• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyerapan Tenagakerja Subsektor Perikanan

Pada aspek penyerapan tenagakerja subsektor perikanan (PTKSIK), variabel yang berpengaruh positif dan signifikan mempengaruhi adalah upah tenagakerja subsektor perikanan (UPSIK). Sementara perubahan total pengeluaran daerah (TEXP) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyerapan tenagakerja subsektor perikanan. Penyerapan tenagakerja subsektor perikanan responsif terhadap perubahan upah namun tidak terhadap perubahan total pengeluaran daerah. Sedangkan produksi subsektor perikanan (PRSIK) dan PDRB subsektor perikanan (PDRBSIK) berpengaruh secara negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenagakerja subsektor perikanan.

Tabel 24 Hasil estimasi penyerapan tenagakerja subsektor perikanan di Provinsi Riau tahun 1994-2013

Variabel Parameter Estimasi

Standar

Error Prob > |t| Elastisitas Intercept 6926967 1202123 <.0001 UPSIK 167.3656 33.39189 0.0002 1.123 PRSIK -4.17691 5.351963 0.4481 -3.601 PDRBSIK -0.02763 0.260834 0.9171 -0.008 TEXP -0.06772 0.017709 0.0019 -0.014 R2 = 0.75094 DW = 2.15

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa upah subsektor perikanan dan total pengeluaran daerah merupakan faktor yang berpengaruh masing-masing dengan pengaruh positif dan negatif terhadap penyerapan tenagakerja subsektor perikanan. Semakin tinggi upah subsektor kehutanan akan menyebabkan tingginya penyerapan tenagakerja subsektor kehutanan. Hal ini seiring dengan subsektor tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan, dimana kebijakan menaikkan upah dilakukan untuk menarik minat masyarakat bekerja di sektor pertanian dengan terbukanya peluang bekerja pada subsektot tersebut.

Dampak Kebijakan Fiskal terhadap Kinerja Sektor Pertanian Provinsi Riau Hasil Validasi Model

Uji validasi dilakukan sebelum simulasi pada model untuk melihat apakah nilai dugaan sesuai dengan nilai aktual pada masing-masing peubah endogen yang ada didalam model.

Tabel 25 Hasil validasi model dampak kebijakan fiskal terhadap kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau

No. Nama Variabel Variabel RMSPE U theil

1 Pajak daerah TAXD 12.695 0.050

2 Retribusi RETRD 243.7 0.357

3 Pendapatan asli daerah PAD 17.065 0.100

4 Dana alokasi umum DAU 203 0.202

5 Bagi hasil pajak daerah BHTAXD 18.245 0.072

6 Total penerimaan daerah TPED 125.3 0.117

7 Pengeluaran rutin gaji PERGA 1.5258 0.007

8 Pengeluaran non gaji PERNGA 3.293 0.015

9 Pengeluaran daerah PERDA 11.391 0.071

10 Pengeluaran sektor pertanian PESPER 50.429 0.089

11 Pengeluaran sektor non pertanian PESNPER 51.588 0.087

12 Pengeluaran infrastruktur PEINF 8.025 0.038

13 Pengeluaran sektor ekonomi PESE 53.153 0.398

14 Total pengeluaran TEXP 4799.5 0.946

15 PDRB sektor pertanian PDRBSP 5.083 0.017

16 PDRB subsektor tanaman pangan PDRBSTP 3.596 0.015

17 PDRB subsektor perkebunan PDRBSPK 3.838 0.019

18 PDRB subsektor peternakan PDRBSPT 11.110 0.060

19 PDRB subsektor kehutanan PDRBSKH 14.144 0.055

20 PDRB subsektor perikanan PDRBSIK 3.125 0.014

21 Penyerapan tenagakerja pertanian PTKSP 9910.2 0.980

22 Penyerapan tenagakerja tanaman pangan PTKSTP 49.85 0.234

23 Penyerapan tenagakerja perkebunan PTKSPK 3.778 0.018

24 Penyerapan tenagakerja peternakan PTKSPT 9.457 0.049

25 Penyerapan tenagakerja kehutanan PTKSKH 3.160 0.015

Model fiskal Provinsi Riau telah melalui tahap validasi dengan rentang waktu selama 8 tahun, yakni tahun 2006-2013 secara agregat Provinsi Riau. Indikator validasi statistik yang digunakan adalah RMSPE (Root Means Squares Percent Error) dan nilai U Theil’s (Theil’s Inequality Coefficient). Secara keseluruhan hasil validasi cukup baik sehingga model dapat digunakan untuk simulasi.

Menurut Pyndick dan Rubnfield (1991), simulasi terdiri dari simulasi kebijakan tunggal dan simulasi kebijakan kombinasi dimana keduanya bertujuan untuk menganalisis sekaligus mengevaluasi dampak berbagai alternatif kebijakan dengan cara mengubah nilai peubah kebijakannya. Kebijakan tunggal meliputi peningkatan pada penerimaan fiskal dan pengeluaran fiskal untuk mengetahui dampaknya terhadap kinerja sektor pertanian. Kebijakan peningkatan penerimaan fiskal dilakukan pada variabel Dana Alokasi Umum (DAU) dan Bagi Hasil Pajak Daerah (BHTAXD) Provinsi Riau, sedangkan kebijakan peningkatan pengeluaran fiskal daerah dilakukan pada variabel pengeluaran sektor pertanian (PESPER) dan pengeluaran infrastruktur (PEINF). Sementara kombinasi kebijakan dilakukan dengan peningkatan pada variabel PESPER dan pengeluaran infrastruktur (PEINF), serta kombinasi kebijakan DAU, BHTAXD, PESPER, dan PEINF. Dengan melakukan simulasi tersebut, diharapkan dapat diketahui rekomendasi kebijakan fiskal yang tepat dilakukan untuk meningkatkan kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau.

Kebijakan Peningkatan Dana Alokasi Umum (DAU) 5 persen

Adanya peningkatan pada DAU sebesar 5 persen menyebabkan perubahan terhadap kinerja fiskal di Provinsi Riau, berupa penerimaan dan pengeluaran fiskal. Disamping itu peningkatan DAU juga berdampak pada perubahan kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau yang dilihat dari PDRB sektor pertanian, dan penyerapan tenagakerja sektor pertanian Provinsi Riau. Dampak tersebut disajikan pada Tabel 26.

Tabel 26 Dampak kebijakan peningkatan DAU 5 persen terhadap penerimaan dan pengeluaran fiskal di Provinsi Riau

Nama Variabel Variabel Nilai Dasar

Nilai Prediksi

Perubahan (%)

Pajak daerah TAXD 1390985 1390215 -0.06

Retribusi RETRD 65871.5 65871.5 0.00

Pendapatan asli daerah PAD 1563253 1562483 -0.05 Bagi hasil pajak daerah BHTAXD 424894 424302 -0.14 Total penerimaan daerah TPED 4941984 4904696 -0.76 Pengeluaran rutin gaji PERGA 1018188 1025709 0.73 Pengeluaran non gaji PERNGA 7811350 7810479 -0.01 Pengeluaran rutin daerah PERDA 8829538 8836188 0.08 Pengeluaran sektor pertanian PESPER 5537551 5501295 -0.66 Pengeluaran non pertanian PESNPER 6169871 6139929 -0.49 Pengeluaran infrastruktur PEINF 1.47E+08 1.47E+08 -0.19 Pengeluaran sektor ekonomi PESE 1.59E+08 1.58E+08 -0.22 Total pengeluaran TEXP 1.67E+08 1.67E+08 -0.20

Adanya peningkatan DAU sebesar 5 persen berdampak pada menurunnya total penerimaan daerah 0.76 persen. Komponen penerimaan berupa pajak, PAD, dana bagi hasil pajak, mengalami penurunan masing-masing sebesar 0.05 persen, 0.14 persen, dan 0.76 persen. Retribusi daerah tidak mengalami peningkatan dengan adanya peningkatan pada DAU. Hal ini disebabkan karena pemerintah daerah Provinsi Riau lebih memprioritaskan pajak sebagai mekanisme fiskal.

Dilihat dari sisi pengeluaran daerah, peningkatan DAU sebesar 5 persen juga akan berdampak pada penurunan total pengeluaran sebesar 0.20 persen. Pada Tabel 30 dapat diketahui bahwa pengeluaran rutin gaji dan pengeluaran daerah meningkat masing-masing sebesar 0.73 persen dan 0.08 persen. Sementara porsi anggaran untuk pengeluaran non gaji, pengeluaran sektor pertanian, pengeluaran sektor non pertanian, pengeluaran infrastruktur, pengeluaran sektor ekonomi, dan total pengeluaran menurun masing-masing sebesar 0.01 persen, 0.66 persen, 0.49 persen, 0.19 persen, 0.22 persen, dan 0.20 persen. Hal ini mengindikasikan pengeluaran daerah masih digunakan lebih banyak untuk pengeluaran rutin gaji daripada pengeluaran selainnya.

Dampak adanya peningkatan DAU sebesar 5 persen juga berakibat pada perubahan kinerja sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 27.

Tabel 27 Dampak kebijakan peningkatan DAU 5 persen terhadap kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau

Nama Variabel Variabel Nilai

Dasar Nilai Prediksi Perubahan (%) PDRB sektor pertanian PDRBSP 65748121 65636069 0.17

PDRB subsektor tanaman pangan PDRBSTP 3367463 3353306 0.42

PDRB subsektor perkebunan PDRBSPK 33927573 33923822 0.01

PDRB subsektor peternakan PDRBSPT 2077173 2074759 0.12

PDRB subsektor kehutanan PDRBSKH 20269627 20205288 0.32

PDRB subsektor perikanan PDRBSIK 6106284 6078895 0.45

Penyerapan tenagakerja pertanian PTKSP 1.02E+08 1.02E+08 0.02

Penyerapan tenagakerja tanaman

pangan PTKSTP 5612288 5600761 -0.21

Penyerapan tenagakerja

perkebunan PTKSPK 50604164 50592644 0.03

Penyerapan tenagakerja peternakan PTKSPT 3506499 3514662 -0.23

Penyerapan tenagakerja kehutanan PTKSKH 32265839 32274049 -0.03

Penyerapan tenagakerja perikanan PTKSIK 9723116 9746917 -0.24

Kebijakan peningkatan DAU sebesar 5 persen berdampak pada peningkatan PDRB sektor pertanian sebesar 0.17 persen diikuti dengan peningkatan PDRB pada seluruh subsektornya. Berbeda halnya dengan aspek penyerapan tenagakerja, dimana peningkatan DAU sebesar 5 persen berdampak pada menurunnya penyerapan tenagakerja seluruh subsektor, kecuali subsektor perkebunan yang meingkat sebesar 0.03 persen. Sementara subsektor tanaman pangan, peternakan, kehutanan, dan perikanan mengalami penurunan berturut- turut sebesar 0.21 persen, 0.23 persen, 0.03 persen, dan 0.24 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kinerja

sektor pertanian masih terfokus pada subsektor perkebunan sehingga anggaran DAU yang dialokasikan untuk subsektor perkebunan memiliki porsi yang lebih tinggi dibandingkan subsektor lainnya yaitu tanaman pangan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Hal ini menyebabkan subsektor lainnya tersebut mengalami penurunan kinerja dilihat dari aspek penyerapan tenagakerja. Secara keseluruhan, peningkatan DAU sebesar 5 persen memberikan dampak yang tidak terlalu signifikan terhadap kinerja sektor pertanian dikarenakan adanya porsi alokasi anggaran yang besar untuk pengeluaraan rutin daerah seperti gaji pegawai yang berasal dari DAU.

Kebijakan Peningkatan Bagi Hasil Pajak Daerah 5 persen

Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Tabel 28, adanya peningkatan pada Bagi Hasil Pajak Daerah (BHTAXD) sebesar 5 persen menyebabkan meningkatnya pajak daerah sebesar 0.03 persen dan pendapatan asli daerah sebesar 0.3 persen. Namun peningkatan tersebut menyebabkan penurunan pada DAU sebesar 0.40 persen karena pemerintah pusat akan mengurangi porsi anggaran untuk Provinsi Riau dengan meningkatnya dana bagi hasil pajak Provinsi Riau. Hal ini merupakan cara pemerintah pusat agar pemerintah daerah tidak mengalami ketergantungan terhadap dana yang berasal dari DAU untuk mengembangkan potensi daerahnya. Secara keseluruhan, meningkatnya bagi hasil pajak menyebabkan total penerimaan daerah meningkat sebesar 0.46 persen. Tabel 28 Dampak kebijakan peningkatan dana bagi hasil pajak daerah sebesar 5

persen terhadap penerimaan dan pengeluaran fiskal di Provinsi Riau

Nama Variabel Variabel Nilai

Dasar

Nilai Prediksi

Perubahan (%)

Pajak daerah TAXD 1390985 1391421 0.03

Retribusi RETRD 65871.5 65871.5 0.00

Pendapatan asli daerah PAD 1563253 1563689 0.03

Dana alokasi umum DAU 350240 348846 -0.40

Total penerimaan daerah TPED 4941984 4964709 0.46

Pengeluaran rutin gaji PERGA 1018188 1018574 0.04

Pengeluaran non gaji PERNGA 7811350 7811843 0.01

Pengeluaran daerah PERDA 8829538 8830417 0.01

Pengeluaran pertanian PESPER 5537551 5558179 0.37

Pengeluaran non pertanian PESNPER 6169871 6188182 0.30

Pengeluaran infrastruktur PEINF 1.47E+08 1.47E+08 0.12

Pengeluaran sektor ekonomi PESE 1.59E+08 1.59E+08 0.13

Total pengeluaran TEXP 1.67E+08 1.68E+08 0.13

Dari sisi pengeluaran fiskal, peningkatan BHTAXD sebesar 5 persen menyebabkan peningkatan pada total pengeluaran daerah sebesar 0.13 persen. Pengeluaran sektor pertanian juga meningkat dengan peningkatan yang paling besar diantara seluruh komponen pengeluaran, yaitu sebesar 0.37 persen. Dampak selanjutnya adalah terhadap pengeluaran sektor non pertanian dan pengeluaran infrastruktur masing-masing sebesar 0.30 persen dan 0.12 persen. Kemudian

dampak kenaikan juga terjadi pada pengeluaran gaji, pengeluaran non gaji, pengeluaran daerah, dan pengeluaran sektor ekonomi berturut-turut sebesar 0.04 persen, 0.01 persen, 0.01 persen, dan 0.13 persen. Hal ini berarti meningkatnya BHTAXD berdampak pada meningkatnya kinerja fiskal dari sisi ketersediaan fiskal maupun kebutuhan fiskal. Sama halnya dengan peningkatan variabel DAU, kebijakan peningkatan BHTAXD berdampak pada perubahan penerimaan dan pengeluaran fiskal serta kinerja sektor pertanian Provinsi Riau namun dengan persentase perubahan yang kecil.

Selanjutnya dampak peningkatan BHTAXD terhadap kinerja sektor pertanian dapat dilihat pada Tabel 29. PDRB sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 0.11 persen seiring dengan peningkatan PDRB masing- masing subsektor. Subsektor yang mengalami peningkatan paling tinggi adalah subsektor perikanan yaitu sebesar 0.35. Selanjutnya diikuti oleh peningkatan subsektor tanaman pangan sebesar 0.28 persen, subsektor kehutananan sebesar 0.18 persen, dan subsektor peternakan sebesar 0.11 persen, sementara subsektor perkebunan tidak mengalami perubahan PDRB dengan adanya perubahan kebijakan peningkatan pada dana bagi hasil pajak daerah sebesar 5 persen. Adanya dampak positif yang terjadi pada sektor pertanian dan seluruh subsektornya akibat peningkatan dana bagi hasil pajak daerah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau dilihat dari aspek PDRB sektor pertanian.

Tabel 29 Dampak kebijakan peningkatan dana bagi hasil pajak daerah 5 persen terhadap kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau

Nama Variabel Variabel Nilai

Dasar Nilai Prediksi Perubahan (%) PDRB sektor pertanian PDRBSP 65748121 65818939 0.11

PDRB subsektor tanaman pangan PDRBSTP 3367463 3376809 0.28

PDRB subsektor perkebunan PDRBSPK 33927573 33929210 0.00

PDRB subsektor peternakan PDRBSPT 2077173 2079530 0.11

PDRB subsektor kehutanan PDRBSKH 20269627 20305962 0.18

PDRB subsektor perikanan PDRBSIK 6106284 6127428 0.35

Penyerapan tenagakerja pertanian PTKSP 1.02E+08 1.02E+08 -0.01

Penyerapan tenagakerja tanaman pangan PTKSTP 5612288 5622744 -0.19

Penyerapan tenagakerja perkebunan PTKSPK 50604164 50611524 0.01

Penyerapan tenagakerja peternakan PTKSPT 3506499 3501420 -0.15

Penyerapan tenagakerja kehutanan PTKSKH 32265839 32260881 -0.02

Penyerapan tenagakerja perikanan PTKSIK 9723116 9708249 -0.15

Dilihat dari aspek penyerapan tenagakerja, kenaikan dana bagi hasil pajak daerah 5 persen menyebabkan penyerapan tenagakerja pada hampir seluruh subsektor pertanian mengalami penurunan, sehingga penyerapan tenagakerja sektor pertanian menjadi menurun sebesar 0.01 persen. Subsektor perkebunan merupakan subsektor yang mengalami peningkatan penyerapan tenagakerja akibat kenaikan dana bagi hasil pajak yaitu sebesar 0.01 persen. Hal ini disebabkan karena subsektor perkebunan merupakan subsektor andalan yang memiiki kontribusi terbesar bagi PDRB sektor pertanian Provinsi Riau sehingga dana bagi hasil pajak dialokasikan untuk mendukung subsektor perkebunan. Perkebunan

juga menjadi prioritas pemerintah Provinsi Riau untuk terus dikembangkan karena dapat memberikan output yang tinggi dan berkontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau.

Secara umum, besarnya dana bagi hasil pajak di Provinsi Riau yang dialokasikan untuk sektor pertanian masih berpihak pada subsektor perkebunan sehingga subsektor lain yaitu tanaman pangan, peternakan, kehutanan, dan perikanan belum mendapatkan porsi anggaran yang proporsional untuk meningkatkan kinerjanya ditandai dengan adanya dampak penurunan pada subsektor tersebut.

Kebijakan Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian sebesar 10 persen

Peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar 10 persen menyebabkan peningkatan pada total penerimaan daerah dan total pengeluaran daerah. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 30.

Total penerimaan daerah Provinsi Riau mengalami peningkatan sebesar 0.01 persen akibat dampak peningkatan pada pengeluaran sektor pertanian sebesar 5 persen. Hal ini terjadi meskipun peningkatan pengeluaran untuk sektor pertanian menyebabkan DAU mengalami penurunan sebesar 0.26 persen. Pemerintah pusat menurunkan porsi anggaran DAU untuk Provinsi Riau karena diharapkan dengan meningkatnya pengeluaran sektor pertanian akan memberikan pendapatan yang tinggi bagi Provinsi Riau, terutama karena pertanian merupakan sektor yang potensial di Provinsi Riau.

Tabel 30 Dampak kebijakan peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar 10 persen terhadap penerimaan dan pengeluaran fiskal di Provinsi Riau

Nama Variabel Variabel Nilai

Dasar

Nilai Prediksi

Perubahan (%)

Pajak daerah TAXD 1390985 1391485 0.04

Retribusi RETRD 65871.5 65871.5 0.00

Pendapatan asli daerah PAD 1563253 1563753 0.03

Dana alokasi umum DAU 350240 349335 -0.26

Bagi hasil pajak daerah BHTAXD 424894 425669 0.18

Total penerimaan daerah TPED 4941984 4942354 0.01

Pengeluaran rutin gaji PERGA 1018188 1018483 0.03

Pengeluaran non gaji PERNGA 7811350 7811916 0.01

Pengeluaran daerah PERDA 8829538 8830398 0.01

Pengeluaran non pertanian PESNPER 6169871 6167016 0.00

Pengeluaran infrastruktur PEINF 1.47E+08 1.47E+08 0.00

Pengeluaran sektor ekonomi PESE 1.59E+08 1.60E+08 0.16

Total pengeluaran TEXP 1.67E+08 1.69E+08 0.15

Total penerimaan daerah Provinsi Riau mengalami peningkatan sebesar 0.01 persen akibat dampak peningkatan pada pengeluaran sektor pertanian sebesar 5 persen. Hal ini terjadi meskipun peningkatan pengeluaran untuk sektor pertanian menyebabkan DAU mengalami penurunan sebesar 0.26 persen. Pemerintah pusat menurunkan porsi anggaran DAU untuk Provinsi Riau karena diharapkan dengan meningkatnya pengeluaran sektor pertanian akan memberikan pendapatan yang

tinggi bagi Provinsi Riau, terutama karena pertanian merupakan sektor yang potensial di Provinsi Riau.

Kenaikan pada pengeluaran sektor pertanian juga berdampak pada naiknya total pengeluaran daerah dan komponen-komponen pengeluaran fiskal Provinsi Riau. Pengeluaran gaji, pengeluaran non gaji, pengeluaran daerah, dan pengeluaran sektor ekonomi mengalami peningkatan berturut-turut sebesar 0.03 persen, 0.01 persen, 0.01 persen, dan 0.16 persen. Dengan adanya peningkatan pengeluaran pada sektor pertanian, menyebabkan porsi anggaran yang dialokasikan untuk sektor non pertanian dan infrastruktur tidak mengalami peningkatan. Namun secara keseluruhan, total pengeluaran daerah mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya pengeluaran untuk sektor pertanian sebesar 0.15 persen.

Peningkatan anggaran untuk pengeluaran sektor pertanian berdampak pada meningkatnya PDRB sektor pertanian sebesar 0.67 persen dan seluruh subsektornya. Dampak peningkatan terbesar terjadi pada subsektor kehutanan yaitu sebesar 2.33 persen, kemudian subsektor tanaman pangan sebesar 0.38 persen. Peningkatan selanjutnya terjadi pada subsektor perikanan dan peternakan masing-masing sebesar 0.45 persen dan 0.06 persen.

Tabel 31 Dampak kebijakan peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar 10 persen terhadap kinerja sektor pertanian Provinsi Riau

Nama Variabel Variabel Nilai

Dasar Nilai Prediksi Perubahan (%) PDRB sektor pertanian PDRBSP 65748121 68573906 0.67

PDRB subsektor tanaman pangan PDRBSTP 3367463 3531657 0.38

PDRB subsektor perkebunan PDRBSPK 33927573 33935917 0.00

PDRB subsektor peternakan PDRBSPT 2077173 2080296 0.06

PDRB subsektor kehutanan PDRBSKH 20269627 22769194 2.33

PDRB subsektor perikanan PDRBSIK 6106284 6256842 0.45

Penyerapan tenagakerja pertanian PTKSP 1.02E+08 1.02E+08 0.16

Penyerapan tenagakerja tanaman

pangan PTKSTP 5612288 6297735 2.32

Penyerapan tenagakerja perkebunan PTKSPK 50604164 50649693 0.02

Penyerapan tenagakerja peternakan PTKSPT 3506499 3475707 -0.17

Penyerapan tenagakerja kehutanan PTKSKH 32265839 32151488 -0.07

Penyerapan tenagakerja perikanan PTKSIK 9723116 9631623 -0.17

Kenaikan pengeluaran sektor pertanian juga berdampak pada meningkatnya penyerapan tenagakerja sektor pertanian sebesar 0.16 persen yang ditunjukan pada Tabel 31. Peningkatan tersebut terjadi pada subsektor tanaman pangan sebesar 2.32 persen dan subsektor perkebunan sebesar 0.02 persen. Sementara dampak peningkatan pengeluaran sektor pertanian terhadap penyerapan tenagakerja subsektor lainnya adalah negatif, artinya terjadi penurunan penyerapan tenagakerja pada subsektor peternakan, subsektor kehutanan, dan subsektor perikanan. Hal ini terjadi karena tanaman pangan merupakan subsektor yang masih terus ditingkatkan outputnya oleh pemerintah Provinsi Riau sehingga mekanisme fiskal yang diterapkan adalah meningkatakan

pengeluaran sektor pertanian yang menyebabkan meningkatnya kesempatan kerja bagi masyarakat untuk bekerja pada subsektor tanaman pangan. Begitu juga pada subsektor perkebunan yang merupakan subsektor andalan.

Secara keseluruhan, besarnya dana pengeluaran sektor pertanian di Provinsi Riau dialokasikan bukan hanya untuk mendorong peningkatan kinerja subsektor perkebunan, tetapi juga untuk subsektor tanaman pangan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kebijakan peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar 10 persen dapat meningkatkan kinerja sektor pertanian dilihat dari dampaknya yang positif terhadap kedua aspek kinerja sektor pertanian yaitu PDRB sektor pertanian dan penyerapan tenagakerja sektor pertanian.

Kebijakan Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur sebesar 5 persen

Kebijakan peningkatan infrastruktur sebesar 5 persen akan berdampak pada menurunnya total penerimaan daerah sebesar 0.71 persen. Total penerimaan daerah tersebut menurun seiring dengan penurunan pada DAU sebesar 26.13 persen, dimana penurunan tersebut terbilang cukup signifikan sehingga menurunkan penerimaan daerah. Adapun variabel penerimaan daerah lainnya yaitu pajak, pendapatan asli daerah, dan bagi hasil pajak daerah mengalami kenaikan yang tidak signifikan yaitu masing-masing sebesar 1.57 persen, 1.40 persen, dan 3.51 persen. Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 32.

Tabel 32 Dampak kebijakan peningkatan infrastruktur sebesar 10 persen terhadap penerimaan dan pengeluaran fiskal di Provinsi Riau

Nama Variabel Variabel Nilai

Dasar

Nilai Prediksi

Perubahan (%)

Pajak daerah TAXD 1390985 1413184 1.57

Retribusi RETRD 65871.5 65871.5 0.00

Pendapatan asli daerah PAD 1563253 1585451 1.40

Dana alokasi umum DAU 350240 277672 -26.13

Bagi hasil pajak daerah BHTAXD 424894 440364 3.51

Total penerimaan daerah TPED 4941984 4907084 -0.71

Pengeluaran rutin gaji PERGA 1018188 1038174 1.93

Pengeluaran non gaji PERNGA 7811350 7836460 0.32

Pengeluaran daerah PERDA 8829538 8874634 0.51

Pengeluaran non pertanian PESPER 5537551 5464994 -1.33

Pajak daerah PESNPER 6169871 6141768 -0.46

Pengeluaran sektor ekonomi PESE 1.59E+08 1.69E+08 6.17

Total pengeluaran TEXP 1.67E+08 1.78E+08 5.88

Dari sisi pengeluaran, kebijakan ini menyebabkan kenaikan pada total pengeluaran pemerintah daerah yaitu sebesar 5.8 persen. Selain itu pengeluaran gaji, non gaji, pengeluaran rutin daerah, dan pengeluaran sektor ekonomi juga meningkat masing-masing sebesar 1.93 persen, 0.32 persen, 0.51 persen, dan 6.17 persen, sementara pengeluaran sektor pertanian dan non pertanian mengalami penurunan masing-masing sebesar 1.33 persen dan 0.46 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 32. Adanya penurunan pada pengeluaran sektor pertanian mengindikasikan bahwa infrastruktur yang dibangun dan diperbaiki di Provinsi

Riau tidak secara langsung dan spesifik ditujukan untuk sektor pertanian. Seperti adanya pembangunan infrastruktur jalan seperti pembuatan jalan layang (fly over) yang dilakukan di perkotaan tidak berdampak langsung pada sektor pertanian, dimana sektor pertanian banyak ditemui di daerah pedesaan.

Selanjutnya, kebijakan peningkatan pengeluaran infrastruktur sebesar 5 persen juga dapat dilihat dampaknya terhadap kinerja sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 33.

PDRB sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 0.82 persen diiringi oleh peningkatan pada seluruh subsektornya kecuali subsektor kehutanan. Subsektor tersebut mengalami penurunan sebesar 1.57 persen. Subsektor yang mengalami kenaikan PDRB terbesar dengan adanya peningkatan infrastruktur adalah subsektor perikanan yaitu sebesar 8.59 persen, kemudian subsektor peternakan sebesar 3.90 persen, subsektor tanaman pangan sebesar 3.28 persen, dan subsektor perkebunan sebesar 0.26 persen.

Tabel 33 Dampak kebijakan peningkatan infrastruktur sebesar 5 persen terhadap kinerja sektor pertanian di Provinsi Riau

Nama Variabel Variabel Nilai

Dasar Nilai Prediksi Perubahan (%) PDRB sektor pertanian PDRBSP 65748121 66294864 0.82

PDRB subsektor tanaman pangan PDRBSTP 3367463 3481598 3.28

PDRB subsektor perkebunan PDRBSPK 33927573 34016326 0.26

PDRB subsektor peternakan PDRBSPT 2077173 2161384 3.90

PDRB subsektor kehutanan PDRBSKH 20269627 19955363 -1.57

PDRB subsektor perikanan PDRBSIK 6106284 6680193 8.59

Penyerapan tenagakerja pertanian PTKSP 1.02E+08 9.94E+07 -2.30

Penyerapan tenagakerja tanaman pangan PTKSTP 5612288 4101345 -36.84

Penyerapan tenagakerja perkebunan PTKSPK 50604164 50966953 0.71

Penyerapan tenagakerja peternakan PTKSPT 3506499 3255223 -7.72

Penyerapan tenagakerja kehutanan PTKSKH 32265839 32097943 -0.52

Penyerapan tenagakerja perikanan PTKSIK 9723116 8998498 -8.05

Dari sisi penyerapan tenaga kerja, kebijakan ini menyebabkan menurunnya penyerapan tenagakerja sektor pertanian sebesar 2.30 persen diikuti oleh penurunan pada subsektor tanaman pangan, peternakan, kehutanan, dan perikanan masing-masing sebesar 36.8 persen, 7.72 persen, 0.52 persen, dan 8.05 persen. Sementara subsektor perkebunan mengalami peningkatan penyerapan tenagakerja yaitu sebesar 0.71 persen.

Kombinasi Kebijakan Peningkatan Pengeluaran Sektor Pertanian sebesar 10 persen dan Pengeluaran Infrastruktur sebesar 5 persen

Berdasarkan hasil analisis yang ditunjukkan pada Tabel 34, adanya kombinasi kebijakan peningkatan pengeluaran sektor pertanian dan infrastruktur masing-masing sebesar 10 persen dan 5 persen menyebabkan meningkatnya PAD sebesar 4.38 persen, pajak sebesar 4.89 persen, dan bagi hasil pajak sebesar 10.21 persen. Hal ini menyebabkan transfer DAU dari pemerintah pusat menurun sebesar 155.2 persen.

Pemerintah pusat menurunkan anggaran DAU untuk daerah yang telah memiliki PAD yang tinggi serta mampu membiayai kebutuhan fiskalnya dengan dana bagi hasil pajak daerah. Oleh sebab itu total penerimaan daerah mengalami penurunan yang tidak terlalu besar, yaitu 1.9 persen. Dilihat dari dampaknya terhadap ketersediaan fiskal daerah, kebijakan ini baik untuk diaplikasikan karena dapat mengurangi ketergantungan daerah terhadap transfer dari pemerintah pusat.

Dari sisi pengeluaran fiskal yang terlihat pada Tabel 34, kombinasi kebijakan ini menyebabkan peningkatan pada total pengeluaran daerah sebesar 17.03 persen. Dampak peningkatan terbesar terjadi pada pengeluaran sektor ekonomi, diikuti oleh pengeluaran gaji, non gaji, dan pengeluaran daerah. Porsi anggaran untuk pengeluaran sektor non pertanian menurun karena peningkatan porsi anggaran untuk pertanian dan infrastruktur. Hal ini sebagai mekanisme fiskal yang dilakukan agar pertumbuhan sektor pertanian meningkat dan dengan adanya perbaikan infrastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan bukan hanya sektor pertanian tetapi juga sektor non pertanian.

Tabel 34 Dampak kombinasi kebijakan peningkatan pengeluaran sektor pertanian sebesar 10 persen dan peningkatan pengeluaran infrastruktur sebesar 5 persen terhadap penerimaan dan pengeluaran fiskal di Provinsi Riau

Nama Variabel Variabel Nilai

Dasar

Nilai Prediksi

Perubahan (%)

Pajak daerah TAXD 1390985 1462568 4.89

Retribusi RETRD 65871.5 65871.5 0.00

Pendapatan asli daerah PAD 1563253 1634836 4.37

Dana alokasi umum DAU 350240 137238 -155.20

Bagi hasil pajak daerah BHTAXD 424894 473255 10.21

Total penerimaan daerah TPED 4941984 4848926 -1.91

Pengeluaran rutin gaji PERGA 1018188 1078149 5.56

Pengeluaran non gaji PERNGA 7811350 7892321 1.02

Pengeluaran daerah PERDA 8829538 8970470 1.57

Pengeluaran non pertanian PESNPER 6169871 6194906 1.23

Pengeluaran sektor ekonomi PESE 1.59E+08 1.93E+08 17.75

Total pengeluaran TEXP 1.67E+08 2.02E+08 17.03

Selanjutnya, dengan adanya kombinasi kebijakan peningkatan pengeluaran sektor pertanian dan infrastruktur akan berdampak pada kinerja sektor pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 35. PDRB sektor pertanian mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya PDRB seluruh subsektornya. Kombinasi kebijakan tersebut dapat meningkatkan PDRB subsektor tanaman pangan dengan peningkatan yang lebih besar dibandingkan subsektor lainnya. Hal ini baik diterapkan di Provinsi Riau mengingat pertumbuhan subsektor tanaman

Dokumen terkait