

(15)

Wawancara mendalam dilakukan di ballroom hotel dengan diiringi musik jazz yang terdengar melalui pengeras suara. Wawancara diawali dengan perkenalan diri dan saling bertanya tentang latar belakang masing-masing baik itu dari pihak peneliti maupun Informan 3. Peneliti menilai Informan 3 adalah pribadi yang menyenangkan, cerdas dan humoris.

Wawancara dilakukan selama kurang lebih sekitar setengah jam, namun peneliti merasa puas atas jawaban yang diberikan oleh Informan 3 karena Informan 3 dalam memaparkan sesuatu sangat cepat, lugas, tidak berbelit-belit dan langsung pada poin yang ditanyakan. Informan 3 menyatakan bahwa dirinya sedang sibuk mempersiapkan diri untuk mengambil kuliah Dokter Spesialis. Kesibukan Informan 3 menjadikan sesi wawancara selanjutnya dilakukan melalui aplikasi Line. Informan 3 dalam menjawab via chat sama seperti saat wawancara langsung yaitu tepat pada poin yang ditanyakan sehingga waktu wawancara via Line juga relatif singkat.

Wawancara dengan Informan 4 dilakukan di Cafe Classic Medan pada pukul 20.00 WIB. Awalnya, peneliti dan Informan 4 menyepakati jadwal bertemu pada pukul 19.00 WIB di Cafe Killiney namun dikarenakan hujan, Informan 4 meminta untuk pindah lokasi ke cafe yang dekat dengan tempat tinggalnya. Informan 4 datang lebih dulu pada pukul 19.40 WIB, sedangkan peneliti datang pada pukul 19.50 WIB. Informan 4 bergaya santai dengan kaos oblong dan celana jeans. Informan 4 juga membawa kekasihnya pada saat wawancara berlangsung.

(16)

4 yang enggan saat diajak wawancara langsung dan memilih untuk wawancara melalui aplikasi chat. Namun saat bertemu langsung, Informan 4 ternyata merupakan sosok yang ramah dan mudah akrab. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 45 menit dan Informan 4 menjawab pertanyaan dengan sangat baik. Begitu pula pada saat wawancara lanjutan dengan menggunakan aplikasi Line. Informan 4 menjawab dengan pemaparan yang panjang dan sangat ramah.

Wawancara dengan Informan 5 dilakukan menggunakan aplikasi chat Line. Informan 5 pulang kerja pada pukul 20.00 WIB sehingga chat dilakukan mulai pukul 20.30 sampai dengan pukul 23.30 WIB selama tiga hari berturut-turut. Informan 5 dalam memaparkan jawaban sangat jelas dan kadang jawaban tersebut di luar dugaan. Sudut pandang unik dari Informan 5 disebabkan karena Informan 5 juga merupakan seniman dan memiliki akun Instagram khusus untuk mengunggah gambar-gambar maupun komik. Wawancara kedua dilakukan mulai pukul 14.00 WIB sampai esok harinya pada jam yang sama. Informan 5 tidak langsung membalas karena sambil bekerja. Namun peneliti menilai bahwa Informan 5 adalah orang yang cerdas, humoris, lucu dan sangat ramah.

(17)

Wawancara mendalam dengan Informan 7 dilakukan dengan menggunakan fitur phone call pada aplikasi Line. Informan 7 adalah satu-satunya informan wanita pada penelitian ini. Wawancara menggunakan telepon memiliki beberapa kendala diantaranya suara yang kurang jelas, pengucapan bahasa daerah maupun bahasa asing yang sulit dimengerti, serta sulit untuk menjelaskan makna komik-komik #HasratKebendaan tanpa memperlihatkan komik-komik secara langsung.

Hal tersebut membuat peneliti mewawancarai kembali Informan 7 khusus untuk membahas mengenai komik-komik #HasratKebendaan dengan menggunakan fitur chat pada aplikasi Line. Informan 7 adalah orang yang sangat ramah dan terbuka. Pemaparannya sangat panjang dan Informan 7 juga merupakan orang yang suka bercerita. Wawancara dilakukan selama kurang lebih 1 jam dengan menggunakan fitur telepon dan 30 menit dengan fitur chat.

Informan 8 diwawancara dengan menggunakan fitur chat pada aplikasi Line, sama seperti informan online lainnya. Chat dilakukan mulai pukul 14.00 WIB sampai pukul 19.30 di hari yang sama dan tanpa jeda. Dari hasil chat tersebut, peneliti menilai bahwa Informan 8 adalah sosok yang pemalu dan agak tertutup. Pada sesi selanjutnya, wawancara dengan Informan 8 dilakukan mulai pukul 08.30 WIB - 10.00 WIB dan pada malam harinya mulai pukul 19.00 WIB - 20.00 WIB. Setelah itu, peneliti sering menemukan kendala dalam menghubungi Informan 8 karena Informan 8 jarang membalas pesan, padahal Informan 8 mengaku bahwa dirinya termasuk orang yang tidak bisa lepas dari handphone.

(18)

informan yang dapat diwawancara secara tatap muka dan keterbatasan dalam mewawancarai informan karena jarak yang jauh. Peneliti setidaknya harus melakukan wawancara mendalam sebanyak 2-3 kali hingga menemukan jawaban yang benar-benar peneliti yakini dapat menjawab pertanyaan penelitian. Proses triangulasi data peneliti lakukan dengan mewawancarai Reza Mustar selaku pemilik akun Instagram @Komikazer.

4.2. Temuan Penelitian

4.2.1 Latar Belakang Informan

Peneliti telah memilih 8 informan untuk penelitian ini dengan latar belakang sebagai berikut:

(19)

“Datangnya keinginan mungkin dari hasil browsing-browsing internet, baca-baca informasi baru, terus jadi pengen. Bisa juga karena pengaruh lingkungan, sama pengaruh teman-teman juga, gitu. Jadi gak pure murni keinginan gitu.”

Informan 1 berasal dari keluarga sederhana. Dia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Orang tua Informan 1 menerapkan sistem reward jika Informan 1 berhasil mencapai sesuatu dan punishment setiap kali Informan 1 melakukan kesalahan. Informan 1 menamatkan pendidikan sarjananya di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang merupakan sekolah asrama dan berbasis militer. Hal ini membentuk kepribadian Informan 1 menjadi lebih dewasa, dapat menahan keinginan dan mandiri.

Informan 1 menilai dirinya termasuk orang yang pelit dalam mengeluarkan uang. Terkait dengan budaya konsumtif, Informan 1 menilai dirinya termasuk orang yang tidak konsumtif karena meskipun banyak keinginan, namun Informan 1 tidak menuruti semua keinginan tersebut. Hal itu dikarenakan dirinya harus memenuhi sendiri kebutuhan hidupnya, sehingga jika diberi pilihan antara keinginan dan kebutuhan, Informan 1 akan tetap memprioritaskan kebutuhan.

“Untuk saat ini mungkin saya gimana ya? Saya lebih memprioritaskan kebutuhan saya, gitu. Kenapa? Karena kan ya kita bukan, kalau saya menilainya diri saya kan bukan lagi di umur dimana kebutuhan sama keinginan, ya keinginan harus tercapai gitu, keinginan bisa nanti lah gitu kan. Karena balik lagi saya kan juga memenuhi kebutuhan dan keinginan saya dua-duanya dengan uang saya sendiri gitu. Jadi apa gunanya saya penuhi keinginan saya, yang menjadi angan-angan saya kalau ternyata kebutuhan saya belum dapat saya penuhi gitu. Jadi saya lebih memilih memenuhi kebutuhan saya daripada memuaskan keinginan saya.”

(20)

Foursquare dan lain-lain. Meskipun begitu, Informan 1 merasa tidak ada media sosial yang lebih digemari dibanding media sosial lainnya karena setiap media sosial memiliki fungsi yang berbeda serta memiliki keunikan masing-masing. Pria berusia 25 tahun ini memiliki minat di bidang seni. Hal ini terlihat dari following akun Instagram Informan 1 yang banyak berisi seniman baik itu fotografer, videografer dan komikus.

Informan 1 memanfaatkan media sosial untuk mengekspresikan diri, memperoleh informasi dan mengedukasi diri. Salah satu bentuk edukasi diri bagi Informan 1 adalah dengan mengikuti akun Instagram @Komikazer. Informan 1 mengikuti akun Instagram @Komikazer sejak tahun 2013 dan mengetahui akun tersebut melalui teman. Informan 1 sering memberikan tanda suka pada akun @Komikazer termasuk pada gambar-gambar dengan tema #HasratKebendaan yang menyindir gaya hidup konsumtif generasi muda.

Informan 2 bernama Teguh Arif Febianto. Dia bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembiayaan yaitu Nusa Surya Ciptadana (NSC) Finance. NSC Finance memiliki banyak cabang di seluruh wilayah Indonesia sehingga membuat Informan 2 harus berpindah-pindah domisili. Informan 2 bertugas sebagai legal officer perusahaan yang mencari ada atau tidaknya masalah di setiap cabang perusahaan. Hal ini membuat Informan 2 harus beradaptasi dengan lingkungan baru sekitar 2 atau 3 bulan sekali.

(21)

gawai terbaru seperti smartphone android dan sejenisnya. Asal keinginan Informan 2 mayoritas berasal dari dirinya sendiri, karena dia ingin selalu menjadi trendsetter di lingkungannya.

“Karena misalnya aku belum punya nih, aku belum punya barang ini, jadi

ya aku bakalan punya duluan nih. Aku lebih suka gitu. Aku barangnya punya duluan, yang lain belum punya.”

“Keinginan sendiri itu ya aku liat-liat dari sosmed. Ada yang bagus,

menurut aku bagus gitu karena aku sering buka explore gitu kan, jadi ya banyak, macem-macem. Yang gak di-follow juga keliatan disitu. Penasaran, pengen beli gitu.”

Informan 2 merupakan anak terakhir dan berasal dari keluarga yang cukup berada. Kedua orang tuanya merupakan orang kepercayaan perusahaan pabrik sakarin Dwi Mitra Serasi yang beralamat di Patumbak Medan. Latar belakang keluarga yang cukup berada tidak membuat Informan 2 menilai dirinya sebagai orang yang konsumtif. Informan 2 menilai diri tidak terlalu konsumtif karena merasa bahwa dirinya tidak pernah memaksakan diri untuk membeli semua benda yang diinginkannya. Namun, pria yang merupakan lulusan Ilmu Komputer Universitas Sumatera Utara ini mengakui bahwa jika dirinya dihadapkan pada kebutuhan dan keinginan, maka dia akan memilih untuk memenuhi keinginannya dengan alasan khawatir keinginannya tidak akan dapat dicapai di waktu yang lain.

“Tergantung juga jumlah uangnya sih mbak ya. Kalau misalnya uangnya lagi banyak gitu, sementara kita pengennya itu yang memang kita cukup gitu uangnya ya, ya aku bakalan ngeluarin uang ke yang aku pengen. Karena kalau untuk yang sehari-hari pasti bisa dicukupi lah dari mana-mana gitu. Ya pasti ada hitung-hitungannya ya mbak ya,”

(22)

kebutuhan kita itu kan. Kalau ya masih bisa, ya kita beli barangnya. Karena kapan lagi belinya kan? Nah, kalau misalnya gak dibeli waktu itu, ya gak bakalan terbeli-terbeli, kan? Makanya itu dipikirin juga”

“Cara cukupinnya ya dihemat-hematin. Pengeluaran paling besar kan makan sama rokok. Ya dari situ aku kurangin. Makan cari yang murah-murah aja. Malah kadang makan sekali aja sehari,”

Pria berusia 23 tahun ini memanfaatkan media sosial untuk mengisi waktu luang dan sebagai sarana hiburan. Informan 2 memiliki banyak platform media sosial, diantaranya adalah Facebook, Twitter, Path dan Instagram. Informan 2 memiliki minat terhadap akun-akun Instagram yang mengandung humor termasuk akun @Komikazer. Informan 2 mengetahui akun Instagram @Komikazer melalui fitur explore di Instagram dan mengikuti akun tersebut sejak tahun 2014. Informan 2 sering memberikan tanda suka pada akun @Komikazer seperti salah satu diantaranya yaitu komik „Sale‟.

Informan 3 dalam penelitian ini adalah Saddam Emir Pratama. Pria kelahiran tahun 1990 ini merupakan seorang Dokter Umum di Klinik Cuci Darah Medan. Klinik tempatnya bekerja memiliki pasien yang sama setiap harinya. Jarang ada pasien baru karena klinik ini khusus melayani pasien sakit ginjal yang memang harus rutin mencuci darah dalam jangka waktu tertentu. Hal ini membuat Informan 3 berinteraksi dengan orang yang sama hampir setiap hari.

(23)

maupun ios. Keinginan Informan 3 terhadap suatu benda biasanya datang dari diri sendiri karena Informan 3 tidak akan menginginkan sesuatu jika benda tersebut tidak dibutuhkan.

“Datang dari keinginan sendiri. Karna kadang pun, kadang-kadang memang

butuh. Kayak laptop mungkin speknya udah terlalu lama, ya udah ganti. Atau nanti mau pengen main game, ya ganti lagi.”

Informan 3 tinggal bersama dua orang adiknya di Kota Medan, sedangkan orang tuanya berdomisili di Aceh. Salah seorang adik Informan 3 juga mengambil Jurusan Kedokteran di Universitas Sumatera Utara. Informan 3 dapat dikatakan berasal dari keluarga yang berada. Informan 3 gemar menggambar dan mendengarkan musik heavy metal.

Barang-barang yang membuat Informan 3 jadi konsumtif adalah merchandise band idolanya. Informan 3 juga memiliki ketertarikan khusus

terhadap gawai seperti laptop, handphone dan console game. Meskipun demikian, Informan 3 merasa dirinya bukan orang yang terlalu konsumtif karena gawai merupakan benda yang tahan lama dan bukan barang murah yang dapat dibeli dalam jangka waktu per bulan. Selain itu, sangat jarang ada diskon untuk barang berupa gawai dan jika ada, maka Informan 3 belum tentu sedang memiliki uang banyak untuk membelinya.

Gadget jarang sale kan. Paling pas pameran, itu pun pas pameran pas lagi

(24)

Informan 3 memiliki beberapa platform media sosial, diantaranya adalah Path, Twitter, Instagram dan Facebook. Informan 3 menilai Facebook sebagai media sosial yang paling disukainya karena Facebook memiliki kemampuan yang lebih luas dan kompleks dibandingkan dengan media sosial lainnya. Informan 3 banyak mengikuti akun-akun humor, religi, musik dan seniman.

Informan 3 memanfaatkan media sosial untuk berkenalan dengan orang baru, memperoleh informasi tentang artis idola dan mencari inspirasi untuk menggambar. Salah satu ilham menggambar bagi Informan 3 didapat melalui akun Instagram @Komikazer. Informan 3 mengetahui akun Instagram @Komikazer melalui temannya. Dia mengikuti akun tersebut sejak Desember tahun 2014. Informan 3 memberikan tanda suka pada komik #HasratKebendaan khususnya komik „Sale‟ dan komik „Sepi Tanpa Handphone.‟ Menurut Informan 3, kedua komik tersebut sangat menggambarkan realita yang terjadi pada saat ini. Informan 3 menilai Reza Mustar sebagai sosok yang gaul karena banyak mengenal selebriti dan band indie.

“Yang punya akun? Kalau nggak salah anak band ya? Anak band kalau nggak salah. Reza apa gitu namanya. Kalau gak salah pernah searching searching di Google, atau salah baca kali, terus kalau dilihat-lihat dari akunnya kan kayak kenal banyak apa la kan selebriti, yang kayak underground indie-indie gitu kan, Efek Rumah Kaca gitu-gitu.”

(25)

Informan 4 lebih sering berinteraksi dengan teman semasa kuliah. Menurut Informan 4, teman-temannya termasuk orang-orang yang sangat memperhatikan gaya dan penampilan. Gawai yang mereka gunakan juga termasuk modern dan up to date. Mayoritas keinginan Informan 4 berasal dari keinginan pribadi. Meskipun begitu, pria yang anti kredit ini tidak menampik jika terdapat beberapa keinginannya yang berasal dari lingkungan sekitar.

“Biasanya pengen sendiri sih. Ya pasti ada jugalah nengok kawan-kawan juga ya kan? Kawan bagus juga, ya udah pengen juga. Tapi kalau biasanya gara-gara nengok kawan, pengennya nggak lama. Gitu. Kalau emang pas pengen tapi nggak terbeli ya udah, ga usah dibeli, gitu lho. Ya pengen-pengen gitu aja. Sesaat, gitu.”

Informan 4 berasal dari keluarga sederhana yang tinggal di Padang Sidempuan. Sejak kecil, pria berusia 26 tahun ini sudah tinggal terpisah dari orang tuanya dengan alasan pendidikan. Dia tinggal bersama salah seorang adiknya yang kuliah di Universitas Negeri Medan.

Informan 4 memiliki ketertarikan terhadap benda-benda penunjang penampilan seperti sepatu, jersey dan kaos. Saat ini Informan 4 sedang sibuk mempersiapkan pernikahan dengan kekasihnya sehingga dirinya lebih fokus menabung. Namun, Informan 4 mengaku bahwa dulu dirinya adalah orang yang cukup konsumtif karena pasti akan membeli benda yang diinginkannya, meskipun benda tersebut telah melewati masa trend. Informan 4 sangat anti terhadap barang palsu dan lebih memilih barang dengan merek yang tidak terlalu tinggi namun asli, sehingga seringkali Informan 4 membeli jersey bola yang langsung dipesan dari luar negeri.

(26)

ketinggalan zaman. Kalau saya pengen suatu barang, saya gak peduli itu barang lama atau baru. Pasti bakalan dibeli juga. Jadi gak masalah tu, pas lagi ngetrend kali gak perlu pas saat itu beli, gitu lho. Untuk beberapa bulan lagi, baru beli,”

“Sering beli sepatu bola sama baju. Kalau untuk baju saya suka yang ori dan belinya pun memang langsung dari luar. Saya ada juga koleksi baju bola classic gitu. kebanyakan duit saya habis ke baju bola sama sepatu. Memang dianggarkan sih. Sekali sebulan harus ada satu. Tapi beberapa bulan terakhir udah gak lagi.”

Selain gemar mengoleksi benda-benda yang berhubungan dengan bola, Informan 4 juga mengaku bahwa dirinya memiliki anggaran khusus untuk berwisata murah ala backpacker.

“..sukanya sih kalau gak ke gunung ke pantai. Kalau masalah biaya sih paling besar di transport. Tapi gak besar-besar kali sih soalnya backpacker-an gitu. Bukbackpacker-an jalbackpacker-an-jalbackpacker-an mewah terus harus nginap di hotel gitu. Biasbackpacker-anya saya jalan ke tempat yang ada teman jadi gak perlu penginapan sama guide.”

Informan 4 memiliki dua media sosial aktif, diantaranya adalah Instagram dan Path. Informan 4 gemar mengikuti akun-akun olahraga dan akun yang mengandung kritik sosial seperti @Komikazer. Informan 4 mengetahui akun @Komikazer melalui fitur explore di Instagram dan telah mengikuti akun tersebut sejak tahun 2014. Informan 4 sering memberikan tanda suka pada akun Instagram @Komikazer termasuk pada empat komik #HasratKebendaan. Namun Informan 4 menilai bahwa Azer terlalu vulgar dan bebas dalam menggambar, sehingga dirinya menyarankan agar Azer dapat mengurangi kevulgaran dalam akun @Komikazer.

(27)

Informan 5 dalam penelitian ini adalah Ikram Kautsar yang merupakan seorang seniman gambar yang cukup populer di Instagram. Informan 5 bekerja sebagai programmer di sebuah perusahaan software mobile di Jakarta. Selain itu, dia juga merupakan pekerja lepas di bidang seni gambar.

Informan 5 menilai lingkungan kerjanya sangat menyenangkan dan tidak membosankan karena banyak diisi oleh anak muda. Banyak rekan kerjanya yang merupakan orang-orang yang selalu mengikuti perkembangan zaman baik itu dalam hal gaya hidup, fashion dan gawai yang digunakan. Keinginan Informan 5 lebih sering berasal dari kebutuhan pribadinya, namun Informan 5 mengakui bahwa terkadang, lingkungan juga merupakan faktor yang memengaruhi dirinya dalam menginginkan suatu barang.

“Bisa dua-duanya kali ya. Ya kalau keinginan seimbang (yang datang dari diri sendiri dan yang datang karena faktor lingkungan), tapi untuk jadi kebutuhan ya mungkin gak terlalu berimbang,”

“Ya jadi kalau dari diri sendiri ya mungkin cari-cari barang apa yang dibutuhin, terus ya cari review di internet. Agak mirip, kalau untuk dari lingkungan ya mungkin denger dari teman ini tuh bagus, terus mungkin coba barangnya atau lihat langsung cocok, jadi bisa terpengaruh lingkungan juga.”

(28)

kebutuhannya, Informan 5 menyatakan bahwa dirinya lebih memilih untuk memenuhi kebutuhan dibandingkan keinginan.

“Orang tua cukup baik kasih pendidikan finansial. Terutama ibu, orangnya pinter mengelola uang. Kalau ayah, ya dia biasa-biasa aja. Banyak belajar dari ibu saya, gak terlalu konsumtif.”

“Lebih ke kebutuhan. Kadang juga kan kita punya keinginan ya. Bisa juga dibeli, tapi lebih mikirin fungsinya itu bisa nggak bikin kita bener-bener puas atau yang sesuai kita harapin. Jadi contohnya ya kalau kita beli jam. Fungsi kan tetep sama, model nomor 1, merek nomor 2. Aku gak peduli merek sepertinya. Kadang suka melihat apapun, terus dilihat dari dekat kualitasnya lebih detil, kalau ok dan sesuai keinginan ya sah-sah aja dimiliki. Kadang kita kan suka underrated merek China gitu ya, tapi kalau ternyata kualitasnya ok ya ok aja kalau saya sih,”

Informan 5 mengakui bahwa benda-benda yang membuatnya tertarik untuk membeli adalah alat-alat menggambar. Namun, dirinya akan berusaha kreatif dengan memanfaatkan keterampilannya terhadap alat yang harganya lebih murah agar memperoleh hasil yang sama seperti alat gambar mahal.

“Ya kalau untuk hobi saya lumayan konsumtif dalam artian ada budget khusus walaupun mungkin gak selalu yang mahal. Mungkin bisa sedikit kreatif dalam hobi saya, gimana caranya bisa mencapai hasil yang kurang lebih sama dengan yang mahal tapi menggunakan apa yang sudah kita punya atau yang harganya terjangkau.”

Pria yang ramah dan rendah hati ini, seringkali menghabiskan waktu luangnya di kedai kopi langganan bersama teman-teman kuliahnya. Dalam satu minggu, dirinya dapat mengunjungi kedai kopi tersebut sebanyak 2-3 kali. Meskipun dalam sekali kunjungan tidak menghabiskan uang banyak, namun Informan 5 menyadari bahwa intensitas yang sering, jika diakumulasikan, maka termasuk dalam pemborosan.

(29)

gambar kartun, komik dan ilustrasi. Akun tersebut bernama @Saudaranya yang telah memiliki sebanyak 10.000 pengikut, termasuk salah satu diantaranya adalah Reza Mustar, pemilik akun @Komikazer.

Informan 5 mengikuti akun @Komikazer sejak tahun 2013. Dia mengetahui akun tersebut dari sebuah forum di situs www.kaskus.co.id. Saat itu, Reza Mustar membuat sebuah thread, namun Informan 5 lupa thread seperti apa yang sampai membuatnya tertarik mengikuti @Komikazer. Informan 5 memberikan komentar pada komik „Agar Semuanya Senang‟ dalam akun tersebut. Komentarnya berbunyi, “Yang nempel di badan kurang lebih 27 juta rupiah.” Informan 5 berpendapat bahwa akun @Komikazer yang dulu lebih idealis dibandingkan sekarang.

“Kalau dulu mungkin lebih berat ya, lebih idealis. Kalau yang sekarang sepertinya lebih ringan. Mungkin juga karena menyesuaikan audience yang lebih luas. Tapi namanya seniman, ya kadang masih suka ngeluarin idealismenya, beberapa post-nya kadang-kadang juga berat.”

Informan 5 menggunakan media sosial untuk membagi karyanya, mencari referensi menggambar dan memperbanyak platform agar bisa menjangkau khalayak luas yang tertarik pada karyanya. Platform yang digunakan Informan 5 diantaranya adalah Instagram, Twitter dan Tumblr. Informan 5 paling menyukai Instagram dibandingkan media sosial lain karena menurutnya Instagram lebih simpel.

(30)

6 merupakan satu-satunya informan dalam penelitian ini yang aktif mengikuti organisasi sosial yaitu Berbagi Ceria dan Share Awesomaze Foundation yang fokus di panti cacat ganda. Namun, dikarenakan anggotanya memiliki banyak kesibukan masing-masing, dua organisasi tersebut vakum untuk sementara waktu.

Setelah lulus, Informan 6 mengaku bahwa dirinya jarang bersosialisasi secara langsung. Dia lebih sering menghabiskan waktunya di rumah. Namun jika bosan, Informan 6 akan mengunjungi teman satu kost semasa dia kuliah. Teman-temannya tersebut banyak yang berasal dari desa, sehingga bukan orang yang peduli akan gaya dan penampilan. Gawai yang mereka gunakan juga tergolong standar dan tidak mahal. Dirinya merasa bahwa keinginan-keinginannya mayoritas berasal dari dirinya sendiri dan bukan pengaruh dari lingkungan.

“Keinginan pribadi, karena kebutuhan juga sih mbak. Gak bakal beli kalau memang gak butuh. Kalau pas bokek ya hasrat belinya dipendam. Mentingin kebutuhan dulu dan memang harus pinter nabung kalau mau dapetin tuh barang. Karena diriku belum kerja ya masih ngandalin uang ortu dan amplop lebaran.”

Informan 6 berasal dari keluarga yang cukup berada. Dia merupakan anak tunggal dan kedua orang tuanya bekerja, sehingga dia sering tinggal sendirian di rumahnya. Namun, kedua orang tua Informan 6 selalu menyempatkan waktu untuk bercengkerama dengannya selama sekitar 2-3 jam per hari saat mereka pulang dari kantor. Mobilitas Informan 6 adalah dengan menggunakan kendaraan roda empat.

(31)

barang-barang penunjang hobi mendaki gunung, seperti tali, tas keril, jaket, tenda dan lain-lain. Jika harus memenuhi benda-benda tersebut, Informan 6 harus merogoh kocek sekitar Rp. 2.000.000,00. Toleransi Informan 6 terhadap barang palsu atau KW, dianggap sebagai solusi terhadap gaya hidup konsumtif.

“Boleh beli barang yang bermerek, tapi lihat kantong saku. Kalaupun belum bisa beli yang ori, beli KW juga gak apa-apa asal nyaman dipakai. Mending KW daripada memaksakan gaya hidup ori.”

Informan 6 memiliki 2 platform media sosial yang aktif yaitu Facebook dan Instagram. Pria yang lahir pada tahun 1993 ini memanfaatkan media sosial untuk membagi aktivitas diri kepada teman-teman yang mengikuti akunnya. Informan 6 memiliki minat terhadap akun-akun yang mengandung unsur humor di dalamnya seperti salah satunya adalah akun @Komikazer. Dia telah mengikuti akun @Komikazer sejak tahun 2015 dan mengetahui akun tersebut melalui repost pada

akun Instagram @Komikin_ajah. Akun @Komikin_ajah merupakan akun yang berisi kumpulan komik-komik dari komikus ternama. Informan 6 sering memberikan tanda suka dan sesekali berkomentar pada komik-komik di akun @Komikazer. Salah satu komentarnya adalah, “Hedonism is needed for a while” pada komik „Sepatu Baru.‟ Sama seperti Informan 4, Informan 6 berpendapat bahwa akun @Komikazer terlalu vulgar.

“Sering pas baca komiknya ada unsur porno, sekiranya dia membatasi konten tersebut, karena anak-anak dibawah umur yang punya Instagram sudah banyak.”

(32)

Gizi Klinik. Saat wawancara pertama dilakukan, Informan 7 sedang dalam keadaan liburan lulus Sekolah Menegah Atas, namun saat wawancara lanjutan, dirinya sedang dalam masa orientasi perkuliahan.

Informan 7 masih sering bergaul dengan teman sekolahnya baik itu teman pada saat Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Selain teman sekolah, Informan 7 juga banyak bergaul dengan teman satu komplek tempat tinggalnya. Hampir setiap hari secara bergantian, Informan 7 berkumpul bersama mereka. Bahkan dirinya mengaku sering pulang larut malam yaitu sekitar pukul 22.30 WIB. Mayoritas uangnya banyak dihabiskan untuk aktivitas tersebut. Teman sepermainan Informan 7 bukan orang-orang yang modis, namun gawai yang mereka gunakan cukup up to date. Informan 7 mengakui bahwa lingkungan sekitar adalah faktor utama penyebab dirinya menginginkan sebuah benda.

“Hmmm pengen iya sih lebih terpengaruh sama teman kayaknya. Contohnya kayak apa ya? Oh iya, kayak teman aku punya kamera baru kan, kamera DSLR baru, ya aku kepengen beli ya tapi pengennya aku juga udah punya kak. Maksudnya kan, kayak mereknya dia tuh jauh lebih tinggi dari punyaku yang sekarang. Pengen kok pengen beli yang kayak gini lagi padahal di rumah juga udah ada sih tapi gak secanggih yang punya teman aku itu.”

Informan 7 merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Wanita yang berusia 18 tahun ini berasal dari keluarga yang cukup berada. Ayahnya bekerja sebagai polisi sedangkan ibunya merupakan Pegawai Negeri Sipil di BKKBN Dinas Kesehatan. Latar belakang pekerjaan ibunya di bidang kesehatan memengaruhi Informan 7 dalam mengambil jurusan kuliah yang juga berada pada bidang kesehatan.

(33)

konsumtif khususnya terhadap benda-benda penunjang penampilan seperti kacamata, tas dan sepatu. Satu-satunya informan wanita dalam penelitian ini juga mengaku bahwa jatah uang bulanannya sering habis sebelum waktunya.

“Jujur ya kak aku nggak bisa ya buat ngatur keuangan aku itu. Nggak tau

kenapa aku nggak bisa nabung atau apa jadi kalau misalkan cari uang berapa gitu ya kalau habis ya ntar minta lagi gitu.”

“..gara-gara itu ya kayak keseringan keluar, maksudnya keseringan hangout bareng teman-teman itu mungkin bisa jadi, terus kan aku juga anaknya suka apa ya ? Beli-beli barang gitu deh maksudnya beli kayak tas, sepatu gitu-gitu aja. Tapi gak sering juga sih. Nongkrong itu konsumtif juga kayaknya. Pas SMA dulu hampir setiap pulang sekolah aku nongkrong kak. Kalau sekarang paling Jumat Sabtu aja. Biasanya sekali nongkrong habis Rp.40.000,- Itu sudah makan sama minumnya. Biasa di cafe-cafe aja kak yang ada wifi nya + live music”

Informan 7 mengatakan bahwa dirinya tidak dapat lepas dari media sosial. Dirinya memiliki hampir semua platform media sosial seperti Facebook, Path, Twitter dan Instagram. Informan 7 bahkan mengakui bahwa dirinya pernah 3 kali membuat akun Twitter dengan tujuan untuk memantau perkembangan artis idolanya. Namun, setelah dewasa dirinya merasa hal tersebut tidak lagi penting, sehingga dia menghapus akun-akun tersebut.

(34)

komentar pada akun tersebut. Komentar yang menjadikan dirinya sebagai informan dalam penelitian ini adalah pada komik „Sepi Tanpa Handphone,‟ yang berbunyi, “Emangnya gua apaan? Tutup panci?”

Sama seperti Informan 5, Informan 7 juga berpendapat bahwa akun @Komikazer yang sekarang tidak terlalu idealis karena banyak terdapat iklan. Selain itu, Informan 7 juga menilai bahwa Azer kurang berjiwa sosial karena tidak pernah melakukan aksi peduli terhadap orang-orang yang kurang mampu.

“Dia pernah bikin anu gak sih, kayak tadi kayak bang Dan gitu, buat ngecat sekolahan. Buat yang lebih membutuhkan gitu kak kayak yang kurang mampu gitu. Maksudnya dia nggak peka buat kayak yang membutuhkan gitu.”

“Iklan ya dan itu aku ya minusnya dia sih disitu sih sebenarnya.”

Informan 8 dalam penelitian ini bernama Iwan Haryono. Informan 8 adalah mahasiswa tingkat akhir jurusan Pertanian di Universitas Brawijaya Malang. Selain sebagai mahasiswa, Informan 8 juga merupakan pekerja lepas khususnya di bidang seni menggambar tradisional. Seni gambar tradisional yang dimaksud adalah dengan menggunakan cat air, tinta dan pulpen khusus gambar, bukan menggunakan bantuan komputer maupun pen tablet.

(35)

menyimpulkan demikian karena melihat Informan 8 sering berganti nama di akun line seperti „Pacar Pevita‟, „Pacar Kamu‟ dan „Diabetes Berdikari‟.

Informan 8 merasa bahwa keinginan pribadinya datang bukan karena terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Informan 8 menilai dirinya termasuk orang yang tidak konsumtif, bahkan dia menganggap dirinya termasuk orang yang pelit dalam mengeluarkan uang. Informan 8 merasa demikian karena dirinya tidak pernah memaksakan untuk dapat membeli barang yang sedang trend atau barang yang banyak dimiliki orang-orang di sekitarnya.

“Keinginan pribadi sih. Saya nggak terlalu maksain pengen punya kayak mereka. Saya mah budget planner banget. Ya bisa menjurus ke pelit. Kalau memang nggak perlu beli barang kayak gitu ngapain juga dibeli. Toh buat yang lain aja. Tapi secara nggak sadar atau nggak munak (munafik) sih. Bisa saja sudut pandang orang lain bilang saya konsumtif. Nggak terlalu ngotot sih disesuaikan sama budget juga.”

Informan 8 merupakan anak terakhir dari dua bersaudara. Pria berusia 25 tahun ini berasal dari keluarga sederhana yang sangat religius. Informan 8 tinggal terpisah dari orang tuanya karena alasan pendidikan. Orang tuanya berdomisili di Probolinggo sedangkan Informan 8 tinggal di Malang.

Informan 8 memiliki adiksi yang sangat tinggi terhadap media sosial. Bahkan, interaksinya lebih banyak dilakukan melalui media sosial dibandingkan dengan interaksi secara nyata. Pria introvert ini juga mengakui bahwa dirinya menggunakan handphone hampir 24 jam dalam sehari. Media sosial yang dimiliki Informan 8 diantaranya adalah Path, Ask.fm, Twitter, Facebook dan Instagram. Informan 8 memanfaatkan media sosial untuk menghibur diri dan melakukan personal branding.

(36)

@Komikazer. Informan 8 mengaku tidak pernah absen dalam memberikan tanda

suka pada akun tersebut. Informan 8 mengetahui akun @Komikazer dari fitur explore di Instagram dan dia mengikuti akun tersebut sejak tahun 2014. Selain memberikan tanda suka, Informan 8 juga sering memberikan komentarnya di akun Instagram @Komikazer. Salah satu komentarnya adalah, “Belanja terus sampai mati,” pada komik „Sale.‟ Informan 8 mengaku bahwa komentarnya terinspirasi

dari judul lagu band indie Efek Rumah Kaca.

Informan 8 termasuk orang yang cukup sering mengunggah karya di Instagram. Karya-karya Informan 8 berupa ilustrasi benda, hewan, wajah manusia, tokoh, abstrak dan tengkorak. Gaya penggambaran terlihat realistis dan profesional. Meskipun begitu, Informan 8 mengaku bahwa dirinya hanya mengunggah jika memang sedang memiliki stock pesanan gambar.

4.2.2 Proses Encoding Reza Mustar terhadap Budaya Konsumtif Generasi Muda dalam Komik #HasratKebendaan

Akun Instagram @Komikazer dimiliki oleh Reza Mustar. Pria yang menekuni hobi menggambar sejak dirinya kecil ini, mempelajari cara mendistribusikan komik indie, apa saja jenis-jenis komik dan lain-lain. Azer, panggilan akrab Reza Mustar mengawali karirnya di dunia komik sejak tahun 2001. Waktu itu dirinya masih kuliah di Jurusan Desain Komunikasi Visual Institut Kesenian Jakarta. Dia memperbanyak komiknya dengan mesin fotokopi dan menjualnya di area sekitar kampus untuk menambah uang saku.

(37)

tersebut di enam halte Transjakarta pada tahun 2004. Saat itu, Transjakarta atau biasa disebut busway masih beberapa bulan beroperasi di Jakarta. Berikut pemaparan Azer dalam wawancara triangulasi:

“Awalnya sih kalau aku kan memang jual komik itu dari kuliah. Kuliah kan udah cukup dekat dan terbiasa ngejual pas kuliah. Tahun 2001 di IKJ, Tahun 2009 di Jakarta. Ya udah jadi kerjakan komik, ikut UKM. Terus aku juga jual-jualin komik aku sendiri komik-komik indie waktu awal-awal kuliah tahun 2001-an.”

(38)

“Aku hampir 7 tahun kerja kantoran. Wah pindah-pindah. Terakhir kali aku tuh sebagai supervisor designer. Advertising pernah juga. Tapi gak kuat, cuma 3 bulan lah. Ya udah disitu tu aku merasa bosan ya, akhirnya aku ngomik-ngomik lagi iseng-iseng, terus aku post, upload di Instagram. Tapi dulu kan aku pernah nge-post juga sih kayak di DevianArt, Facebook kayak gitu-gitu lah. Aku pernah nge-post di Kaskus, aku pernah nge-post dan aku suka pameran di Galeri Nasional Seniman Ruang Rupa itu aku bikin karya. Karya aku tuh aku taruh di Kaskus. Lalu ya akhirnya aku taruh di Instagram karena waktu itu di sela-sela kerjaan itu aku bosan kan, pengen lakukan sesuatu. Tetap aja yang namanya seniman itu udah dipahat. Akhirnya aku bikin komik „Rahasia‟ iseng-iseng aja ya udah sampe sekarang. Itu kalau gak salah tahun 2013 atau akhir tahun 2013.”

Pria yang telah memiliki dua orang putri ini menangkap fenomena keseharian yang terjadi di sekitarnya dan mencatatnya di fitur notes di handphone. Azer menggunakan handphone yang menyediakan stylus pen sehingga dirinya dapat menggambar sketsa pada handphone-nya tersebut. Hal ini Azer lakukan karena baginya, ide dapat datang kapan saja dan dimana saja.

“Proses bikinnya ya? Kalau aku kan memang dari dulu bikin komik selalu yang berdasarkan kehidupan sehari-hari, daily life gitu. Jadi ya aku sebagai seniman yang aku perhatikan itu ya kehidupan sehari-hari. Aku merekam setiap kejadian yang terjadi di lingkungan aku, ya dulu waktu di kantor aku sering ngomikin tentang lingkungan kantor. Hmm terus ya lagi di acara musik, aku tangkap-tangkap fenomena-fenomena anak mudanya, kegiatannya gimana. Ya ide-idenya ya dari lingkungan sosial aku aja, apa yang terjadi sama apa yang aku rasakan. Semuanya sih based on, risetnya tuh aku riset di kepala, aku catat di kepala aja. Nanti dapat bayangan top kira-kira komiknya bahas kayak gini ah, biasanya nyatat di handphone aku. Kebetulan ada apa, ada stylus nya buat gambar sketsa kasar.”

(39)

(#). Karya Azer yang ditujukan untuk mengkritisi budaya konsumtif generasi muda biasanya ditandai dengan label (#)HasratKebendaan.

Meskipun komik #HasratKebendaan mengandung kritik terhadap budaya konsumtif, namun Azer sebenarnya tidak bermaksud menyindir orang-orang yang melakukan perilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan dia sendiri merasa bahwa dirinya konsumtif. Peneliti juga menyimpulkan bahwa Azer adalah orang yang modern dan konsumtif setelah melakukan observasi pada akun Instagram @Azerrr yang bersifat lebih personal dan terbuka. Akun tersebut berisi kehidupan

pribadi Azer yang tidak diunggah di akun @Komikazer.

Azer membuat komik #HasratKebendaan sebagai pengingat dan cermin diri agar generasi muda menyadari bahwa saat ini mereka semakin konsumtif. Selain itu, tujuan dibuatnya komik #HasratKebendaan juga untuk menyuarakan kritiknya terhadap kapitalisme yang membuat masyarakat sekarang menjadi konsumtif. Bagi Azer, kapitalisme tersebut menjadikan kita seolah-olah membutuhkan barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

“Hasrat Kebendaan itu sendiri sebenarnya ya permasalahan aku ya. Aku sebenarnya gak pernah mau nyindir ya, kecuali kalau memang aku terbiasa nyindir sesuatu, kayak pemerintah, seperti itu. Semuanya itu emang aku rasakan sendiri sih. Duit aku abis buat beli barang-barang yang sebenarnya gak penting-penting banget. Beli apa, Playstation lah, apa lah, gitu. Ya Hasrat Kebendaan ya permasalahan aku sih, musuh aku sendiri, musuh yang sedang aku alami.”

“Hm kalau untuk merubah konsumtif itu aku terlalu muluk-muluk sih kayak gitu, susah ya. Karena ya orang tua kita sendiri aja gak bakal kita dengerin, gimana aku gitu. Jadinya sebenernya aku cuma mengingatkan aja kalau ya kita tuh begini. Apa yang terjadi tuh dimasalahkan seperti ini kayak gitu. Ya menangkap fenomena aja, apa yang semua manusia rasa, hampir semua manusia rasakan.”

(40)

tersebut adalah fokus dalam penelitian ini yang akan dibahas secara mendalam di sub bab berikutnya. Berikut adalah 4 (empat) komik strip yang merupakan bentuk encoding Reza Mustar terhadap budaya konsumtif :

Gambar 4.1 Komik „Sale‟

Peneliti menyebut komik di atas dengan nama komik „Sale‟. Azer meng-encode kebiasaan berbelanja berlebihan dengan menggambarkan tangan yang diborgol pada sebuah tas bertuliskan „SALE‟. Di dalam tas tersebut terdapat barang-barang mewah. Caption „Aku belanja, aku bahagia #HasratKebendaan‟ melengkapi maksud Azer yang menyindir budaya konsumtif generasi muda.

Gambar 4.2 Komik „Sepatu Baru‟

(41)

atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah, „Percayalah kau tidak membutuhkanku.‟ Melalui pengkodean pada komik „Sepatu Baru‟, dapat dilihat bahwa Azer melakukan sindiran atas jiwa konsumtif anak muda yang suka membeli barang yang tidak dibutuhkan hanya karena terdapat hasrat dan keinginan yang kuat terhadap barang tersebut.

Gambar 4.3 Komik „Sepi Tanpa Handphone‟

(42)

Gambar 4.4 Komik „Agar Semuanya Senang‟

Komik „Agar Semuanya Senang‟ diunggah dengan caption “Agar semuanya senang...#HasratKebendaan”. Azer menggambarkan tingginya tingkat konsumtif orang masa kini dengan menampilkan sosok anak muda dan benda-benda yang wajib dibawa setiap harinya. Benda-benda-benda wajib tersebut menunjukkan adanya indikasi budaya konsumtif karena merupakan benda-benda mewah dan bermerek.

4.2.3 Pemaknaan terhadap Komik „Sale’

Reza Mustar adalah pencetus istilah „Hasrat Kebendaan‟ yang kini populer

di Instagram. Hasrat kebendaan merupakan salah satu kategori dalam akun Instagram @Komikazer yang merupakan kritik terhadap budaya konsumtif generasi muda. Sampai dengan bulan Juni 2016, terdapat empat buah komik yang diberi tanda pagar (label) #HasratKebendaan oleh Reza Mustar. Berikut akan dibahas bagaimana Reza Mustar dan informan penelitian melakukan pemaknaan terhadap komik „Sale‟.

(43)

mengunggah komik ini dengan judul „Aku belanja, aku bahagia

#HasratKebendaan‟. Komik ini merupakan sindiran kepada orang-orang masa

kini yang berbelanja secara berlebihan dan tidak dapat lepas dari kata „sale‟. Azer sebagai pembuat pesan (encoder) memaknai komik „Sale‟ sebagai penggambaran atas kehidupan konsumtif saat ini, dimana sistem kapitalis semakin merajalela. Sistem kapitalisme tersebut menjadikan kita seolah-olah membutuhkan barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Azer menggambarkan tangan yang diborgol karena dirinya sendiri merasa terbelenggu oleh kapitalisme tersebut sehingga dia mengaku tidak bisa lepas dari gaya hidup konsumtif. Berikut pemaparan Azer:

“Hm itu sih yang pengen aku sampaikan ya kayak konsumerisme aja. Sebenarnya ya kita tuh kayak apa ya? Sistem kapitalis yang bikin kita seperti itu. Apa yang nggak kita butuhkan, jadi butuh. Barang ada bukan karena kita butuhkan, tapi karena dibuat-buat seolah-olah kita butuh. Kayak misalnya apa ya? Sepatu lah, sepatu aja ada sepatu lari, sepatu balet, ada sepatu naik gunung, sepatu ini, sepatu itu, sneakers, segala macem, sepatu kondangan. Ya, fungsinya kan sama tetap buat ngelindungin kaki. Cuma ya kebutuhan jadi dibuat ada gitu oleh sistem yang namanya kapitalis kayak gitu. Aku merasa terbelenggu aja oleh sistem itu walaupun aku sendiri sebagai pelaku, pelaku konsumerisme.”

(44)

“Sedikit banyaknya pada ini saya tersindir juga sih, „Aku belanja aku bahagia‟, gitu. Tapi konteksnya kalau ini kan aku belanja aku bahagia. Dalam arti aku ya kalau belanja, kalau belanjanya semua gitu, mau sale atau gak ya bahagia. Kalau saya pas sale aja baru bahagia belanja. Kalau gak sale saya gak bahagia-bahagia kali belanja. Kalau saya pribadi kalau lagi sale saya belanja gitu kan, that‟s ok. Tapi kalau nggak lagi sale terus saya harus belanja, saya merasa „aduh sayang nih uangnya‟, gitu.”

“..Kalau masalah itu, sejauh yang saya tangkap, saya walaupun sale saya termasuk selektif juga, gitu. Misalnya ini worth it gak dibeli, kalau ternyata dia di sale yang barang aslinya tuh 300 di-sale jadi 200, kan berarti emang murah gitu, bukannya dinaikkan, gitu. Ya saya tahu harganya pas belum di sale berapa, pas jadi di sale berapa.”

“..Ya mayoritas sih barang-barang saya sale, iya gitu. Cuma kan walaupun secara keseluruhan barang-barang saya sale, bukan berarti saya sering belanja gitu. Bisa aja barang saya itu dibeli satu bulan lalu, terus 6 bulan kemudian saya baru belanja lagi. Walaupun mungkin isi lemari saya sale, tapi kan gak semua dibeli setiap ada sale langsung belanja, gitu.”

Informan 2 memaknai komik „Sale‟ sebagai komik yang menggambarkan bahwa manusia tidak dapat lepas dari sale. Informan 2 merasa dirinya sering membeli benda yang tidak dibutuhkan hanya karena ada kata „sale‟ pada benda tersebut, bahkan dirinya pernah tidak jadi membeli barang yang dibutuhkan hanya karena terkecoh dengan barang sale. Menurut Informan 2, komik ini berhasil menyindir dirinya.

“Komik yang „sale‟ ? Hm intinya kalau misalnya udah ada bacaan diskon gitu kan, biarpun kita nggak, misalnya barang itu kita nggak butuh-butuh amat tuh, cuma karena udah di diskon gitu, di sale jadi ada hasrat kita untuk miliki barang itu. Jadi kapan lagi kita beli barang itu kan? Kalau gak sekarang, mumpung sale, gitu. Jadi kita terperangkap sama bacaan itu loh. Lucu.”

“Kalau aku bacanya ya mbak menurut aku ya kita tuh nggak bisa apa ya? Nggak bisa jauh dari kata-kata sale, gitu ya. Barang apapun kalau misalnya, harganya ditinggiin nih, terus ada bacaan sale. Pasti kita milih, kita bakalan tertarik, gitu. Padahal harganya sama tuh harga sale sama harga nggak sale. Ya kan? Jadi kita lebih tertarik sama harga sale. Kita terperangkap jadinya disitu, dengan tulisan sale-sale itu.”

(45)

beli baju, terus kita liat tuh sepatu lagi sale, akhirnya beli sepatu gak beli baju.”

Informan 3 memaknai komik „Sale‟ sebagai sindiran terhadap para pemburu sale. Menurutnya, para pemburu sale sering membeli benda-benda yang tidak mereka butuhkan. Informan 3 sendiri tidak merasa tersindir dengan adanya komik „Sale‟ karena benda yang dia inginkan berupa gawai, sedangkan jarang terdapat diskon untuk benda berupa gawai.

“Ya kita kayak, misalnya ya gini lah kita lihat ada pengumuman „sale‟ gitu kan. Kita jadi kayak mandatory, kayak wajib, „Oh itu ada sale, kita kesana‟. Kadang mungkin kita nggak butuh sama barangnya karena ada kata kata „sale‟ itu jadi menarik kan? Udah kesana, padahal sampai sana mungkin barang yang kita butuh itu nggak ada. Cuma pengen punya aja.”

“Enggak. Karena memang seringnya kan gadget. Gadget jarang sale kan.

Paling pas pameran, itu pun pas pameran pas lagi nggak ada uangnya jadi nggak kebeli juga.”

Sama seperti pendapat informan lainnya, Informan 4 juga menilai bahwa sale membuat orang-orang membeli barang yang tidak dibutuhkan. Informan 4 tidak merasa tersindir karena dirinya bukan pemburu sale. Informan 4 lebih tertarik pada jersey bola dan liburan ala backpacker daripada benda-benda sale.

“Ya ini lah tentang pandangan kita terhadap ini barang-barang sale gitu. Kita merasa gimana ya? Kita merasa itu penting kita beli, kita merasa gara-gara dia pas saat itu murah ya kan. Padahal kan secara tidak langsung itu kita jadi ini, membeli barang yang tidak perlu. gitulah intinya, cuma tertarik gara-gara sale gitu”

(46)

“Keinginan untuk beli sesuatu ketika sale/diskon itu ada, kita jadi diperbudak oleh benda-benda yang terkadang secara value gak terlalu kita butuhkan. Tapi karena sale, ya nafsunya jadi besar.”

Informan 6 merupakan orang yang suka membandingkan harga sebelum membeli, sehingga dirinya jarang tertipu oleh istilah sale. Dia menilai komik „Sale‟ dibuat oleh Reza untuk menggambarkan keadaan orang masa kini yang tidak senang jika belum membelanjakan uangnya. Dirinya tidak merasa tersindir karena pernah melewati fase seperti yang disampaikan Reza pada komik tersebut.

“Rasanya ada yang kurang kalau belum keluar duit. Karena sudah kena

konsumerisme jadi seneng shopping mbak. “

Informan 7 menilai komik „Sale‟ selain sebagai sindiran, juga sebagai pengingat bagi orang-orang yang suka belanja. Namun, Informan 7 sendiri merasa bahwa hal tersebut sering terjadi pada saat ini. Meskipun merasa tersindir, Informan 7 sangat menyetujui pesan yang ingin disampaikan Reza melalui komik tersebut.

“Hm mungkin dia nyindir sih, tapi nyindirnya memang udah biasa. Maksudnya emang sering aja, kalau lihat barang-barang sale gitu kan siapa sih yang gak tertarik. Ya dia di gambar itu ngingetin sih, kita kayak gak bisa lepas aja dari yang namanya sale. Biar hemat mungkin. Ya ampun Bang Reza is the best kalau buat nyindir.”

“Sebel sih. Ya kalau bang Reza ada di sebelahku juga aku bakalan bilang, „Nyindir terus bang, emang situ kuat lihat barang-barang sale?‟”

(47)

Informan 8 memaknai kata „sale‟ dalam komik di atas sebagai kata magis yang membuat orang-orang masa kini tidak bisa lepas darinya. Informan 8 merasa bahwa dirinya tidak begitu terpengaruh oleh kata „sale‟ kecuali untuk alat-alat menggambar. Dirinya turut menyindir kebiasaan konsumtif dengan berkomentar „Belanja terus sampai mati‟pada komik „Sale‟.

“Kalau menurut saya, sejatinya atau dewasa ini, kalau lihat tulisan „sale‟ di mall-mall, mata kita nggak bisa berkedip dan nggak berhenti natapin barang barang diskonan, sejauh barang itu didiskon, kita jadi pengen beli dan nggak bisa lepas dari yang namanya „sale‟. Meski kita sebenarnya tau atau nggak tau kalau barang itu barang lama atau barang dari gudang yang disimpen lama, ya intinya hasrat kebendaan, kalau lo punya gw juga kudu punya itu. Mumpung diskon coy.”

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat dilihat bahwa baik Reza Mustar dan informan penelitian, memaknai komik „Sale‟ dengan cara yang sama. Mereka menilai bahwa komik ini merupakan penggambaran atas tingginya ketertarikan dan keterikatan orang masa kini terhadap benda-benda diskon. Meskipun memaknai dengan cara yang sama, namun tidak semua informan menyetujui buah pikir Azer dalam komik tersebut. Contohnya adalah Informan 1 yang merasa tersindir karena sering membeli barang-barang sale. Informan 1 men-decode komik „Sale‟ dengan cara oposisi karena bagi Informan 1, dirinya membeli barang dengan promo khusus seperti sale, buy one get one dan diskon untuk menghemat pengeluarannya di kemudian hari.

(48)

komik „Sale‟ yang menggambarkan tingginya tingkat konsumtif masyarakat masa kini, sehingga mudah terjerat oleh kata sale, diskon dan sejenisnya. Sedangkan Informan 7 berada pada posisi pemaknaan negosiasi, dimana meskipun dirinya menganggap bahwa pesan yang disampaikan Azer dalam komik „Sale‟ benar, namun sebagai wanita, Informan 7 mengaku bahwa tidak dapat lepas dari ketertarikan terhadap benda-benda diskon.

4.2.4 Pemaknaan terhadap Komik „Sepatu Baru‟

Komik kedua adalah komik „Sepatu Baru‟. komik ini menggambarkan sebuah kotak sepatu yang jika dilihat dari bentuknya, maka kita akan mengenali sepatu tersebut dengan merek Converse. Sepatu Converse merupakan sepatu yang diperuntukkan untuk kalangan anak muda dan dijual dengan harga yang relatif mahal. Sisi bagian bawah kotak tersebut terdapat tulisan „baru‟ sehingga dengan

adanya gambar sepatu di sisi sebelah atas kotak, maka dapat disimpulkan bahwa maksud Azer dalam komik tersebut adalah „sepatu baru‟. Terdapat juga balon percakapan yang berasal dari kotak sepatu tersebut dengan isi, „Believe me you don‟t need me..‟atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah, „Percayalah

kau tidak membutuhkanku.‟

Komik ini merupakan pengingat agar kita tidak membeli barang baru yang tidak dibutuhkan. Reza mengunggah komik ini dengan judul #HasratKebendaan. Berikut adalah bagaimana Reza Mustar dan informan penelitian memaknai komik „Sepatu Baru‟.

(49)

sekali membeli benda-benda yang tidak dibutuhkan. Menurut Azer, saat ini budaya konsumtif telah merambah ke kota-kota besar seperti Medan dan Jakarta.

Believe me you don‟t need me? Ya itu sama-sama juga. Ya sebenarnya kita nggak butuh-butuh banget. Cuma ya tetap aja kita pasti bakal beli, hasrat kebendaannya itu bakal pasti ada, namanya manusia.”

Informan 1 memaknai komik ini sebagai peringatan dari Azer agar kita tidak membeli barang-barang yang tidak kita butuhkan apalagi jika barang tersebut masih dapat digunakan. Informan 1 menyatakan bahwa dirinya tidak merasa tersindir meskipun dia sering membeli barang baru saat barang lama masih dapat digunakan. Hal itu dikarenakan Informan 1 dalam membeli barang akan menyesuaikan dengan kondisi. Jika ada promo atau diskon, maka Informan 1 akan membeli barang tersebut lebih dari 1, kemudian barang tersebut disimpan hingga barang yang pertama rusak.

“Kalau yang di foto kedua dimana ada kotak sepatu berlabel baru ini, dengan caption „believe me you don‟t need me‟ ini, yang saya tangkap disini, nah ini tadi, karena perilaku konsumtif orang-orang sekarang itu saya lihat si Azer ini mau nyampaikan kalau kita gak perlu sih sebenarnya selalu belanja-belanja baru kalau ternyata barang-barang kita masih bisa kita gunakan, gitu. Karena hanya sekedar mengikutin trend gitu kita harus belanja baru. Kita harus beli barang baru padahal kita sendiri belum tentu bisa menggunakannya, gitu.”

(50)

dengan harga mahal, gitu. Jadi saya melihat ini kondisional gitu, di diri saya, gitu.”

“Kalau disini saya gak merasa tersindir, karena kan ya dsini kan dia mengatakan „believe me you don‟t need me‟. Kenapa? Ya saya merasa butuh aja itu, tapi butuhnya kan gak sekarang, gitu. Kebutuhannya kan beberapa saat ke depan dan saya kan sudah mempersiapkan itu untuk kebutuhan saya ke depan. Gitu.”

Informan 2 memaknai komik „Sepatu Baru‟ sebagai peringatan agar orang tidak membeli barang jika barang lama masih bisa digunakan. Informan 2 yang pada saat wawancara berlangsung sedang ingin membeli sepatu, merasa komik ini sangat pas dengan keadaan dirinya sehingga dia merasa tersindir. Meskipun merasa tersindir, Informan 2 tetap menyetujui pesan dalam komik tersebut dan menganggapnya sebagai peringatan agar dirinya tidak konsumtif.

“Believe me, you don‟t need me. Ya itu maksudnya ya kita pengen tapi

sebenarnya gak butuh-butuh banget, kan gitu. Atau kita udah punya yang lain sebenarnya. Tapi, ya kita pengen beli itu. Pengen ngingetin sih, karena sebenarnya kalau lagi nggak butuh ya gak usah dibeli, gitu.”

“Nyindir banget sih sebenernya. Iya karena sepatuku udah, masih bisa dipake sih, cuma pengen model yang baru aja karena belum ada model.” Informan 3 memaknai komik „Sepatu Baru‟ sebagai bentuk pemborosan karena membeli barang baru yang tidak dibutuhkan. Dirinya tidak merasa tersindir lewat komik ini karena memang bukan orang yang terlalu mementingkan fashion. Informan 3 lebih tertarik pada benda-benda gawai.

“Ya kalau sepatu sih enggak, tapi ya memang itu kayak tadi saya bilang

Gambar

Gambar 4.1 Komik „Sale‟

Referensi

Dokumen terkait