• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

D. Manfaat Penelitian

4. Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dari suatu industri kecil terutama industri batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Industri

1. Pengertian Industri

Industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang menghasilkan barang sejenis (mohogenus product). Sedangkan hasil dari symposium hukum perindustrian sebagai suatu rangkaian, kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan, pengerjaan, pengubahan dan perbaikan bahan baku atau barang jadi sehingga lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat (Shaleh, 1988:67).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pengertian industri yaitu suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan mengubah bahan baku dengan mesin atau dengan tangan menjadi produk baru, atau mengubah barang-barang yang kurang nilainya menjadi barang yang mempunyai nilai lebih dengan maksud untuk mendekatkan produk tersebut pada konsumen akhir.

2. Pengelompokan Industri

BPS mengelompokkan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, BPS menggolongkan menjadi 4 kelompok:

a. Perusahaan atau industri besar yang memperkerjakan 100 orang atau lebih.

orang.

c. Perusahaan atau industri kecil memperkerjakan 5 orang sampai 19 orang.

d. Perusahaan atau industri kerajinan atau rumah tangga yang memperkerjakan 1 sampai 4 orang (termasuk tenaga kerja yang dibayar).

Menurut Departemen Perindustrian, Industri nasional di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu : (Arsyad, 2010:454-455)

a. Industri dasar

Merupakan sekelompok industri mesin dan industri logam dasar (IMLD) maupun kelompok industri kimia dasar (IKD).

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok IMLD antara lain meliputi industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, dam lain sebagainya.

Kelompok IKD yang merupakan kelompok industri kimia dasar meliputi industri pengolahan kayu, industri karet alam, industri pestisida, dan lainsebagainya. Namun jika dilihat dari misinya industri dasar mempunyai tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan srtruktur industri yang bersifat padat modal.

b. Industri kecil

Merupakan industri pangan (minuman, makanan, dan tembakau), industri sandang seperti sandang yang terbuat dari kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang yang berbahan dasar terbuat dari kulit), industri kimia, industri bangunan (industri kertas, percetakan, penerbitan, dan lain sebagainya). Selain itu dalam industri kecil juga terdapat industri galian logam dan bukan logam (seperti mesin-mesin listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya).

Kelompok industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dan manfaat pasar dalam negeri dan luar negeri.

c. Industri hilir

Merupakan sekelompok aneka industri (AI) yang meliputi industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas.

Industri hilir ini merupakan aneka industry yang mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan serta memperluas kesempatan kerja.

Menurut ekstensi dinamisnya industri Indonesia dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori antara lain, (Saleh, 1988: 33) :

a. Industri Lokal

Merupakan kelompok yang menggantungkan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas daya jangkaunya, serta relatif tersebar dari segi lokasinya. Skala usaha ini sangat kecil dan lebih bersifat subsisten. Karena target pemasarannya terbatas, usaha ini hanya menggunakan alat transportasi yang sederhana. Adapun karena pemasaran produksi ditangani sendiri, maka pada kelompok ini jasa pedagang perantara tidak memiliki peran yang sangat menonjol.

b. Industri Sentra

Merupakan kelompok usaha yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil, tetapi membentuk suatu kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Target pemasaran usaha ini lebih luas dari kategori pertama, sehingga peranan pedagang perantara dalam hali ini cukup penting.

c. Industri Mandiri

Merupakan kelompok industri yang masih bersifat sama seperti industri kecil, namun telah memiliki kemampuan dalam mengadaptasi teknologi produksi yang lebih canggih. Pemasaran hasil produksinya relatif tidak tergantung terhadap para pedagang perantara. Sebenarnya jenis industri ini tidak layak lagi dikategorikan sebagai industri kecil, namun dilihat dari skala penyerapan tenaga kerja, maka kelompok ini tetap dimasukkan ke dalam subsektor industri kecil.

3. Pengertian Industri Kecil

Menurut Departemen Perindustrian yang menjelaskan mengenai pengertian yang berkaitan dengan usaha kecil dan menengah yaitu:

a. Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah baan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunannya, termasuk kegiatan rancangan bangunan dan perekayasaan industri.

b. Perusahaan industri kecil yang dapat disebut industri kecil (IK) adalah perusahaan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dibidang industri yang dengan nilai investasi paling banyak Rp 200.000.000,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha.

c. Perusahaan industri menengah yang dapat disebut industri menengah (IM) merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usahanya dibidang industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp 200.000.000,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

d. Industri kecil dan menengah (IKM) adalah perusahaan industri kecil yang terdiri dari industri kecil (IK) dan industri menengah (IM).

Jika dilihat dari klasifikasinya industri kecil menurut Departemen Perindustrian maka kategori industri kecil dapat di kelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Industri kecil Modern

Industri kecil modern ini meliputi industri yang menggunakan teknologi proses madya (intermediate proces technologies), mempunyai skala produksi yang terbatas, tergantung pada dukungan Litbang dan usaha perekayasaan, dilibatkan dalam sistem industri besar dan menengah dengan sistem pemasaran domestik dan menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan modal lainnya.

Industri kecil modern jumlahnya hampir 5% dari jumlah total industri kecil di Indonesia, dimana industri kecil mempunyai akses untuk menjangkau sistem pemasaran di pasar domestik atau pasar ekspor.

b. Industri Kecil Tradisional

Industri kecil ini menggunakan proses yang sederhana, teknologi pada bantuan Unit Pelayanan Tradisional Teknis (UPT) yang disediakan oleh Departemen perindustrian sebagian dari bantuan teknis dari industri kecil, mesin serta perlengkapan modal relatif sederhana, lokasi didaerah pedesaan dan akses untuk menjangkau pasar di luar lingkungannya yang berdekatan terbatas.

c. Industri Kecil Kerajinan

Industri kecil kerajinan didorong atas landasan budaya yaitu pelestarian budaya Indonesia yang juga memberikan pendapatan bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah, khususnya yang berada di pedesaan. Industri kecil kerajinan juga meliputi industri kecil

yang sangat beragam mulai dari industri kecil yang menggunakan teknologi yang sangat sederhana, teknologi madya maupun teknologi yang maju dimana industri kerajinan ini menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup luas.

4. Karakteristik Industri Kecil

Industri kecil merupakan industri yang pada tahap awal berbentuk industri rumah tangga (Home Industri), tempat tinggal maupun tempat untuk bekerja atau berproduksi menjadi satu. Semua pekerjaan dari pimpinan, pelaksanaan produksi maupun penjualan dilakukan oleh para anggota keluarga dari satu keluarga.

Modal yang digunakan dalam kegiatan produksi tercampur dengan uang rumah tangga dalam membiayai kehidupan sehari-hari, untung-rugi sulit dibedakan karena modal untuk barang yang dikonsumsi selalu sama.

Beberapa karakteristik industri kecil (Moh. Cholil, 1990:45) sebagai berikut :

a. Proses produksi yang padat karya.

b. Kelompok industri-industri kecil menggunakan jenis-jenis teknologi sederhana yang sesuai dengan kondisi lokal.

c. Sumber utama pembiayaan proses produksi pada umumnya berasal dari tabungan pribadi.

d. Kelompok industri lebih banyak terdapat di daerah pedesaan dan kegiatan-kegiatan mereka pada umumnya sangat berorientasi pada

penawaran.

e. Kelompok industri sangat penting sebagai suatu sektor ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat lokal dibandingkan dengan industri modern yang berlokasi di daerah urban.

5. Arti Penting Industri Kecil

Industri kecil sangat berperan bagi dunia usaha dan perekonomian Indonesia. Keberadaan industri kecil memberikan manfaat kepada masyarakat. Apabila dibandingkan dengan industri besar, jika industri kecil dapat terus berkembang hal tersebut akan memberikan peluang usaha bagi masyarakat walaupun dengan modal yang kecil. Selain itu, jika dilihat dari segi tenaga kerja, industri kecil mampu untuk terus berjalan oleh karena itu dapat terhindar dari krisis energi. Tidak hanya masalah modal dan tenaga kerja, untuk masalah pemasaran barang-barang kerajinan tidak begitu terpengaruh terhadap resesi ekonomi internasional dan menurunnya intensitas perdagangan internasional serta mempunyai sumber penghasilan devisa (Raharjo, 1986:980).

Industri kecil dan rumah tangga terefleksi antara lain dari jumlah unitnya yang sangat banyak jauh melebihi jumlah unit usaha dari kelompok industri menengah dan industri besar. Industri kecil mampu memberikan manfaat sosial yang sangat berarti bagi perekonomian di Indonesia (Sakti, 2007:11).

Adapun manfaat dan peranan industri kecil antara lain:

a. Industri kecil mampu menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan relatif murah karena kegiatan industri kecil banyak menggunakan bahan baku dari sumber-sumber dari lingkungan terdekat sehingga biaya produksi dapat ditekan. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan dari pengusaha kecil pada umumnya masih rendah.

b. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestik. Hal ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil cenderung memperoleh modal dari tabungan si pengusaha sendiri, tabungan keluarga, atau kerabatnya.

c. Industri kecil mempunyai kedudukan terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana yang biasanya dihasilkan oleh industri sedang dan besar sehingga dapat memberi peluang kepada industri kecil untuk dapat bertahan. Lokasi industri kecil yang tersebar pada gilirannya telah menyebabkan biaya transportasi menjadi minim sehingga dengan demikian akan memungkinkan barang-barang hasil produksi dapat sampai ke tangan konsumen secara cepat, murah dan mudah.

Selain hal yang telah disebutkan diatas, sektor industri kecil mampu mengurangi tingkat pengangguran dan setengah pengangguran, karena pada umumnya untuk proses produksi dalam industri kecil lebih

khususnya di pedesaan, mengembangkan cara yang dinilai paling besar peranannya tidak hanya untuk memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha sendiri tetapi juga untuk mendorong kemajuan pembangunan di daerah maupun di pedesaan itu sendiri.

6. Permasalahan Industri Kecil di Indonesia

Walaupun industri kecil mempunyai peranan yang cukup signifikan terhadap perekonomian, tidak dapat dipungkiri industri kecil dan rumah tangga masih menghadapi kendala-kendala. Masalah yang dihadapi dalam industri kecil dapat menghambat perkembangan industri kecil untuk tetap berkembang. Masalah tersebut antara lain adanya kebijakan pemerintah yang beberapa diantaranya tidak adil dan diskriminatif. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya kebijakan pemerintah yang cenderung memberikan perlakuan yang lebih kepada bisnis skala besar seperti BUMN maupun konglomerat yang tampaknya belum terlihat keseriusan dan arahan pemerintah kepada industri kecil dan rumah tangga. Pemerintah lebih memperhatikan usaha dalam skala besar dibandingkan dengan industri kecil dan rumah tangga sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan kemampuan mengakumulasi modal antara usaha besar dengan usah kecil yang semakin tajam dalam jangka panjang. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial.

Begitu kompleksnya permasalahan industri kecil, secara umum masalah yang dihadapi indusri kecil bisa diperinci menjadi tujuh masalah sesuai fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan, menurut (Gert Thomas dan Cristian Limpelius 1979:50) sebagai berikut:

a. Pembiayaan (financing) atau modal b. Tenaga kerja

c. Perlengkapan kerja d. Bahan mentah

e. Proses produksi dan hasil-hasil produksi f. Pemasaran

g. Manajemen dan organisasi

Menurut data BPS tahun 1998 juga menunjukkan permasalahan utama yang dihadapi oleh banyak pengusaha industri kecil dan rumah tangga antara lain:

a. Kualitas Pemasaran a) Permintaan menurun

b) Tidak mampu menjual pada harga pasar

c) Tidak mampu bersaing dalam harga dan kualitas produksi b. Kesulitan mengadakan bahan baku

a) Harga naik terlalu tinggi b) Persediaan menurun

c. Kekurangan modal

a) Kekurangan pembayaran pekerja b) Pendapatan atau penghasilan menurun c) UMR naik

d. Kekurangan energi a) Tarif listrik naik

b) Harga BBM dan gas naik

Permasalahan yang dialami oleh industri kecil, dikarenakan kelemahan-kelemahan dari industri kecil itu sendiri. Menurut (Raharjo, 1986:58) kelemahan industri kecil antara lain:

a. Kecilnya skala produksi atau skala usaha sehingga tidak bisa dimanfaatkan faedah ekonomi dari skala yang lebih besar.

b. Tingkat produktivitas yang rendah, diukur dari output total dan nilai tambah.

c. Kualitas produksi sulit dikontrol karena tidak adanya standar mutu.

d. Sulit menyesuaikan dengan permintaan atau kebutuhan pasar.

e. Ongkos buruh rendah sehingga mengurangi kegairahan dan kemampuan produksi.

f. Kurang mampu menyerap teknologi baru yang efisien.

g. Kesulitan memperoleh kredit dari bank dan jangkauan pemasaran kurang luas.

Masalah-masalah tersebut diatas yang dihadapi oleh industri kecil dapat diatasi dengan menerapkan teknologi tepat guna, perubahan-perubahan struktural dan fungsional dalam aspek kelembagaan organisasi untuk meningkatkan skala usaha dan manajemen yang lebih efisien.

Menyediakan kesempatan kerja bagi perluasan, pemenuhan kebutuhan modal, dan peningkatan magang dan lain-lain (Raharjo, 1986:43).

B. Fungsi Produksi dan Fungsi Keuntungan

Fungsi Produksi adalah suatu pernyataan yang menghubungkan kuantitas berbagai input dengan berbagai tingkat output, dengan teknologi tertentu (Arsyad, 1987: 20 dalam Putra, 2010 ). Fungsi produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menyatakan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu untuk setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan teknik produksi terbaru yang tersedia (Salvatore, 1989 : 20 dalam Putra, 2010).

Setiap kegiatan usaha memiliki salah satu tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Suatu usaha yang tidak menguntungkan, maka usaha tersebut dapat berhenti beroperasi. Jika suatu usaha berhenti beroperasi menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak dapat menghasilkan produk atau output. Ketiadaan output mengakibatkan tidak adanya pemasukan pada usaha tersebut. Oleh karena itu, semua usaha harus menguntungkan dan mempunyai prospek pasar yang potensial.

yang homogeny yang mempunyai elastisitas substitusi yang konstan. Fungsi Cobb-Douglass dapat dituliskan sebagai berikut (Arsyad, 1987 : 20 dalam Putra, 2010):

Q=

Dimana Q= Output L= Tenaga Kerja K= Capital/Modal

a dan b= angka positif, dimana b>1

Pencapaian keuntungan maksimum kadang dihadapkan pada kendala, diantaranya cara mengalokasikan sumber daya yang ada utuk menghasilkan output terbesar dengan tingkat keuntungan yang tinggi. Jika melihat kondisi seperti ini, maka diperlukan sebuah fungsi produksi dan fungsi keuntungan.

Dalam kondisi seperti ini, akan dititik beratkan pada fungsi keuntungan karena harga faktor produksi di pasar tidak dapat dikendalikan oleh pedagang.

Fungsi keuntungan yang mudah dipakai dapat menggunakan fungsi keuntungan Cobb-Douglas. Fungsi keutungan ini dapat digunakan oleh pengusaha dalam memaksimalkan keuntungan, pendugaan relatif mudah, mudah melakukan manipulasi terhadap analisis dan dapat mengatur efisiensi pada tingkatan atau pada ciri yang berbeda (Soekartawi, 1990 : 21 dalam Putra, 2010).

Penggunaan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dapat dibantu dengan analisis regresi. Koefisien regresi ini sekaligus merupakan besaran elastisitas, sedangkan besaran elastisitas tersebut menunjukkan bahwa besaran jika jumlah besaran Return To Scale (RTS). (Soekartawi, 1990 : 21 dalam Putra, 2010) menyatakan bahwa jika jumlah besaran elastisitas < elastisitas= 1>1, maka masuk increasing RTS.

Model fungsi keuntungan menurut Lu and Yotopoulus (1972) adalah karena model ini dinilai memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan fungsi produksi dan program linier, diantaranya adalah:

1. Fungsi penawaran output dan fungsi permintaan input dapat diduga bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi yang eksplisit.

2. Fungsi keuntungan dapat digunakan untuk menelaah efisiensi teknik, harga, dan ekonomi.

3. Di dalam model fungsi keuntungan, peubah-peubah yang diamati adalah peubah harga output dan input.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model fungsi keuntungan adalah:

1. Pengusaha sebagai unit analisis ekonomi berusaha memaksimumkan keuntungan.

2. Pengusaha sebagai penerima harga.

3. Fungsi produksi adalah berbentuk concave (cekung) dalam input-input tidak tetap.

pengusaha batik dalam upaya memperoleh keuntungan maksimum dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Jika jumlah input dikurangi atau ditambah, maka keuntungan diperoleh dapat diprediksi, sehingga dapat dijadikan acuan bagi pengusaha batik dalam mengambil keputusan-keputusan dalam usaha batik.

C. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas

Keuntungan atau laba sebagai hasil pengembalian pada modal didapat dari selisih jumlah penerimaan yang diterima perusahaan dikurangi biaya-biaya yang dikeluarkan.

Secara bentuk sistematis yang sederhana dapat ditulis sebagai berikut:

= profit (laba)

= Total Revenue (Total Penerimaan dari Penjualan)

= Total Cost (Total Biaya yang dikeluarkan) Keterangan:

1. TR (Total Revenue) adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan hasil outputnya. TR= output x harga jual.

2. TC (Total Cost) adalah total biaya yang dilakukan untuk memproduksi output yang dipengaruhi oleh dua variabel biaya tetap (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah output yang diproduksi).

3. TR harus lebih besar dari TC, dengan kata lain TR-TC harus ada selisih positif, bila terjadi TR=TC, maka terjadi BEP (Break Even Point), yaitu tidak terjadi keuntungan maupun kerugian.

Fungsi keuntungan digunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output, serta mengukur pengaruh dari berbagai perubahan harga dan input terhadap produksi. Untuk itu digunakan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dengan teknik yang dinamakan Unit-Output-Price Cobb-Cobb-Douglas Profit Function (UOP-CDPF). Cara ini mempunyai asumsi bahwa pengusaha adalah lebih maksimumkan keuntungan daripada memaksimalkan utilitas atau kepuasan usahanya, sehingga Unit-Output-Price Cobb-Douglas Profit Function adalah cara yang dipakai untuk memaksimumkan keuntungan. UOP-CDPF adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan harga faktor produksi dan produksi yang telah dinormalkan dengan harga tertentu.

Y=AF (X,Z) Dimana:

Y= Produksi

A=Besaran yang menunjukkan efisiensi teknik X=Variabel faktor produksi

Z=Variabel faktor produksi tetap

Persamaan keuntungan yang diuntungkan dari penerimaan tersebut dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990 : 24 dalam Putra, 2010):

Dimana:

= Besarnya keuntungan

= Besarnya efisiensi teknik

= Harga dari produk per satuan

= harga masukan produksi per satuan

= Variabel masukan produksi tidak tetap digunakan

= harga masukan produksi tetap per satuan

= Variabel masukan produksi tetap digunakan,

Dimana j= 1,….., n

Untuk memudahkan dalam menganalisa keuntungan cob-douglass maka persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990:

233):

Dimana:

= Keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga output

= Besaran efisiensi teknik yang dinormalkan dengan harga output

= Koefisien faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga output

= Variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga output

= Variabel faktor produksi tetap yang telah dinormalkan dengan harga output.

Asumsi tersebut Unit-Output-Price Cobb-Douglass Profit Function disamping bahwa pengusaha adalah melakukan tindakan berorientasi memaksimumkan keuntungan, juga berlaku asumsi lainnya, yaitu (Soekartawi, 1990 : 25 dalam Putra, 2010):

1. Fungsi keuntungan adalah menurun bersamaan dengan bertambahnya jumlah faktor produksi tetap.

2. Masing-masing individu sampel memperlakukan harga input yang bervariasi sedemikian rupa dalam usaha memaksimumkan keuntungan.

3. Walaupun masing-masing individu pengusaha mempunyai produksi yang sama tetapi fungsi tersebut menjadi berbeda kalau ada perbedaan

D. Hasil Penelitian Terdahulu

Nisa (2011) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kentungan Usaha Konveksi di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.” Berdasarkan variabel yang diuji yaitu modal, tenaga kerja, dan promosi terhadap keuntungan konveksi di Kecamatan Wedi.

Dengan menggunakan regresi linier berganda. Diperoleh hasil dari uji t dengan t tabel sebesar ± 2,00 bahwa untuk variabel modal dengan t hitun sebesar 7,491, tenaga kerja dengan t hitung sebesar 2,384 , dan promosi dengan t hitung sebesar 2,489 dapat berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan. Sedangkan untuk uji F membuktikan bahwa variabel modal, tingkat tenaga kerja, dan promosi juga mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap keuntungan usaha konveksi.

Sedangkan koefisien determinasi berganda diketahui R2 sebesar 0,723 berarti 72,33% variabel dependen (keuntungan) dapat dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya 27,66% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Putra (2010) dalam penelitiannya berjudul “ Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, dan Bahan Baku terhadap Keuntungan Pengusaha Batik Laweyan Surakarta. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi linear berganda fungsi keuntungan cobb-douglas dengan teknik unit output price cob-douglas profit function (UOP-CDPF). Berdasarkan uji t variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh

pengusaha batik pada taraf signifikan 5% diketahui t hitung 3,745267, sedangkan upah tenaga kerja, dan bahan baku tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pengusaha pada taraf signifikan 5% .

Ramadhan (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Industri Batik di Kecamatan Laweyan Surakarta.” Penelitian ini menguji variabel modal, tingkat tenaga kerja, nahan baku, dan penjualan. Berdasarkan uji t dengan tingkat signifikansi sebesar 5%

diperoleh hasil bahwa untuk variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan diketahui t hitung sebesar 2,136 , sedangkan untuk variabel lain seperti tenaga kerja dengan t hitung sebesar 2,028 , bahan baku dengan t hitung sebesar 15,766 , dan penjualan dengan t hitung sebesar 42,719 juga berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat 5% berarti variabel modal, tenaga kerja, bahan baku, dan penjualan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keuntungan. Sedangkan untuk koefisien determinasi berganda diketahui R2 sebesar 0,996% variabel dependen (keuntungan) dapat dijelaskan oleh variabel independennya, sedangan sisanya 0,4% disebabkan oleh variable lain diluar model.

E. Kerangka Pemikiran Teoritis

Para pengusaha batik mempunyai banyak faktor baik sosial maupun ekonomi yang mempengaruhi mereka untuk menjalankan usaha batik. Faktor sosial maupun ekonomi tersebut antara lain : umur, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, biaya tenaga kerja, bahan baku, modal dan keuntungan.

Keuntungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi pengusaha batik

penelitian ini, penulis memilih beberapa faktor baik sosial maupun ekonomi yang dianggap mempengaruhi aktivitas ekonomi para pengusaha batik.

Usaha batik yang dikerjakan oleh para pengusaha batik supaya dapat bertahan kelangsungan pengelolaannya harus dapat memetik suatu tingkat keuntungan tertentu. Keuntungan atau pendapatan bersih (π) dari usaha batik

Usaha batik yang dikerjakan oleh para pengusaha batik supaya dapat bertahan kelangsungan pengelolaannya harus dapat memetik suatu tingkat keuntungan tertentu. Keuntungan atau pendapatan bersih (π) dari usaha batik

Dokumen terkait