• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.6 Tahap Input PHBS

5.2.4. Pemantauan dan Evaluasi

Evaluasi merupakan bagian penting dari sebuah program kesehatan, dengan evaluasi proses pelaksanaan PHBS, maka dapat diketahui sejauh mana indikator PHBS telah dicapai. Dari hasil wawancara beberapa indikator PHBS yang telah dicapai adalah persalinan dengan bantuan tenaga kesehatan, posyandu tetap dilaksanakan secara teratur di lokasi pengungsian dengan target imunisasi tercapai, Ibu tetap menyusui meskipun sedang mengungsi. Sementara untuk pemkaian jamban sehat belum terpenuhi karena kekurangan sarana dan prasarana di beberapa titik pengusngsian seperti pos pengungsi Losd Tiga binanga. Kebutuhan air bersih juga belum terpenuhi karena Posko GBKP masih membeli air bersih dan posko Losd Tiga binanga kekurangan air untuk MCK. Penduduk di lokasi pengungsian masih terbiasa merokok di dekat kelompok rentan.

Hasil wawancara mendalam dengan informan mengatakan bahwa pencatatan dan pelaporan PHBS di lokasi pengungsian dalam kedaruratan belum ada. Laporan yang merupakan laporan Rumah Tangga yang berPHBS yang dilakukan secara rutin. Kemudian berdasarkan telaah dokumen juga belum terlihat sistem pengawasan yang terpadu dan terencana dan tidak dapat dilihat model laporan dari promkes dalam penerapan PHBS. Keadaan ini disebabkan oleh belum adanya Standar Operasional Prosedur yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan saat terjadi bencana, tenaga Promkes

yang ada belum dilatih tentanng penyuluhan PHBS di pengungsian, dan kurang koordinasi dengan sektor terkait.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi lebih ditekankan pada Puskesmas sementara Puskesmas mempunyai tugas rangkap untuk melaksanakan pelayanan kesehatan di Puskesmas sekaligus di posko pengungsian.. Disamping itu Dinas Kesehatan hanya melakukan evaluasi pada rapat atau pertemuan dengan Puskesmas yang bukan merupakan pembahasan khusus terhadap penerapan PHBS. Kader belum dapat di berdayakan karena turut menjadi pengungsi sehingga menjadi beban dan menimbulkan stress. Namun, Informasi pengungsi mengatakan bahwa mereka belum ada menerima penyuluhan terkait PHBS.

Evaluasi belum menggunakan suatu format yang terstruktur, sehingga sulit menentukan cakupan dari penerapan PHBS. Mengingat perubahan perilaku membutuhkan waktu yang lama maka perlu adanya pemantauan dan evaluasi yang rutin, sehingga setiap ditemui masalah atau kendala dalam pelaksanaan PHBS ini dapat segera di bahas dalam pertemuan rutin pokjanal PHBS. Disamping itu evaluasi ini perlu melibatkan dari pihak masyarakat dan setiap evaluasi harus diikuti dengan tindak lanjut, agar kegiatan ini manjadi berkesinambungan dan menjadi budaya di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena ke depan, pentimg sekali dibentuk desa siaga di daerah yang rawan bencana seperti yang tertuang dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 564/ Menkes/SK/VIII/2006. Pembentukan Desa Siaga bertujuan untuk meningkatkan peran serta masyarakat di desa yang rawan bencana dalam bidang kesehatan, sehingga masyarakat dapat berperan aktif untuk mencegah dan

mengatasi masalah kesehatan akibat bencana secara mandiri maupun saat bencana dalam situasi kegawat daruratan serta saat berada di pengungsian.

5.3. Komponen Output

Untuk komponen output diperoleh dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan bahwa tujuan PHBS yaitu menekan angka kesakitan tidak tercapai. Hal itu dapat dilihat dari angka kesakitan yaitu itu: ada 143.446 kunjungan (Data Media Center) didapatkan 6 (enam) penyakit yang dominan ada di pengungsian yaitu ISPA yang merupakan jenis penyakit yang tertinggi sebanyak 88.986 orang, gastritis sebanyak 25.607 orang, diare 5.315 orang, hipertensi 4.409 orang, dan conjunctivitis 3.834 orang dan penyakit lainnya yang tidak tercakup dalam keenam penyakit tersebut sebanyak 13.785 orang. Output tersebut tidak tercapai karena: 1. Angka kesakitan yang berhubungan dengan lingkungan seperti diare, ISPA dan

campak yang tinggi. 2. Terjadi KLB Campak

3. Ada air yang terkontaminasi bakteri E.Coli di beberapa lokasi pengungsian.

Wilayah Kabupaten Karo yang terdampak bencana memang cukup luas dengan sebaran titik pengungsi mencapai 43 titik dengan jumlah 30.117 jiwa (data media center tanggal 30 Januari 2014). Oleh karena itu, upaya peningkatan sanitasi dengan mengandalkan pemerintah saja tidak cukup perlu peran serta masyarakat. Terlebih lagi, banyak fasilitas infrastruktur yang sudah ada menjadi terbengkalai akibat kurang perawatan dan pemanfaatan yang tidak baik (Windraswara, 2009).

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Karo, pemahaman masyarakat memang sangat kurang tentang PHBS. Pengungsi kurang kesadaran dan lebih mengandalkan bantuan pemerintah dalam mengupayakan kesehatannya daripada mengupayakan secara mandiri meskipun sudah diberikan penyuluhan. Penelitian Sondha Sari (2009) menyatakan bahwa penerimaan seseorang terhadap pelaksanaan PHBS akan mendorong berpikir untuk mengenali keuntungan dan kerugian dalam mengadopsi PHBS. Individu mengatasi kesenjangan yang dihadapinya dengan menambah banyak informasi. Dalam informasi (communication channel) yang mudah dan murah dijumpai. Sensivitas seseorang dalam mengenali pentingnya PHBS tidaklah sama sehingga dalam pengambilan keputusan untuk mengadopsinya bervariasi.

Keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan bencana khususnya PHBS kegawat daruratan harus dimulai dari awal pada daerah yang rawan bencana. Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Windraswara (2009) yang menyatakan bahwa tahapan dalam menerapkan program perencanaan program sanitasi berbasis masyarakat pada daerah rawan bencana adalah penilaian dan inventarisasi, penyusunan rencana, membentuk komunitas sanitasi lokal, pelatihan, evaluasi pelatihan, simulasi/implementasi, pemantauan, pelaporan, evaluasi dan yang terakhir adalah rekomendasi untuk perbaikan.

BAB 6 KESIMPULAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1. Komponen Input

1. Pelaksanaan Promosi Kesehatan dalam penerapan PHBS dalam situasi kedaruratan di pengungsian yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karo tidak berpedoman pada kebijakan dalam situasi bencana yang tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1357 / Menkes /Sk / XII / 2001 tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Dan Penanganan Pengungsi, Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 564/ Menkes/SK/VIII/2006. Pembentukan Desa Siaga, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat.

2. Tenaga Promosi Kesehatan yang ada di Puskesmas berlatar belakang pendidikan DIII perawat dan belum pernah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tentang Promosi Kesehatan PHBS dalam situasi kedaruratan di lokasi pengungsian dan disamping itu juga memiliki tugas rangkap, melaksanakan penyuluhan.

3. Alokasi dana APBD Kabupaten Karo tentang penanggulangan bencana belum dianggarkan karena ketiadaan BPBD oleh karenanya dana pelaksanaan Promosi Kesehatan diambil dari dana rutin dan BOK Puskesmas.

4. Metode yang dipakai untuk Promosi Kesehatan dalam penerapan perilaku hidup bersih berupa penyuluhan, ceramah.

5. Jumlah dan jenis sarana penunjang promosi kesehatan masih sebatas media cetak, namun belum sesuai dengan masalah kedaruratan di pengungsian. Sarana dan prasarana untuk mendukung Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di pengungsian juga belum memenuhi standar.

6.1.2. Komponen Proses

1. Perencanaan untuk Promosi Kesehatan dalam penerapan PHBS dalam kedaruratan di lokasi pengungsian belum dilaksanakan secara terpadu baik dengan lintas program maupun dengan lintas sektoral.

2. Pengorganisasian untuk Promosi Kesehatan dalam penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) di pengungsian belum ada.

3. Penggerakkan Pelaksanaan Promosi Kesehatan dalam penerapan PHBS di pengungsian belum terlaksana dengan maksimal.

4. Pemantauan Penilaian yang dilakukan hanya berdasarkan hasil survei PHBS rumah tangga, sedangkan pencatatan dan pelaporan bulanan PHBS di pengungsian belum ada.

6.1.3. Komponen Output

Penerapan Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS) kedaruratan di lokasi pengungsian tidak mencapai tujuannya yaitu meningkatkan dan mempertahankan status kesehatan di lokasi pengungsian karena angka kesakitan tinggi, dan terjadi KLB campak.

6.2. Saran

6.2.1. Dinas Kesehatan Kabupaten Karo

1. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Karo agar lebih mensosialisasikan PHBS dalam kedaruratan di lokasi pengungsian pada stakholders (Pemkab, BPBD, DPRD, Bappeda) serta lintas sektor terkait PMI, Dinas PU, Relawan dan LSM untuk mendukung dalam dana maupun tenaga dalam menerapkan PHBS di pengungsian.

2. Dinas Kesehatan Kabupaten Karo agar mengusulkan dan meningkatkan advokasi kepada pemerintah Kabupaten untuk mendapatkan dukungan sumber daya, kebijakan berupa peraturan, surat keputusan atau instruksi untuk melaksanakan PHBS rumah tangga secara bersama-sama dengan lintas sector.

3. Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Karo agar mengkoordinasikan dengan BPBD tentang program/ kegiatan PHBS rumah tangga kepada lintas sektor terkait agar petugas puskesmas juga mudah dalam menggerakkan masyarakat untuk melaksanakan PHBS di lokasi pengungsian.

4. Agar Dinas kesehatan Kabupaten Karo meningkatkan keterampilan petugas dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi petugas promosi kesehatan Puskesmas meliputi manajemen, teknis, sehingga semua petugas kesehatan memahami program PHBS dalam kedaruratan di pengungsian.

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Yessi., 2009. Analisis Sosialisasi Program Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Kepala Bidan di Kabupaten Klaten (Tesis). Bandung: Universitas Diponegoro.

Asho, 2013. Rumah Sehat dalam Lingkungan Sehat, (Artikel Elektronik), diakses pada tanggal 1 Maret 2014, Http://abahjack.com/rmah-sehat-dalam- lingkungan-yang-sehat.html#more-13http://www.asho-

aceh.org/artikel/Training%20module-HEALTH%20PLAN/PHBS.ppt Basrowi & Suwandi, 2008, Memahami Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta. BNPB, 2013, Indeks Rawan Bencana, Jakarta: Badan Nasioanl Penanggulangan

Bencana.

_____________, 2012. Pedoman Teknis Penanggulangan Krisis Kesehatan Akibat Bencana (Edisi Revisi), Jakarta: Badan Nasioanal Penanggulangan Bencana. _____________, 2002, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Manajemen PHBS

Menuju Kabupaten/Kota Sehat. Departemen Kesehatan RI.

_____________, 2007. Laporan Riset Kesehatan Dasar Tahun 2007, Jakarta, Depkes RI.

_____________, 2008. Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Depkes RI, Jakarta Depkes RI, 2009, Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Daerah, Jakarta, Depkes RI. _____________, 2008. Panduan Promkes Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih

Dan Sehat Tatanan Rumah Tangga, Jakarta, Depkes RI.

_____________ RI, 2008 , Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Depkes RI, Jakarta Depkes RI, 2009, Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Di Daerah, Depkes RI, Jakarta.

_____________ RI , 2008, Panduan Promkes Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Tatanan Rumah Tangga

______________RI, 2008 , Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan Dalam Pencapaian Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat, Depkes RI, Jakarta

Dirjen PPM & PL Depkes Tahun 2012. Standard Pelayanan Kesehatan Bidang Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan Lingkungan Pada Kejadian Bencana & Pengungsian. Jakarta, Depkes RI.

Environmental Health & Disaster Manajement 17-21 Jun 2013

Fahmi, Irham, 2013. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi, Bandung: Alfabeta.

Kemenkes, 2012, 10 Pesan Hidup Sehat Dalam Kedaruratan, Jakarta: UNICEF

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/SK/VIII Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pengembangan Desa Siaga.

Koontz, D.H, The Wicked Problem of Humanitarian Logistic & Disaster Relief Aid (Jurnal Elektrik), diakses 10 Maret 2014

Laporan Kunjungan Kerja Presiden SBY ke Kabanjahe ke Kab. Karo Prov. SUMUT Dalam Rangka Bencana Erupsi G. Sinabung 22-24 Jan 2014

Leadership & Talent Development in International (Humanitarian Development Organizations)

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 1357 / Menkes /Sk / XII / 2001 tentang Standar Minimal Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana Dan Penanganan Pengungsi

Mardhiati, Retno, 2013. Pendampingan Perencanaan dan Pelaksanaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Di Tempat Pengungsian Lahar Dingin Gunung Merapi Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan. (Jurnal Elektronik) diakses 1 April 2014;

Maulana, Herry, 2007, Promosi Kesehatan, Jakarta : EGC

Mukono, 2000, Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan, Surabaya: Rineka Cipta

Narwan, 2010. Pendekatan DTPS MPS dalam Perencanaan Program KIA, diakses tanggal 22 Oktober 2012, Tersedia dari:

mps.html.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2005, Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________, 2007, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta. _____________, 2012, Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Jakarta: Rineka Cipta. Parlindungan, 2014. Suku Karo, Artikel Kebudayaan (Artikel Elektronik), diakses

tanggal 1 Maret

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif yang menekankan pentingnya Ibu mempertahankan pemberian ASI Eksklusif

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 3 Tahun 2014 tentang sanitasi total berbasis masyarakat

Rahman, Fauzie, 2013. Manajemen Promosi Kesehatan Pada Masa Tanggap Darurat Bencana Gunung Merapi Yogyakarta (Tesis), Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Sinar Indonesia Baru, Kamis 6 Februari 2014

Soemirat, Juli, 2004. Kesehatan Lingkungan, Yogyakarta : Gajah Mada University Pres.

Suci Hati, 2008. Pengaruh Stategi Promosi Kesehatan Terhadap Tingkat Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat (PHBS) Pada Tatanan Rumah Tangga DI Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang (Tesis), Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D, Bandung: Alfabeta.

Surat Keputusan Menteri Kesehatan nomor 564/ Menkes/SK/VIII/2006. Pembentukan Desa Siaga

Wati, Setyo, Organisasi & Kepemimpinan Modern. Jakarta: Graha Ilmu.

Windraswara, Rudatin. 2009. Keterlibatan Komunitas Dalam Perencanaan Sanitasi Pada Daerah Rawan Bencana. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. Diakses dari 2014.

Yoes, Catherine, 2000. Leadership Rules of the United Nation in Humanitarian Did, London: Kathydai East Chapel Hill High School.

Lampiran 1

RANCANGAN TENTATIF WAWANCARA

MANAJEMEN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT(PHBS) PADA MASA TANGGAP DARURAT DI LOKASI

PENGUNGSIAN KORBAN ERUPSI GUNUNG SINABUNG KAB KARO TAHUN 2014

1. Kepala Dinas Kesehatan

a. Apa yang direncanakan oleh Dinas kesehatan untuk mengatasinya tingginya angka penyakit ISPA dan Diare di lokasi pengungsian erupsi Gunung Sinabung?

b. Bagimanan pelaksanaan PHBS sebelum dan semasa terjadinya tanggap darurat?

c. Apakah ada prosedur kerja yang dibuat oleh Dinas Kesehatan kepada Kepala Promosi Kesehatan dan Petugas puskesmas?

d. Dari 10 indikator PHBS masa tanggap darurat bencana, apakah semua indikator telah dimanajemen untuk dilaksanakan?

e. Menurut anda, indikator PHBS apa yang paling penting dilaksanakan?

f. Apakah jumlah SDM, sarana dan prasarana yang ada sudah memadai untuk melaksanakan kegiatan PHBS di pengungsian?

g. Berapa jumlah tenaga kesehatan yang dikirim ke lokasi pengungsian Gunung Sinabung untuk mensukseskan program Promosi Kesehatan PHBS ini?

h. Tenaga kesehatan apa saja yang berperan dalam Promosi Kesehatan PHBS ini?

i. Sarana apa saja yang direncanakan dalam upaya Promosi Kesehatan di pengungsian?

j. Bagaimana cara Dinas Kesehatan dalam mengorganisasi pelaksanaan Promosi Kesehatan di lokasi pengungsian?

k. Kebijakan apa yang dilakukan Dinkes Kab. Karo dalam mengatasi penyakit yang diakibatkan PHBS?

l. Apakah kendala yang dihadapi Dinkes dalam manajemen Promosi Kesehatan khususnya tentang PHBS di pengungsian?

m. Pernahkah Dinkes menghubungi dan memberitahu instansi/LSM atau SKPD lain terkait upaya peningkatan PHBS di pengungsian?

n. Berapa dana yang dikeluarkan untuk Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?

o. Bagaimana anda melakukan pemantauan pelaksanaan Promosi Kesehatan?

2. Kepala Bidang Promosi Kesehatan Dinkes

a. Seberapa pentingkah Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ini pada masa tanggap darurat?

b. Apakah dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan tersebut bekerjasama dengan petugas Puskesmas?

c. Media apa yang digunakan untuk Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?

d. Kesulitan apa saja yang dirasakan dalam Promosi Kesehatan Perilaku hidup Bersih dan Sehat?

e. Bagaimana metode yang digunakan agar promosi kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ini bisa diterima oleh masyarakat?

f. Siapa saja yang berperan dalam promosi kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?

g. Sudahkah efektif dana tersebut untuk Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?

h. Sudahkah efisien SDM dari Dinas Kesehatan untuk Promosi Kesehatan di masa tanggap darurat ini?

i. Menurut anda, indikator PHBS apa yang wajib dilakukan dalam masa tanggap darurat?

j. Bagaimana pelayanan kesehatan yang dilakukan di lokasi pengungsian? k. Apakah ada posko pengungsian yang tidak ada pelayanan kesehatannya? l. Bagaimana anda menangani kebutuhan gizi pengungsi dalam hal promosi

kesehatan PHBS?

m. Menurut anda, siapa saja yang menjadi sasaran melakukan Promosi Kesehatan PHBS?

n. Untuk kelompok umur dibawah 10 tahun, kenapa diperlukan juga Promosi Kesehatan PHBS?

3. Kepala Seksi Promosi Kesehatan Dinkes

a. Seberapa pentingkah Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ini pada masa tanggap darurat?

b. Apakah dalam pelaksanaan Promosi Kesehatan tersebut bekerjasama dengan petugas Puskesmas?

c. Media apa yang digunakan untuk Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?

d. Kesulitan apa saja yang dirasakan dalam Promosi Kesehatan Perilaku hidup Bersih dan Sehat?

e. Bagaimana metode yang digunakan agar Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ini bisa diterima oleh masyarakat?

f. Siapa saja yang berperan dalam Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?

g. Sudahkah efektif dana tersebut untuk Promosi Kesehatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)?

h. Sudahkah efisien SDM dari Dinas Kesehatan untuk Promosi Kesehatan di masa tanggap darurat ini?

i. Menurut anda, indikator PHBS apa yang wajib dilakukan dalam masa tanggap darurat?

j. Bagaimana pelayanan kesehatan yang dilakukan di lokasi pengungsian? k. Apakah ada posko pengungsian yang tidak ada pelayanan kesehatannya? l. Bagaimana anda menangani kebutuhan gizi pengungsi dalam hal Promosi

Kesehatan PHBS?

m. Menurut anda, siapa saja yang menjadi sasaran melakukan Promosi Kesehatan PHBS?

n. Untuk kelompok umur dibawah 10 tahun, kenapa diperlukan juga Promosi Kesehatan PHBS?

Lampiran 2

Dokumen terkait