• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV DATA DAN ANALISIS

C. Pembahasan

1. Pengetahuan Awal Peserta Didik

Pengetahuan awal peserta didik diukur menggunakan soal pretest. Berdasarkan hasil yang diperoleh, diketahui pengetahuan peserta didik tentang materi yang akan diajarkan sangat rendah. Hasil analisis pada tabel 4.6 menunjukkan bahwa mean dari kelas eksperimen sederhana dan kelas kontrol kurang dari 30. Untuk kelas eskperimen sederhana

diperoleh mean 25,19 dengan standar deviasi 9,407. Sedangkan, untuk

kelas kontrol diperoleh mean 28,81 dengan standar deviasi 9,100. Jumlah peserta didik kelas eksperimen sederhana dan kelas kontrol sama yaitu 32 orang.

Dari tabel 4.8, persentase peserta didik yang mendapat nilai sangat kurang baik sebanyak 40,625%, kurang baik sebanyak 50%, dan cukup sebanyak 9,375%. Sedangkan, pada tabel 4.10, persentase peserta didik yang mendapat nilai sangat kurang baik sebanyak 34,375%, kurang baik sebanyak 53,125%, dan cukup sebanyak 12,5%.

Dari data tersebut, diketahui mean kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan mean kelas eksperimen sederhana. Namun, berdasarkan tabel klasifikasi nilai mean dan persentase keduanya tidak berbeda. Artinya, pengetahuan awal kelas eksperimen sederhana dan kelas kontrol tergolong kurang baik atau rendah.

Berdasarkan teori pada Bab II yang dikemukan oleh Singgih (1998) dalam Suriasumantri (2007), mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah intelegensi. Peserta didik dalam hal ini tidak mempunyai kemampuan untuk belajar dan berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Akibatnya, nilai yang diperoleh peserta didik kurang baik.

Selain itu, hal lain yang berkaitan dengan pengetahuan adalah teori konstruktivisme yang dikemukan oleh Kosmiyah (2012). Pengetahuan dibentuk berdasarkan pengalaman konkret yang dialami dan akan terjadi secara terus-menerus, maka perlu adanya pengalaman belajar agar pengetahuan dapat dikonstrusksi dengan baik.

Dari pernyataan para ahli tentang pengetahuan, dapat dikatakan bahwa hal-hal tersebut (seperti yang telah dijelaskan) yang menyebabkan pemahaman awal peserta didik tergolong kurang.

2. Pengetahuan Akhir Peserta Didik

Pengetahuan akhir peserta didik diukur menggunakan soal posttest.

Berdasarkan tabel 4.7, diketahui mean kelas eksperimen sederhana adalah 83,50 dengan standar deviasi 9,877. Nilai rata-rata yang diperoleh tersebut tergolong sangat baik.

Berdasarkan tabel 4.8, diketahui persentase peserta didik yang mendapat nilai sangat baik sebesar 59,375% dengan jumlah 19 orang,

sedangkan persentase peserta didik yang mendapat nilai baik sebesar 40,625% dengan jumlah 13 orang. Artinya, tidak semua peserta didik mendapatkan nilai sangat baik, karena pemahaman setiap peserta didik berbeda untuk materi yang sama.

Nilai yang diperoleh peserta didik merupakan hasil dari

pembelajaran yang diberi treatment. Peserta didik mampu

meningkatkan hasil belajar setelah diberi treatment. Selisih antara pretest dan posttest sebesar 58,31 dengan persentase 70%, yang artinya terjadi peningkatan yang cukup tinggi.

Hal ini sesuai dengan teori yang kemukakan oleh para ahli, bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku, yakni ditandai adanya perubahan pada diri seseorang, entah itu berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan, ataupun kecakapakan. Dalam penelitian ini,

peserta didik menunjukkan perubahan pengetahuan, sikap,

keterampilan, dan kecakapan dari hasil belajar yang diperoleh dengan menggunakan metode eksperimen sederhana. Artinya, ada peningkatan yang cukup tinggi setelah peserta didik belajar dengan metode eksperimen sederhana.

3. Peningkatan Pengetahuan Peserta Didik

Untuk mengetahui peningkatan pengetahuan antara kelas

eksperimen sederhana dan kelas kontrol dilakukan uji Independent

Samples T Test. Berdasarkan tabel 4.11, menyatakan bahwa nilai p < α, yang artinya terdapat perbedaan pengetahuan peserta didik antara kelas eksperimen sederhana dan kelas kontrol.

Dari tabel 4.7 diketahui bahwa rata-rata pretest sebesar 25,19 dan rata-rata posttest sebesar 83,50, dengan p < α. Dalam hal ini, terjadi

peningkatan pengetahuan yang tinggi di kelas treatment. Untuk

klafisikasi pengetahuan, peserta didik yang mendapatkan nilai sangat tinggi sebanyak 19 orang dengan persentase sebesar 59,375%, dan tinggi sebanyak 13 orang dengan presentase 40,625%.

Sedangkan, pada tabel 4.9 diketahui bahwa rata-rata pretest sebesar 28,81 dan rata-rata posttestsebesar 60,63 dengan p < α. Sehingga dapat pula dikatakan terjadi peningkatan pengetahuan yang cukup tinggi di kelas kontrol. Untuk klafisikasi pengetahuan, peserta didik yang mendapatkan nilai sangat tinggi sebanyak 4 orang dengan persentase sebesar 12,5%, tinggi sebanyak 13 orang dengan persentase 37,5%, cukup sebanyak 15 orang dengan persentase 46,875%, dan kurang sebanyak 1 orang dengan persentase 3,125%.

Dari data-data tersebut, dapat dibandingkan nilai yang diperoleh antara kelas treatment dan kelas kontrol. Dilihat berdasarkan uji

statistik, nilai yang diperoleh signifikan. Artinya, bahwa terjadi peningkatan pengetahuan baik kelas yang menggunakan metode eksperimen maupun kelas yang menggunakan metode ceramah. Namun, jika dilihat dari klasifikasi dan mean dari masing-masing kelas, diketahui peningkatan pengetahuan di kelas treatment lebih tinggi dari pada di kelas kontrol. Selisih nilai akhir peserta didik adalah 22,87 dengan persentase sebesar 27%. Selisih tersebut diperoleh karena adanya perbedaan penerapan metode pembelajaran pada kedua kelas. Berdasarkan teori para ahli pada Bab II yang mengatakan bahwa proses belajar akan mengalami peningkatan jika menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran merupakan cara mengajar atau cara menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik yang sedang belajar. Akibatnya, pendidik dituntut untuk menerapkan metode pembelajaran yang tepat sesuai materi yang diajarkan. Metode eksperimen sederhana dapat diterapkan saat pembelajaran karena dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik dan peningkatannya cukup tinggi.

4. Tingkat Nilai Karakter

Untuk mengetahui tingkat nilai karakter dilakukan analisa statistik

menggunakan uji Independent Samples T Test. Berdasarkan tabel 4.14,

diketahui p > α, artinya tidak ada perbedaan tingkat nilai karakter antara kelas treatment dan kelas kontrol.

Dari tabel 4.15, dapat dilihat persentase nilai karakter peserta didik yang sangat berkarakter sebesar 43,75%, peserta didik yang berkarakter sebesar 53,125%, dan peserta didik yang kurang berkarakter sebesar 3,125%. Sedangkan pada kelas ceramah, persentase nilai kuesioner peserta didik yang sangat berkarakter sebesar 28,125%, peserta didik yang berkarakter sebesar 68,78%, dan peserta didik yang kurang berkarakter sebesar 3,125%.

Dari data-data tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat nilai karakter peserta didik pada kelas yang menggunakan metode eksperimen sederhana dengan kelas yang menggunakan metode ceramah.

Selain itu, berdasarkan observasi yang dilakukan tidak terlihat perbedaan tingkat nilai karakter yang ditunjukkan oleh masing-masing kelas. Nilai karakter yang paling sering ditunjukkan oleh peserta didik adalah kerja sama, disiplin, dan tanggung jawab. Namun, nilai karakter yang paling menonjol untuk kedua kelas adalah kerjasama. Untuk kelas eksperimen dapat dilihat melalui pembagian tugas dan pengerjaan

analisis data yang dikerjakan secara bersama-sama. Sedangkan untuk kelas kontrol dapat dilihat dari pengerjaan latihan soal dan diskusi selama pembelajaran. Nilai karakter yang lainnya yang ditunjukkan oleh peserta didik adalah tanggung jawab dan disiplin. Untuk kelas eksperimen peserta didik memulai percobaan tepat waktu, melakukan percobaan dengan benar dan rapi, membereskan alat-alat praktikum, dan menyelesaikan perhitungan tepat waktu.

Berdasarkan teori pada Bab II tentang sumber-sumber nilai karakter yang meliputi agama, pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, maka hal-hal tersebut juga menjadi salah satu sumber nilai karakter pada peserta didik. Dalam hal ini, budaya sekolah menuntut peserta didik agar ketika belajar di sekolah, tidak hanya belajar tentang ilmu pengetahuan tetapi juga dapat membentuk sikap, perilaku, dan nilai karakter. Nilai karakter sudah diterapkan pada peserta didik berdasarkan tujuan sekolah, sehingga peserta didik sudah terbiasa untuk disiplin, bekerja sama, saling membantu, bertanggung jawab, saling jujur, dan mempunyai sikap rasa ingin tahu yang tinggi untuk bersaing dengan

teman-temannya dalam hal akademis. Sehingga, antara kelas treatment

dan kelas kelas kontrol tidak terdapat perbedaan tingkat nilai karakter secara signifikan.

Dokumen terkait