• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Keragaan Fiskal di Provinsi Riau Keragaan Penerimaan Fiskal di Provinsi Riau

Penerimaan fiskal daerah Provinsi Riau berasal dari sisa anggaran tahun sebelumnya, pajak daerah, retribusi, laba badan usaha milik daerah, dana bagi hasil pajak, dana bagi hasil bukan pajak (atau dana bagi hasil sumber daya alam), dana alokasi umum, dana alokasi khusus, dan penerimaan lain-lain.

Kebijakan desentralisasi fiskal di Provinsi Riau dimulai sejak tanggal 1 Januari 2001 setelah diberlakukannya UU No. 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah, yang kemudian direvisi menjadi UU Nomor 32 Tahun 2004, dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pusat dan daerah yang kemudian direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004. Dalam undang- undang tersebut formulasi DAU dirubah. Pada undang-undang sebelumnya DAU berasal dari alokasi dasar ditambah celah fiskal, kemudian dirubah menjadi hanya ditentukan dari celah fiskal. Hal ini dikarenakan celah fiskal yang merupakan selisih antara kebutuhan fiskal daerah dan kapasitas daerah sudah cukup untuk mencerminkan kebutuhan fiskal daerah.

Tabel 4 Penerimaan fiskal Provinsi Riau tahun 2000-2012 (juta rupiah)

Uraian Periode 2002 2004 2006 2008 2010 2012 1. Sisa anggaran tahun lalu 455676.7 297976.8 363490.6 429004.3 494518.1 560031.8 2. PAD 504384.5 710384.0 964668.2 1477579.3 1330052.8 2588688.4 2.1. Pajak 394364.4 610150.4 764546.1 1274416.9 1098650.0 2058595.7 2.2. Retribusi 3306.1 15313.1 29658.7 28016.6 46779.3 12174.2 2.3. Laba usaha 37664.6 36620.0 45790.5 67025.0 108478.4 139601.7 2.4. Lain-lain 141240.0 164809.0 125945.2 14109.8 171.1 639784.6 3. Dana Perimbangan 1028330.2 1244806.2 2489065.4 2687363.8 1683732.6 3556351.3 3.1. Bagi hasil pajak 164738.6 229700.2 328546.8 395716.6 310945.2 502497.6 3.2. Bagi hasil sumber daya alam 752881.6 953478.0 2068360.6 2093271.9 1313918.1 2564673.7 3.3. DAU 110710.0 61628.0 92158.0 198375.2 58869.1 489179.9 3.4. DAK 0.00 0.00 0.00 0.00 22368.50 62491.37 Total penerimaan 2129631.5 2119999.3 831884.3 4164943.2 3036153.9 6847315.0

Sumber: BPS Provinsi Riau 2014

Ketersediaan fiskal Provinsi Riau dengan adanya kebijakan fiskal, secara umum mengalami peningkatan, baik yang bersumber dari pendapatan asli daerah maupun dari dana perimbangan (dana bagi hasil pajak daerah, dana bagi hasil

sumber daya alam, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus). Dengan meningkatnya kapasitas fiskal daerah Provinsi Riau menyebabkan dampak terhadap pembangunan daerah pada berbagai sektor, salah satunya sektor pertanian.

Kebijakan desentralisasi fiskal memberikan dampak yang berarti terhadap penerimaan dan pengeluaran fiskal daerah dalam memenuhi kebutuhan daerahnya dan mengelola sumber-sumber pendapatan daerahnya untuk digunakan dalam rangka meningkatkan kinerja pembangunan perekonomian pada umumnya, pertanian khususnya. Hal ini dapat dilihat dari penerimaan daerah Provinsi Riau yang berfluktuasi. Sejak diberlakukannya kebijakan fiskal pada tahun 2001, penerimaan daerah Provinsi Riau meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 636.3 milyar pada tahun 2000 menjadi Rp 1.5 triliun pada tahun 2001. Tahun berikutnya penerimaan daerah meningkat sebesar Rp 2.1 triliun, Rp 4.1 triliun dan Rp 6.8 triliun pada tahun 2002, 2008, dan 2012. Hal ini memperlihatkan bahwa di Provinsi Riau, kebijakan fiskal yang berlaku menyebabkan terjadinya peningkatan kapasitas fiskal.

Pada penerimaan, kontribusi terbesar diberikan oleh dana perimbangan, yaitu Rp.1.03 triliun pada tahun 2002, Rp. 1.25 triliun pada tahun 2004, Rp. 2.5 triliun pada tahun 2006 kemudian terus mengalami peningkatan secara relatif hingga tahun 2013 yaitu menjadi Rp. 3.56 triliun. Begitu juga dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dan memberikan kontribusi penerimaan, namun dengan jumlah yang tidak lebih besar dari jumlah kontribusi dana perimbangan. Pajak daerah Provinsi Riau memberikan kontribusi lebih besar dibandingkan retribusi daerah dengan jumlah penerimaan yang relatif meningkat dari tahun ke tahun.

Bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Bagi hasil bukan pajak memberikan kontribusi terhadap penerimaan dengan jumlah yang lebih besar dibandingkan bagi hasil pajak, yaitu sebesar Rp. 753 milyar pada tahun 2002, meningkat menjadi Rp. 953.5 milyar pada tahun 2003, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2010 yaitu menjadi Rp. 131.4 milyar dan kembali meningkat secara signifikan sebesar Rp. 256.47 milyar pada tahun 2013. Berbeda dengan bagi hasil pajak yang memiliki nilai lebih rendah, yaitu sebesar Rp. 164.7 milyar pada tahun 2002, kemudian secara relatif terus mengalami peningkatan hingga tahun 2013. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum dana perimbangan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan.

Keragaan Pengeluaran Fiskal di Provinsi Riau

Pengeluaran fiskal terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Pengeluaran rutin meliputi pengeluaran rutin gaji dan pengeluaran rutin non gaji. Pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang digunakan untuk sektor-sektor ekonomi berupa sektor pertanian, pengeluaran sektor non pertanian, dan pengeluaran infrastruktur.

Pengeluaran rutin Provinsi Riau mengalami peningkatan setelah diberlakukannya kebijakan fiskal. Pada tahun 2000, pengeluaran rutin Provinsi Riau adalah sebanyak Rp. 5.8 triliun kemudian meningkat cukup tinggi menjadi Rp. 9.3 triliun pada tahun 2002 hingga tahun 2012 peningkatan pengeluaran rutin Provinsi Riau terus meningkat menjadi Rp. 18.2 triliun. Pengeluaran tersebut

terdiri dari pengeluaran untuk sektor pertanian, sektor non pertanian, dan pengeluaran infrastruktur.

Tabel 5 Pengeluaran fiskal Provinsi Riau tahun 2000-2012 (juta rupiah)

Sumber: BPS Provinsi Riau 2014

Berdasarkan data pada Tabel 5, terlihat bahwa pengeluaran pembangunan meningkat dari tahun ke tahun. Porsi pengeluaran APBD Provinsi Riau pada pengeluaran pembangunan paling besar adalah untuk infrastruktur, kemudian diikuti oleh pengeluaran sektor non pertanian, dan sektor pertanian mendapatkan proporsi terkecil dari APBD Provinsi Riau. Sama halnya dengan pengeluaran pembangunan, pengeluaran rutin juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pengeluaran rutin non gaji mendapatkan porsi anggaran yang lebih besar dibandingkan pengeluaran rutin gaji. Berdasarkan data pada tabel di atas, secara keseluruhan kontribusi terbesar dalam pengeluaran fiskal Provinsi Riau adalah pada pengeluaran pembangunan.

Kondisi diatas mengindikasikan adanya ketidakseimbangan antara penerimaan dan pengeluaran fiskal di Provinsi Riau. Peningkatan penerimaan fiskal tidak diikuti dengan keseimbangan alokasi pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Hal ini menunjukkan bahwa alokasi fiskal di Provinsi Riau belum secara tepat dilakukan untuk setiap sektor. Adanya peningkatan pengeluaran rutin, maupun tingginya alokasi pengeluaran untuk infrastruktur menyebabkan penurunan tingkat pengeluaran untuk sektor pertanian.

Keragaan Kinerja Sektor Pertanian di Provinsi Riau

Sektor pertanian di Provinsi Riau merupakan sektor penting mengingat sektor pertanian merupakan basis agroindustri. Sesuai dengan rencana strategis Provinsi Riau yang mengarah pada agroindustri, maka perlu untuk mendukung secara serius pembangunan sektor pertanian dan berbagai hal yang mendukung pencapaian target pembangunan daerah. Kondisi keterbatasan lahan dan ketersediaan infrastruktur yang masih minim merupakan hal yang perlu diperhatikan. Hal ini terkait dengan kinerja sektor pertanian sebagai salah satu sektor andalan di Provinsi Riau. Untuk itu, diperlukan dukungan kebijakan anggaran yang tepat dalam rangka peningkatan kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau.

Uraian Periode

2000 2004 2008 2012

1. Pengeluaran Pembangunan 58322.5 103105.4 142341.9 182309.8

1.1. Sektor Pertanian 485.3 849.2 949.3 1126.8

1.2. Sektor non Pertanian 1676.3 3154.3 5390.7 8281.0

1.3. Infrastruktur 56160.8 99101.8 136001.8 172901.9

2. Pengeluaran Rutin 5501.9 6349.0 8045.0 10204.7

2.1. Gaji 485.3 849.2 949.3 1126.8

2.2. Non Gaji 5016.6 5499.7 7095.7 9077.8

Keberhasilan kinerja pembangunan pertanian dapat dilihat dari peningkatan capaian indikator kinerja ekonomi seperti laju pertumbuhan, investasi, dan PDRB per kapita. Selain itu keberhasilan suatu daerah dibidang ekonomi juga terlihat dari penurunan angka kemiskinan dan pengangguran (BPPN, 2013). Maka pertanian sebagai salah satu sektor andalan di Provinsi Riau dapat juga diketahui kinerjanya dengan melihat perkembangan tingkat penyerapan tenaga kerja sektor pertanian.

Sumber: BPS Provinsi Riau 2014 (diolah)

Gambar 7 Persentase kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB Provinsi Riau tahun 2013

Pada Gambar 6 terlihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor andalan dengan kontribusi sebesar 17 persen setelah pertambangan dan penggalian di Provinsi Riau yang berkontribusi terhadap PDRB Provinsi Riau sebesar 44 persen. Provinsi Riau memiliki kekayaan sumberdaya alam yang dapat dioptimalkan seperti sumberdaya pertanian yang meliputi perkebunan dan kehutanan, kelautan dan perikanan, tanaman pangan dan peternakan. Selama tahun 2008 hingga 2012, perekonomian di Provinsi Riau didominasi oleh sektor pertambangan. Namun sektor tersebut tidak dapat diandalkan secara terus menerus karena sifatnya sebagai sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui. Oleh sebab itu, sektor pertanian menjadi motor penggerak bagi perekonomian Provinsi Riau karena sektor pertanian berperan sebagai pemasok bahan pangan, bahan baku industri, dan menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat.

Pada Gambar 7 dapat diketahui bahwa berdasarkan PDRB Provinsi Riau atas dasar harga konstan selama periode 2008 hingga 2012, kontribusi sektor- sektor ekonomi terhadap PDRB Provinsi Riau cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sektor ekonomi tanpa migas yang berkontribusi besar yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki kontribusi terbesar bagi PDRB Provinsi Riau.

Sumber: BPS Provinsi Riau 2014

Gambar 8 Perkembangan pangsa PDRB Provinsi Riau tanpa migas atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2008-2012

Tingginya pangsa PDRB sektor pertanian terhadap perekonomian Provinsi Riau terutama berasal dari subsektor perkebunan, kemudian diikuti oleh subsektor kehutanan (BPS Provinsi Riau, 2013). Peningkatan pangsa PDRB sektor pertanian terhadap nilai PDRB tidak sejalan dengan laju pertumbuhan ekonominya. Laju pertumbuhan sektor pertanian mengalami fluktuasi bahkan cenderung menurun dari tahun ke tahun, dimana penurunan signifikan terjadi pada tahun 2012. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 8.

Sumber: BPS Provinsi Riau 2014

Gambar 9 Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau tanpa migas atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2008- 2012

Menurut BPS Provinsi Riau (2013) beberapa faktor penyebab terjadinya fluktuasi pada sektor pertanian diakibatkan oleh anjloknya harga kelapa sawit yang bermula di akhir tahun 2008. Selanjutnya, adanya efek krisis keuangan Eropa yang menekan pertumbuhan sektor perkebunan, sehingga pada tahun 2012 sektor perkebunan hanya tumbuh sebesar 3.27 persen. Terjadinya fluktuasi pada

laju pertumbuhan sektor pertanian mengindikasikan bahwa pertumbuhan pengembangan sektor pertanian di Provinsi Riau tidak stabil. Hal ini dikarenakan tingkat laju pertumbuhan ekonomi sangat erat kaitannya dengan kondisi kestabilan perekonomian dalam suatu wilayah.

Aspek kinerja sektor pertanian selanjutnya yang dapat menjadi indikator keberhasilan kinerja sektor pertanian adalah penyerapan tenagakerja sektor pertanian. Perkembangan penyerapan tenagakerja sektor pertanian Provinsi Riau dapat dilihat pada Gambar 9.

Sumber: BPS Provinsi Riau 2014

Gambar 10 Perkembangan penyerapan tenagakerja sektor pertanian Provinsi Riau tahun 1994-2013

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa penyerapan tenagakerja sektor pertanian mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang paling diminati masyarakat sebagai lapangan pekerjaan dibadingkan seluruh subsektor pertanian lainnya. Penyerapan tenagakerja selanutnya setelah subsektor perkebunan yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun adalah subsektor kehutanan. Sementara subsektor tanaman pangan merupakan subsektor yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun, dimana penurunan signifikan tengaakerja subsektor tersebut terjadi setelah tahun 2002. Hal ini terjadi karena adanya alih fungsi lahan tanaman pangan menjadi tanaman perkebunan shingga berpengaruh terhadap tenagakerja susbektor tanaman pangan.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan dan Pengeluaran Fiskal Sektor Pertanian di Provinsi Riau

Hasil Estimasi Model Ekonometrika

Terdapat 29 persamaan dalam model fiskal Provinsi Riau setelah melalui berbagai tahap respesifikasi. Persamaan dalam model tersebut terdiri dari 21 persamaan struktural dan 8 persamaan identitas. Pendugaan hasil estimasi model

untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap variable-variabel endogen dilakukan dengan metode Two Stage Least Squares (2SLS).

Hasil estimasi model ekonometrika dibagi menjadi 3 (tiga) blok yaitu blok penerimaan fiskal, blok pengeluaran fiskal, dan blok kinerja sektor pertanian Provinsi Riau. Keragaan secara umum hasil estimasi dalam 3 blok tersebut menunjukkan hasil yang baik. Variabel eksogen dalam persamaan memiliki tanda yang sesuai dengan harapan berdasarkan teori ekonomi. Berdasarkan kriteria statistika lebih dari 70 persen persamaan dalam model memiliki nilai R2 diatas 0.90. Nilai DW berada diantara 0.9-2.4 dan taraf nyata variabel eksogen adalah

sebesar α < 25 persen. Secara umum hasil analisis menunjukkan variabel eksogen

dan predetermined memiliki hasil yang sesuai dengan fakta dilapangan dan logis. Hasil statistik t menunjukkan terdapat variabel predetermined yang tidak berpengaruh nyata pada taraf nyata 25 persen. Namun hasil estimasi tetap representatif dalam menunjukkan kinerja sektor pertanian sebagai dampak kebijakan fiskal di Provinsi Riau. Tanda dan besaran parameter estimasi secara teoritis dan logis telah cukup sesuai dan memperkuat untuk analisis selanjutnya.

Blok Penerimaan Fiskal

Blok penerimaan fiskal daerah Provinsi Riau ditunjukkan oleh pajak daerah (TAXD), retribusi daerah (RETRD), Dana Alokasi Umum (DAU), dana bagi hasil pajak daerah (BHTAXD).

Dokumen terkait