• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH FAKTOR MODAL, BIAYA TENAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENGARUH FAKTOR MODAL, BIAYA TENAGA"

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

ANALISIS PENGARUH FAKTOR MODAL, BIAYA TENAGA KERJA, DAN BAHAN BAKU TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN PENGUSAHA INDUSTRI BATIK DI DESA

JARUM KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN

Disusun oleh:

Diajukan Untuk melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi (SE) Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun oleh;

Fitri Afifah F0108063

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

(2)

commit to user ii

(3)

commit to user iii

(4)

commit to user iv

Penulis persembahkan kepada :

Ø Allah SWT segalanya bagiku, puji syukur kupersembahkan atas keagunganmu.

Ø Nabi Muhammad SAW Ø Bapak dan Ibu tercinta Ø Adik-adikku tersayang

Ø Teman-temanku Ningrum, Dewi, Mega, Intan, Inda, Indi, Nay, Rian, Iis, Tina, Niyar Chandra yang senantiasa menemani dan membantuku dalam susah dan senang.

Ø Teman-temanku angkatan 2008.

(5)

commit to user v

MOTTO

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu sedang menyelesaikan suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh”.

(Terjemahan Al-Qur’an Surat AL Insyiroh ayat 6-7)

“ Yakinlah bahwa allah akan senantiasa membantu hambanya yang percaya kepada kemampuan diri sendiri dan tuhannya”

(Fitri Afifah)

“Science without religion is lame, religion without science is blind”

(Albert Einstein)

(6)

commit to user vi

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena rahmat dan karunianya yang selalu dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Analisis Pengaruh Faktor Modal, Biaya Tenaga Kerja, dan Bahan Baku Terhadap Tingkat Keuntungan Pengusaha Industri Batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam pencapaian gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persiapan, perencanaan, dan pelaksanaan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi merupakan tantangan tersendiri bagi penulis. Banyak kesulitan dan hambatan yang harus dilalui. Tetapi berkat arahan dan bimbingan dari berbagai pihak, maka akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. AM Soesilo, MSc selaku pembimbing skripsi yang selama ini selalu memberikan waktu, arahan, bantuan dan saran serta bimbingan dalam penyusunan skripsi penulis.

2. Prof. Dr. Bambang Sutopo, M.com, Ak selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Supriyono, SE, MSi selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.

4. Izza Mafruah, SE, MSi selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan.

(7)

commit to user vii

5. Nurul Istiqomah, SE, MSi selaku pembimbing akademik yang telah banyak membantu penulis selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Drs. Sutomo, MS selaku penguji skripsi yang selama ini memberikan waktu, arahan, bantuan dan saran serta bimbingan dalam penyusunan skripsi penulis.

7. Dr. Siti Aisyah T R, S.E, M.Si selaku penguji skripsi yang selama ini memberikan waktu, arahan, bantuan dan saran serta bimbingan dalam penyusunan skripsi penulis.

8. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta beserta seluruh staf dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan dan pelayanan kepada penulis.

9. Badan Pusat statistik Kota Klaten yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.

10. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Klaten yang telah banyak membantu penulis dalam mengumpulkan data dalam penyusunan skripsi.

11. Seluruh pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten yang bersedia meluangkan waktu dan banyak membntu penulis dalam mengumpulkan data yang sangat berguna dalam penyusunan skripsi.

(8)

commit to user viii

untuk menyelesaikan skripsi ini, bantuan moril dan materil, juga lantunan doa yang tiada henti-hentinya.

13. Teman-teman Ekonomi Pembangunan angkatan 2008 tanpa terkecuali terima kasih semua atas bantuannya.

Semoga kebaikan dan ketulusan hati mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kritik serta saran akan penulis terima, sebagai bahan evaluasi penulis. Semoga skripsi ini bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

(9)

commit to user ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAKSI ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN……….. . iv

HALAMAN PERSEMBAHAN………... . v

HALAMAN MOTTO……… vi

KATA PENGANTAR……….. . vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

1. Pemerintah... 6

2. Pengusaha ... 6

3. Mahasiswa ... 7

4. Pembaca... 7

BAB II LANDASAN TEORI... 8

A. Industri ... 8

1. Pengertian Industri ... 8

2. Pengelompokan Industri ... 8

3. Pengertian Industri Kecil ... 12

4. Karakteristik Industri Kecil ... 14

5. Arti Penting Industri Kecil ... 15

6. Permasalahan Industri Kecil di Indonesia ... 17

B. Fungsi Produksi dan Fungsi Keuntungan ... 20

C. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas... 23

(10)

commit to user x

E. Kerangka PemikiranTeoritis ... 28

F. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Jenis Penelitian ... 32

B. Ruang Lingkup Penelitian ... 32

C. Populasi dan Sampel ... 32

D. Jenis dan Sumber Data ... 33

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 34

F. Metode Pengumpulan Data ... 36

G. Metode dan Analisis Data ... 37

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 46

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 47

B. Gambaran Umum Industri Batik ... 53

C. Analisis Diskripsi Lokasi Penelitian ... 56

D. Analisis Diskriptif Data ... 62

E. Hasil dan Analisis Data ... 74

F. Interpretasi Matematis ... 82

G. Interpretasi Ekonomi ... 83

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 88

A. Kesimpulan... 88

B. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA……… 91

LAMPIRAN………... 94

(11)

commit to user xi

DAFTAR TABEL

Label 1.1. Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Klaten Tahun 2010 ( Jutaan Rp) ... 3 Tabel 3.1 Jumlah Pengrajin Batik pada Masing-masing dukuh di Desa

Jarum ... 33 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Klaten Menurut Jenis Kelamin

Tahun 2010 ... 49 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di kabupaten Klaten

Tahun 2006-2010... 50 Tabel 4.3 Pertumbuhan Penduduk Kota Klaten Tahun 1998-2010 ... 51 Tabel 4.4 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha

Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Klaten Tahun 2007- 2010 (Jutaan Rupiah) ... 52 Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Menurut Desa dan Laju Pertumbuhan ... 58 Tabel 4.6 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2000 di Kecamatan Bayat Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009-2010... 59 Tabel 4.7 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Tingkat

Keuntungan ... 64 Tabel 4.8 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Jumlah Modal ... 65 Tabel 4.9 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Biaya Tenaga

Kerja ... 66 Tabel 4.10 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Bahan Baku ... 67 Tabel 4.11 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Umur ... 68 Tabel 4.12 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Tigkat

Pendidikan ... 69 Tabel 4.13 Distribusi Pengusaha Industri Batik Menurut Pengalaman

Usaha ... 70 Tabel 4.14 Jumlah Tenaga Kerja………... 71 Tabel 4.14 Hasil Regresi Data... 75

(12)

commit to user xii

Tabel 4.17 Hasil Uji Estimasi Uji White………... 82

(13)

commit to user xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 30

Gambar 3.1 Daerah Kritis Uji t ... 39

Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F ... 42

Gambar 3.3 Kriteria Pengujian Durbin Watson ... 45

Gambar 4.1 Uji t Menentukan level of significant... 76

Gambar 4.2 Uji t Menentukan level of significant... 77

Gambar 4.3 Uji t Menentukan level of significant... 78

Gambar 4.4 Analisis Durbin Watson ... 83

(14)

PENGARUH FAKTOR MODAL, BIAYA TENAGA KERJA DAN BAHAN BAKU TERHADAP TINGKAT KEUNTUNGAN INDUSTRI BATIK DI DESA

JARUM KECAMATAN BAYAT KABUPATEN KLATEN

FITRI AFIFAH F0108063

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor modal, biaya tenaga kerja dan bahan baku terhadap tingkat keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Data yang dipergunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Penelitian mengambil lokasi di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Populasi dalam penelitian ini pengusaha batik yang tersebar di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.

Teknik analisis yang data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda.

Hasil analisis data menggunakan regresi linier berganda menunjukkan bahwa variabel modal, biaya tenaga kerja dan bahan baku mempunyai pengaruh yang signifikan pada tingkat keyakinan 95% terhadap besarnya keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Koefisien Determinasi (R²) sebesar 0,969 yang berarti bahwa variasi variabel independen yaitu variabel modal modal, tenaga kerja, dan bahan baku secara simultan dapat menjelaskan sebesar 96,9

% terhadap variabel dependen yaitu keuntungan, sedangkan sisanya sebesar 3,1%

dijelaskan variabel lainnya yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil uji F hitung > F tabel atau 198,0595 > 3,493 (pada taraf signifikansi 5%) berarti antara modal, tenaga kerja, dan bahan baku secara bersama-sama berpengaruh terhadap keuntungan pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan bayat Kabupaten Klaten.

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka disarankan kepada para pengusaha batik untuk meningkatkan modalnya dengan harapan keuntungan yang diperoleh pengusaha semakin meningkat, namun jika para pengusaha kesulitan untuk menambah modalnya maka dapat mencari tambahan modal dari sumber lain yaitu seperti pinjaman dari bank maupun koperasi. Selain itu, perlunya pemerintah Kabupaten Klaten untuk memberikan bantuan modal kepada pengusaha batik dengan memberikan bantuan kredit lunak kepada para pengusaha batik dengan cara memberikan bantuan kredit dengan bunga yang rendah kepada para pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.

Kata kunci : Keuntungan, Modal, Biaya Tenaga Kerja, dan Bahan Baku

(15)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan perekonomian tidak pernah lepas kaitannya dengan pembangunan industri yang memang mendukung pertumbuhan perekonomian bagi kemakmuran rakyat. Perkembangan ekonomi selalu disertai dengan perubahan struktur yang lebih non agraris, begitu pula peranan sektor industri yang diajukan untuk memperkukuh sektor ekonomi nasional dengan keterkaitan yang kuat dan saling mendukung antar sektor, meningkatkan daya tahan perekonomian nasional dan kesempatan kerja sekaligus mendorong berkembangnya kegiatan-kegiatan pembangunan diberbagai sektor lainnya dan juga diharapkan mampu meningkatkan pendapatan penduduk.

Pembangunan di sektor industri dikembangkan secara bertahap dan terpadu melalui peningkatan keterkaitan antara industri dan antara sektor industri dengan sektor industri lainnya terutama dengan sektor industri yang memasukkan bahan baku industri, melalui iklim yang merangsang bagi penanam modal dan penyebaran pembangunan industri di daerah sesuai dengan potensi masing-masing dan sesuai dengan iklim usaha yang memantapkan pertumbuhan industri nasional (Todaro, 2000:152).

Keberhasilan pembangunan industri di Indonesia tidak hanya dikarenakan keberhasilan industri besar saja tetapi juga industri kecil yang mempunyai peranan penting bagi kemakmuran rakyat Indonesia. Selain untuk

(16)

mengembangkan potensi yang telah ada melalui pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya secara optimal seperti adanya pembangunan di sektor industri pedesaan dengan tujuan untuk meningkatkan dan membangun industri kecil.

Adapun ciri-ciri industri kecil (Mubyarto,1997 :67-68) adalah sebagai berikut:

1. Jumlah tenaga kerja kurang dari 5-9 orang.

2. Kebanyakan tenaga kerja diperoleh dari lingkungan atau dekat dengan lokasi industri.

3. Teknologi yang digunakan bersifat sederhana dan lebih banyak menggunakan tenaga tangan.

4. Bahan dasar umumnya didapat dari daerah sekitarnya.

Tantangan yang dihadapi industri kecil menengah untuk memperkuat struktur perekonomian nasional memang berat, karena disadari bahwa pengembangan usaha kecil menghadapi beberapa kendala seperti tingkat kemampuan, ketrampilan, keahlian, manajemen sumber daya manusia, kewirausahaan, pemasaran dan keuangan (Kuncoro, 2007:368).

Salah satu cara untuk mengetahui keberhasilan suatu pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan adalah dengan cara melihat nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Dengan adanya data tersebut maka dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi suatu daerah, struktur perekonomian daerah dan juga tingkat kemakmuran penduduk. Upaya yang dilakukan

(17)

pemerintah Klaten dengan segenap jajaran pelaku dunia usaha telah berhasil meningkatkan roda perekonomian sehingga pertumbuhan PDRB menghasilkan angka yang positif. Hal ini terlihat dari tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten Klaten Tahun 2010 ( Jutaan Rp)

NO Lapangan Usaha 2009 2010

(1) (2) (3) (4)

1 Pertanian 1.045.720,97 949.998,50

2 Penggalian 65.300,71 69.776,92

3 Industri Pengolahan 920.432,25 978.879,71

4 Listrik dan Air Minum 34.372,60 37.084,34

5 Bangunan/Konstruksi 393.598,88 353.549,64 6 Perdagangan, Hotel, dan

Restorant 1.322.036,64 1.399.425,71

7 Angkutan dan Komuikasi 137.501,05 144.864,43 8 Keuangan, Persewaan, dan Jasa

Perusahaan 178.233,65 191.236,65

9 Jasa-jasa 663.821,92 718.431,38

Sumber : BPS Kabupaten Klaten

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa sektor industri sebagai salah satu sektor strategis dalam pembangunan perekonomian di Klaten. Pada tahun 2009 sektor industri di Klaten merupakan penyumbang PDRB terbesar ketiga setelah sektor pertanian serta sektor Perdagangan, Hotel, dan Restorant dengan nilai PDRB menurut harga konstan yaitu sebesar Rp 920.432,25 dan meningkat di tahun 2010 menjadi Rp 978.879,71 dan merupakan penyumbang PDRB terbesar kedua setelah pertanian, hal ini menggambarkan bahwa

(18)

perluasan dampak yang diterima masyarakat melalui kegiatan industri.

Kabupaten Klaten sebagai salah satu pusat industri kecil di Jawa Tengah mempunyai jumlah industri yang cukup banyak dan beragam jenisnya.

Pada umumnya industri kecil tersebut mengelompok membentuk sentra.

Perkembangan industri kecil di Klaten tersebut terus meningkat di tandai dengan munculnya industri kecil baru, contohnya adalah industri batik.

Sentra industri batik yang terkenal di Kabupaten Klaten adalah di Desa Jarum, Kecamatan Bayat. Pada awalnya usaha batik di Desa Jarum merupakan warisan nenek moyang yang mengandung banyak aspek sosial maupun budaya, karena dorongan untuk tetap melestarikannya. Dengan berjalannya waktu dan semakin majunya peradaban manusia dan tuntutan kebutuhan hidup yang semakin kompleks, maka pada saat ini usaha batik di Desa Jarum telah mampu menjadi sumber mata pencaharian pokok sehari-hari bagi mereka selain bercocok tanam. Pengrajin batik di Desa Jarum sebanyak 23 pengusaha dan tersebar di tujuh dukuh dengan jumlah pengrajin terbanyak di dukuh Pendem sebanyak 7 pengusaha.

Sebagai desa yang merupakan sentra batik, Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten tentunya hal tersebut akan membawa dampak positif bagi masyarakatnya. Banyaknya jumlah industri batik di Desa Jarum maka akan membuka kesempatan kerja bagi masyarakat, sehingga pendapatan masyarakat meningkat. Dengan demikian maka industri batik di Desa Jarum

(19)

memberikan kontribusi yang cukup tinggi terhadap pendapatan masyarakat di sekitarnya.

Pemerintah daerah sudah saatnya memberikan kontribusi terhadap pengusaha industri batik untuk meningkatkan keuntungan pengusaha batik dan kesempatan kerja bagi masyarakat di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten. Untuk mewujudkan usaha tersebut maka sangat diperlukan adanya penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh Faktor Modal, Tenaga Kerja, dan Bahan Baku terhadap Tingkat Keuntungan Pengusaha Industri Batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah, yaitu:

1. Apakah faktor modal usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten?

2. Apakah faktor biaya tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten?

3. Apakah faktor bahan baku berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten?

(20)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh modal usaha terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh jumlah biaya tenaga kerja terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh bahan baku terhadap tingkat keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

D. Manfaat Penelitian 1. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan pemerintah untuk lebih memperhatikan pengembangan industri khususnya batik yang ada di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.

2. Pengusaha

(21)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa masukan bagi para pengusaha batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten agar lebih baik dari keadaan sekarang.

3. Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk melakukan penelitian berikutnya.

4. Pembaca

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan dari suatu industri kecil terutama industri batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.

(22)
(23)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Industri

1. Pengertian Industri

Industri adalah kumpulan dari beberapa perusahaan yang menghasilkan barang sejenis (mohogenus product). Sedangkan hasil dari symposium hukum perindustrian sebagai suatu rangkaian, kegiatan usaha ekonomi yang meliputi pengolahan, pengerjaan, pengubahan dan perbaikan bahan baku atau barang jadi sehingga lebih berguna dan bermanfaat bagi seluruh masyarakat (Shaleh, 1988:67).

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pengertian industri yaitu suatu unit atau kesatuan produksi yang terletak pada suatu tempat tertentu yang melakukan kegiatan mengubah bahan baku dengan mesin atau dengan tangan menjadi produk baru, atau mengubah barang-barang yang kurang nilainya menjadi barang yang mempunyai nilai lebih dengan maksud untuk mendekatkan produk tersebut pada konsumen akhir.

2. Pengelompokan Industri

BPS mengelompokkan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan, BPS menggolongkan menjadi 4 kelompok:

a. Perusahaan atau industri besar yang memperkerjakan 100 orang atau lebih.

(24)

orang.

c. Perusahaan atau industri kecil memperkerjakan 5 orang sampai 19 orang.

d. Perusahaan atau industri kerajinan atau rumah tangga yang memperkerjakan 1 sampai 4 orang (termasuk tenaga kerja yang dibayar).

Menurut Departemen Perindustrian, Industri nasional di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu : (Arsyad, 2010:454-455)

a. Industri dasar

Merupakan sekelompok industri mesin dan industri logam dasar (IMLD) maupun kelompok industri kimia dasar (IKD).

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok IMLD antara lain meliputi industri mesin pertanian, elektronika, kereta api, dam lain sebagainya.

Kelompok IKD yang merupakan kelompok industri kimia dasar meliputi industri pengolahan kayu, industri karet alam, industri pestisida, dan lainsebagainya. Namun jika dilihat dari misinya industri dasar mempunyai tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, membantu penjualan srtruktur industri yang bersifat padat modal.

(25)

b. Industri kecil

Merupakan industri pangan (minuman, makanan, dan tembakau), industri sandang seperti sandang yang terbuat dari kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang yang berbahan dasar terbuat dari kulit), industri kimia, industri bangunan (industri kertas, percetakan, penerbitan, dan lain sebagainya). Selain itu dalam industri kecil juga terdapat industri galian logam dan bukan logam (seperti mesin-mesin listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya).

Kelompok industri kecil ini diharapkan dapat menambah kesempatan kerja dan meningkatkan nilai tambah dan manfaat pasar dalam negeri dan luar negeri.

c. Industri hilir

Merupakan sekelompok aneka industri (AI) yang meliputi industri yang mengolah hasil pertambangan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas.

Industri hilir ini merupakan aneka industry yang mempunyai misi meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan atau pemerataan serta memperluas kesempatan kerja.

Menurut ekstensi dinamisnya industri Indonesia dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori antara lain, (Saleh, 1988: 33) :

(26)

a. Industri Lokal

Merupakan kelompok yang menggantungkan hidupnya pada pasar setempat yang terbatas daya jangkaunya, serta relatif tersebar dari segi lokasinya. Skala usaha ini sangat kecil dan lebih bersifat subsisten. Karena target pemasarannya terbatas, usaha ini hanya menggunakan alat transportasi yang sederhana. Adapun karena pemasaran produksi ditangani sendiri, maka pada kelompok ini jasa pedagang perantara tidak memiliki peran yang sangat menonjol.

b. Industri Sentra

Merupakan kelompok usaha yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil, tetapi membentuk suatu kawasan produksi yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Target pemasaran usaha ini lebih luas dari kategori pertama, sehingga peranan pedagang perantara dalam hali ini cukup penting.

c. Industri Mandiri

Merupakan kelompok industri yang masih bersifat sama seperti industri kecil, namun telah memiliki kemampuan dalam mengadaptasi teknologi produksi yang lebih canggih. Pemasaran hasil produksinya relatif tidak tergantung terhadap para pedagang perantara. Sebenarnya jenis industri ini tidak layak lagi dikategorikan sebagai industri kecil, namun dilihat dari skala penyerapan tenaga kerja, maka kelompok ini tetap dimasukkan ke dalam subsektor industri kecil.

(27)

3. Pengertian Industri Kecil

Menurut Departemen Perindustrian yang menjelaskan mengenai pengertian yang berkaitan dengan usaha kecil dan menengah yaitu:

a. Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah baan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunannya, termasuk kegiatan rancangan bangunan dan perekayasaan industri.

b. Perusahaan industri kecil yang dapat disebut industri kecil (IK) adalah perusahaan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha dibidang industri yang dengan nilai investasi paling banyak Rp 200.000.000,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan usaha.

c. Perusahaan industri menengah yang dapat disebut industri menengah (IM) merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usahanya dibidang industri dengan nilai investasi lebih besar dari Rp 200.000.000,00 (Dua Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

d. Industri kecil dan menengah (IKM) adalah perusahaan industri kecil yang terdiri dari industri kecil (IK) dan industri menengah (IM).

Jika dilihat dari klasifikasinya industri kecil menurut Departemen Perindustrian maka kategori industri kecil dapat di kelompokkan menjadi beberapa bagian, yaitu:

(28)

a. Industri kecil Modern

Industri kecil modern ini meliputi industri yang menggunakan teknologi proses madya (intermediate proces technologies), mempunyai skala produksi yang terbatas, tergantung pada dukungan Litbang dan usaha perekayasaan, dilibatkan dalam sistem industri besar dan menengah dengan sistem pemasaran domestik dan menggunakan mesin khusus dan alat perlengkapan modal lainnya.

Industri kecil modern jumlahnya hampir 5% dari jumlah total industri kecil di Indonesia, dimana industri kecil mempunyai akses untuk menjangkau sistem pemasaran di pasar domestik atau pasar ekspor.

b. Industri Kecil Tradisional

Industri kecil ini menggunakan proses yang sederhana, teknologi pada bantuan Unit Pelayanan Tradisional Teknis (UPT) yang disediakan oleh Departemen perindustrian sebagian dari bantuan teknis dari industri kecil, mesin serta perlengkapan modal relatif sederhana, lokasi didaerah pedesaan dan akses untuk menjangkau pasar di luar lingkungannya yang berdekatan terbatas.

c. Industri Kecil Kerajinan

Industri kecil kerajinan didorong atas landasan budaya yaitu pelestarian budaya Indonesia yang juga memberikan pendapatan bagi kelompok masyarakat yang berpendapatan rendah, khususnya yang berada di pedesaan. Industri kecil kerajinan juga meliputi industri kecil

(29)

yang sangat beragam mulai dari industri kecil yang menggunakan teknologi yang sangat sederhana, teknologi madya maupun teknologi yang maju dimana industri kerajinan ini menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup luas.

4. Karakteristik Industri Kecil

Industri kecil merupakan industri yang pada tahap awal berbentuk industri rumah tangga (Home Industri), tempat tinggal maupun tempat untuk bekerja atau berproduksi menjadi satu. Semua pekerjaan dari pimpinan, pelaksanaan produksi maupun penjualan dilakukan oleh para anggota keluarga dari satu keluarga.

Modal yang digunakan dalam kegiatan produksi tercampur dengan uang rumah tangga dalam membiayai kehidupan sehari-hari, untung-rugi sulit dibedakan karena modal untuk barang yang dikonsumsi selalu sama.

Beberapa karakteristik industri kecil (Moh. Cholil, 1990:45) sebagai berikut :

a. Proses produksi yang padat karya.

b. Kelompok industri-industri kecil menggunakan jenis-jenis teknologi sederhana yang sesuai dengan kondisi lokal.

c. Sumber utama pembiayaan proses produksi pada umumnya berasal dari tabungan pribadi.

d. Kelompok industri lebih banyak terdapat di daerah pedesaan dan kegiatan-kegiatan mereka pada umumnya sangat berorientasi pada

(30)

penawaran.

e. Kelompok industri sangat penting sebagai suatu sektor ekonomi yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat lokal dibandingkan dengan industri modern yang berlokasi di daerah urban.

5. Arti Penting Industri Kecil

Industri kecil sangat berperan bagi dunia usaha dan perekonomian Indonesia. Keberadaan industri kecil memberikan manfaat kepada masyarakat. Apabila dibandingkan dengan industri besar, jika industri kecil dapat terus berkembang hal tersebut akan memberikan peluang usaha bagi masyarakat walaupun dengan modal yang kecil. Selain itu, jika dilihat dari segi tenaga kerja, industri kecil mampu untuk terus berjalan oleh karena itu dapat terhindar dari krisis energi. Tidak hanya masalah modal dan tenaga kerja, untuk masalah pemasaran barang-barang kerajinan tidak begitu terpengaruh terhadap resesi ekonomi internasional dan menurunnya intensitas perdagangan internasional serta mempunyai sumber penghasilan devisa (Raharjo, 1986:980).

Industri kecil dan rumah tangga terefleksi antara lain dari jumlah unitnya yang sangat banyak jauh melebihi jumlah unit usaha dari kelompok industri menengah dan industri besar. Industri kecil mampu memberikan manfaat sosial yang sangat berarti bagi perekonomian di Indonesia (Sakti, 2007:11).

(31)

Adapun manfaat dan peranan industri kecil antara lain:

a. Industri kecil mampu menciptakan peluang usaha yang luas dengan pembiayaan relatif murah karena kegiatan industri kecil banyak menggunakan bahan baku dari sumber-sumber dari lingkungan terdekat sehingga biaya produksi dapat ditekan. Hal ini sejalan dengan kenyataan bahwa tingkat keahlian dan daya dukung permodalan dari pengusaha kecil pada umumnya masih rendah.

b. Industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan dan mobilisasi tabungan domestik. Hal ini dimungkinkan oleh kenyataan bahwa industri kecil cenderung memperoleh modal dari tabungan si pengusaha sendiri, tabungan keluarga, atau kerabatnya.

c. Industri kecil mempunyai kedudukan terhadap industri besar dan sedang, karena industri kecil menghasilkan produk yang relatif murah dan sederhana yang biasanya dihasilkan oleh industri sedang dan besar sehingga dapat memberi peluang kepada industri kecil untuk dapat bertahan. Lokasi industri kecil yang tersebar pada gilirannya telah menyebabkan biaya transportasi menjadi minim sehingga dengan demikian akan memungkinkan barang-barang hasil produksi dapat sampai ke tangan konsumen secara cepat, murah dan mudah.

Selain hal yang telah disebutkan diatas, sektor industri kecil mampu mengurangi tingkat pengangguran dan setengah pengangguran, karena pada umumnya untuk proses produksi dalam industri kecil lebih

(32)

khususnya di pedesaan, mengembangkan cara yang dinilai paling besar peranannya tidak hanya untuk memperbesar lapangan kerja dan kesempatan usaha sendiri tetapi juga untuk mendorong kemajuan pembangunan di daerah maupun di pedesaan itu sendiri.

6. Permasalahan Industri Kecil di Indonesia

Walaupun industri kecil mempunyai peranan yang cukup signifikan terhadap perekonomian, tidak dapat dipungkiri industri kecil dan rumah tangga masih menghadapi kendala-kendala. Masalah yang dihadapi dalam industri kecil dapat menghambat perkembangan industri kecil untuk tetap berkembang. Masalah tersebut antara lain adanya kebijakan pemerintah yang beberapa diantaranya tidak adil dan diskriminatif. Hal tersebut dapat dilihat dengan adanya kebijakan pemerintah yang cenderung memberikan perlakuan yang lebih kepada bisnis skala besar seperti BUMN maupun konglomerat yang tampaknya belum terlihat keseriusan dan arahan pemerintah kepada industri kecil dan rumah tangga. Pemerintah lebih memperhatikan usaha dalam skala besar dibandingkan dengan industri kecil dan rumah tangga sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan kemampuan mengakumulasi modal antara usaha besar dengan usah kecil yang semakin tajam dalam jangka panjang. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kesenjangan ekonomi dan sosial.

(33)

Begitu kompleksnya permasalahan industri kecil, secara umum masalah yang dihadapi indusri kecil bisa diperinci menjadi tujuh masalah sesuai fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan, menurut (Gert Thomas dan Cristian Limpelius 1979:50) sebagai berikut:

a. Pembiayaan (financing) atau modal b. Tenaga kerja

c. Perlengkapan kerja d. Bahan mentah

e. Proses produksi dan hasil-hasil produksi f. Pemasaran

g. Manajemen dan organisasi

Menurut data BPS tahun 1998 juga menunjukkan permasalahan utama yang dihadapi oleh banyak pengusaha industri kecil dan rumah tangga antara lain:

a. Kualitas Pemasaran a) Permintaan menurun

b) Tidak mampu menjual pada harga pasar

c) Tidak mampu bersaing dalam harga dan kualitas produksi b. Kesulitan mengadakan bahan baku

a) Harga naik terlalu tinggi b) Persediaan menurun

(34)

c. Kekurangan modal

a) Kekurangan pembayaran pekerja b) Pendapatan atau penghasilan menurun c) UMR naik

d. Kekurangan energi a) Tarif listrik naik

b) Harga BBM dan gas naik

Permasalahan yang dialami oleh industri kecil, dikarenakan kelemahan-kelemahan dari industri kecil itu sendiri. Menurut (Raharjo, 1986:58) kelemahan industri kecil antara lain:

a. Kecilnya skala produksi atau skala usaha sehingga tidak bisa dimanfaatkan faedah ekonomi dari skala yang lebih besar.

b. Tingkat produktivitas yang rendah, diukur dari output total dan nilai tambah.

c. Kualitas produksi sulit dikontrol karena tidak adanya standar mutu.

d. Sulit menyesuaikan dengan permintaan atau kebutuhan pasar.

e. Ongkos buruh rendah sehingga mengurangi kegairahan dan kemampuan produksi.

f. Kurang mampu menyerap teknologi baru yang efisien.

g. Kesulitan memperoleh kredit dari bank dan jangkauan pemasaran kurang luas.

(35)

Masalah-masalah tersebut diatas yang dihadapi oleh industri kecil dapat diatasi dengan menerapkan teknologi tepat guna, perubahan- perubahan struktural dan fungsional dalam aspek kelembagaan organisasi untuk meningkatkan skala usaha dan manajemen yang lebih efisien.

Menyediakan kesempatan kerja bagi perluasan, pemenuhan kebutuhan modal, dan peningkatan magang dan lain-lain (Raharjo, 1986:43).

B. Fungsi Produksi dan Fungsi Keuntungan

Fungsi Produksi adalah suatu pernyataan yang menghubungkan kuantitas berbagai input dengan berbagai tingkat output, dengan teknologi tertentu (Arsyad, 1987: 20 dalam Putra, 2010 ). Fungsi produksi untuk setiap komoditi adalah suatu persamaan, tabel atau grafik yang menyatakan jumlah (maksimum) komoditi yang dapat diproduksi per unit waktu untuk setiap kombinasi input alternatif, bila menggunakan teknik produksi terbaru yang tersedia (Salvatore, 1989 : 20 dalam Putra, 2010).

Setiap kegiatan usaha memiliki salah satu tujuan utama untuk memperoleh keuntungan. Suatu usaha yang tidak menguntungkan, maka usaha tersebut dapat berhenti beroperasi. Jika suatu usaha berhenti beroperasi menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak dapat menghasilkan produk atau output. Ketiadaan output mengakibatkan tidak adanya pemasukan pada usaha tersebut. Oleh karena itu, semua usaha harus menguntungkan dan mempunyai prospek pasar yang potensial.

(36)

yang homogeny yang mempunyai elastisitas substitusi yang konstan. Fungsi Cobb-Douglass dapat dituliskan sebagai berikut (Arsyad, 1987 : 20 dalam Putra, 2010):

Q=

Dimana Q= Output L= Tenaga Kerja K= Capital/Modal

a dan b= angka positif, dimana b>1

Pencapaian keuntungan maksimum kadang dihadapkan pada kendala, diantaranya cara mengalokasikan sumber daya yang ada utuk menghasilkan output terbesar dengan tingkat keuntungan yang tinggi. Jika melihat kondisi seperti ini, maka diperlukan sebuah fungsi produksi dan fungsi keuntungan.

Dalam kondisi seperti ini, akan dititik beratkan pada fungsi keuntungan karena harga faktor produksi di pasar tidak dapat dikendalikan oleh pedagang.

Fungsi keuntungan yang mudah dipakai dapat menggunakan fungsi keuntungan Cobb-Douglas. Fungsi keutungan ini dapat digunakan oleh pengusaha dalam memaksimalkan keuntungan, pendugaan relatif mudah, mudah melakukan manipulasi terhadap analisis dan dapat mengatur efisiensi pada tingkatan atau pada ciri yang berbeda (Soekartawi, 1990 : 21 dalam Putra, 2010).

(37)

Penggunaan fungsi keuntungan Cobb-Douglas dapat dibantu dengan analisis regresi. Koefisien regresi ini sekaligus merupakan besaran elastisitas, sedangkan besaran elastisitas tersebut menunjukkan bahwa besaran jika jumlah besaran Return To Scale (RTS). (Soekartawi, 1990 : 21 dalam Putra, 2010) menyatakan bahwa jika jumlah besaran elastisitas < elastisitas= 1>1, maka masuk increasing RTS.

Model fungsi keuntungan menurut Lu and Yotopoulus (1972) adalah karena model ini dinilai memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan fungsi produksi dan program linier, diantaranya adalah:

1. Fungsi penawaran output dan fungsi permintaan input dapat diduga bersama-sama tanpa harus membuat fungsi produksi yang eksplisit.

2. Fungsi keuntungan dapat digunakan untuk menelaah efisiensi teknik, harga, dan ekonomi.

3. Di dalam model fungsi keuntungan, peubah-peubah yang diamati adalah peubah harga output dan input.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam model fungsi keuntungan adalah:

1. Pengusaha sebagai unit analisis ekonomi berusaha memaksimumkan keuntungan.

2. Pengusaha sebagai penerima harga.

3. Fungsi produksi adalah berbentuk concave (cekung) dalam input-input tidak tetap.

(38)

pengusaha batik dalam upaya memperoleh keuntungan maksimum dengan biaya yang sekecil-kecilnya. Jika jumlah input dikurangi atau ditambah, maka keuntungan diperoleh dapat diprediksi, sehingga dapat dijadikan acuan bagi pengusaha batik dalam mengambil keputusan-keputusan dalam usaha batik.

C. Fungsi Keuntungan Cobb-Douglas

Keuntungan atau laba sebagai hasil pengembalian pada modal didapat dari selisih jumlah penerimaan yang diterima perusahaan dikurangi biaya- biaya yang dikeluarkan.

Secara bentuk sistematis yang sederhana dapat ditulis sebagai berikut:

= profit (laba)

= Total Revenue (Total Penerimaan dari Penjualan)

= Total Cost (Total Biaya yang dikeluarkan) Keterangan:

1. TR (Total Revenue) adalah penerimaan total produsen dari hasil penjualan hasil outputnya. TR= output x harga jual.

2. TC (Total Cost) adalah total biaya yang dilakukan untuk memproduksi output yang dipengaruhi oleh dua variabel biaya tetap (biaya yang dikeluarkan sesuai dengan jumlah output yang diproduksi).

(39)

3. TR harus lebih besar dari TC, dengan kata lain TR-TC harus ada selisih positif, bila terjadi TR=TC, maka terjadi BEP (Break Even Point), yaitu tidak terjadi keuntungan maupun kerugian.

Fungsi keuntungan digunakan untuk mengetahui hubungan antara input dan output, serta mengukur pengaruh dari berbagai perubahan harga dan input terhadap produksi. Untuk itu digunakan fungsi keuntungan Cobb- Douglas dengan teknik yang dinamakan Unit-Output-Price Cobb-Douglas Profit Function (UOP-CDPF). Cara ini mempunyai asumsi bahwa pengusaha adalah lebih maksimumkan keuntungan daripada memaksimalkan utilitas atau kepuasan usahanya, sehingga Unit-Output-Price Cobb-Douglas Profit Function adalah cara yang dipakai untuk memaksimumkan keuntungan. UOP- CDPF adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan harga faktor produksi dan produksi yang telah dinormalkan dengan harga tertentu.

Y=AF (X,Z) Dimana:

Y= Produksi

A=Besaran yang menunjukkan efisiensi teknik X=Variabel faktor produksi

Z=Variabel faktor produksi tetap

(40)

Persamaan keuntungan yang diuntungkan dari penerimaan tersebut dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990 : 24 dalam Putra, 2010):

Dimana:

= Besarnya keuntungan

= Besarnya efisiensi teknik

= Harga dari produk per satuan

= harga masukan produksi per satuan

= Variabel masukan produksi tidak tetap digunakan

= harga masukan produksi tetap per satuan

= Variabel masukan produksi tetap digunakan,

Dimana j= 1,….., n

Untuk memudahkan dalam menganalisa keuntungan cob-douglass maka persamaan diatas dapat dituliskan sebagai berikut (Soekartawi, 1990:

233):

(41)

Dimana:

= Keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga output

= Besaran efisiensi teknik yang dinormalkan dengan harga output

= Koefisien faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga output

= Variabel faktor produksi yang telah dinormalkan dengan harga output

= Variabel faktor produksi tetap yang telah dinormalkan dengan harga output.

Asumsi tersebut Unit-Output-Price Cobb-Douglass Profit Function disamping bahwa pengusaha adalah melakukan tindakan berorientasi memaksimumkan keuntungan, juga berlaku asumsi lainnya, yaitu (Soekartawi, 1990 : 25 dalam Putra, 2010):

1. Fungsi keuntungan adalah menurun bersamaan dengan bertambahnya jumlah faktor produksi tetap.

2. Masing-masing individu sampel memperlakukan harga input yang bervariasi sedemikian rupa dalam usaha memaksimumkan keuntungan.

3. Walaupun masing-masing individu pengusaha mempunyai produksi yang sama tetapi fungsi tersebut menjadi berbeda kalau ada perbedaan

(42)

D. Hasil Penelitian Terdahulu

Nisa (2011) dalam penelitian yang berjudul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kentungan Usaha Konveksi di Kecamatan Wedi Kabupaten Klaten.” Berdasarkan variabel yang diuji yaitu modal, tenaga kerja, dan promosi terhadap keuntungan konveksi di Kecamatan Wedi.

Dengan menggunakan regresi linier berganda. Diperoleh hasil dari uji t dengan t tabel sebesar ± 2,00 bahwa untuk variabel modal dengan t hitun sebesar 7,491, tenaga kerja dengan t hitung sebesar 2,384 , dan promosi dengan t hitung sebesar 2,489 dapat berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap keuntungan. Sedangkan untuk uji F membuktikan bahwa variabel modal, tingkat tenaga kerja, dan promosi juga mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap keuntungan usaha konveksi.

Sedangkan koefisien determinasi berganda diketahui R2 sebesar 0,723 berarti 72,33% variabel dependen (keuntungan) dapat dijelaskan oleh variabel independennya, sedangkan sisanya 27,66% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Putra (2010) dalam penelitiannya berjudul “ Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, dan Bahan Baku terhadap Keuntungan Pengusaha Batik Laweyan Surakarta. Dalam menganalisis digunakan teknik analisis regresi linear berganda fungsi keuntungan cobb-douglas dengan teknik unit output price cob-douglas profit function (UOP-CDPF). Berdasarkan uji t variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan yang diperoleh

(43)

pengusaha batik pada taraf signifikan 5% diketahui t hitung 3,745267, sedangkan upah tenaga kerja, dan bahan baku tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan pengusaha pada taraf signifikan 5% .

Ramadhan (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Keuntungan Industri Batik di Kecamatan Laweyan Surakarta.” Penelitian ini menguji variabel modal, tingkat tenaga kerja, nahan baku, dan penjualan. Berdasarkan uji t dengan tingkat signifikansi sebesar 5%

diperoleh hasil bahwa untuk variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan diketahui t hitung sebesar 2,136 , sedangkan untuk variabel lain seperti tenaga kerja dengan t hitung sebesar 2,028 , bahan baku dengan t hitung sebesar 15,766 , dan penjualan dengan t hitung sebesar 42,719 juga berpengaruh positif dan signifikan pada tingkat 5% berarti variabel modal, tenaga kerja, bahan baku, dan penjualan secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap keuntungan. Sedangkan untuk koefisien determinasi berganda diketahui R2 sebesar 0,996% variabel dependen (keuntungan) dapat dijelaskan oleh variabel independennya, sedangan sisanya 0,4% disebabkan oleh variable lain diluar model.

E. Kerangka Pemikiran Teoritis

Para pengusaha batik mempunyai banyak faktor baik sosial maupun ekonomi yang mempengaruhi mereka untuk menjalankan usaha batik. Faktor sosial maupun ekonomi tersebut antara lain : umur, tingkat pendidikan, pengalaman usaha, biaya tenaga kerja, bahan baku, modal dan keuntungan.

Keuntungan merupakan faktor utama yang mempengaruhi pengusaha batik

(44)

penelitian ini, penulis memilih beberapa faktor baik sosial maupun ekonomi yang dianggap mempengaruhi aktivitas ekonomi para pengusaha batik.

Usaha batik yang dikerjakan oleh para pengusaha batik supaya dapat bertahan kelangsungan pengelolaannya harus dapat memetik suatu tingkat keuntungan tertentu. Keuntungan atau pendapatan bersih (π) dari usaha batik pada dasarnya ditentukan oleh produksi yang dihasilkan (Y), biaya produksi (C) dan tingkat harga yang diterima pengusaha (P). atau dapat ditulis dengan rumus Profit = Total Revenue – Total Cost (Mankiw), 2004). Faktor yang berpengaruh terhadap keuntungan antara lain:

1. Modal Usaha

Penggunaan modal besar dalam produksi akan dapat meningkatkan keuntungan yang diterima oleh pengusaha batik , begitu juga sebaliknya apabila modal yang digunakan itu kecil maka keuntungan yang diperoleh juga kecil. Tanpa adanya modal maka akan sangat tidak mungkin suatu proses produksi akan berjalan (Sukirno, 2005).

2. Biaya Tenaga Kerja

Secara individu variabel biaya tenaga kerja berpengaruh positif terhadap output sektor industri batik, yaitu apabila biaya tenaga kerja naik maka output industri batik juga naik. Hal ini disebabkan karena kenaikan biaya tenaga kerja akan menambah jumlah produksi batik tersebut.

(45)

3. Bahan Baku

Bahan baku sangat penting dalam suatu proses produksi . dalam hal ini bahan baku mempunyai hubungan yang positif dengan output. Apabila terdapat penambahan bahan baku maka produksi semakin meningkat.

Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keuntungan didekati dengan menggunakan persamaan fungsi keuntungan Cobb Douglass yang diaplikasikan dalam penelitian ini untuk empat variabel maka persamaan tersebut dapat ditulis kembali sebagai berikut:

=

F. Hipotesis

1. Diduga variabel modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

Modal (X1)

Biaya Tenaga Kerja (X2)

Bahan Baku (X3)

Keuntungan Penguasaha Industri Batik (π)

(46)

terhadap keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

3. Diduga variabel bahan baku berpengaruh negatif dan signifikan terhadap keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

(47)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh modal, tenaga kerja, dan bahan baku terhadap keuntungan pengusaha batik di desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.

B. Ruang Lingkup Penelitian

Lokasi penelitian di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.

Penelitian ini dilakukan di tahun 2012 dengan jumlah populasi sebanyak 23 pengusaha batik.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan pengusaha industri batik di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten tahun 2012.

(48)

Jumlah Pengrajin Batik pada Masing-masing dukuh di Desa Jarum

Nama Dukuh Jumlah

Pengusaha

1. Kebon Agung 3

2. Pundungrejo 3

3. Tunggul 2

4. Jarum 2

5. Pendem 8

6. Karanganom 2

7. Karang Gumuh 3

Jumlah 23

Sumber: Balai Desa Jarum

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Adapun sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian sensus yaitu keseluruhan pengusaha industri batik yang berjumlah 23 di Desa Jarum Kecamatan Bayat Kabupaten Klaten.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Data yang dikumpulkan langsung dari obyek penelitian melalui kuisioner, melakukan observasi dan wawancara langsung dengan para pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

(49)

2. Data Sekunder

Data lain yang diperoleh dari kantor Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Badan Pusat Statistik Klaten, dan instansi lain yang ada hubungannya dalam memperoleh data dalam penelitian ini.

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (empat) macam, yaitu keuntungan, modal, tenaga kerja, bahan baku. Variabel-variabel tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Variabel dependen

Variabel dependen adalah karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian mengubah atau mengganti variabel bebas ( Narbuko dan Achmadi, 1999:80).

Variabel dependen disini adalah keuntungan pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Tingkat keuntungan adalah laba yang diterima oleh pengusaha batik, diperoleh dari jumlah produksi dikalikan dengan tingkat harga jual (harga output) dan dikurangi semua biaya yang dikeluarkan dalam satu bulan (harga input) dengan satuan rupiah.

2. Variabel Independen

Variabel Independen adalah kondisi-kondisi atau karateristik- karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasi dalam rangka untuk

(50)

Achmadi, 1999:80).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah:

a. Modal

Modal adalah sejumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap yang diukur dari peralatan-peralatan yang dipakai dalam proses produksi untuk menghasilkan produk batik yang dinyatakan dalam rupiah.

b. Biaya Tenaga Kerja

Merupakan biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh pengusaha untuk membayar upah tenaga kerja secara langsung dalam proses produksi batik tersebut dalam setiap bulannya, dinyatakan dalam satuan rupiah.

c. Bahan Baku

Diukur dari jumlah dana untuk bahan baku yang diperlukan setiap bulannya untuk membiayai kegiatan produksi batik meliputi pembelian bahan baku produksi seperti kain, malam, pewarna, bahan bakar dan lain sebagainya yang dinyatakan dalam rupiah.

(51)

F. Metode Pengumpulan Data 1. Studi Pustaka

Adalah teknik pengumpulan data sekunder dari dinas atau instansi yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, membaca literatur atau sumber lain yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.

2. Wawancara Terstruktur

Adalah metode pengumpulan data dan informasi melalui proses tanya jawab dalam suatu penelitian yang berlangsung secara lisan dimana dua orang atau lebih bertatap muka secara langsung untuk mendapatkan informasi ataupun keterangan, dalam hal ini langsung dari pengusaha batik tersebut (Narbuko dan Achmadi, 1999:83).

3. Kuesioner

Adalah metode pengumpulan data dengan cara mengajukan sejumlah daftar mengenai masalah yang akan diteliti kepada responden.

Dalam hal ini adalah para pengusaha industri batik di Desa Jarum, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten.

4. Observasi

Adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek penelitian.

(52)

1. Analisis Deskriptif

Metode deskriptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan obyek penelitian pada saat penelitian berlangsung, berdasarkan fakta-fakta yang tampak.

Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk melakukan representasi obyektif mengenai gejala-gejala yang terdapat dalam masalah- masalah penelitian. Representasi itu dilakukan dengan mendeskripsikan gejala-gejala sebagai data/fakta sebagaimana adanya. Data atau fakta itu harus bersumber dari gejala-gejala yang terdapat didalam masalah yang terjadi. Representasi data itu harus diiringi dengan pengolahan, agar dapat diberikan penafsiran yang kuat dan obyektif.

Secara harfiah menurut Nazir (1998) metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau kejadian sehingga metode ini tidak hanya mengadakan akumulasi dari data yang tersedia di lapangan. Namun juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.

2. Analisis Kuantitatif

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear berganda yang dirumuskan sebagai berikut:

=

(53)

Dimana :

= Tingkat Keuntungan yang telah dinormalkan dengan harga output (harga persatuan produk)

= Intersep

= Modal yang telah dinormalkan dengan harga output

= Besarnya biaya untuk tenaga kerja yang telah dinormalkan dengan harga output

= Besarnya biaya bahan baku yang telah dinormalkan dengan harga output

ei = Variabel pengganggu

Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independent yaitu modal (Mdl), Biaya Tenaga Kerja (Tk), Bahan baku (Bb) terhadap variabel dependent yaitu Keuntungan ( ).

3. Alat Uji yang digunakan a. Uji Statistik

Merupakan pengujian variabel-variabel independen secara individu, dilakukan untuk melihat signifikansi dari variabel independen sementara variabel yang lain konstan (Gujarati, 2004:

129).

Langkah pengujian :

1) Uji-t untuk pengaruh variabel modal terhadap variabel keuntungan.

(54)

t tabel = ta/2:n-k Kriteria pengujian :

Gambar 3.1. Daerah Kritis Uji t Sumber: Statistik Induktif, 1998.

Keterangan:

Ho diterima, Ha ditolak jika t hitung < + ta/2:n-k Ho ditolak, Ha diterima jika t hitung > + ta/2:n-k

2) Uji-t untuk pengaruh variabel biaya tenaga kerja dan variabel bahan baku terhadap keuntungan.

Hipotesis : Ho : β1 = 0 Ha : β1 < 0

t tabel = -ta/2:n-k Kriteria pengujian :

Gambar 3.1. Daerah Kritis Uji t Sumber: Statistik Induktif, 1998.

Keterangan:

-ta/2:n-k

Ho ditolak Ho diterima

ta/2:n-k Ho ditolak Ho diterima

(55)

Ho diterima, Ha ditolak jika t hitung > - ta/2:n-k Ho ditolak, Ha diterima jika t hitung < - ta/2:n-k 3) Nilai t hitung diperoleh dengan rumus:

T hitung = ) ( 1

1

b se

b

Dimana :

b1 = koefisien regresi

se(b1) = standar error koefisien regresi

Bila t hitung > ta/2:n-k pada confidence interval tertentu, Ho ditolak. Penolakan terhadap Ho ini berarti bahwa variabel independen tertentu yang diuji secara nyata berpengaruh terhadap variabel dependen.

1) Uji F

Uji F ( Overall Test ) digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel modal, biaya tenaga kerja, dan bahan baku secara bersama-sama terhadap variabel dependen.

Dengan derajat keyakinan 95% ( = 5% ), derajat kebebasan pembilang ( numerator ) adalah k-1 dan penyebut (denumerator ) adalah n-k.

Langkah-langkah pengujian adalah sebagai berikut : a) Membuat formulasi hipotesis

i. Ho :

(56)

variabel independen (modal, biaya tenaga kerja, dan bahan baku) tersebut bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen (keuntungan).

ii. Ha :

Berarti semua parameter tidak sama dengan nol atau semua variabel independen (modal, biaya tenaga kerja, dan bahan baku) tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

b) Melakukan penghitungan nilai F sebagai berikut :

Nilai F tabel = ……….(3.12)

Keterangan :

N = jumlah sampel / data K = banyaknya parameter

Nilai F hitung =

……….(3.13) Keterangan :

R2 = koefisien regresi

N = jumlah sampel atau data K = banyaknya parameter

(57)

c) Kriteria pengujian

Ho diterima

Ho ditolak

F(

Gambar 3.2 Daerah Kritis Uji F d) Kesimpulan

i. Apabila nilai F hitung < F tabel Ho : diterima berarti variabel independen (modal, biaya tenaga kerja, dan bahan baku) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (keuntungan) usaha usaha.

ii. Apabila nilai F hitung> Ftabel Ho : ditolak yang berarti variabel independen (modal, biaya tenaga kerja, dan bahan baku) secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen (keuntungan usaha).

2) Nilai Koefisien Determinasi (R2)

(58)

mengetahui tingkat ketepatan yang paling baik dalam analisis regresi, yang ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi (R2 adjusted) antara nol dan satu. Koefisien determinasi nol berarti

variabel independen sama sekali tidak berpengaruh terhadap variabel dependen bila mendekati satu variabel independen semakin berpengaruh terhadap variabel dependen.

b. Uji Asumsi Klasik 1) Multikolinearitas

Multikolinearitas adalah situasi adanya korelasi variabel – variabel independen diantara satu dengan yang lainnya. Jika terdapat korelasi yang sempurna diantara sesama variabel independen sehingga nilai koefisien korelasi antar variabel independen sama dengan satu, maka konsekuensi multikolinearitas adalah :

a) koefisien – koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir.

b) Nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.

Multikolonieritas berfungsi untuk mengetahui hubungan antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan model regresi. Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas, dilakukan

(59)

dengan nilai R2. Apabila nilai R2 > r2 , berarti tidak terjadi gejala multikolinearitas., sedangkan apabila nilai R2 < r2 berarti terjadi gejala multikolinearitas.

2) Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas terjadi jika gangguan muncul dalam fungsi regresi yang mempunyai varian yang tidak sama, sehingga penaksir Ordinary Least Square (OLS) tidak efisien baik dalam sampel kecil maupun besar. Pengujian terhadap ada tidaknya masalah heteroskedastisitas dalam model empirik dapat dilakukan dengan beberapa metode. Salah satu cara untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas adalah dengan uji White, yaitu dengan melakukan regresi terhadap variabel independen, kemudian membandingkan nilai Obs*R-squared dengan X2 tabel dengan df sesuai dengan jumlah regresor dan derajat keyakinan tertentu (α).

a) Jika nilai obs*R-squared < X2 maka tidak signifikan secara statistik. Berarti hipotesa yang menyatakan bahwa model empirik tidak terdapat masalah heteroskedastisitas tidak ditolak.

b) Jika nilai obs*R-squared > X2 maka signifikan secara statistik.

Berarti hipotesa yang menyatakan bahwa model empirik tidak terdapat masalah heteroskedastisitas ditolak.

3) Uji Autokorelasi

(60)

commit to user

gangguan sehingga penaksir tidak lagi efisien baik dalam sample kecil maupun sample besar. Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan percobaan d (Durbin-Watson) yaitu dengan membandingkan angka Durbin Watson dalam tabel dengan derajat kebebasan tertentu dengan angka Durbin Watson yang diperoleh dari hasil perhitungan analisis regresi. Angka Durbin Watson dalam tabel menunjukkan nilai distribusi antara batas bawah (dl) dengan batas atas (du). Hipotesisnya, Ho adalah dua ujungnya tidak ada serial autokorelasi baik positif maupun negatif (Gujarati: 1995), sedangkan kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

d< dl : menolak Ho menunjukkan adanya autokorelasi positif

d< (d-dl) : menunjukkan adanya autokorelasi negatif dU< d<(4-dU) : menerima Ho (tidak ada autokorelasi) dU<d<dl dan (4-dU) <d<(4-dl) : ragu-ragu

Auto Autoko

Korelasi Ragu-ragu Ragu- relasi

Positif ragu negatif

Tidak ada Autokorelasi

(61)

Gambar 3.3

Kriteria Pengujian Durbin Watson

(62)

commit to user

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Aspek Geografis

a. Letak Geografis

Kabupaten Klaten terletak secara geografis antara 7032’19”

sampai 7048’33” dan antara 110026’ 14” sampai 110047’51”. Letak Kabupaten Klaten cukup strategis karena berbatasan langsung dengan kota Surakarta, yang merupakan salah satu pusat perdagangan dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata. Wilayah Kabupaten Klaten berbatasan dengan beberapa Kabupaten, antara lain :

Sebelah Utara : Kabupaten Boyolali Sebelah Timur : Kabupaten Sukoharjo

Sebelah Selatan : Kabupaten Gunung Kidul (DI Yogyakarta) Sebelah Barat : Kabupaten Sleman (DI Yogyakarta)

b. Keadaan Wilayah

Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga daratan:

1) Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara, meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom, dan Tulung.

(63)

2) Dataran rendah membujur di tengah, meliputi seluruh wilayah Kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur.

3) Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan meliputi sebagian kecil sebelah selatan kecamatan Bayat dan Cawas.

Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air, maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial, disamping sebagai penghasil kapur, batu kali dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi.

Ketinggian Daerah:

1) Sekitar 3,72% terletak diantara ketinggian 0-100 meter di atas permukaan air laut.

2) Terbanyak 83,52% terletak diantara ketinggian 100-500 meter di atas permukaan air laut.

3) Sisanya 12,76% terletak diantara 500-2500 meter di atas permukaan laut.

(64)

c. Luas Penggunaan Lahan

Kabupaten Klaten mempunyai luas wilayah sebesar 65.556 ha, terbagi dalam 26 Kecamatan, 401 desa/kelurahan. Luas wilayah kabupaten Klaten secara keseluruhan yaitu 65.556 Ha, terdiri atas lahan pertanian seluas 39.781 Ha, turun sebesar 0,04% bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Lahan bukan pertanian seluas 25.775 Ha, naik sebesar 0,06% bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Untuk lahan pertanian sendiri terdiri dari lahan sawah seluas 39.781 Ha dan lahan bukan sawah seluas 6.383 Ha.

Seiring dengan perkembangan keadaan, terjadi perubahan penggunaan dari lahan sawah dan tegalan menjadi bangunan untuk perumahan, industri, perusahaan dan jasa seluas 14,5405 Ha. Naik sebesar 1,31% bila dibandingkan terhadap tahun 2009. Perubahan terbesar terjadi dari sawah menjadi perumahan yaitu sebesar 100,90% bila dibandingkan dengan tahun 2009.

Gambar

Tabel 4.17  Hasil Uji Estimasi Uji White…………………………………...  82
Gambar 2.1: Kerangka Pemikiran
Gambar 3.1. Daerah Kritis Uji t  Sumber: Statistik Induktif, 1998.
Gambar  3.2  Daerah Kritis  Uji F  d)  Kesimpulan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Tahap kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah sebagai berikut: (1) Pelaksana kegiatan

Dalam praktiknya di pengadilan agama, tidak ada tanggungjawab disebabkan salah satu pihak terutama suami meninggalkan isteri tanpa alasan yang jelas, tidak

aplikasi edu-game profesi ini acceptable (dapat diterima), dan karena itu dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pilihan media pembelajaran yang menyenangkan dan

Metodologi yang digunakan untuk mengevaluasi penanggulangan hilang lumpur ( mud loss ) yaitu : melakukan pengumpulan data-data (data lumpur, data pemboran dan data pompa),

Kualitas layanan, kepercayaan, reputasi, kebiasaan, kepuasan berpengaruh signifikan terhadap Kepercayaan dan kepuasan nasabah tidak berpengaruh signifikan terhadap

Secara kumulatif nilai ekspor yang melalui Pelabuhan Gorontalo Januari-Februari 2014 adalah sebesar US$43.270, sementara pada tahun sebelumnya periode yang sama

Mendorong perkembangan kualitas komunikasi yang diwakili masyarakat Dari karakter tersebut tampak bahwa derajat komunikator dengan komunikan berada dalam posisi

Daun dari tanaman kucai telah diteliti dan diketahui memiliki kandungan yang diduga dapat bersifat sebagai antibakteri yakni allicin, saponin, tannin, flavonoid, dan