• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.4 Pembahasan Data Kualitatif

Dalam bab pembahasan kualitatif ini dipaparkan tentang tiga indikator siswa yang memiliki nilai toleransi menurut Wibowo. Indikator tersebut adalah (1) memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi; (2) memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus; (3) bekerja dalam kelompok yang sama. Selaian ketiga indikator tersebut, peneliti mendapati satu indikator perilaku toleransi siswa yang terlihat berubah yaitu menghargai orang lain yang sedang berbicara. Dengan demikian peneliti menambahkan satu indikator lagi yaitu (4) menghargai orang yang berbicara. Peneliti mengumpulkan data saat pembelajaran berlangsung dari catatan anekdot, wawancara dengan guru serta melihat video untuk dianalisa. Hasil dari analisis data tersebut kemudian dikodekan atau dikelompokkan berdasarkan indikator. Berikut akan dipaparkan hasil pengamatan peneliti secara diskriptif berdasarkan indikator siswa yang memiliki nilai toleransi.

4.4.1 Memberikan Pelayanan yang Sama terhadap Orang Lain

Berdasarkan hasil analisis data peneliti dari wawancara guru dan juga pengamatan video, terlihat sebagian besar siswa belum bisa memberikan pelayanan yang sama terhadap semua orang. Peneliti mengamati saat pembelajaran di kelas didapati ada siswa yang suka mengejek temannya dengan memanggil nama yang bukan nama sebenarnya dan bahkan mengejek dengan mengikutsertakan masalah keluarganya yang sedang berpisah. Selain itu peneliti juga melihat ada siswa berinisial Fir yang memaksakan kehendaknya untuk mengikuti aturan yang dia inginkan. Dengan perlakuan yang seperti itu siswa

56

terpicu untuk berkelahi dengan temannya. Dari data yang didapatkan tersebut, peneliti menganalisis bahwa ada beberapa siswa kelas IV SDN Kalongan yang belum terlihat memiliki sikap hormat dalam nilai toleransi salah satunya dengan memberikan pelayanan yang sama terhadap orang lain. Wibowo (2012) dikatakan bahwa salah satu bentuk toleransi adalah harus bisa memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, status sosial, dan status ekonomi. Dengan demikian peneliti akan memberikan tindakan untuk merubah perilaku siswa dalam hal toleransi dengan orang lain.

Pada penelitian ini peneliti telah mengumpulkan data dan menganalisis berdasarkan pengamatannya. Hasil yang didapatkan peneliti mengamati siswa berinisial Nab peduli dengan temannya yang berinisial Yul dengan membantu memperbaiki call card. Selaian itu peneliti juga melihat Nab mengajak siswa berinisial Viv berganti tempat duduk karena Viv kedinginan duduk di bawah AC. Tingkah laku yang ditunjukkan Nab sudah dapat menunjukkan perilaku yang memberikan pelayanan kepada orang lain dengan baik. Mereka terlihat sudah mulai belajar memberikan pelayanan kepada orang lain dengan baik melalui kepedulian dengan temannya. Selain itu perilaku yang tampak dari siswa ke guru juga terlihat baik, mereka bisa menghormati guru dengan berbicara dengan sopan dan mengerjakan tugas yang diberikan dengan baik dan tidak menertawakan guru saat terjadi kekeliruan saat berbicara. Dalam pembelajaran ini juga terlihat siswa berinisial Fir suka mengatur temannya dengan berteriak-teriak. Dari data kuantitatif yang sudah didapatkan, Fir merupakan siswa yang tergolong pandai karena nilainya selalu di atas KKM yiatu 75 dan selalu diurutan paling atas dari semua siswa di kelasnya. Berdasarkan analisis peneliti, Fir merupakan siswa yang keras kepala dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Berdasarkan sifatnya tersebut maka Fir sering membuat siswa yang lain marah karena suka mengatur semaunya sendiri. Selain itu karena Fir merasa bisa dan lebih pandai dari teman- temannya terkadang dia sering mengejek hasil kerja teman atau kelompok yang lainnya.

Pada siklus 2 peneliti melihat beberapa siswa yang sudah bisa berbicara sopan dengan guru ketika melihat video. Mereka bertanya dengan menggunakan

57

bahasa yang sopan dan mengacungkan jari terlebih dahulu. Selain itu saat bermain bersama pasangannya siswa-siswa dapat bekerja sama dengan baik. Dalam pembelajaran ini Fir tidak tampak lagi suka mengatur temannya dengan berteriak- teriak. Dia sudah bisa menghormati temannya dengan tidak memaksakan kehendaknya, namun dia masih terlihat usil dengan mengganggu temannya yang sedang serius belajar. Peneliti melihat bahwa Fir sudah berusaha untuk menahan dirinya agar tidak keras kepala. Pada pembelajaran ini terlihat ada sepasang siswa berinisial Ris dan Feb tidak mau dipasangkan dalam kelompok karena menjadi bahan ejekan teman-temannya, mungkin karena siswa merasa malu sehingga mereka menjadi canggung dan tidak semangat. Dengan demikian tampak bahwa siswa belum belajar untuk memberikan pelayanan kepada semua teman dengan baik dan tanpa membeda-bedakan.

4.4.2 Memberikan Pelayanan yang Sama terhadap Anak Berkebutuhan Khusus

Peneliti melihat ada siswa kelas IV berinisial Fad yang merupakan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Hasil pengamatan dan juga analisis dari catatan anekdot serta video pada keadaan awal siswa tidak terlihat adanya pelayanan khusus terhadap ABK, mereka masih terlihat tak mengacuhkan Fad. Terkadang teman-temannya malah mengejeknya karena dia telat dalam berpikir dan mengerjakan tugas dari guru, bahkan siswa berinisial Nug pernah mengejeknya

dengan mengatakan “ini murid idiot kok Bu…”. Dari analisis peneliti siswa-siswa

terlihat kurang peduli dan suka mengejek siswa ABK tersebut.

Pada siklus 1 menurut intepretasi peneliti berdasarkan catatan anekdot dan pengamatan dari video, siswa belum mengalami perubahan untuk memberikan pelayanan yang sama terhadap Fad. Mereka tampak acuh dan terkadang

meremehkan Fad seperti Nug yang mengejek Fad dengan berkata “Fad ora isoh”,

namun siswa-siswa tidak menjauhinya terkadang malah diajak ngobrol dan gojeg saat pelajaran. Teman-teman Fad masih suka mengejek Fad dan bahkan menjadikan Fad sebagai bahan bercandaan agar semua siswa tertawa.Melihat hal tersebut peneliti menganalisis bahwa siswa-siswa belum bisa memberikan pelayanan yang sama dengan Fad sebagai siswa ABK.

58

Fad saat pembelajaran dalam kelompok di siklus 2 mendapat kesempatan dari teman-temannya untuk membacakan puisi di depan kelas. Dia ditunjuk- tunjuk oleh teman-temannya untuk mewakili kelompoknya membacakan puisi di depan kelas. Ketika Fad membaca di depan kelas semua teman-temannya memperhatikan dan terkadang tertawa karena Fad salah dan kesusahan dalam membaca, namun Fad tidak merasa malu dan terus membacakan hasil kerja kelompoknya. Melihat perjuangan dan kegigihan Fad peneliti merasa terharu sekaligus bangga sebab walaupun dia merupakan ABK tetapi dia ingin memperlihatkan bahwa dia bisa seperti teman-teman yang lainnya Di akhir pembacaan puisi tersebut semua teman-temannya memberikan tepuk tangan dan menyoraki dengan gembira karena Fad mau membacakan hasil karya kelompoknya dengan baik di depan kelas. Ini merupakan sebuah penghargaan dari teman-temannya kepada siswa tersebut atas perjuangan dan kegigihannya dalam membacakan puisi di depan kelas. Perlakuan yang seperti itu terlihat bahwa sebagian besar siswa sudah bisa memberikan pelayanan yang sama terhadap ABK. Peneliti menganalisis bahwa sikap toleransi siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta sudah semakin jelas perubahannya, terlihat dengan cara para siswa memberikan pelayanan yang sama terhadap ABK.

4.4.3 Bekerja dalam Kelompok

Berdasarkan analisis peneliti pada keadaan awal melalui wawancara dan pengamatan, siswa sudah bisa bekerja sama dalam kelompok, namun di dalam pemilihan teman dalam kelompok mereka masih memilih teman yang mereka suka. Apabila dalam satu kelompok terdapat teman yang tidak disukai maka siswa tidak semangat dalam mengerjakan dan bahkan tidak mau ikut bekerja dalam kelompoknya. Ketika siswa bekerja dalam kelompok tidak semua ikut berpartisipasi, hanya siswa tertentu saja yang mau berpendapat dan ikut belajar dalam kelompok. Sebagian besar siswa lebih suka berbicara dengan teman lain yang ada dalam kelompoknya. Selain itu saat temannya berpendapat ada siswa yang tidak mau mendengarkan dan mengacuhkan pendapat teman tersebut. Dalam belajar di kelompok ada juga siswa yang terlihat memaksakan kehendak kepada teman yang lain. Berdasarkan data tersebut peneliti melihat bahwa siswa belum

59

menunjukkan perilaku toleran dengan temannya. Dengan perilaku siswa tersebut, peneliti akan memberikan tindakan untuk merubah perilaku toleran dengan mau bekerja sama dalam kelompoknya tanpa membeda-bedakan.

Data yang didapatkan peneliti melalui catatan anekdot, wawancara dengan guru dan juga pengamatan melalui video, menunjukkan bahwa siswa sudah belajar untuk mau berpatisipasi dalam kelompoknya. Dalam pengamatan peneliti sebagian besar siswa terlihat aktif bekerja dalam kelompok. Mereka terlihat asyik bekerja dalam kelompok dengan saling memberikan masukan dalam hal ide atau pendapat. Selain itu siswa juga terlihat memperhatikan teman yang sedang mengeluarkan pendapat, dan dalam mengeluarkan pendapat mereka terlihat sopan saat berbicara serta tidak memaksakan kehendaknya. Dalam kelompok ada beberapa siswa yang secara suka rela membacakan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Dengan demikian pembelajaran dalam kelompok terlihat lancar dan teratur. Saat mengamati pembelajaran dalam kelompok-kelompok, peneliti juga melihat Yul yang masih memilih-milih teman dalam kelompoknya karena Yul mendapat kelompok dengan siswa yang berinisial Tad dia minta berganti kelompok. Saat itu peneliti kebingungan karena siswa tidak mau belajar bersama dengan kelompoknya karena YUL tidak suka dengan Tad dan berkata pada

peneliti “lha Tad bau nggak enak kok Bu…”. Tetapi dengan kerja keras peneliti

memberikan nasihat dan mendekatiYul agar mau bekerja dalam kelompok walaupun terkesan terpaksa dan menjauhi Tad.

Selain itu terlihat Viv tidak ikut belajar dalam kelompok dan hanya diam karena dia sedang tidak enak badan. Melihat Viv yang sakit tersebut peneliti juga sudah menawarkannya untuk tidak ikut belajar di kelompok dan beristirahat di UKS namun Viv tidak mau dan menginginkan untuk ikut dalam pembelajaran. Peneliti merasa Viv sebenarnya sangat tertarik ikut dalam pembelajaran namun badannya yang tidak sehat membuatnya menjadi lemas dan terlihat hanya diam.

Dalam pengamatan peneliti ada dua siswa yaitu Nug dan Feb dalam kelompok tampak lebih suka berbicara dengan temannya daripada ikut belajar bersama. Menurut informasi dari guru kelasnya Nug dan Feb merupakan siswa yang susah untuk diatur. Dua siswa ini merupakan siswa yang “super” sebab selalu membuat ulah dan menganggu temannya. Terkadang peneliti juga merasa

60

terganggu dan bingung menghadapi dua siswa tersebut. Bahkan oleh peneliti, tempat duduk mereka sudah diatur di depan sendiri namun mereka hasilnya sama saja. Setelah peneliti tayangkan video didepan kelas mereka terdiam dan memperhatikan dengan seksama. Begitu pula ketika bekerja dalam kelompok, mereka terlihat asyik dan senang saat aktivitas di kelompoknya. Dengan demikian menurut analisis peneliti terlihat bahwa sebagian besar siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta sudah merubah perilaku toleransinya walaupun belum terlalu tampak.

Dalam pengamatan peneliti mendapati perilaku siswa saat pembelajaran dalam kelompok sudah terlihat semakin jelas perubahannya. Terlihat saat siswa kompak dan saling membantu satu dengan yang lain di dalam kelompoknya. Semua siswa juga terlihat aktif dalam mengeluarkan pendapatnya. Dalam berpendapat siswa sudah bisa bersikap baik dan tidak memaksakan kehendaknya. Fir yang biasanya ingin menguasai kelompoknya dalam siklus 2 tidak terlihat seperti itu lagi. Mereka sangat menikmati dan terlihat senang dengan aktivitas pembelajaran dengan temannya di kelompok. Pada pembelajaran siklus 2 terlihat kejadian dua siswa berinisial Ris dan Feb yang tidak mau dipasangkan karena mereka mendapat ejekan dari temannya sehingga mereka merasa malu. Peneliti mencoba mendekati dan memberikan nasihat bahwa kita tidak boleh membeda- bedakan teman dan harus saling menghargai. Peneliti juga menjelaskan dalam permaianan berpasangan ini kalian akan mengerti makna dari menghargai orang lain. Setelah mendengarkan nasihat dari peneliti kedua siswa tersebut mau menjadi pasangan. Peneliti sangat senang karena pada pembelajaran akhir ini siswa-siswa terlihat sangat mudah diatur, tidak semaunya sendiri serta cenderung untuk lebih toleran kepada orang lain. Melihat data-data yang didapat dari pengamatan, peneliti menyimpulkan bahwa siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta sudah tampak keberhasilannya dalam belajar untuk lebih toleran terhadap temannya dengan mau bekerja dalam kelompok.

61

Dari analisis data yang peneliti dapat dari wawancara dengan guru dan pengamatan melalui video keadaan awal tampak beberapa perilaku siswa yang menarik perhatian peneliti antara lain ketika guru menjelaskan didepan kelas, banyak siswa mengobrol sendiri dengan temannya dan bahkan saat guru memberikan perintah untuk mengerjakan tugas sebagian besar siswa menggerutu serta menjawabnya dengan bahasa yang tidak sopan untuk seorang siswa kepada gurunya. Ketika ada temannya yang sedang bertanya kepada guru, ada siswa lain yang ikut menjawab tetapi jawaban yang diberikan tidak sesuai sehingga membuat kelas menjadi ramai karena semua tertawa. Selain itu saat ada seorang siswa yang berpendapat, ada beberapa siswa yang menertawakannya dan terlihat mengejek karena pendapatnya salah. Perilaku siswa tersebut menunjukkan bahwa mereka tidak memiliki perilakutoleransi dengan orang lain. Siswa terlihat belum bisa menghargai orang yang sedang berbicara. Dari keadaan awal yang seperti itu, peneliti kemudian memberikan tindakan pada siswa kelas IV SDN Kalongan Yogyakarta dalam siklus 1 dengan pembelajaran yang menerapkan modul Living Values dengan melihat video yang bercerita tentang perilau siswa dalam menyikapi perbedaan jenis selera makanan akibat adanya globalisasi.

Pada siklus 1 dari analisis data yang didapat melalui catatan anekdot, wawancara guru dan pengamatan dari video tampak perilaku siswa yang sedikit berbeda dari keadaan sebelumnya. Dalam mengikuti pembelajaran siswa sudah bisa memperhatikan dengan baik, terutama saat mereka melihat video yang diputarkan melalui viewer. Bahkan ketika mereka memperhatikan video “Globalisasi Makanan” terlihat sesekali tertawa dan sedikit mengeluarkan komentar-komentar tentang video yang mereka lihat. Setelah melihat video siswa terlihat kagum dan mencoab memahami vdeo terlihat ketika peneliti berbicara di depan kelas membahas tentang video mereka dengan sanagat antusias mendengarkan dan memperhatikan, namunketika ada teman yang membacakan hasil kerja kelompoknya di depan kelas ada empat pasangan anak yang lebih suka berbicara dan tidak memperhatikan.

Berdasarkan data siswa yang susah untuk diam dan mendengarkan orang lain berbicara masih sama dengan data pada keadaan awal siswa. Jadi hanya siswa tertentu yang masih belum bisa mengubah sikapnya, namun terkadang siswa-

62

siswa tersebut bisa diam dan mendengarkan orang lain berbicara jika mereka merasa tertarik untuk mendengarkannya. Dengan demiikian setelah peneliti menganalisis data yang didapatkan terlihat bahwa sikap hormat siswa dalam nilai toleransi belum terlalu banyak peningkatnnya. Hanya siswa-siswa tertentu yang sudah bisa berubah, serta dalam hal-hal tertentu siswa juga merubah sikapnya. Oleh karena itu perubahan sikap siswa dalam menghargai orang yang berbicara belum terlalu terlihat. Melihat hal tersebut kemudian peneliti melanjutkan penelitian dalam siklus 2 dengan metode dan media yang sama namun merubah tema pembelajarannya dari globalisasi makanan menjadi globalisasi kebudayaan.

Pada siklus 2 peneliti menganalisis perilaku siswa dengan menggunakan ketiga instrumen yaitu catatan anekdot, wawancara guru dan juga pengamatan melalui video. Dari ketiga data tersebut peneliti mendapati bahwa perilaku siswa sudah terlihat berbeda dibanding dengan siklus sebelumnya. Dalam siklus 2 ini siswa terlihat berpartisispasi aktif dalam pembelajaran. Ketika guru menjelaskan, semua siswa dapat duduk diam dan mengikuti dengan baik dan sangat antusias. Saat guru memperlihatkan video “Globalisasi Kebudayaan” tentang gamelan di depan kelas menggunakan viewer siswa-siswa terlihat sangat tercengang memperhatikan, bahkan Rob ikut menggoyang-goyangkan kepalanya menikmati video yang dlihatnya dan Fir yang berkomentar “kenapa bule bisa main gamelan ya?”. Selain itu saat guru memberikan perintah dalam mengerjakan tugasnya, siswa-siswa terdiam dan mendengarkan dengan seksama dengan sesekali bertanya dengan mengacungkan jari terlebih dahulu dan kemudian berbicara dengan baik dan sopan.

Melihat perilaku siswa tesrsebut tampak bahwa pada siklus 2 ini terjadi perubahan perilaku toleransi dalam hal menghargai orang yang sedang berbicara. Siswa sudah tampak memiliki perilaku toleransi saat mereka mendengarkan dan memperhatikan orang yang sedang berbicara. Dari hasil yang peneliti dapat juga terlihat sebagian besar siswa sudah bisa memperlihatkan perubahan perilaku yang menunjukkan perilaku toleransi terhadap orang lain dengan menghargai orang yang sedang berbicara.

Berdasarkan data-data dan analisis yang peneliti dapatkan, terlihat bahwa sikap toleransi siswa kelas IV SDN Kalongan mengalami perubahan semakin

63

baik. Hal tersebut dapat dilihat pada setiap indikator yang perilaku toleransi sudah mengalami perubahan yang semakin membaik dalam hal memberikan pelayan yang sama kepada orang lain, memberikan pelayanan yang sama terhadap ABK, mau bekerja sama dalam kelompok dan juga menghargai orang yang sedang berbicara. Dengan demikian penelitian pembelajaran dengan penerapan modul Living Values ini dapat mengatasi persoalan perilaku toleransi siswa.

Dokumen terkait