• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 1 BANGUNTAPAN DENGAN MENERAPKAN METODE EKSPERIMEN SEDERHANA PADA MATERI HUKUM ARCHIMEDES Skripsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 1 BANGUNTAPAN DENGAN MENERAPKAN METODE EKSPERIMEN SEDERHANA PADA MATERI HUKUM ARCHIMEDES Skripsi"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI MIPA SMA NEGERI 1 BANGUNTAPAN DENGAN MENERAPKAN METODE EKSPERIMEN SEDERHANA PADA MATERI HUKUM ARCHIMEDES

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh: Maria Dunga Rowa

NIM: 141424030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan

bertekunlah dalam doa”

(Roma 12:12)

Gantunglah cita-citamu setinggi langit,

Bermimpilah setinggi langit,

Jika terjatuh,

Engkau akan jatuh di antara bintang-bintang

_Bung Karno_

“do not jugde me by my successes, jugde me how many

times I fell down and got back up again”

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hasil karya dan perjuangan ini dipersembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus

Orangtua terkasih: Bapak Timotius Tara Rowa

Ibu Haryati Bange Kaka

Kedua kakak dan adik tersayang: Gidion Haingu Rowa Seprianus Nunu Rowa

Ferdinand Rowa Dwi Putri Novita Rowa

Kekasih hati: Falentinus Tolino

Sahabat saya:

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

Maria Dunga Rowa. 2018. Peningkatan Pengetahuan Dan Tingkat Nilai Karakter Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Banguntapan Dengan Menerapkan Metode Eksperimen Sederhana Pada Materi Hukum Archimedes. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) peningkatan pengetahuan siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Banguntapan pada materi Hukum Archimedes dengan penerapan metode eksperimen sederhana, dan (2) perbedaan tingkat nilai karakter siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Banguntapan pada materi Hukum Archimedes dengan penerapan metode eksperimen sederhana dan metode ceramah. Jenis penelitian ini adalah eksperimen kuantitatif dan kualitatif. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI MIPA 1 dan MIPA 3 yang berjumlah 32 orang. Kelas XI MIPA 1 dipilih sebagai kelas yang diberikan treatment dengan pembelajaran menggunakan metode eksperimen sederhana, sedangkan kelas XI MIPA 3 dipilih sebagai kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah aktif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis (pretest dan posttest), kuesioner nilai karakter, dan obsevasi nilai karakter siswa. Hasil tes tertulis dan kuesioner siswa dianalisis secara statistik menggunakan uji-T melalui SPSS versi 17, sedangkan nilai karakter siswa dilihat melalui obsevasi selama proses pembelajaran yang dianalisis secara kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan metode eksperimen sederhana dapat meningkatkan pengetahuan siswa kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 1 Banguntapan pada materi Hukum Archimedes, (2) tidak ada perbedaan tingkat nilai karakter siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Banguntapan pada materi Hukum Archimedes dengan menerapkan metode eksperimen sederhana dan metode ceramah.

(9)

ix

ABSTRACT

Rowa, M. D. 2018. Improving Knowledge and Level of Students Character Values of XI MIPA Class of SMA Negeri 1 Banguntapan by Implementing Simple Experimental Method about Archimedes Law. Thesis. Yogyakarta: Physics Education, Department of Mathematics and Sciences Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research aims to know the: (1) improving knowledge of students of XI MIPA class of SMA Negeri 1 Banguntapan about Archimedes Law by implementing simple experimental method, and (2) the level of character values of students of XI MIPA class of SMA 1 Banguntapan about Archimedes Law by implementation between simple experimental method and active lecture method.

This type of research was quantitative and qualitative experimental. The subjects in this research were 32 students of XI MIPA 1 class and XI MIPA 3 class. XI MIPA 1 class was chosen as the class given treatment by using simple experimental method and XI MIPA 3 class was chosen as the control class using the active lecture method. The instruments used in this research were written tests (pretest and posttest), character value questionnaires, and observation of student character values. The results of written tests and student questionnaires were analyzed statistically using the T-test through SPSS version 17, while the character values of students were seen through observation during the learning process which was analyzed qualitatively.

The results showed that: (1) implementing of simple experimental method can improve the knowledge of students for XI MIPA 1 class of SMA Negeri 1 Banguntapan about Archimedes Law, (2) there is no difference level of students character values of XI MIPA class of SMA Negeri 1 Banguntapan about Archimedes Law between simple experimental method and active lecture method.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih, karunia, berkat, dan rahmat penyertaan-Nya dari awal hingga akhir sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peningkatan Pengetahuan Dan Tingkat

Nilai Karakter Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Banguntapan Dengan Menerapkan Metode Eksperimen Sederhana Pada Materi Hukum Archimedes”.

Skripsi ini disusun dalam rangka menyelesaikan tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana. Skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan yang diberikan berbagai pihak kepada penulis, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, SJ., M.S.T., selaku Dosen Pembimbing yang

telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

2. Bapak Dr. Ignatius Edi Santosa, M.S., selaku Kepala Program Studi

Pendidikan Fisika yang selalu memantau perkembangan skripsi.

3. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik

Pendidikan Fisika Angkata 2014 yang telah memberikan saran, semangat, serta arahan dalam penulisan skripsi.

5. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si., sebagai validator yang bersedia

memberikan masukan dan saran kepada penulis dalam membuat instrumen soal sehingga menjadi lebih baik.

6. Segenap karyawan sekretariat JPMIPA yang telah membantu dalam

melancarkan pembuatan surat perizinan penelitian.

7. Seluruh Dosen Pendidikan Fisika yang telah membimbing dan memberikan

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ...Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PENGUJI ...Error! Bookmark not defined. HALAMAN MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

DAFTAR GAMBAR ... xix

3. Ciri-ciri Perilaku Belajar ... 10

4. Teori-teori Belajar ... 11

B. Pembelajaran ... 12

1. Pengertian Pembelajaran ... 12

2. Strategi Kegiatan Pembelajaran ... 13

(13)

xiii

C. Pengetahuan ... 15

1. Pengertian Pengetahuan ... 15

2. Tingkat Pengetahuan ... 16

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ... 18

D. Metode Eksperimen ... 20

1. Metode Eksperimen Sederhana ... 21

2. Metode Eksperimen Terbimbing ... 22

3. Tahap-Tahap Metode Eksperimen ... 22

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen ... 23

E. Nilai Karakter ... 24

1. Pengertian Karakter ... 24

2. Pengertian Pendidikan Karakter ... 24

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 25

4. Ciri-ciri Pendidikan Karakter ... 26

5. Sumber Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 27

6. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 28

7. Sumbangan Metode Eksperimen terhadap Nilai Karakter ... 29

F. Hukum Archimedes ... 30

1. Gaya Apung ... 30

2. Hukum Archimedes ... 31

G. Beberapa Penelitian yang Ada ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Desain Peneitian ... 40

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

1. Waktu Penelitian ... 40

2. Tempat Penelitian ... 40

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

1. Populasi Penelitian ... 41

2. Sampel Penelitian ... 41

(14)

xiv

1. Variabel Bebas ... 41

2. Variabel Terikat ... 42

F. Treatment ... 42

1. Metode Eksperimen Sederhana ... 43

2. Metode Ceramah ... 44

G. Instrumen Penelitian ... 45

1. Instrumen Pembelajaran ... 45

2. Instrumen Pengambilan Data ... 46

H. Validitas Instrumen ... 54

I. Analisa Hasil Belajar ... 55

1. Penskoran Hasil Tes ... 55

2. Pengujian Tes ... 59

3. Rumus Uji T ... 60

J. Analisa Nilai Karakter Siswa ... 62

1. Penskoran Kuesioner ... 62

2. Pengujian Kuesioner ... 64

3. Rumus Uji T Independen ... 64

4. Analisis Hasil Observasi ... 64

BAB IV DATA DAN ANALISIS ... 65

A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 65

1. Tahap Perizinan Pelaksanaan Penelitian ... 65

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 66

B. Data dan Analisis Data ... 74

1. Uji Normalitas ... 74

2. Data dan Analisis ... 75

3. Nilai Karakter Peserta Didik ... 85

C. Pembahasan ... 98

1. Pengetahuan Awal Peserta Didik ... 98

2. Pengetahuan Akhir Peserta Didik ... 99

3. Peningkatan Pengetahuan Peserta Didik ... 101

(15)

xv

D. Keterbatasan Penelitian ... 105

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 106

A. Kesimpulan ... 106

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest………...47

Tabel 3.2 Kisi-kisi Pembuatan Angket untuk Nilai Karakter Kelas

Eksperimen Sederhana………..50

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pembuatan Angket Nilai Karakter Kelas Kontrol ….... 52

Tabel 3.4 Rubrik Skoring Hasil Belajar………55

Tabel 3.5 Klasifikasi Tingkat Pengetahuan Hasil Belajar Siswa…………..57

Tabel 3.6 Klasifikasi Persentase Pengetahuan Peserta Didik ………..58

Tabel 3.7 Penskoran Kuesioner……….62

Tabel 3.8 Klasifikasi Nilai Karakter Siswa………...63

Tabel 4.1 Perincian Kegiatan yang dilakukan Selama Perizinan

Penelitian………..66

Tabel 4.2 Rincian Kegiatan Pelaksanaan Penelitian di Kelas

Eksperimen Sederhana……….67

Tabel 4.3 Rincian Kegiatan Pelaksanaan Penelitian di Kelas

Eksperimen Kontrol……….71

Tabel 4.4 Hasil Statistik Uji Normalitas Pretest dan Posttest Kelas

Eksperimen Sederhana dan Kelas Kontrol……..………74

Tabel 4.5 Daftar Nilai Pretest dan Posttest Peserta Didik Kelas

Eksperimen Sederhana dan Kelas Kontrol………..75

Tabel 4.6 Hasil Statistik Pengetahuan Peserta Didik pada Kemampuan

Awal Kelas Eskperimen Sederhana dan Kelas Kontrol………..77

Tabel 4.7 Hasil Statistik Pengetahuan Peserta Didik pada Kemampuan

Awal dan Akhir Kelas Eksperimen Sederhana………79

Tabel 4.8 Klasifikasi Pengetahuan Peserta Didik pada Kemampuan

(17)

xvii

Tabel 4.9 Hasil Statistik Pengetahuan Peserta Didik pada Kemampuan

Awal dan Akhir Kelas Kontrol………...81

Tabel 4.10 Klasifikasi Pengetahuan Peserta Didik pada Kemampuan

Awal dan Akhir Kelas Kontrol………...82

Tabel 4.11 Hasil Statistik Pengetahuan Peserta Didik pada Kemampuan

Akhir Kelas Eksperimen Sederhana dan Kelas Kontrol………….83

Tabel 4.12 Hasil Statistik Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kuesioner

Nilai Karakter……….85

Tabel 4.13 Data Hasil Kuesioner Nilai Karakter Kelas Eksperimen

Sederhana dan Kelas Kontrol……….86

Tabel 4.14 Hasil Statistik Kuesioner Nilai Karakter Siswa pada

Kemampuan Akhir Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……….88

Tabel 4.15 Persentase Kategori Nilai Karakter Peserta Didik Kelas

Eksperimen Sederhana………...89

Tabel 4.16 Persentase Kategori Nilai Karakter Peserta Didik Kelas

Kontrol………...90

Tabel 4.17 Frekuensi Setiap Nilai Karakter Kelas Eksperimen Sederhana….91

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ………...111

Lampiran 2. Surat Perizin Pelaksanaan Penelitian ………..112

Lampiran 3. Surat Keterangan Telah Melaksanaan Penelitian ………113

Lampiran 4. RPP Kelas Eksperimen Sederhana dan Kelas Kontrol ………...114

Lampiran 5. LKS Kelas Eksperimen Sederhana ……….136

Lampiran 6. Kuesioner Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……….143

Lampiran 7. Soal Pretest dan Posttest ………...…..147

Lampiran 8. Jawaban Pretest dan Posttest ………...149

Lampiran 9. Pedoman Penilaian Pretest dan Posttest ………...153

Lampiran 10. Lembar Validitas Soal dan Jawaban Pretest Posttest………….155

Lampiran 11. Analisis Butir Soal Posttest Kelas Eksperimen …..………159

Lampiran 12. Analisis Butir Soal Posttest Kelas Kontrol ………..…………...161

Lampiran 13. Analisis Kuesioner Kelas Eksperimen …..………..163

Lampiran 14. Analisis Kuesioner Kelas Kontrol ………..……….165

Lampiran 15. Contoh Hasil Pretest dan PosttestKelas Eksperimen…………..167

Lampiran 16. Contoh Hasil Pretest dan Posttest Kelas Kontrol…..…………..175

Lampiran 17. Contoh Hasil Angket Kelas Eksperimen Sederhana………184

Lampiran 18. Contoh Hasil Angket Kelas Kontrol……….…………...188

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gaya Apung Suatu Benda...31

Gambar 2.2 Percobaan Memahami Hukum Archimedes...31

Gambar 2.3 Menentukan Rumus Gaya Apung...33

Gambar 2.4 Benda Pada Peristiwa Mengapung...34

Gambar 2.5 Benda Pada Peristiwa Melayang...35

Gambar 2.6 Benda Pada Peristiwa Tenggelam...36

Gambar A. Pretest dan Penjelasan Materi Kelas Eksperimen Sederhana pada Pertemuan I...192

Gambar B. Penerapan Metode Eksperimen Sederhana pada Pertemuan II berdasarkan LKS 1 dan 2...192

Gambar C. Presentasi di Kelas Eksperimen Sederhana pada Pertemuan III...193

Gambar D. Posttest dan Foto Bersama Kelas XI MIPA 1 pada Pertemuan IV...193

Gambar E. Pretest dan Penjelasan Materi Kelas Kontrol pada Pertemuan I...193

Gambar F. Penjelasan Materi dengan Metode Ceramah Kelas Kontrol pada Pertemuan II...194

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang

berhubungan dengan materi dan energi, dengan hukum-hukum yang

mengatur gerakan partikel dan gelombang, dengan interaksi antarpartikel,

sifat-sifat molekul, atom dan inti atom, dan sistem-sistem berskala lebih

besar seperti gas, zat cair, dan zat padat (Tipler, 1998: 1). Fisika juga

merupakan mata pelajaran yang diajarkan di SMP maupun SMA/SMK.

Pada dasarnya pelajaran fisika menjadi pelajaran yang sangat tidak disukai

oleh sebagian besar siswa, sehingga banyak diantara mereka yang

mengambil jurusan IPS atau Bahasa untuk menghindari pelajaran fisika.

Salah satu penyebabnya adalah karena banyaknya rumus yang harus dihafal, gurunya yang cenderung “killer”, dan kurangnya motivasi siswa untuk

belajar fisika.

Karena hal itulah, pada era ini guru dituntut untuk menerapkan

berbagai metode pembelajaran di kelas agar menghilangkan kesan-kesan

buruk yang tidak menyenangkan tersebut. Salah satu metode yang dapat

digunakan guru untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam

(21)

selain untuk meningkatkan motivasi dan minat siswa, metode tersebut juga

dapat meningkatkan pemahaman dan membentuk nilai karakter yang baik

bagi siswa (Suparno, 2013: 25). Dengan penerapan motode eksperimen

sederhana ini diharapkan siswa dapat menerapkan sikap tanggungjawab,

disiplin, memiliki rasa keingintahuan, mampu bekerjasama dengan teman

sekelompok, menghargai pendapat teman, dan mampu bersikap jujur.

Metode eksperimen merupakan salah satu pendekatan pembelajaran

konstruktivisme, dimana siswa dituntut agar dapat membangun

pemahamannya sendiri tentang suatu hal yang berkaitan dengan materi yang

dipelajarinya. Pengetahuan itu adalah bentukan (konstruksi) kita sendiri

yang sedang menekuninya (Suparno, 2010: 20).

Metode eksperimen sederhana sedikit berbeda dengan metode

eksperimen pada umumnya. Jika pada eksperimen biasanya siswa harus ke

Laboratorium Fisika dan menggunakan alat-alat dan bahan yang disediakan

oleh pihak Sekolah untuk materi tertentu, pada eksperimen sederhana siswa

dapat melakukannya dimana saja, baik di kelas maupun di luar kelas seperti

di lapangan, rumah, atau halaman sekolah pada materi tertentu dengan alat

dan bahan yang lebih sederhana yang dapat dijumpai dalam kehidupan

sehari-hari.

Semakin berkembangnya teknologi dan pengetahuan, maka segala

(22)

menggunakan eksperimen. Begitu juga dalam cara mengajar guru di kelas

menggunakan teknik eksperimen sederhana. Siswa akan melakukan

percobaan tentang suatu hal, mengamati prosesnya, serta menuliskan hasil

percobaannya, kemudian hasil pengamatan tersebut dianalisis berdasarkan

pengetahuan dan disampaikan berupa presentasi dan dievaluasi oleh guru.

Penggunaaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan

menemukan sendiri berbagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi saat

percobaan tersebut. Siswa lebih terlatih dalam berpikir ilmiah. Dengan

eksperimen sederhana siswa menemukan bukti kebenaran dari suatu teori

yang sedang dipelajarinya (Roestiyah, 2001: 80).

Metode-metode yang digunakan dalam pembelajaran tidak terlepas

dari siswa yang berada dalam suatu lembaga sekolah seperti SMA, SMP,

dan SD. Metode eksperimen sederhana termasuk salah satu metode yang

sering digunakan saat pembelajaran. Kebanyakan sekolah dilengkapi

dengan fasilitas alat-alat eksperimen di laboratorium agar dapat digunakan

saat mengajar. Namun, yang sering terjadi guru jarang mengajak siswa

untuk bereksperimen sehingga alat-alat di lab jarang terpakai. Begitu pula

dengan SMA Negeri 1 Banguntapan. Saat dilakukan survei ternyata guru

jarang menggunakan alat-alat di lab fisika, alasannya karena jarak kelas

MIPA yang jauh dari laboratorium, bahkan jika sudah diberitahukan

sebelumnya, tetap saja akan terlambat untuk memulai pembelajaran. Selain

(23)

untuk 3 lab sekaligus yaitu lab fisika, biologi, dan kimia. Karena hal itulah,

peneliti ingin menggunakan metode eksperimen namun dilakukan di dalam

atau di luar kelas tanpa harus ke laboratorium dengan alat yang lebih

sederhana dan mudah didapatkan.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk

menggunakan metode eksperimen sederhana dalam pembelajaran fisika

untuk mengetahui apakah terjadi peningkatan pengetahuan dan nilai

karakter pada siswa pada materi yang akan diajarkan. Dengan demikian,

peneliti mengambil judul penelitian, “Peningkatan Pengetahuan dan

Tingkat Nilai Karakter Siswa Kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Banguntapan dengan Menerapkan Metode Eksperimen Sederhana pada Materi Hukum Archimedes”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Apakah penggunaan metode eksperimen sederhana dapat meningkatkan

pengetahuan siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1 Banguntapan pada

materi Hukum Archimedes?

2. Apakah ada perbedaan tingkat nilai karakter siswa kelas XI MIPA SMA

N 1 Banguntapan pada saat belajar materi Hukum Archimedes dengan

(24)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

1. Peningkatan pengetahuan siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1

Banguntapan pada materi Hukum Archimedes dengan menggunakan

metode eksperimen sederhana.

2. Perbedaan tingkat nilai karakter siswa kelas XI MIPA SMA Negeri 1

Banguntapan pada saat belajar materi Hukum Archimedes dengan

menggunakan metode eksperimen sederhana dan metode ceramah.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, diantaranya

sebagai berikut :

1. Secara teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi

perkembangan dalam bidang pendidikan khususnya pendidikan

fisika.

b. Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan menjadi bahan

(25)

2. Secara praktis

a. Bagi siswa

Pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana

diharapkan dapat membantu siswa dengan lebih mudah memahami

materi pelajaran dan mampu meningkatkan nilai karakter.

b. Bagi guru

Penggunaan metode eksperimen sederhana dapat menjadi bahan

pertimbangan untuk dilakukan oleh guru saat mengajar materi yang

berbeda.

c. Bagi sekolah

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan masukan dalam

(26)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan tentang

pengertian belajar yang berlainan sesuai dengan bidang keahlian mereka

masing-masing (Djamarah, 2011: 12). James O. Whittaker, misalnya

merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan

atau diubah melalui latihan atau pengalaman.

Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in

behaviour as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang

ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

Howard L. Kingskey mengatakan bahwa learning is the process by

which behaviour (in the broader sense) is origaneted or changed

through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku

(dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.

Sedangkan Geoch merumuskan learning is change is performance as a

result of practice.

Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya

belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk

(27)

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

interaksi dengan lingkungannya.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang pengertian belajar di atas

dapat dipahami bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan

dengan melibatkan unsur, yaitu jiwa dan raga. Artinya belajar adalah

serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi

dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotor (Djamarah, 2011: 13).

2. Tujuan Belajar

Tujuan belajar yang eksplisit diusahakan untuk dicapai dengan

tindakan instructional effects, yang biasanya berbentuk pengetahuan

dan keterampilan (Rohmah, 2012: 177).

Tujuan belajar dibagi dalam 3 jenis, yaitu:

a. Untuk Mendapatkan Pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan

pengetahuan dan kemampuan berpikir tidak dapat dipisahkan.

Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir

tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan

memperkaya pengetahuan. Dalam hal ini peranan guru sebagai

(28)

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan

suatu keterampilan. Keterampilan memang dapat dididik, yaitu

dengan banyak melatih kemampuan. Demikian juga dengan

mengungkapkan perasaan melalui bahasa tulis dan lisan.

c. Pembentukan sikap

Pembentukan sikap mental dan perilaku anak didik, tidak akan

terlepas dari soal penanaman nilai-nilai, transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekedar sebagai “pengajar” yang tugasnya

mentransfer ilmu tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan

memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya melalui

pemberian contoh-contoh perilaku yang baik dalam setiap pola

interaksinya baik siswa, dengan sesama guru maupun dengan

masyarakat luas, sehingga terjadi proses internalisasi yang dapat

menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk

kemudian dilakukan dalam keseharian.

Jadi, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan

pengetahuan, keterampilan, dan penanaman sikap mental/nilai-nilai

(29)

3. Ciri-ciri Perilaku Belajar

Adapun ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku

belajar yang penting adalah:

a. Perubahan intensional dalam arti pengalaman atau praktik yang

dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan

kebetulan;

b. Perubahan positif dan aktif dalam arti baik, bermanfaat, serta sesuai

dengan harapan. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi

dengan sendirinya seperti karena proses kematangan, tetapi karena

usaha siswa itu sendiri;

c. Perubahan afektif dan fungsional dalam arti perubahan tersebut

membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa.

Perubahan proses belajar fungsional dalam arti bahwa proses

belajar relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan,

perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan.

Dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri perubahan dalam belajar

meliputi perubahan yang bersifat: (1) intensional (disengaja), (2)

positif dan aktif (bermanfaat dan atas hasil usaha sendiri), dan (3)

efektif dan fungsional (berpengaruh dan mendorong timbulnya

(30)

4. Teori-teori Belajar

Beberapa teori belajar yang relevan dan dapat diterapkan dalam

kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan (Kosmiyah, 2012: 34)

antara lain:

a. Teori belajar behaviorisme, manusia sangat dipengaruhi oleh

kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan memberikan

pengalaman-pengalaman belajar. Teori ini menekankan pada apa

yang dilihat yaitu tingkah laku.

b. Teori belajar kognitif, belajar adalah pengorganisasian

aspek-aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Teori

ini menekankan pada gagasan bahwa bagian suatu situasi saling

berhubungan dalam konteks situasi secara keseluruhan.

c. Teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan

ditujukan untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu

mencapai aktualisasi diri peserta didik yang belajar secara optimal.

d. Teori belajar sibernetik, belajar adalah mengolah informasi (pesan

pembelajaran), proses belajar sangat ditentukan oleh sistem

informasi.

e. Teori belajar konstruktivisme, belajar adalah menyusun

pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaborasi,

(31)

Adapun teori belajar yang melatarbelakangi dalam penelitian

ini terkait dengan penggunanaan metode eksperimen sederhana

adalah teori belajar konstruktivisme, dimana pengetahuan dan

pengalaman yang dialami di sekitar mempengaruhi terhadap proses

memperoleh suatu pengetahuan.

B. Pembelajaran

1. Pengertian Pembelajaran

Beberapa ahli mengemukakan pendapat tentang pembelajaran

berdasarkan bidangnya masing-masing (Khodijah, 2014: 175). Gagne

mendefinisikan pembelajaran sebagai serangkaian peristiwa eksternal

yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar, yang bersifat

internal. Menurut Miarso pembelajaran adalah suatu usaha yang

disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi

perubahan yang relatif menetap pada diri orang lain.

Smith dan Ragan menyatakan bahwa pembelajaran adalah desain

dan pengembangan penyajian informasi dan aktivitas-aktivitas yang

diarahkan pada hasil belajar tertentu. Walter Dick mendefinisikan

pembelajaran sebagai intervensi pendidikan yang dilaksanakan dengan

tujuan tertentu, bahan atau prosedur yang ditargetkan pada pencapaian

tersebut, dan pengukuran yang menentukan perubahan yang diinginkan

(32)

Dari uraian di atas, pembelajaran bukan menitikberatkan pada “apa

yang dipelajari”, melainkan pada “bagaimana membuat pembelajar

mengalami proses belajar”, yaitu cara-cara yang dilakukan untuk

mencapai tujuan yang berkaitan dengan cara pengorganisasian materi,

cara penyampaian pelajaran, dan cara mengelola pembelajaran

(Khodijah, 2014: 176).

2. Strategi Kegiatan Pembelajaran

Strategi kegiatan pembelajaran merupakan langkah-langkah umum

dalam kegiatan belajar yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan

secara efektif dan efesien (Suyanto dan Djihad, 2012: 92). Strategi

tersebut melingkupi 4 aspek, antara lain:

a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi serta kualifikasi

perubahan tingkah laku yang diharapkan. Hal ini mengacu pada

standar kompetensi dan kompetensi-kompetensi lain (kompetensi

lintas kurikulum, kompetensi tamatan);

b. Memilih cara pendekatan belajar yang tepat untuk mencapai standar

kompetensi, dengan memperhatikan karakteristik siswa sebagai

subyek belajar;

c. Memilih dan menetapkan sejumlah prosedur, metode, dan teknik

kegaiatan pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan

(33)

d. Menetapkan norma atau kriteria keberhasilan, agar dapat menjadi

pedoman dalam kegiatan pembelajaran, terutama berkenaan dengan

ukuran menilai kemampuan penguasaan suatu jenis kompetensi

tertentu.

3. Pembelajaran yang Efektif

Menurut Roestiyah (1986), untuk melaksanakan pembelajaran yang

efektif diperlukan syarat-syarat sebagai berikut (Khodijah, 2014: 180):

a. Guru harus mengupayakan agar siswa belajar secara aktif, baik

mental maupun fisik;

b. Guru harus menggunakan banyak metode pada saat mengajar;

c. Penggunaaan motivasi yang tepat;

d. Adanya kurikulum yang baik dan seimbang;

e. Guru perlu mempertimbangkan perbedaan individual siswa;

f. Guru selalu membuat perencanaan sebelum mengajar;

g. Diperlukan pengaruh yang sugestif dari guru;

h. Guru harus memiliki keberanian menghadapi semua persoalan yang

timbul pada proses belajar mengajar;

i. Guru harus mampu menciptakan suasana yang demoktratis;

j. Guru harus mampu menstimulasi siswa untuk berpikir;

k. Semua bahan pelajaran yang diberikan perlu diintegrasikan;

l. Adanya keterkaitan antara pelajaran yang diterima dengan

(34)

m. Guru harus memberikan kebebasan kepada anak untuk menyelidiki

sendiri, mengamati sendiri, belajar sendiri, dan memecahkan

masalah sendiri;

n. Guru perlu menyusun pengajaran remedial bagai anak yang

memerlukan.

C. Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan pada hakekatmya merupakan segenap apa yang kita

ketahui tentang suatu obyek tertentu (Sudirdja, 2010: 11). Ilmu

merupakan bagian dari pengetahuan yang diketahui oleh manusia

disamping berbagai jenis pengetahuan lainya seperti seni dan agama.

Pengetahuan merupakan kekayaan mental yang secara langsung atau

tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita.

Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa

(ontologi), bagaimana (epistimologi), dan untuk apa (aksiologi)

pengetahuan tersebut disusun. Pengetahuan mencoba mengembangkan

sebuah model yang sederhana mengenai dunia empiris dengan

mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variabel yang terikat dalam

(35)

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) dalam (Sudirdja, 2010: 15),

pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan

yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan

hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam

(36)

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam

satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja,

seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan,

memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan

yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk

menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau

(37)

3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Singgih (1998) dalam (Suriasumantri, 2007: 32), ada

beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan, yaitu:

a. Umur

Bertambahnya umur dapat berpengaruh pada pertambahan

pengetahuan yang diperolehnya, akan tetapi pada umur-umur

tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan penerimaan atau

mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.

b. Inteligensi

Inteligensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan

berpikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi

baru. Inteligensi bagi seseorang merupakan salah satu modal untuk

berpikir dan mengolah berbagai informasi secara terarah sehingga ia

menguasai lingkungan. Perbedaan inteligensi dari seseorang akan

berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

c. Lingkungan

Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan seseorang. Lingkungan memberikan pengaruh pertama

bagi seseorang, di mana seseorang dapat mempelajari hal-hal yang

baik dan juga hal-hal yang buruk tergantung pada sifat

(38)

d. Sosial budaya

Sosial budaya mempunyai pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Seseorang memperoleh suatu kebudayaan dalam hubungannya

dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami suatu

proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan.

e. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan atau proses pembelajaran untuk

mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga

sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. Wied Hary (1996),

menyebutkan bahwa tingkat pendidikan turut pula menentukan

mudah atau tidaknya seseorang menyerap dan memahami

pengetahuan yang mereka peroleh, pada umumnya semakin tinggi

pendidikan seseorang makin baik pula pengetahuannya.

f. Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang.

Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia

mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya

televisi, radio atau surat kabar, maka hal itu akan dapat

meningkatkan pengetahuan seseorang. Informasi tidak terlepas dari

sumber informasinya. Sumber informasi ini dikelompokkan dalam

tiga golongan, yaitu : (1) Sumber informasi dokumenter, (2) Sumber

(39)

g. Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pepatah tersebut dapat

diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau

pengalaman itu suatu cara memperoleh kebenaran pengetahuan.

Oleh sebab itu, pengalaman pribadi pun dapat digunakan sebagai

upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan

cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam

memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

D. Metode Eksperimen

Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang

sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai

secara optimal (Roestiyah, 2001: 1). Metode pembelajaran merupakan

bagian dari strategi pembelajaran, yang berfungsi sebagai cara untuk

menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan kepada

peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu (Trianto, 2013: 192).

Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa metode eksperimen adalah

cara penyajian pelajaran, dimana peserta didik melakukan percobaan

dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari

(Djamarah, 2006: 84). Adapun menurut Roestiyah (2001) metode

eksperimen adalah suatu cara mengajar, dimana peserta didik melakukan

suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamat prosesnya serta menuliskan

(40)

dan dievaluasi oleh guru. Sedangkan menurut Schoenherr metode

eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pembelajaran sains, karena

metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat

mengembangkan kemampuan berpikir dan kreativitas secara optimal

(Trianto, 2013: 199).

Berdasarkan pernyataan ahli-ahli, dapat disimpulkan bahwa metode

eksperimen merupakan cara pembelajaran, dimana peserta didik melakukan

percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang

dipelajari sehingga peserta didik dapat mengembangkan kemampuan

berfikir dan kreatifitas secara optimal.

1. Metode Eksperimen Sederhana

Metode eksperimen sederhana merupakan metode pembelajaran

dengan cara menemukan bukti kebenaran dan teori sesuatu yang sedang

di pelajari dengan menggunakan alat sederhana yang dapat dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari dan bisa dilakukan dimana saja (Trianto,

2013: 201). Percobaan yang dilakukan sudah dirancang oleh guru

sebelum percobaan dilakukan oleh siswa berupa lembar kerja siswa.

Metode eksperimen sederhana sedikit berbeda dengan metode

eksperimen pada umumnya. Jika pada eksperimen biasanya siswa harus

ke Laboratorium Fisika dan menggunakan alat-alat dan bahan yang

disediakan oleh pihak Sekolah untuk materi tertentu, pada eksperimen

(41)

maupun di luar kelas seperti di lapangan, rumah, atau halaman sekolah

pada materi tertentu dengan alat dan bahan yang lebih sederhana yang

dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.

2. Metode Eksperimen Terbimbing

Metode eksperimen terbimbing merupakan metode yang seluruh

jalan percobaannya sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan

dilakukan oleh siswa. Langkah-langkah yang harus dibuat siswa,

peralatan yang harus digunakan, apa yang harus diamati dan diukur

semuanya sudah ditentukan sejak awal. Biasanya petunjuk

langkah-langkah yang harus dilaksanakan oleh siswa, ada lembar kerja siswa

(Suparno, 2013: 84).

3. Tahap-Tahap Metode Eksperimen

Ada beberapa tahap dalam pembelajaran yang menggunakan

metode eksperimen, antara lain (Trianto, 2013: 199): (1) Percobaan

awal, (2) pengamatan, (3) hipotesis awal, (4) verifikasi, (5) aplikasi

konsep, (6) evaluasi merupakan kegiatan akhir setelah selesai satu

(42)

4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen

Metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan, sebagai

berikut (Rusman, 2014: 208):

a. Kelebihan metode eksperimen

 Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas

kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri

daripada hanya menerima kata guru atau buku.

 Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan

studi eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi.

 Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa

terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil

percobaan yang diharapkan bermanfaat bagi kesejahteraan

hidup manusia.

b. Kekurangan metode eksperimen

 Jika tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak

didik berkesempatan mengadakan eksperimen.

 Eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik

harus menanti untuk pelajaran selanjutnya.

 Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu

(43)

E. Nilai Karakter

1. Pengertian Karakter

Karakter merupakan nilai-nilai dan sikap hidup yang positif, yang

dimiliki seseorang sehingga memengaruhi tingkah laku, cara berpikir

dan bertindak orang itu, dan akhirnya akan menjadi tabiat hidupnya

(Suparno, 2015: 29).

2. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter, menurut Megawati (2004) dalam

(Kesuma,dkk, 2011: 5), “sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar

dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya

dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.

Definisi lainnya dikemukakan oleh Gaffar (2010) “sebuah proses

transformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu dalam perilaku orang itu”.

Dalam defenisi tersebut, ada tiga ide pikiran penting, yaitu: (1) proses

transformasi nilai-nilai, (2) ditumbuhkembangkan dalam kepribadian,

dan 3) menjadi satu dalam perilaku.

Dalam konteks kajian P3, pendidikan karakter didefinisikan

dalam setting sekolah sebagai “Pembelajaran yang mengarah pada

(44)

didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah. Definisi

ini mengandung makna (Kesuma, dkk, 2011: 6):

1) Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegerasi

dengan pembelajaran yang terjadi pada semua mata pelajaran;

2) Diarahkan pada penguatan dan pengembangan perilaku anak secara

utuh. Asumsinya anak merupakan organisme manusia yang

memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan;

3) Penguatan dan pengembangan perilaku didasari oleh nilai yang

dirujuk sekolah (lembaga).

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter dalam setting sekolah memiliki tujuan sebagai

berikut (Kesuma, dkk, 2011: 9):

1) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan kehidupan

yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi

kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana

nilai-nilai yang dikembangkan;

2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan

nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah;

3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat

dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara

(45)

4. Ciri-ciri Pendidikan Karakter

Menurut Foerster dalam (Adisusilo, 2012: 78), ada empat ciri dasar

pendidikan karakter, yaitu:

1) Pertama, keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur

berdasarkan seperangkat nilai. Nilai menjadi pedoman normatif

setiap tindakan.

2) Kedua, koherensi yang memberi keberanian, yang membuat

seseorang teguh pada prinsip, tidak mudah terombang-ambing

pada situasi.

3) Ketiga, otonomi maksudnya seseorang menginternalisasikan

nilai-nilai dari luar sehingga menjadi nilai-nilai-nilai-nilai pribadi, menjadi sifat

yang melekat, melalui keputusan bebas tanpa paksaan dari orang

lain.

4) Keempat, keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya

tahan seseorang guna mengingini apa yang dipandang baik, dan

kesetian merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang

(46)

5. Sumber Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter ini dikembangkan dari sumber-sumber

(Lictona, 2013: 88) sebagai berikut:

1) Agama

Bangsa Indonesia hidup dengan berdasarkan norma ketuhanan

sehingga untuk menjaga tatanan masyarakat yang madani secara

individu maupun bermasyarakat selalu didasari pada ajaran agama dan

kepercayaan yang diyakini oleh setiap pemeluk ajaran beragama.

Penerapan pendidikan beragama ini diwujudkan dalam bentuk peran

keluarga dalam pembentukan kepribadian di rumah, hingga

pembekalan pentingnya peran akhlak dalam pembentukan karakter

bangsa di lingkungan sosial.

2) Pancasila

Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang telah tertanam kuat

sejak nenek moyang bangsa ini memulai membangun peradaban bangsa

Indonesia menjadi sumber nilai pendidikan karakter yang telah teruji di

berbagai tantangan zaman di masa lampau, mulai dari zaman pra

aksara, zaman kerajaan, zaman penjajahan, hingga dikukuhkan menjadi

dasar negara ketika memasuki kemerdekaan.

3) Budaya

Nilai-nilai budaya menjadi dasar dalam memaknai suatu peristiwa,

(47)

anggota masyarakat. Budaya ini terwujud dari perilaku yang

berlangsung terus-menerus hingga membentuk kebiasaan dalam

masyarakat. Kebiasaan yang dinilai bagus inilah yang nantinya menjadi

sumber karakter yang harus dipertahankan dalam pendidikan karakter

bangsa Indonesia. Budaya juga menjadi suatu proses pembentukan

karakter sejak berada di dalam kandungan hingga kita dewasa.

4) Tujuan Pendidikan Nasional

Sebagai rumusan dari hasil yang harus dimiliki setiap generasi penerus

bangsa ini, tujuan pendidikan nasional dikembangkan oleh berbagai

satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan

nasional terdiri dari berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki

warga negara Indonesia . Ini dilakukan agar secara nyata bisa

dilaksanakan implementasi pendidikan karakter di berbagai lembaga

pendidikan.

6. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Berdasarkan ke empat sumber nilai tersebut maka dihasilkan

sejumlah nilai-nilai pendidikan karakter untuk pendidikan budaya dan

karakter bangsa (Adisusilo, 2012: 80), yaitu:

1) Kerja Sama

Sikap dan tindakan yang membantu dan menyelesaikan suatu persoalan

yang telah dimusyawarahkan secara bersama. Menganggap hak dan

(48)

2) Jujur

Merupakan sikap yang selalu berpegang teguh untuk menghindari

keburukan dengan menjaga perkataan, perasaan dan perbuatan untuk

selalu berkata dengan benar dan dapat dipercaya.

3) Disiplin

Tindakan yang menjaga dan mematuhi anjuran yang baik dan

menghindari dan menjauhi segala larangan yang buruk secara konsisten

dan berkomitmen.

4) Rasa ingin tahu

Suatu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui apa

yang dipelajarinya secara lebih mendalam dan meluas dalam berbagai

aspek terkait.

5) Tanggung Jawab

Menyadari bahwa segala hal yang diperbuat oleh dirinya bukan hanya

merupakan tugas dan kewajiban bagi dirinya sendiri, namun juga

keluarga, lingkungan, masyarakat, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa

7. Sumbangan Metode Eksperimen terhadap Nilai Karakter

Menurut Suparno dalam beberapa topik, hukum, dan teori fisika ada

banyak yang dapat digunakan guru untuk menanamkan nilai karakter

bangsa anak didik. Suparno menekankan nilai karakter fisika dari tiga

aspek, yaitu pengetahuan fisika, sikap fisika, dan sikap belajar fisika.

(49)

antara lain semangat mulitikultural, penghargaan pada diri, keadilan,

kejujuran, daya tahan, dan ketaatan pada hukum. Nilai-nilai interpersonal

dan intrapersonal dapat difasilitasi melalui pembelajaran atau eksperimen,

siswa berlatih kerja secara cermat, teliti, kerjasama, siswa belajar

mendengar dan menghargai pandangan orang lain, dan belajar

berkomunikasi secara efektif (Suparno, 2012: 29).

F. Hukum Archimedes

1. Gaya Apung

Suatu benda yang dicelupkan dalam zat cair mendapat gaya ke atas

sehingga benda kehilangan sebagian beratnya (beratnya menjadi berat

semu). Dapat pula dikatakan karena tekanan semakin bertambah dengan

bertambahnya kedalaman, gaya pada bagian bawah benda yang berada

di dalam air lebih besar daripada gaya yang bekerja pada bagian atas

benda. Akibatnya, ada selisih gaya yang bekerja pada benda yang sering

disebut gaya apung (Kanginan, 2010: 97).

mb = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡

𝑔𝑟𝑎𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 , dengan mb adalah massa benda, sehingga diperoleh gaya apung sebesar:

(50)

Gambar 2.1 Gaya apung suatu benda

2. Hukum Archimedes

Gambar 2.2 percobaan memahami Hukum Archimedes

Memahami adalah arti dari “volume air yang dipindahkan”. Jika

batu dicelupkan ke dalam bejana berisi air, permukaan air akan naik

(Gambar 2.1). Ini karena volume batu yang menggantikan volume air.

Jika batu dicelupkan pada bejana yang penuh berisi air, maka sebagian

air akan tumpah dari bejana (Gambar 2.2). Volume air tumpah yang

ditampung tepat sama dengan volume batu yang menggantikan air. Jadi,

(51)

menggantikan volume zat cair yang sama dengan volume benda itu

sendiri. Archimedes mengaitkan antara gaya apung dengan volume zat

cair yang dipindahkan benda (Kanginan, 2013: 270).

Dari kedua pernyataan tersebut, Archimedes menemukan

hukumnya yang berbunyi:

a. Penurunan Matematis Hukum Archimedes

Munculnya gaya apung adalah konsekuensi dari tekanan zat

cair yang meningkat dengan kedalaman. Dengan kata lain, gaya

apung terjadi karena makin dalam zat cair, makin besar tekanan

hidrostatisnya. Ini menyebabkan tekanan bagian bawah lebih

besar daripada tekanan bagian atasnya (Kanginan, 2013: 271). Hukum Archimedes

(52)

Gambar 2.3 Menentukan rumus gaya apung

Sebuah silinder dengan tinggi h dan luas A yang tercelup seluruhnya di dalam zat cair dengan massa jenis ρf. Fluida

melakukan tekanan hidrostatis P1 = ρgh1 pada bagian atas silinder.

Gaya yang berhubungan dengan tekanan ini adalah F1 = P1A =

ρfgh1A berarah ke bawah. Dengan cara yang sama, fluida

melakukan tekanan hidrostatis F2 = P2A = ρfgh2A berarah ke atas. Resultan kedua gaya ini adalah gaya apung (Fa).

Jadi,

Fapung = F2 – F1 karena F2 > F1 = P2A – P1A

= ρfgh2A - ρfgh1A

= ρfgA (h2 – h1) karena h2 – h1 = h

= ρfgAh

(53)

Fapung = ρf x Vbf x g (1)

Dengan ρf adalah massa jenis fluida, dan Vbf adalah volume benda

yang tercelup dalam fluida.

Massa fluida yang dipindahkan adalah mf = ρfVbf, sehingga

persamaannya menjadi:

Fapung = mf x g (2)

Dengan ρf adalah massa jenis fluida dan Vbf volume benda yang

tercelup dalam fluida.

b. Mengapung, Tenggelam, dan Melayang

Ada tiga peristiwa yang terjadi yang berkaitan dengan hukum

Archimedes, seperti terapung, tenggelam, dan melayang (Kanginan,

2013: 274).

1) Terapung

Gambar 2.4 benda pada peristiwa mengapung

Pada saat terapung, besar gaya apung Fapung sama dengan berat

benda w = mg. Hanya sebagian volume benda yang tercelup di

(54)

daripada volume total benda yang mengapung. Syarat terapung yaitu ρfluida > ρbenda.

FA = W

mf. g = mb. g

ρf . g . Vbf = ρb . g . Vb

ρf = ρ𝑉𝑏𝑉𝑏

𝑏𝑓

karena Vb > Vbf maka ρf > ρb

Dengan ρf = massa jenis fluida, Vb = volume benda, ρb = massa jenis

benda, Vbf = volume benda yang tercelup dan g adalah percepatan

gravitasi. Dari persamaan tersebut diketahui bahwa syarat benda

mengapung adalah massa jenis benda lebih kecil dari massa jenis

fluida, dikarenakan hanya sebagian volume benda yang tercelup dalam fluida.

2) Melayang

(55)

Pada keadaan melayang, berlaku bahwa gaya apung sama dengan

berat benda, dan volume benda yang dipindahkan sama dengan

volume benda yang melayang. Syarat melayang yaitu ρfluida=ρbenda.

FA = W

mf. g = mb. g

ρf . g . Vbf= ρb . g . Vb

ρf = ρ𝑏𝑉𝑏 𝑉𝑏𝑓

karena Vb = Vbf maka ρbf = ρb

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa syarat benda melayang

adalah perbandingan antara volume benda tercelup yang tidak

mengenai dasar permukaan fluida sama dengan volume benda

seluruhnya dan massa jenis benda sama dengan massa jenis

fluida.

3) Tenggelam

(56)

Pada saat tenggelam, berlaku gaya apung (Fapung) lebih kecil

daripada gaya berat benda w = mg. Karena benda tercelup

seluruhnya ke dalam fluida, maka volume fluida yang dipindahkan

sama dengan volume benda. Syarat tenggelam yaitu ρfluida < ρbenda.

Pada keadaan setimbang berlaku:

FA + N = W

mf. g + N = mb. g

ρf . g . Vbf+ N = ρb . g . Vb

ρf = ρ𝑉𝑏𝑉𝑏

𝑏𝑓 – N

karena Vb = Vbf maka ρb > ρf

Dari persamaan tersebut diketahui bahwa syarat benda tenggelam

adalah perbandingan volume benda tercelup yang menyentuh dasar

permukaan fluida sama dengan volume benda seluruhnya dan

(57)

G. Beberapa Penelitian yang Ada

Hasil penelitian terdahulu yang relevan sesuai dengan kerangka berpikir

dan hasilnya antara lain (Pedha dan Maria dalam Skripsi 2017):

1) Ada peningkatan pengetahuan siswa kelas X SMA Wonogiri dengan

menggunakan metode eksperimen pada materi Gaya Gesek.

2) Tidak ada peningkatan nilai pendidikan karakter siswa kelas X SMA

Wonogiri dengan menggunakan metode eksperimen pada materi Gaya

Gesek.

3) Ada peningkatan hasil belajar siswa kelas VIII SMP Wanukaka dengan

menggunakan metode praktikum pada materi Gaya Gesek.

4) Tidak ada peningkatan nilai pendidikan karakter siswa kelas VIII SMP

Wanukaka dengan menggunakan metode eksperimen pada materi Gaya

Gesek.

(58)

39 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian eksperimental kuantitatif dan kualitatif. Dikatakan eksperimental

karena pada penelitian ini ada perlakuan pada partisipan dengan metode

eksperimen sederhana (untuk kelas eksperimen) dan metode ceramah

(untuk kelas kontrol), dikatakan kuantitatif karena data yang diperoleh

berupa skor atau angka, kemudian menggunakan analisis statistik dan diberi

penjelasan, sedangkan kualitatif karena data berupa observasi selama

penelitian (Suparno, 2010: 133).

Metode eksperimen sederhana untuk ingin mengetahui apakah

metode ekperimen sederhana berpengaruh terhadap pengetahuan dan nilai

karakter dalam penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan kelas kontrol

sebagai kelas pembanding. Pada kelas kontrol pembelajaran menggunakan

(59)

B. Desain Peneitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Jenis penelitian

yang termasuk dalam kelompok kuantitatif yaitu penelitian eksperimental,

penelitian korelasi, penelitian komparatif kasual, penelitian survey

(Suparno, 2010: 135). Pada penelitian ini, digunakan penelitian

eksperimental kuantitatif dengan Design Pretest-Posttest Control Group

dengan skema sebagai berikut:

Treatment group O1 X1 O1 ’

Control group O2 X2 O2’

Keterangan:

O1 : Pretest kelas treatment (Kelas XI MIPA 1)

X1 : Pembelajaran dengan metode eksperimen (Kelas XI MIPA 1)

O1’ : Post-test kelas treatment (Kelas XI MIPA 1)

O2 : Pretest kelas kontrol (Kelas XI MIPA 3)

X2 : Pembelajaran dengan metode ceramah (Kelas XI MIPA 3)

O2’ : Post-test kelas kontrol (Kelas XI MIPA 3)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2018

2. Tempat Penelitian

(60)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa SMA Negeri 1

Banguntapan Yogyakarta

2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini siswa-siswi SMA Negeri 1

Banguntapan kelas XI MIPA 1 dan XI MIPA 3 semester genap tahun

ajaran 2018/2019 yang berjumlah 32 untuk XI MIPA 1 dan 32 untuk

XI MIPA 3. Jumlah keseluruhan siswa XI MIPA 1 dan XI MIPA 3

adalah 64 siswa.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu konsep yang mengungkapkan kelompok

obyek atau hal yang nilainya berbeda-beda (Suparno, 2010. 48). Ada 2 jenis

jenis variabel, yaitu:

1. Variabel Bebas

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah perlakuan

yang diberikan peneliti terhadap siswa-siswi, yaitu penerapan metode

eksperimen sederhana untuk kelas XI MIPA 1 (kelas treatment) dan

metode ceramah untuk kelas XI MIPA 3 (kelas kontrol) pada pokok

(61)

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pengetahuan siswa dan

nilai karakter siswa yang dicapai setelah proses pembelajaran terjadi

dengan menggunakan metode eksperimen sederhana dan ceramah.

F. Treatment

Treatment adalah perlakuan peneliti kepada subyek yang akan

diteliti agar nantinya didapatkan data yang diinginkan (Suparno, 2010: 51).

Treatment yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan metode

eksperimen sederhana pada materi Hukum Archimedes. Siswa dibagi dalam

kelompok kecil. Satu kelompok terdiri dari 5 hingga 6 orang. Di dalam

kelompok mereka melakukan eksperimen dan mengerjakan LKS.

Sebelumnya siswa mengerjakan soal pre-test.

Untuk kelas kontrol materi disampaikan dengan menggunakan

metode ceramah. Materi pelajaran dijelaskan secara lisan, menunjukkan

gambar/video singkat, dan menuliskan bagian-bagian yang penting di papan

tulis. Pengajaran dengan menggunakan metode eksperimen sederhana dan

ceramah dapat dilihat pada RPP (lampiran 4 halaman 114) dan LKS

(62)

1. Metode Eksperimen Sederhana

Untuk metode eksperimen sederhana, kelas XI MIPA 1 digunakan

sebagai sampel kelas eksperimen. Eksperimen sederhana dilakukan

selama 4 kali pertemuan.

Pertemuan I:

a. Pengenalan;

b. Pengerjaan pre-test untuk materi Hukum Archimedes.

Pertemuan II:

a. Percobaan Hukum Archimedes;

b. Percobaan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan Hukum

Archimedes (terapung, melayang, tenggelam).

Pertemuan III:

a. Presentasi;

b. Penjelasan.

Pertemuan IV:

a. Pengerjaan post-test terkait eksperimen;

(63)

2. Metode Ceramah

Untuk metode ceramah, kelas XI MIPA 3 digunakan sebagai

sampel kelas kontrol. Materi disampaikan dengan metode ceramah

dimana siswa hanya diberi penjelasan secara lisan dan menuliskan

bagian-bagian penting dari materi di papan tulis agar mudah diingat

oleh siswa. Materi disampaikan sebanyak 3 kali pertemuan.

Pertemuan I:

a. Pengenalan;

b. Pengerjaan pre-test tentang Hukum Archimedes;

c. Penjelasan materi.

Pertemuan II:

a. Penjelasan materi;

b. Latihan soal

Pertemuan III:

a. Pengerjaan post-test tentang Hukum Archimedes;

(64)

G. Instrumen Penelitian

Instrumentasi adalah seluruh proses untuk mengumpulkan data.

Termasuk didalamnya memilih atau mendesain instrumen dan menentukan

agar keadaan instrumen itu dapat digunakan atau dipraktikkan. Termasuk

instrumentasi adalah persoalan tentang dimana data akan dikumpulkan,

kapan data akan dikumpulkan, instrumen yang mau digunakan, dan siapa

yang akan mengumpulkan data. Instrumen adalah alat yang digunakan

untuk mengumpulkan data dalam penelitian. Bentuknya berupa: tes tertulis,

angket, wawancara, dokumentasi, dan observasi (Suparno, 2010: 55).

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran ini terdiri dari dua instrumen yaitu rencana

pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan lembar kerja siswa (LKS).

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dibuat agar

pembelajaran dapat tersusun dengan baik dan merupakan agenda

keseluruhan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan selama

pengambilan data. RPP disusun sesuai dengan K 13 dan

berdasarkan materi fluida. (Lam. 4 hal. 114).

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa berisi tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan

eksperimen sederhana serta pertanyaan-pertanyaan agar kegiatan

(65)

terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung. (Lampiran 5

halaman 136).

c. Bahan Ajar

Pokok bahasan yang diajarkan kepada siswa-siswi adalah Hukum

Archimedes. Bahan ajar yang disusun disesuaikan dengan Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang berlaku. Bahan

ajar yang telah disusun lengkap dapat dilihat pada BAB II.

2. Instrumen Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah berupa data

kuantitatif. Instrumen pengumpulan data yang digunakan meliputi:

Tes tertulis yang terdiri dari pre-test dan post-test, kuesioner, dan

observasi untuk mengetahui peningkatan pengetahuan siswa dan

perbedaan nilai karakter siswa pada pelajaran fisika dengan

menggunakan metode eksperimen sederhana pada materi Hukum

Archimedes.

a. Tes tertulis

Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang harus ditanggapi

seseorang dengan tujuan untuk mengukur kemampuan atau

mengungkapkan aspek tertentu dari orang yang dikenai tes

tersebut. Umumnya tes digunakan sebagai cara untuk

(66)

yang akan atau yang telah diberikan. Tingkat pemahaman yang

dimaksud berupa hasil belajar kognitif. Ada dua bentuk tes :

i) Pre-test

Pre-test diberikan sebelum pembelajaran dimulai. Pretest

bertujuan untuk mengetahui pemahaman awal peserta didik

tentang konsep-konsep pada materi Hukum Archimedes.

Soal pre-test sebanyak 10 butir soal yang terdiri dari aspek

pengetahuan, analisis, dan penerapan.

ii) Post-test

Post-test diberikan setelah pembelajaran selesai. Post-test

bertujuan untuk mengetahui pemahaman peserta didik

tentang konsep-konsep Hukum Archimedes setelah

pembelajaran. Soal post-test sebanyak 10 butir yang terdiri

dari aspek pengetahuan, analisis, dan penerapan.

Berikut kisi-kisi soal pretest dan posttest yang digunakan dalam penelitian:

Tabel 3.1. Kisi-Kisi Soal Pre-test dan Post-test

Kompetensi Dasar

Aspek Kognitif

Indikator Bentuk Tes tertulis No.

Soal

Pemahaman Memahami Hukum Archimedes

1. Gaya Archimedes yang bekerja pada

sebuah benda didalam zat cair

sebanding dengan …

2. Syarat sebuah benda dapat

melayang di dalam suatu zat cair adalah . . .

1, 2,

Gambar

Tabel 4.9 Hasil Statistik Pengetahuan Peserta Didik pada Kemampuan
Gambar 2.1 Gaya apung suatu benda
Gambar 2.5 benda pada peristiwa melayang
Tabel 3.1. Kisi-Kisi Soal Pre-test dan Post-test
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan temuan penelitian terdapat beragam alasan responden menyatakan bahwa kecenderungan masyarakat dalam memilih calon tertentu pada pemilihan kepala daerah

Dalam membantu problematika siswa yang menjadi anggota geng guru bimbingan dan konseling melakukan 4 jenis layanan yaitu layanan informasi, layanan konseling perorangan,

CPMK5 Mahasiswa mampu menemukan teori baru atau mengembangkan konsep teoritis melalui literasi data dan literasi teknologi serta literasi manusia yang berkontribusi pada

• Untuk mahasiswa yang sudah lulus mata kuliah pada kurikulum yang lama, maka disetarakan sebagaimana telah mengambil mata kuliah yang baru pada kurikulum 2020, dan tidak

Dalam sakramen Pembaptisan kita semua menerima kasih karunia yang tidak lain adalah Roh Kudus sendiri yang menguduskan kita.. Inilah iman yang kita banggakan di

4 Perawatan &#34;in&#34;ivitis mar&#34;inalis kronis -leh karena gingi(itis &#34;enis ini  banyak disebabkan oleh iritasi lokal yaitu plak, kalkulus, materia alba,

2. Bulanan untuk kategori suku cadang dan aksesoris; bahan bakar kendaraan; peralatan informasi dan komunikasi; perlengkapan rumah tangga lainnya; barang budaya dan

Sistem pendukung keputusan rekomendasi makanan khas sulawesi utara yang menunjang diet yang telah di buat masih perlu dikembangkan agar kinerja sistem menjadi lebih