• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

1. Pembahasan Teoretis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan status gizi dan status perkembangan antara anak balita dari kelompok orang tua bercerai dengan orang tua lengkap. Dari hasil penelitian didapatkan dua variabel yang tidak didapatkan adanya perbedaan bermakna yaitu status gizi tinggi badan (TB/U) dan status perkembangan motorik kasar karena tidak bermakna secara statistik. Hal ini ditunjukkan pada hasil analisis tabel 12, nilai p = 0,358 untuk status gizi tinggi badan (TB/U) dan nilai p = 0,135 untuk status perkembangan motorik kasar.

Dari kepustakaan didapatkan bahwa, dampak perceraian pada anak yang masih dini usia meliputi kecemasan, psikosomatis, gangguan makan, penurunan berat badan (Kristiani dan Tedjasaputra, 2010). Demikian juga Block et al (2005) menyebutkan bahwa perceraian merupakan salah satu faktor yang menyebabkan anak mengalami gagal tumbuh. Penelitian ini sejalan dengan pernyataan tersebut, perceraian pada orang tua yang mempunyai anak balita berdampak secara akut pada penurunan berat badan (BB/U), tetapi tidak berpengaruh pada status gizi dalam jangka panjang yang ditunjukkan dengan status gizi tinggi badan (TB/U). Hasil ini berbeda dengan yang didapatkan Li et al (2004) perceraian yang terjadi pada orang tua saat anak berusia 4 – 7 tahun, membuat anak laki-laki secara signifikan lebih pendek daripada anak laki-laki

commit to user

seusianya. Demikian juga dengan penelitian Engebresten et al (2008) di Uganda, dimana perceraian tidak berpengaruh terhadap status gizi tinggi badan (TB/U) maupun berat badan (BB/U). Tetapi Engebresten et al (2008) menemukan bahwa keberadaan saudara perempuan atau laki-laki merupakan faktor protektif terhadap wasting (status gizi berat badan [BB/U] kurang) maupun stunting (status gizi tinggi badan [TB/U] kurang). Hasil penelitian ini juga berbeda dengan penelitian Blair et al (2004) dimana perceraian tidak berpengaruh terhadap gagal tumbuh.

Secara tidak langsung berkaitan dengan penelitian ini, Trimanto (2006) berkesimpulan pendapatan keluarga yang makin baik akan meningkatkan status gizi anak balita. Pada penelitian ini, kelompok orang tua bercerai menonjol proporsi jumlah anggotanya yang berpendapatan di bawah UMK (secara statistik bermakna p = 0,001). Dengan pendapatan yang turun pada keluarga bercerai meningkatkan peluang anak balita mereka menurun status gizinya.

Ketika orang tua mengalami masalah dalam pernikahan, mereka cenderung menghabiskan banyak energi memikirkan masalah pernikahannya sehingga kurang mempunyai waktu dengan anak dan menjadi tidak konsisten dalam pengasuhannya (Kristiani dan Tedjasaputra, 2010). Hasil penelitian Ariani (2009) berkesimpulan bahwa, semakin baik pola hubungan orangtua – anak dan keberfungsian keluarga, semakin baik perkembangan anak usia prasekolah. Pernyataan-pernyataan tersebut bisa menjelaskan mengapa dalam penelitian ini status perkembangan umum, personal sosial, motorik halus dan bahasa pada anak dari kelompok orang tua bercerai lebih menonjol jumlah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

anggotanya yang lambat dibandingkan anak balita dari kelompok orang tua lengkap. Orang tua yang mengalami masalah dengan pernikahan yang berujung pada perceraian membuat perhatian dan konsistensi pengasuhan pada anak tidak optimal, dan membuat keberfungsian keluarga dalam peran asah, asih dan asuh yang diperlukan dalam perkembangan anak tidak optimal pula. Akibatnya anak balita dari kelompok orang tua bercerai lebih menonjol proporsi jumlah anggotanya yang lambat status perkembangan personal sosial, motorik halus dan bahasanya, daripada anak balita dari kelompok orang tua lengkap. Hasil ini sejalan dengan penelitian Richard dan Wadsworth (2004) di Inggris, mendapatkan bahwa perceraian orang tua membuat anak menjadi lambat perkembangan kognitifnya.

Hasil penelitian selanjutnya yang tidak sesuai dengan hipotesis adalah status perkembangan motorik kasar secara statistik tidak bermakna perbedaannya antara anak dari kelompok orang tua bercerai dengan orang tua lengkap (p = 0,135). Hal ini bisa dijelaskan menurut Olney et al (2006) bahwa, ukuran dan proporsi tubuh serta kekuatan otot dan tulang mempengaruhi perkembangan keterampilan lokomosi. Demikian juga penelitian Siegel et al, (2005) menunjukkan bahwa status gizi yang baik, tanpa adanya anemia dan diet yang baik, merupakan prediktor independent terhadap capaian status perkembangan motorik kasar. Dalam penelitian ini status gizi jangka panjang (TB/U) anak balita dari kelompok orang tua bercerai tidak berbeda secara bermakna dengan anak balita dari kelompok orang tua lengkap.

commit to user

Mengenai pendapatan keluarga yang di bawah upah minimum kabupaten (UMK) Sukoharjo Rp 790.500,-, didapatkan bahwa, kelompok orang tua bercerai lebih menonjol proporsi yang pendapatannya di bawah UMK dibandingkan keluarga orang tua lengkap (p = 0,001). Sebagian besar pengasuh anak balita dari kelompok orang tua bercerai yang utama adalah ibu. Setelah mereka bercerai, dampaknya bagi para ibu ini, akan mengalami pengurangan dukungan keuangan dari mantan suami mereka. Kenyataan ini selaras dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa perceraian bagi istri membuatnya beresiko menjadi sakit, perokok, pecandu obat dan alkohol, penurunan status finansial, dukungan jejaring sosial dan harapan sehat (Weitoft et al, 2002; Ikeda et al, 2007; Fukuda et al, 2005; Fukuda et al, 2005; Lee et al, 2005). Pada penelitian ini, sejalan dengan hasil-hasil penelitian tersebut.

2. Pembahasan Metode Penelitian

a. Metode yang dipakai menggunakan desain comparative study

Metoda ini mengukur variabel faktor risiko dan akibatnya dalam tempo bersamaan (Murti, 2008), padahal status gizi merupakan hasil akumulasi pertumbuhan anak dalam waktu yang lama, sedangkan perkembangan dapat dilihat hasil/akibatnya dari pertumbuhan anak yang memerlukan jangka waktu lama tersebut. Sehingga desain penelitian dengan pendekatan cohort lebih tepat untuk penelitian semacam ini.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

b. Jumlah sampel penelitian kurang besar

Dalam penelitian ini jumlah sampelnya sebanyak 58, hal ini hanya memenuhi kriteria ukuran sampel minimal menurut kriteria Hair. Dengan memperbesar jumlah sampel maka akan memperbaiki presisi.

c. Akurasi pengukuran variabel

Pengamat dalam penelitian ini adalah orang yang telah dilatih terlebih dahulu mengenai pemeriksaan berat badan dan pengukuran tinggi badan anak balita, demikian juga dengan pengamatan mengenai pengujian perkembangan anak balita dengan menggunakan Denver Test II. Pengamat pada penelitian ini mengetahui asal usul anak balita apakah ia berasal dari kelompok orang tua bercerai atau orang tua lengkap. Tidak ada perlakuan “blinded” bagi pengamat, sehingga tidak menutup kemungkinan adanya bias pengamatan.

Dokumen terkait