• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembagian Fonologi Al-Qur’an

Dalam dokumen FONETIK DAN FONOLOGI AL- (Halaman 64-85)

BAB III KAJIAN TEORI KAJIAN TEORI

B. Pembagian Fonologi Al-Qur’an

Sesuai dengan definisi fonologi yang sudah dibicarakan di atas, maka yang akan dibahas pada bagian ini adalah bunyi-bunyi al-Qur’an yang mempunyai makna atau fungsi tertentu. Adapun pembagiannya sebagai berikut:

1. Saling mempengaruhi antar bunyi

Bunyi adalah bentuk energi yang merambat dalam bentuk gelombang longitudinal.101 Sedangkan menurut Ahmad Sayuti Anshari Nasution bunyi adalah makhluk yang dengan sekuat tenaga berusaha mempertahankan eksistensinya. Ketika berdampingan dengan bunyi lain, dia berusaha mempengaruhi bunyi tersebut agar mau mengikutinya atau paling tidak bunyi tersebut tidak mengganggunya. Ketika antara mereka

99 Farida Hamid, Kamus Ilmiah Populer. 158.

100 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an.3.

101 Saeful Karim dkk, Belajar IPA. 255.

berdua terjadi masalah yang sulit dikompromikan, mereka berusaha menggunakan jasa perantara untuk mendamaikannya.

Apabila ada 2 bunyi bertemu dan berdekatan, maka antar kedunya akan saling menarik dan mempengaruhi.102 Dalam kaitan ini ada 6 hal yaitu: ikhfa’, idgham, iqlab, ghunnah, penebalan dan imalah.

a. Ikhfa

Ikhfa secara bahasa dapat diartikan dengan samara tau menutupi. Sedangkan secara istilah, ikhfa adalah bertemunya nun sukun atau tanwin dengan huruf-huruf ikhfa yang 15 yaitu: ta’, tsa’, jim, dal, dzal, zay, sin, syin, shod, dhod, tho’, zho’, fa’, qaf, dan kaf.103 Adapun cara membaca ikhfa ada 3 tingkatan, yaitu:

1. Ikhfa al-‘ala (paling tinggi)

Yaitu apabila nun sukun atau tanwin bertemu huruf tho’, dal, dan ta’. Cara membacanya suara huruf di atas lebih tampak daripada ikhfanya.

2. Ikhfa al-adna (paling rendah)

Yaitu apabila nun sukun atau tanwin bertemu huruf qaf dan kaf.

Cara membacanya ikhfanya lebih tampak dari hurufnya.

3. Ikhfa al-ausath (pertengahan)

Yaitu apabila nun sukun atau tanwin bertemu selain huruf yang di atas. Cara membacanya antara ikhfa dan suara huruf yang sama.104

102 Ibid.58.

103 Muhammad Sholihuddin, Tahsinul Qur’an. 56.

104 Ibid, 58.

Adapun makna ikhfa menurut Ahmad Sayuti Ansari Nasution secara bahasa bermakna menyembunyikan. Sedangkan secara istilah adalah menyembunyikan sebagian identitas bunyi n ketika bertemu dengan salahsatu bunyi-bunyi ikhfa.105

Untuk memproduksi konsonan n, ujung lidah harus bekerja sama dengan gigi atas menghambat aras udara yang dating dari paru-paru dengan hambatan yang kuat. Akan tetapi, karena celah menuju rongga hidung terbuka, maka udara keluar melalui rongga tersebut. Adapun posisi pita suara dalam keadaan berdekatan sehingga menimbulkan getaran ketika udara melewati daerah tersebut.106

Akibat saling mempengaruhi bunyi yang terjadi antara n dan konsonan ikhfa yang kebetulan makhrajnya berdekatan dengan makhraj n tersebut, maka bunyi n pun terpengaruh. Makhrajnya terkesan mengalami pergeseran kearah makhraj bunyi yang sesudahnya, di samping bunyi n tersebut sudah tidak asli lagi seperti izhhar. Di pihak lain, bunyi-bunyi ikhfa tersebut juga telah mengalami pelemahan tidak utuh seperti ketika berdampingan dengan nun. Gejala seperti inilah yang disebut ikhfa.107

Ikhfa dalam ilmu tajwid berarti menuturkan nun bebas dari tasydid seakan antara izhhar dan idgham. Nun tidak ditasydidkan dengan konsonan sesudahnya karena tidak terlalu dekat, belum tergolong mutamatsilain, mutajanisain, dan mutaqaribain sehingga belum pantas diasimilasikan. Begitu juga sebaliknya, n tidak di-idzhar-kan, karena

105 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi. 59.

106 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi.59.

107 Ibid, 60.

konsonan tersebut tidak terlalu jauh sehingga belum pantas di-izhhar-kan.108

Dalam berhubungan bertetangga antara nun dengan bunyi-bunyi ikhfa, terkesan berimbang, tidak ada yang kalah telak. Kalau diibaratkan dengan pertempuran, kedua belah pihak berimbang dan sama-sama mengalami luka. Bacaan ikhfa sangat potensial terjadi kesalahan di kalangan santri Indonesia dalam membaca al-Qur’an, mengingat dalam bahasa Indonesia gejala ikhfa walaupun ada, berbeda dengan ikhfa al-Qur’an. Oleh sebab itu, latihan penuturan ikhfa sangat dibutuhkan bagi santri pemula.109

b. Idgham

Idgham menurut bahasa berarti memasukkan sesuatu pada sesuatu.110 Sedangkan menurut istilah adalah memasukkan huruf yang mati pada salahsatu huruf idgham yang hidup yang sebanyak 6 huruf.

Sehingga 2 huruf tersebut menjadi 1 huruf yang ditasydid dari 2 jenis huruf. Idgham dibagi menjadi 2:

1. Idgham bi ghunnah 2. Idgham bi la ghunnah111

Sedangkan menurut Ahmad Sayuti Anshari Nasution, idgham berarti asimilasi. Maksudnya, bunyi n harus diasimilasikan dengan bunyi yang sesudahnya karena mempunyai kesamaan atau kedekatan,

108 Ibid, 60.

109 Ibid, 60-61.

110 Muhammad Shadiq al-Qamhawi, al-Burhan fi Ulumil Qur’an. 12.

111 Nasrulloh, Lentera Qur’ani. 42.

baik makhraj maupun sifat, dengan bunyi-bunyi idgham. Ada 3 macam kesamaan dalam ilmu tajwid, masing-masing yaitu sebagai berikut:

1. Kesamaan total dalam makhraj dan sifat yang disebut dengan mutamatsilain.

2. Kesamaan atau kedekatan sifat makhraj yang disebut dengan mutaqaribain.

3. Kesamaan makhraj, tetapi berbeda sifat yang disebut dengan mutajanisain.112

Jika kita memperhatikan kesamaan antara nun dan bunyi idgham yang enam, kita dapat mencatat sebagai berikut:

1. Nun mempunyai makhraj antara ujung lidah dan pangkal gigi dengan sifat geseran, bersuara, dan nasal (udaranya keluar dari hidung).

2. Antara nun dengan nun terdapat persamaan total, baik makhraj maupun sifat.

3. Antara nun dan mim terdapat kesamaan sifat. Keduanya sama-sama bunyi nasal, bersuara, dan geseran; namun berbeda makhraj.

Makhraj nun di ujung lidah dan pangkal gigi, sedangkan makhraj mim di antara 2 bibir.

112 Ahmad Sayuti Ansari Nasution, Fonetik dan Fonologi. 61-62.

4. Antara nun dan lam terdapat kesamaan makhraj, yaitu di ujung lidah dengan pangkal gigi, di samping sama-sama bersuara dan geseran.

5. Antara nun dan ra’ terdapat persamaan sifat. Keduanya sama-sama geseran dan bersuara. Makhrajnya berbeda, tetapi sangat berdekatan. Makhraj nun di ujung lidah dengan pangkal gigi, sedangkan ra’ di ujung lidah dengan gusi.

6. Antara nun dan ya’ terdapat kesamaan sifat, yaitu keduanya merupakan bunyi geseran dan bersuara, namun makhrajnya berbeda. Makhraj ya’ di tengah-tengah lidah dengan langit-langit keras, sementara makhraj nun di ujung lidah dengan pangkal gigi.

7. Antara nun dan wawu mempunyai sifat yang sama, masing-masing bunyi geseran dan bersuara. Meskipun begitu, makhrajnya berbeda karena makhraj wawu di antara 2 bibir, sementara makhraj nun di ujung lidah dengan pangkal gigi.113

c. Iqlab

Iqlab yaitu mengganti suara nun atau tanwin menjadi suara mim dengan mendengung ketika bertemu ba’.114 Karena sulitnya membaca ghunnah pada nun mati ketika bertemu dengan ba’ dan tidak bisa diidgamkan sebab berbeda makhraj. Maka diganti dengan mim untuk memberikan solusi bacaan agar terbaca115 atau sebagai bunyi penengah. Karena mim mempunyai kedekatan dengan ba’

113 Ibid, 62-64.

114 Maftuhah Minan, Cuplikan Risalah Ilmu Tajwid. 6.

115 Muhammad Maftuh, Fathul Mannan. 77.

karena mempunyai makhraj yang sama antara kedua bibir; sementara mim mempunyai kedekatan dengan nun karena mempunyai sifat yang sama yaitu bersuara dan nasal.116

d. Ghunnah

Ghunnah secara bahasa berarti mendengung.117 Sedangkan secara istilah adalah suara merdu yang keluar dari pangkal hidung yang tidak melibatkan pekerjaan lidah118 ataubunyi gabungan dari bunyi oral dan nasal. Ulama’ fonetik menamainya dengan bunyi orosonal. Ghunnah terjadi apabila sebagian udara keluar dari rongga mulut dan sebagian lagi keluar dari rongga hidung.119

Terjadinya ghunnah adalah murni karena faktor mempengaruhi yang terjadi antara 2 bunyi konsonan, yang satu bunyi oral dan yang satu bunyi nasal. Jalan tengah agar hal 2 tersebut dapat bertemu adalah dengan membuat ghunnah, tidak oral murni dan tidak pula nasal murni.120

Tampaknya ulama’ tajwid kurang cermat dalam masalah ghunnah ini. Mereka tidak membedakan antara bunyi nasal dan bunyi ghunnah. Hal ini terlihat dari definisi ghunnah dalam tajwid yang

116 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an.65.

117 Ahmad Hijazi, al-Qaul al-Syadid fi Ahkam al-Tajwid (Baghdad: al-Maktabah al-Islamiyah, tth),26.

118 Nasrulloh, Lentera Qur’ani. 38.

119 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an, 66.

120 Ibid, 67.

diartikan dengan bunyi yang indah yang keluar dari kantong hidung.

Definisi ini jelas cocok untuk bunyi nasal, bukan untuk ghunnah.121 e. Penebalan

Secara bahasa tebal atau tafkhim artinya menebalkan.122 Sedangkan menurut istilah ialah mengucapkan huruf dengan tebal sampai memenuhi mulut ketika mengucapkannya.123

Berbeda dengan uraian di atas, penebalan yang dimaksudkan disini adalah bunyi tipis (tarqiq), tetapi pengaruh bunyi yang mendahuluinya, harus ditebalkan. Bunyi yang potensial dalam hal ini adalah bunyi lam dan ra’. Bunyi lam akan mengalami proses penebalan apabila terdapat pada lafal allah. Harakat sebelumnya harus fathah atau dhammah dan harakat lam itu sendiri bukan kasrah.

Apabila harakat sebelumnya kasrah atau lam itu sendiri berharakat kasrah, maka lam tersebut tetap tipis. Sementara itu, ra’ akan mengalami proses penebalan apabila harakat yang sebelumnya tidak kasrah dan ra’ itu sendiri tidak berharakat kasrah. Apabila harakat yang sebelumnya kasrah atau ra’ itu sendiri berharakat kasrah, maka ra’ itu tetap dibaca tipis.124

121 Ibid, 67.

122 Athiyah Qabil Nashr, Ghayatu al-Murid fi ‘Ilmi al-Tajwid. 148.

123 Ahmad Hijazi, al-Qaul al-Syadid fi Ahkam al-Tajwid.15.

124 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an. 67-68.

f. Imalah

Imalah termasuk salahsatu cara membaca al-Qur’an, yang menurut bahasa berarti condong atau belok.125 Banyak arti dari imalah , pengertian ini dikutib dari beberapa buku tajwid yang beredar diantaranya yaitu:

1. Imalah artinya condong. Yakni condongnya fathah pada kasrah atau alif pada ya’.126

2. Imalah artinya condong atau miring. Maksudnya adalah membaca huruf ra’ fathah dengan agak miring pada harakat kasrah sehingga kedengarannya seperti re (kare/sore).127

3. Imalah adalah mencondongkan fathah pada kasrah dengan kadar 2/3.128

4. Imalah secara bahasa berarti miring. Sedangkan menurut istilah qira’at ialah membaca di tengah-tengah antara harakat fathah dan kasrah. Dan bacaan taqlil (imalah sughro) ialah membaca antara fathah dan imalah. Untuk Imam Hafsh bacaan imalah kubro hanya ada satu tempat yaitu terdapat di suroh Hud ayat 41 juz 12.129 Adapun penyebab terjadinya imalah adalah:

1. Alif berasal dari bunyi ya’.

2. Alif tersebut adalah alif feminin (muannats).

3. Alif tersebut dituliskan dengan huruf ya’.

125 Ibid, 68.

126 Muhammad Khatib ‘Umar, Pokok Bahasan Dirosati Jilid VI. 12.

127 Jalaluddin al-Suyuti, al-Itqan fi ‘Ulum al-Qur’an. 32.

128 Muhammad Maftuh, Fathul Mannan. 113.

129 Maftuhah Minan, Cuplikan Risalah Ilmu Tajwid. 10.

4. Alif tersebut berada pada urutan keempat atau lebih.

5. Alif tersebut merupakan ‘ain fi’il yang dalam banyak hal selalu diganti dengan ya ketika diderivasi.130

6. Untuk kecockan sajak di akhir kalimat.

7. Kata tersebut berasal dari wazan fa’ala (lam dan alif layyinah).

8. Imalah tersebut hanya mengikuti imalah yang sebelumnya.

9. Kata tersebut berasal dari wazan af’ala.131

Berikut ini perbedaan pendapat ulama’ tentang fenomena imalah dalam membaca al-Qur’an:

1. Ibnu Katsir tidak mengakui imalah. Tidak ada satu ayat al-Qur’an pun yang i abaca dengan imalah.

2. Qalun, Ibnu Amir, dan Ashim, mengakui imalah; tetapi dalam jumlah terbatas.

3. Abu Amir mengakui adanya imalah dalam membaca al-Qur’an.

Akan tetapi jumlahnya terlalu banyak, masih berimbang antara bacaan fath dan imalah.

4. Warsy mengakui adanya imalah. Ia adalah imam qira’at yang paling banyak menerapkan imalah sughra.

5. Hamzah dan Kisa’I sama-sama mengakui imalah dan mereka berdua adalah imam qira’at yang paling banyak menerapkan imalah kubro.132

130 Derivasi adalah asal mula atau penyimpangan penggunaan.

131 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an. 70.

132 Ibid 70-71.

2. Modifikasi Bunyi

Maksudnya adalah mengartikulasikan sebuah bunyi berbeda dari artikulasi dasarnya disebabkan adanya tuntutan tertentu.133 Modifikasi ini disebut juga dengan pengartikulasian kedua atau pemberian warna baru bagi sebuah bunyi. Ada 3 masalah yaitu: isymam, roum dan qalqalah.

a. Isymam

Beberapa pengertian dari isymam dalam buku tajwid, yaitu:

1. Isymam ialah membentuk dua bibir seperti ketika membaca dhammah tanpa bersuara.134

2. Bacaan isymam kalau dilihat dari segi bahasa adalah membau.

Sedangkan menurut qira’at adakalanya isymam huruf seperti bacaan Imam Hamzah dalam lafadz shod (mencampurkan makhrajnya syin dan za’. Dan ada kalanya isymam harakat segaimana dimaksud dalam lafadz la ta’ manna , di dalam lafadz ini semua qurro’ boleh membaca 3 macam, yaitu:

a. Isymam harakat ialah membaca dengan suara nun mati tapi bibirnya (lisannya) seakan-akan berlagak membaca dhammah sambil mendengung kurang lebih satu alif.

b. Ikhfa’ (ikhtilas) menyamarkan harakat dhammah dengan cara mengurangi sepertiga harakat (caranya dengan menghaluskan suara dan dipercepat ketika sampai ke huruf itu).

c. Idgham bi ghunnah seperti biasa.135

133 Ibid . 82.

134 Muhammad Khatib ‘Umar, Penjelasan Pokok Bahasan Dirosati Jilid VI. 14.

3. Cara membaca isymam yaitu mencampurkan antara fathah dengan dhammah dengan memoncongkan 2 bibir dalam pertengahan membaca ghunnahnya nun tasydid.136

4. Isymam artinya menghimpun atau mengumpulkan kedua bibir tanpa suara sebagai isyarat harakat dhammah. Tujuannya adalah untuk menampakkan harakat dhammah yang dibuang, dengan isyarat bibir.137

5. Isymam adalah memperjelas harakat asli huruf yang diwaqafkan.

Sedangkan kalimat isymam sendiri diambil dari kosakata al-syamsyu yang mempunyai makna mencium, artinya: seakan-akan kita mencium aroma atau rasa harakat asli huruf yang diwaqafkan dengan keadaan bibir seperti menyembunyikan harakat dhammah, tetapi tanpa ada suara dhammah. Tujuannya untuk membedakan huruf yang berharakat dengan huruf yang disukun ketika dalam keadaan washol.138

6. Isymam dalam tajwid adalah membulatkan bibir segera setelah menuturkan bunyi sukun. Dalam tajwid, ketentuan isymam ini dilakukan sebagai pertanda bahwa konsonan yang disukunkan tersebut pada awalnya mempunyai harakat dhammah. Akan tetapi,

135 Maftuhah Minan, Cuplikan Risalah Ilmu Tajwid. 10-11.

136 Muhammad Maftuh, Fathul Mannan. 113.

137 Muhammad Sholihuddin, Tahsinul Qur’an. 92.

138 Nasrulloh, Lentera Qur’ani. 69-70.

karena satu lain hal tidak memungkinkan memberikan harakat dhammah secara murni.139

b. Roum

Roum adalah menyembunyikan harakat huruf waqaf dengan 1/3 atau setengah harakat140 dan dapat dirasakan oleh orang yang benar-benar memperhatikan bacaan dan durasi waqaf ini sangat cepat.141 Konsep roum hampir sama dengan isymam, yaitu sebuah anak bunyi dhammah yang dimunclkan sebagai modifikasi terhadap sukun murni yang kalau dibiarkan sukun murni akan berimplikasi terhadap perubahan makna.142

Akan tetapi kalau pada isymam , pemberian dhammah kepada konsonan yang berharakat sukun itu terkesan seperti tidak mungkin sama sekali karena berada ditengah kalimat. Lain halnya dalam roum.

Sukun pada roum terjadi pada konsonan sukun di akhir kalimat sehingga memberikan dari dhammah masih memungkinkan. Oleh sebab itu dalam roum, di samping bibir dibulatkan, bunyi separuh dhammah juga dapat terdengar.143

Waqaf dengan menggunakan roum hanya bisa dilakukan pada huruf waqaf yang dipanjangkan 2 harakat. Dengan kata lain, hukum bacaan mad ketika waqaf dengan roum sama dengan bacaan ketika washal. Huruf mim jama’ dan wawu jama’ ketika diwaqafkan tidak

139 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an. 82.

140 Nasrulloh, Lentera Qur’ani. 70-71.

141 Muhammad Maftuh, Fathul Mannan. 108.

142 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an. 85.

143 Ibid, 85.

bisa menggunakan isymam dan roum, begitu juga dengan ta’

marbuthoh.144 Cara membaca waqaf ini harus dengan adanya musyafahah.145

Kesimpulannya, huruf yang akhirnya berharakat asli dhammah mempunyai 3 macam waqaf:

1. Disukun 2. Isymam 3. Roum

Huruf yang akhirnya berharakat asli kasrah mempunyai 2 cara waqaf:

1. Disukun 2. Roum 146 c. Qalqalah

Beberapa pengertian ulama’ tajwid dalam memaknai qalqalah:

1. Qalqalah adalah goncangan suara yang keras dan kuat.147

2. Qalqalah adalah suara tambahan yang kuat yang keluar setelah menekan makhraj.148

3. Qalqalah berarti pantulan atau getaran. Secara istilah yaitu memantulkan suara ketika membaca huruf-huruf qalqalah yang disukun atau diwaqafkan.149

144 Nasrulloh, Lentera Qur’ani. 71.

145 Muhammad Maftuh, Fathul Mannan. 108.

146 Nasrulloh, Lentera Qur’ani.71.

147 Muhammad Maftuh, Fathul Mannan. 38.

148 Maftuhah Minan,Cuplikan Risalah Ilmu Tajwid. 2.

149 Muhammad Sholihuddin, Tahsinul Qur’an. 36.

4. Qalqalah yaitu memantulkan makhrajnya huruf ketika mengeluarkan huruf dalam keadaan mati hingga terdengar adanya tekanan suara yang keras atau kuat. Wajib membaca qalqalah pada huruf tersebut ketika terdapat sifat jahr dan syiddah. Mambaca qalqalah pada tempat keluarnya huruf itu diharuskan untuk menjelaskan suara huruf.150

5. Qalqalah adalah bunyi vokal yang terjadi karena konsonan tidak berharakat mempunyai beberapa sifat yang kuat, seperti letupan dan bersuara.151

Bacaan qalqalah dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Qalqalah sughro yaitu huruf qalqalah yang matinya asli.152

2. Qalqalah kubro yaitu huruf qalqalah yang matinya mendatang, disebabkan dibaca waqaf.153

Konsonan yang berpotensi untuk menghasilkan qalqalah menurut ulama’ tajwid adalah qaf, tho’, ba’, jim, dan dal. Ulama fonetik tidak sepenuhnya menyetujiu konsonan qalqalah ini dengan beberapa pertimbangan, yaitu:

1. Konsonan qaf menurut ulama’ fonetik tidak termasuk bunyi barsuara, tetapi termasuk bunyi tidak bersuara. Oleh karena itu, tidak memenuhi syarat qalqalah.

150 Nasrulloh, Lentera Qur’ani.33.

151 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an. 87.

152 Muhammad Khotib ‘Umar, Tajwid Dirosati. 13.

153 Dahlan Salim Zarkasyi, Pelajaran Ilmu Tajwid Praktis Qiro’ati (Semarang: Yayasan Pendidikan al-Qur’an Raudhatul Mujawwidin, 1989). 16.

2. Konsonan tho’ juga menurut ulama’ fonetik tidak termasuk bunyi bersuara, tetapi termasuk bunyi tidak bersuara. Oleh karena itu, tidak memenuhi syarat qalqalah.

3. Konsonan jim menurut ulama’ fonetik tidak termasuk bunyi letupan, tetapi termasuk bunyi gabungan antara letupan dan geseran. Oleh karena itu, tidak memenuhi syarat qalqalah.

4. Hanya konsonan ba’ dan dal yang diaku oleh ulama’ fonetik sebagai konsonan yang berpotensi qalqalah. Mereka juga menambahkan konsonan dhod dalam konsonan berpotensi qalqalah.154

3. Suprasegmental

Fonem155 dapat dibagi menjadi 2, yaitu fonem utama156 dan fonem kedua157. Fonem kedua adalah lawan dari fonem utama, tidak bagian dari suatu kata, tetapi dapat diketahui apabila suatu kata digabung dengan kata lain atau digunakan dengan khusus. Fonem utama disebut dengan bunyi segmental, sedangkan fonem kedua disebut dengan suprasegmental.

Unsur bunyi suprasegmental158 yaitu tekanan, intonasi, dan waqaf .

154 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an. 87-88.

155 Fonem yaitu kesatuan terkecil yang terjadi dari bunyi ujaran yang dapat membedakan arti;

bunyi bahasa.

156 Fonem utama yaitu unit bunyi terkecil yang merupakan unsur dari suatu bentuk ucapan yang mempunyai mempunyai fungsi tersendiri.

157 Fonem kedua yaitu fenomena atau sifat bunyi yang mempunyai fungsi dalam ungkapan ketika diucapkan bersambung dengan kata-kata lain..

158 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an. 88-89.

a. Tekanan

Tekanan adalah pengucapan yang terjadi pada penggalan kata tertentu, sehingga terdengar lebih jelas dari penggalan kata yang lain.

Letak tekanan dalam suatu bahasa berbeda dengan bahasa lainnya.

Sebagian bahasa ada yang tunduk terhadap aturan peletakan tekanan dalam struktur bahasanya, seperti bahasa Arab dan bahasa Prancis.

Sedangkan sebagian bahasa yang lain tidak tunduk dengan aturan tekana tersebut, seperti bahasa Inggris.

Dalam sebagian bahasa, tekanan mempunyai peran penting dalam pembedaan bentuk dan makna kata. Dalam bahasa yang seperti ini tekanan dapat mebedakan bentuk kalimat dari bentuk kalimat yang lain. Dengan kata lain, tanpa keikutsertaan tekanan dalam penuturan kalimat, kita tidak dapat mengerti maksud kalimat itu secara utuh.

Di pihak lain, banyak pula bahasa dimana tekanan tidak mempunyai pengaruh dalam pembedaan bentuk kalimat dan artinya.

Suatu kalimat akan tetap sama artinya walaupun diucapkan dengan tekanan berbeda-beda. Bahasa yang seperti ini mempunyai letak tekanan yang tetap dalam susunan kalimatnya dan biasanya terletak di suku kata akhir.

Berikut ini letak tekanan dalam bahasa Arab:159 1. Tekanan pada penggalan kata pertama.

2. Tekanan pada penggalan kata terakhir.

159 Ibid, 91-95.

3. Tekanan pada penggalan kata sebelum terakhir.

4. Tekanan pada penggalan pada kata ketiga terakhir.

b. Intonasi

Intonasi adalah unsur dalam ucapan berupa naik turunnya suara yang membantu seseorang mengekspresikan sesuatu di dalam hati.

Intonasi dalam banyak hal mempunyai fungsi kebahasaan yang sangat penting. Dengan intonasi, makna suatu kalimat dapat berbeda. Bahasa yang seperti ini disebut dengan bahasa intonasi. Sementara itu, bahasa dimana intonasi tidak mempunyai fungsi kebahasaan yang dapat membedakan arti kalimat, disebut dengan bahasa nonintonasi.

Diantara fungsi kebahasaan dari intonasi dalam bahasa Arab adalah sebagai berikut:160

1. Fungsi semantik161. Fungsi ini membedakan makna.

2. Fungsi ketatabahasaan. Fungsi ini membedakan bentuk kalimat.

3. Fungsi ekspresi kejiwaan. Fungsi ini menunjukkan sikap kejiwaan penutur.

c. Waqaf

Menurut bahasa, waqaf artinya menahan atau berhenti.

Sedangkan secara istilah ialah berhenti sejenak pada saat membaca

160 Ibid, 96-98.

161 Semantik adalah bagian dari tata bahasa yang menyelidiki tentang tata makna atau arti dari kata-kata dan bentuk linguistik, fungsinya sebagai simbol dan peran yang dimainkan dalam hubungannya dengan kata-kata lain dan tindakan manusia.

Qur’an untuk bernafas dengan niat akan melanjutkan tilawah kembali, bukan bermaksud meninggalkan tilawah tersebut.162

Menurut Ahmad Sayuti Anshari Nasution, waqaf berarti tempat berhenti sejenak di antara kata atau penggalan kata dalam suatu proses bicara untuk menunjukkan tempat berakhirnya kata atau penggalan kata dan memulainya dengan kata atau penggalan kata yang baru.163

Fungsi waqaf ialah untuk menjaga kesempurnaan dan keindahan bacaan al-Qur’an yang pada akhirnya akan menentukan benar atau tidaknya makna yang terkandung di dalamnya.164 Namun sebagian bahasa memfungsikan waqaf sebagai fonem yang membedakan pengertian kalimat. Dengan kata lain, berbeda tempat waqaf, maka berbeda pula makna kalimat yang dituturkan. Namun ada pula bahasa yang tidak memfungsikan waqaf sebagai fonem sehingga tidak mempengaruhi makna kalimat.165

Penyebab waqaf itu berupa:

1. Idhthirori berarti terpaksa (pembaca kehabisan nafas).

2. Ikhtibari berarti berhenti dengan maksud ujian. Bertujuan menguji pembaca, yakni ketika pembaca diuji untuk menerangkan kata-kata terpotong.

162 Muhammad Makki Nashr, Nihayah al-Qaul al-Mifid fi ‘Ilmi al-Tajwid.166.

163 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an. 98.

164 Muhammad Sholihuddin, Tahsinul Qur’an. 83.

165 Ahmad Sayuti Anshari Nasution, Fonetik dan Fonologi al-Qur’an. 99.

Dalam dokumen FONETIK DAN FONOLOGI AL- (Halaman 64-85)

Dokumen terkait