• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN MIMBA UNTUK REHABILITASI LAHAN KRITIS

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR SEHARI HASIL PENELITIAN (Halaman 91-104)

Photo by : Septiantina DR

PEMANFAATAN MIMBA DALAM REHABILITASI LAHAN KRITIS DI DAERAH KERING

IV. PEMANFAATAN MIMBA UNTUK REHABILITASI LAHAN KRITIS

Informasi kesesuaian lahan antara jenis mimba dengan lahan kritis merupakan informasi yang penting. BPT HHBK telah melakukan analisis kesesuaian lahan jenis mimba untuk rehabilitasi lahan kritis di NTB pada tahun 2010. Analisis kesesuaian lahan dilakukan dengan metode species matching dengan bantuan program GIS. Hasil pembandingan kondisi lahan kritis dan persyaratan tempat tumbuh ketiga jenis tanaman dibagi menjadi 3 kategori utama yaitu sesuai, sesuai marjinal, dan tidak sesuai. Untuk kategori sesuai marjinal, dapat dipisahkan menurut faktor pembatasnya yaitu topografi, tanah, ikim, atau kombinasi diantara ketiga jenis pembatas ini. Adapun peta kesesuaian jenis mimba untuk NTB disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Peta kesesuian jenis mimba pada lahan kritis di NTB Hasil analisis kesesuaian lahan, sebagian besar lahan kritis di NTB termasuk sesuai marjinal untuk jenis mimba dengan beberapa faktor pembatas. Adapun faktor-faktor pembatas tersebut adalah iklim (c), tanah (s) dan topografi (t).

a. Iklim.

Faktor pembatas iklim di lahan kritis berhubungan erat dengan ketersediaan air yang relatif kecil. Hal ini tentunya akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena air merupakan komponen utama dalam proses fotosintesis. Dengan peranan tersebut di atas, jumlah pemakaian air oleh tanaman akan berkorelasi positif dengan produksi biomassa tanaman dan pertumbuhan, hanya sebagian kecil dari air yang diserap akan menguap melalui stomata atau melalui proses transpirasi (Dwidjoseputro, 1984). Adapun fungsi air lainnya bagi tanaman adalah sebagai penyusun tubuh tanaman (70%-90%), pelarut dan medium reaksi biokimia, memberikan turgor bagi sel serta menjaga suhu tanaman agar tetap konstan.

# Y # Y # Y # Y # Y # Y # Y # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # # BIMA SUMBAWA DOMPU LOMBOK BARAT LOMBOK TIMUR SUMBAWA BARAT LOMBOK TENGAH KOTA BIMA KOTA MATARAM Adu Ai Mual Aikmel Alas Ampang Ampenan Anyar Bajo Bangkulua Batubulan Batucangku Baturotok Bayan Bayan Cakranegara Daru Dorokempo Doromata Doropi Ganti Gondang Hua Jonggat Kambu Karumbu Kawindo Kayangan Kediri Kilo Kopang Labuhan Haji Labuhan Lombok Labuhan Pandan Labuhbili Lape Litohlaweran Lunyuk Besar Mamben Masbagik Medas Nangamiro Narmada

Obel Obel Oi Sengari

Pancor Parado Pekat Pemenang Plampang Pringgabaya Punik Ranggo Roppang Rupe Sakra Sambelia Sape Sebaru Sejorong Sila Sukudana Swela Taliwang Tampes Tanjung Teke

Teluk Waru Tepa Teluksantong

Tongga Utan 4 0 0 0 0 0 4 0 0 0 0 0 4 5 0 0 0 0 4 5 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 5 5 0 0 0 0 5 5 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 6 5 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 7 5 0 0 0 0 8 9 5 0 0 0 0 8 95 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 9 0 0 0 0 0 0 9 0 5 0 0 0 0 9 05 0 0 0 0 9 1 0 0 0 0 0 9 1 0 0 0 0 0 9 1 5 0 0 0 0 9 15 0 0 0 0

PETA KESESUAIAN MIMBA PADA LAHAN KRITIS DI PROVINSI NTB

U Skala 1 : 1.500.000 Batas Kabupaten/Kota # Y Kota kabupaten # Kota kecamatan Jalan KETERANGAN : Sumber : 1. Peta RBI Skala 1:25.000 2. Peta Lahan Kritis NTB Skala 1:250.000 Proyeksi : UTM Zona 50S, Datum WGS84

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN BALAI PENELITIAN KEHUTANAN MATARAM 2010 Kelas Kesesuaian : Sesuai Sesuai Marjinal Sesuai marjinal Sesuai marjinal Sesuai marjinal Sesuai marjinl Tidak sesuai Kelas Pembatas iklim tanah tanah dan iklim topografi dan tanah topografi. iklim dan tanah

76 |

b. Tanah

Beberapa faktor pembatas yang berhubungan dengan sifat tanah pada lahan kritis di NTB adalah dangkalnya kedalaman efektif tanah, tekstur tanah yang didominasi pasir dan kandungan unsur hara yang relatif rendah. Kedalaman tanah efektif akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan akar tanaman, drainase dan ciri fisik tanah lainnya. (Hardjowigwno dan Widiatmaka, 2007; Arsyad, 2000). Tanah yang dominan pasir menyebabkan daya ikat tanah terhadap air serta bahan organik lainnya kecil. Tanah dengan tekstur dominan pasir ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Keadaan tanah seperti ini juga memberikan manfaat diantaranya pertumbuhan akar tanaman akan berkembang dengan baik. (Soepardi ,1983).

c. Topografi

Kemiringan lereng yang curam merupakan faktor pembatas lainnya. Dalam hubungannya dengan pertumbuhan tanaman, kemiringan lereng yang curam mempunyai pengaruh yang tidak langsung. Kemiringan lereng yang curam akan memperbesar aliran permukaan dan memberikan peluang terjadinya erosi yang lebih besar (Arsyad, 2000). Kondisi ini mengakibatkan kesempatan air untuk meresap ke dalam tanah sebagai sumber air tanaman akan semakin berkurang serta terjadinya pengurangan unsur hara sebagai akibat terjadinya erosi.

Faktor-faktor pembatas tersebut pada dasarnya dapat ditanggulangi, namun dengan tingkat penggunaan sumberdaya dan teknologi yang berbeda. Secara umum untuk mengatasi faktor pembatas ketersediaan sumber air, tanah dan topografi, penerapan teknik Konservasi Tanah dan Air (KTA) yang tepat merupakan solusi terbaik. Strategi KTA harus diarahkan untuk mengupayakan peningkatan cadangan air pada zone perakaran tanaman melalui pengendalian aliran permukaan, peningkatan infiltrasi, dan pengurangan evaporasi (Agus et.al, 2002). Subagyono (2007) mengemukakan beberapa teknik KTA yang sesuai untuk wilayah

dengan keterbatasan sumberdaya air diantaranya saluran peresapan, rorak, mulsa vertikal, embung, gulud pemanenan air, serta dam parit.

Alternatif lainnya yang dapat diterapkan untuk mengatasi faktor pembatas khususnya unsur hara dan air dalam rangka rehabilitasi lahan kritis berbasis mimba di daerah kering adalah dengan memanfaatkan pembenah tanah (soil conditioner). Pada dasarnya pembenah tanah merupakan bahan-bahan sintetis atau alami/bahan organik atau mineral berbentuk padat atau cair yang dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. BPT HHBK Mataram dimulai pada tahun 2010 sampai tahun 2013, melakukan penelitian pemanfaatan hidrogel dan pupuk organik untuk mendukung keberhasilan penanaman mimba dalam rangka rehabilitasi lahan kritis yang berlokasi di Kecamatan Alas Barat, Kabupaten Sumbawa. Sampai dengan umur 2 tahun, perlakuan kombinasi antara hidrogel dan pupuk organik mempunyai pertumbuhan tinggi dan diameter rata-rata 156,4 cm dan 18,8 mm. Untuk perlakuan pupuk organik saja pertumbuhan tinggi rata-rata adalah 112 cm dan diameter 11,3 mm. Perlakuan kombinasi hidrogel dan pupuk atau pupuk saja mempunyai kandungan unsur hara (N, P, K), C-organik, KTK, kerapatan bakteri, dan kadar air tanah yang lebih besar dari perlakuan lainnya (BPT HHBK, 2013).

Penggunaan hidrogel memberikan beberapa manfaat antara lain adalah memastikan ketersediaan air sepanjang tahun, mengurangi hilangnya air dan nutrient karena leaching dan evaporasi, memperbaiki

physical properties dari compact soil dengan membentuk aerasi udara

yang baik, meningkatkan pertumbuhan tanaman karena air dan nutrient selalu tersedia dengan baik sehingga mengoptimalkan penyerapan oleh akar (Basri, 2010). Begitu pula dengan pupuk organik sebagai sumber bahan organik, mampu meningkatkan daya simpan lengas karena bahan organik mempunyai kapasitas menyimpan lengas yang tinggi (Stevenson, 1982 dalam Jamilah, 2003). Penambahan pupuk organik ini sangat penting karena dari berbagai hasil penelitian terbukti pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menentukan tingkat perkembangan struktur tanah, meningkatkan kandungan unsur hara tanah dan berperan pada pembentukan agregat tanah (Stevenson,

78 |

1982 dalam Jamilah, 2003). Berikut beberapa kondisi tanaman mimba di Sumbawa.

Gambar 3. Kondisi tanaman mimba pada umur 2 tahun

V. PENUTUP

Upaya rehabilitasi lahan kritis di NTB pada umumnya, dan Sumbawa khususnya perlu didorong terus untuk dilaksanakan dalam rangka mengembalikan fungsi lahan. Salah satu jenis potensial yang dapat digunakan dalam rehabilitasi lahan kritis di daerah kering adalah mimba. Namun demikian pengembagan mimba di lahan kritis mempunyai beberapa faktor pembatas yaitu keterbatasan sumberdaya air, topografi dan hara tanah. Teknik KTA merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi faktor pembatas tersebut. Selain itu juga dapat dilakukan kegiatan pengelolaan kelengasan tanah dengan aplokasi hydrogel dan atau pupuk organik. Namun demikian pemanfaatan kedua bahan ini diprioritaskan pada bahan-bahan yang murah dan banyak tersedia secara lokal.

DAFTAR PUSTAKA

Agus F. E. Surmaini dan N. Sutrisno. 2002. Teknologi Hemat Air dan irigasi suplemen. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering. menuju pertanian poduktif dan ramah lingkungan. Pusat penelitian dan pengembangan tanah dan agroklimat. Balitbang pertanian. Deptan. Jakarta.

Arsyad, S., 2000. Konservasi Tanah dan Air, IPB Press, Bogor.

Balai Penelitian Tanah. 2005. Analisis kimia tanah, tanaman, air, dan pupuk. Petunjuk Teknis edisi I. Bogor.

BPT HHBK, 2013. Ujicoba penyiapan lahan dalam mendukung keberhasilan penanaman Mimba (Azadirachta indica JUSS) di Sumbawa. Laporan Hasil Penelitian. Tidak dipublikasikan. BPT HHBK. Mataram.

Bappeda NTB. 2009. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui tata ruang wilayah NTB. Bahan presentasi Lokakarya. Unpublished. Dephut. 2009. Lahan Kritis per Provinsi tahun 2007. URL

http://www.dephut. go.id/ index. php?q=id/ node/ 1227 diakses 1 November 2009

Dwidjoseputro, D. 1984. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit PT. Gramedia.Jakarta. Pp. 66-106

Hardjowigno, S dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Lahan. Gadjah mada University Press. Yogyakarta.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Badan Litbang Kehutanan. Departemen Kehutanan. Jakarta

Jamilah. 2003. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kelengasan terhadap Perubahan Bahan Organik dan Nitrogen Total Entisol. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

80 |

Rostiwati, T. 2009. Mimba (Azadirachta indica A. Juss.). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Tanaman. url: http://wwwforplan.or.id/ images/File/Apforgen/flyer/mimba.pdf. Diakses tanggal 29 Desember 2009.

Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Subagyono, K. 2007. Konservasi air untuk adaptasi pertanian terhadap perubahan iklim. Bunga Rampai KTA. Penyunting : Fahmuddin Agus. Naik Sinukaban. A. Ngaloken Gintings. Harry Santoso dan Sutadi. MKTI. Jakarta.

DISKUSI

SESI I :

1. Pengenalan Balai Penelitian Teknologi Hasil Hutan Bukan Kayu Oleh : Nugraha Firdaus, S.Hut,M.Env

2. Judul Makalah : Mengenal Lebah Madu Trigona Sp Dan Usaha Pembudidayaannya

Pemakalah : Septiantina Dyah R, S.Hut

(Khairul Ahya, SP., BP3k Kecamatan Plampang)

Pertanyaan :

1. Kenapa rasa madu trigona asam?

2. Informasi : Trigona banyak di Sumbawa, namun belum dimanfaatkan dengan baik karena tidak tahu kalo bisa dibudidayakan.

Jawaban :

1. Dari segi pakan dan proses metabolism yang terjadi di dalam tubuh trigona itu sendiri yang menyebabkan rasa madu trigona lebih asam dibandingkan madu hutan.

(Supardi, BP3K Kecamatan Moyo Utara) Pertanyaan :

1. Meminta bantuan koloni Trigona sp untuk dibawa ke Sumbawa, apakah bisa?

2. Bagaimana cara memanen madu trigona yang baik? Karena banyak madu yang terbuang.

Jawaban :

1. Untuk saat ini belum bisa, karena tugas pokok dan fungsi BPTHHBK sebagai lembaga penelitian dan tidak ada dana yang dapat memfasilitasi hal tersebut.

2. Memanen dengan menyisir bagian madu dengan menggunakan pisau, kemudian diambil menggunakan sendok agar madu tidak tumpah kembali ke dalam sarang. Kemudian madu diletakkan di saringan dan ditiriskan sampai kering, kemudian dikemas.

82 |

(Zulmansyah, KPH Batulanteh) Pertanyaan :

1. (Informasi) Di Sumbawa, proses pemanenan madu sudah menggunakan sistem tiris dan tidak menggunakan sistem peras lagi.

2. Petani madu sudah membudidayakan trigona, namun memang baru awal dan belum banyak. Namun dalam prakteknya, trigona yang dibudidayakan banyak kabur. Bagaimana cara mengatasinya? Jawaban :

2. Perlu diperhatikan cara peletakkan stupnya, tidak meletakkan stup yang langsung terkena sinar matahari maupun langsung terkena air hujan, hal tersebut dapat menyebabkan trigona kabur. Yang perlu diperhatikan juga bahwa pengecekan stup minimal 3 bulan, untuk mengetahui kondisi stup. Jika madu yang diproduksi cukup banyak, maka perlu dipanen agar trigona tetap mempunyai ruang gerak dan tempat untuk meletakkan telurnya.

3. Judul Makalah : Peran BPTHHBK Dalam Peningkatan Kualitas Madu Alam

Pemakalah : YMM. Anita Nugraheni, S.Hut (Swarsiningsih, SP., BP3K Kecamatan Sumbawa) Pertanyaan :

1. Bagaimana cara mengukur kadar air madu pada waktu panen di lapangan?

Jawaban :

1. Cara mengukur kadar air dengan menggunakan alat yang bernama refraktometer.

4. Judul Makalah : Peningkatan Pengusahaan Madu di Klaster Madu Sumbawa

Pemakalah : Yumantoko, S.Sos

SESI II :

1. Judul Makalah : Teknik Produksi Gaharu Budidaya di NTB Pemakalah : Lutfi Anggadhania, S.Si

(Nasrul, BP3K Kecamatan Unter Iwes) Informasi :

1. Ketika disuntikkan antara isolat Gorontalo dan isolat NTB, ternyata lebih berhasil isolate dari Gorontalo.

Tanggapan :

1. Untuk sistem simpori, sudah ada penelitinya. Kami melakukan penyuntikan biasa dan hanya menggunakan isolate dari NTB. 2. Judul Makalah : Budidaya Tanaman Penghasil Gaharu

Pemakalah : Ali Setyayudi, S. Hut (Sudarmaji, SP., BP3K Kecamatan Plampang) Pertanyaan :

1. Bisa tidak budidaya gaharu di daerah panas? Karena Sumbawa daerahnya panas.

2. Bisa tidak membawa bibit gaharu ke Sumbawa? Jawaban :

1. Bisa. Karena range ketinggian tempat tumbuh gaharu dari 0-2400 mdpl, sedangkan Sumbawa masih memungkinkan dalam range tersebut.

2. Coba untuk membudidayakan sendiri dahulu. (Darmansyah, SP., BP3K Kecamatan Sumbawa) Pertanyaan :

1. Gaharu membutuhkan naungan, sedangkan Sumbawa panas dan kering. Kira-kira bisa tumbuh tidak?

Jawaban :

1. Bisa. Dengan dikombinasikan dengan tanaman semusim seperti jagung dan ketela. Naungannya bias menggunakan tanaman tersebut sementara.

84 |

3. Judul Makalah: Potensi Dan Manfaat Nyamplung Sebagai Bahan Baku Energi Di Sumbawa

Pemakalah : Ir. I Wayan Widhana Susila, M.P (Heny Sasmita, SE, BP4K Kabupaten Sumbawa) Informasi :

1. Sebagai informasi bahwa nyamplung banyak terdapat di Pulau Moyo dan daerah Lunyuk.

Tanggapan :

1. Untuk penelitian ini, tidak semua lokasi disurvey, dan untuk saat ini lokasi yang diambil meliputi Dompu dan Kilo.

4. Judul Makalah : Pemanfaatan Mimba Dalam Rehabilitasi Lahan Kritis Pemakalah : Ogi Setiawan, S.Hut, M. Sc

Lampiran 1. Daftar Hadir Peserta

Dalam dokumen PROSIDING SEMINAR SEHARI HASIL PENELITIAN (Halaman 91-104)

Dokumen terkait