• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Encoding Reza Mustar terhadap Budaya Konsumtif Generasi Muda dalam Komik #HasratKebendaan

Akun Instagram @Komikazer dimiliki oleh Reza Mustar. Pria yang menekuni hobi menggambar sejak dirinya kecil ini, mempelajari cara mendistribusikan komik indie, apa saja jenis-jenis komik dan lain-lain. Azer, panggilan akrab Reza Mustar mengawali karirnya di dunia komik sejak tahun 2001. Waktu itu dirinya masih kuliah di Jurusan Desain Komunikasi Visual Institut Kesenian Jakarta. Dia memperbanyak komiknya dengan mesin fotokopi dan menjualnya di area sekitar kampus untuk menambah uang saku.

Azer sering mengikuti pameran, event dan workshop seputar dunia komik. Awal tenarnya @Komikazer adalah saat Azer membuat panel-panel kartun yang merespon kekikukan para penumpang Transjakarta dan memajang karyanya

tersebut di enam halte Transjakarta pada tahun 2004. Saat itu, Transjakarta atau biasa disebut busway masih beberapa bulan beroperasi di Jakarta. Berikut pemaparan Azer dalam wawancara triangulasi:

“Awalnya sih kalau aku kan memang jual komik itu dari kuliah. Kuliah kan udah cukup dekat dan terbiasa ngejual pas kuliah. Tahun 2001 di IKJ, Tahun 2009 di Jakarta. Ya udah jadi kerjakan komik, ikut UKM. Terus aku juga jual-jualin komik aku sendiri komik-komik indie waktu awal-awal kuliah tahun 2001-an.”

“Itu masih tentang, ya kayak komik yang sekarang aja, komik strip gitu, satu halaman sudah abis, tentang lucu-lucuan kalau aku tentang lucu-lucuan aja sama cerita tentang kehidupan sehari-hari. Terus ya akhirnya ya dari komik- komik itu aku jadi ikut pameran komik juga, video juga, PKN berapa gitu. Tahun 2003 kalau gak salah. Terus ya udah baru deh ikut-ikutan gabung ke seni rupa waktu itu ya kan ada dari „ruang rupa‟, itu workshop tentang komik, workshop dan pameran komik. Waktu itu ada om Leo juga ikutan, ada promo tiket jadi aku ikutan. Jadi abis itu juga aku ikut komik, disitulah aku baru mengeksplor lagi kalau komik itu ternyata gak cuma bisa dicetak sebagai berbentuk buku seperti komik gitu aja. Karena waktu itu aku bikin komiknya di halte Transjakarta. Disitu aku buat pameran komiknya, „Pameran Komik Metropolis Gabungan Menyertai Anda‟. Nah itu ada Om Leo. Itu aku bikin komik di halte Transjakarta. Waktu itu Transjakarta baru 3 bulan kalau gak salah tuh. Jadi aku bikin komik tentang respon penumpang-penumpang di Transjakarta atau busway, gitu. Lalu ya udah aku ya paling aku ya jadinya seniman, seniman komik aja sih. Aku gak berani nyebut diri aku komikus, aku nyebut diri aku seniman komik karena medium karya. Akhirnya aku yaa aktif pameran-pameran seni rupa beberapa kali Jakarta Indonesia kan, 360 Derajat itu, Pameran 2 tahunan mahasiswa di Jakarta, Ruang Rupa juga sampai akhirnya aku kerja kantoran lama.” Pria kelahiran tahun 1983 ini pernah bekerja sebagai karyawan swasta selama kurang lebih 7 tahun. Meskipun bekerja sebagai supervisor designer, namun Azer merasa bosan. Dia kembali membuat komik untuk melepas rasa bosannya. Azer memiliki kekhawatiran bahwa karya-karyanya akan hilang sehingga dirinya mengunggah karyanya di media sosial seperti Facebook, Tumblr, Kaskus dan DevianArt. Akhirnya pada tahun 2013, Azer mulai mengunggah karyanya di Instagram dengan membuat akun @Komikazer.

“Aku hampir 7 tahun kerja kantoran. Wah pindah-pindah. Terakhir kali aku tuh sebagai supervisor designer. Advertising pernah juga. Tapi gak kuat, cuma 3 bulan lah. Ya udah disitu tu aku merasa bosan ya, akhirnya aku ngomik-ngomik lagi iseng-iseng, terus aku post, upload di Instagram. Tapi dulu kan aku pernah nge-post juga sih kayak di DevianArt, Facebook kayak gitu-gitu lah. Aku pernah nge-post di Kaskus, aku pernah nge-post dan aku suka pameran di Galeri Nasional Seniman Ruang Rupa itu aku bikin karya. Karya aku tuh aku taruh di Kaskus. Lalu ya akhirnya aku taruh di Instagram karena waktu itu di sela-sela kerjaan itu aku bosan kan, pengen lakukan sesuatu. Tetap aja yang namanya seniman itu udah dipahat. Akhirnya aku bikin komik „Rahasia‟ iseng-iseng aja ya udah sampe sekarang. Itu kalau gak salah tahun 2013 atau akhir tahun 2013.”

Pria yang telah memiliki dua orang putri ini menangkap fenomena keseharian yang terjadi di sekitarnya dan mencatatnya di fitur notes di handphone. Azer menggunakan handphone yang menyediakan stylus pen sehingga dirinya dapat menggambar sketsa pada handphone-nya tersebut. Hal ini Azer lakukan karena baginya, ide dapat datang kapan saja dan dimana saja.

“Proses bikinnya ya? Kalau aku kan memang dari dulu bikin komik selalu yang berdasarkan kehidupan sehari-hari, daily life gitu. Jadi ya aku sebagai seniman yang aku perhatikan itu ya kehidupan sehari-hari. Aku merekam setiap kejadian yang terjadi di lingkungan aku, ya dulu waktu di kantor aku sering ngomikin tentang lingkungan kantor. Hmm terus ya lagi di acara musik, aku tangkap-tangkap fenomena-fenomena anak mudanya, kegiatannya gimana. Ya ide-idenya ya dari lingkungan sosial aku aja, apa yang terjadi sama apa yang aku rasakan. Semuanya sih based on, risetnya tuh aku riset di kepala, aku catat di kepala aja. Nanti dapat bayangan top kira-kira komiknya bahas kayak gini ah, biasanya nyatat di handphone aku. Kebetulan ada apa, ada stylus nya buat gambar sketsa kasar.”

Akun Instagram @Komikazer berisi komik strip satir tentang kehidupan sehari-hari, kritik terhadap budaya konsumtif, politik Indonesia dan kehidupan sosial lainnya. Selain kritik tentang budaya konsumtif, akun Instagram @Komikazer juga berisi kritik terhadap sikap individualis, cerita tentang kehidupan sehari-hari masyarakat modern bahkan isu-isu sosial yang sedang ramai diperbincangkan masyarakat Indonesia. Azer membedakan tema yang satu dengan yang lainnya dengan menggunakan tanda pagar atau biasa disebut label

(#). Karya Azer yang ditujukan untuk mengkritisi budaya konsumtif generasi muda biasanya ditandai dengan label (#)HasratKebendaan.

Meskipun komik #HasratKebendaan mengandung kritik terhadap budaya konsumtif, namun Azer sebenarnya tidak bermaksud menyindir orang-orang yang melakukan perilaku konsumtif. Hal ini dikarenakan dia sendiri merasa bahwa dirinya konsumtif. Peneliti juga menyimpulkan bahwa Azer adalah orang yang modern dan konsumtif setelah melakukan observasi pada akun Instagram @Azerrr yang bersifat lebih personal dan terbuka. Akun tersebut berisi kehidupan pribadi Azer yang tidak diunggah di akun @Komikazer.

Azer membuat komik #HasratKebendaan sebagai pengingat dan cermin diri agar generasi muda menyadari bahwa saat ini mereka semakin konsumtif. Selain itu, tujuan dibuatnya komik #HasratKebendaan juga untuk menyuarakan kritiknya terhadap kapitalisme yang membuat masyarakat sekarang menjadi konsumtif. Bagi Azer, kapitalisme tersebut menjadikan kita seolah-olah membutuhkan barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

“Hasrat Kebendaan itu sendiri sebenarnya ya permasalahan aku ya. Aku sebenarnya gak pernah mau nyindir ya, kecuali kalau memang aku terbiasa nyindir sesuatu, kayak pemerintah, seperti itu. Semuanya itu emang aku rasakan sendiri sih. Duit aku abis buat beli barang-barang yang sebenarnya gak penting-penting banget. Beli apa, Playstation lah, apa lah, gitu. Ya Hasrat Kebendaan ya permasalahan aku sih, musuh aku sendiri, musuh yang sedang aku alami.”

“Hm kalau untuk merubah konsumtif itu aku terlalu muluk-muluk sih kayak gitu, susah ya. Karena ya orang tua kita sendiri aja gak bakal kita dengerin, gimana aku gitu. Jadinya sebenernya aku cuma mengingatkan aja kalau ya kita tuh begini. Apa yang terjadi tuh dimasalahkan seperti ini kayak gitu. Ya menangkap fenomena aja, apa yang semua manusia rasa, hampir semua manusia rasakan.”

Semenjak awal kemunculan akun Instagram @Komikazer hingga bulan Juni 2016, terdapat 4 (empat) komik strip #HasratKebendaan. Empat komik strip

tersebut adalah fokus dalam penelitian ini yang akan dibahas secara mendalam di sub bab berikutnya. Berikut adalah 4 (empat) komik strip yang merupakan bentuk encoding Reza Mustar terhadap budaya konsumtif :

Gambar 4.1 Komik „Sale‟

Peneliti menyebut komik di atas dengan nama komik „Sale‟. Azer meng- encode kebiasaan berbelanja berlebihan dengan menggambarkan tangan yang diborgol pada sebuah tas bertuliskan „SALE‟. Di dalam tas tersebut terdapat barang-barang mewah. Caption „Aku belanja, aku bahagia #HasratKebendaan‟ melengkapi maksud Azer yang menyindir budaya konsumtif generasi muda.

Gambar 4.2 Komik „Sepatu Baru‟

atau jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia adalah, „Percayalah kau tidak membutuhkanku.‟ Melalui pengkodean pada komik „Sepatu Baru‟, dapat dilihat bahwa Azer melakukan sindiran atas jiwa konsumtif anak muda yang suka membeli barang yang tidak dibutuhkan hanya karena terdapat hasrat dan keinginan yang kuat terhadap barang tersebut.

Gambar 4.3 Komik „Sepi Tanpa Handphone‟

Komik strip ketiga #HasratKebendaan peneliti beri judul komik „Sepi Tanpa Handphone‟. Azer menggambarkan adiksi orang terhadap handphone dengan membuat komik yang menampilkan sosok pria yang sedang melihat tangannya yang kosong dengan tatapan sedih. Terdapat balon percakapan yang berisi „Sepi banget hidup gua gak ada hape. Gak bisa ngobrol..‟ padahal di hadapannya terdapat sosok temannya yang sebenarnya bisa diajak mengobrol. Komik di atas merupakan bentuk encoding Azer yang menyindir kehidupan masyarakat modern yang mengalami ketergantungan terhadap handphone sehingga menjadikannya anti social karena selalu disibukkan dengan berinteraksi melalui handphone.

Gambar 4.4 Komik „Agar Semuanya Senang‟

Komik „Agar Semuanya Senang‟ diunggah dengan caption “Agar semuanya senang...#HasratKebendaan”. Azer menggambarkan tingginya tingkat konsumtif orang masa kini dengan menampilkan sosok anak muda dan benda- benda yang wajib dibawa setiap harinya. Benda-benda wajib tersebut menunjukkan adanya indikasi budaya konsumtif karena merupakan benda-benda mewah dan bermerek.