• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

2. Perkembangan Anak

a. Definisi perkembangan anak

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil dari proses pematangan. Proses ini melibatkan aspek biologis, yakni proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ-organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga aspek perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

lingkungannya (Soetjiningsih, 1998; Departemen Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005; Kliegman et al, 2007; Narendra et al, 2008).

Perkembangan anak merupakan suatu proses dinamik yang terkadang sulit untuk diukur (Sandler et al, 2001; Gupte, 2004). Aspek perkembangan ini beraneka ragam, saling berhubungan satu sama lain dan sangatlah kompleks, meliputi kemampuan motorik halus, motorik kasar, bahasa, kognitif dan penyesuaian sikap (Sandler et al, 2001; Departemen Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005).

Perkembangan adalah suatu ukuran kematangan fungsi. Hal ini ditandai dengan dicapainya kemampuan mental dan kemampuan sosial (Mansjoer et al, 2000; Gupte, 2004).

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak yaitu : 1) faktor genetik atau keturunan atau bawaan, yang merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak, misalnya berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa (Soetjiningsih, 1998; Departemen Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005; Kliegman et al, 2007; Stutzman et al, 2009), 2) faktor lingkungan, dimana lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan, mencakup lingkungan bio-fisiko-psiko-sosial yang mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya (Soetjiningsih, 1998; Departemen Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005; Kliegman et al, 2007; Stutzman et al, 2009).

commit to user

c. Kebutuhan dasar anak untuk perkembangannya

Kebutuhan dasar anak untuk perkembangannya meliputi : 1) kebutuhan fisik biomedis (asuh); yang terdiri dari nutrisi, perawatan kesehatan dasar, pemukiman yang layak, higiene perorangan, sanitasi lingkungan, sandang, kesegaran jasmani, rekreasi, bermain, dan sebagainya, 2) kebutuhan emosi atau kasih sayang (asih); yang meliputi perhatian, kasih sayang, rasa aman, dilindungi, dibantu dan dihargai, yang akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar, 3) kebutuhan akan stimulasi mental (asah); meliputi stimulasi dini pada semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, pembau, pengecap), sistem motorik kasar dan halus, komunikasi, emosi – sosial dan rangsangan untuk berpikir. Stimulasi mental ini merupakan cikal bakal dalam proses belajar pada anak yang berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan, keterampilan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral – etika, produktivitas dan sebagainya (Soetjiningsih, 1998; Departemen Kesehatan RI, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005).

d. Tahap-tahap perkembangan anak

Tahap perkembangan anak balita adalah sebagai berikut (Skala Yaumil Mimi cit Soetjiningsih, 1998; Kliegman et al, 2007) : 1) usia 0 – 3 bulan, pada usia ini anak balita menunjukkan kemampuan : a) belajar mengangkat kepala, b) belajar mengikuti obyek dengan matanya, c) melihat ke muka orang dengan tersenyum, d) bereaksi terhadap suara atau bunyi, e) mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran dan kontak, f) menahan barang yang dipegangnya, g) mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh; 2) usia 3 –

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

6 bulan, pada usia ini anak balita menunjukkan kemampuan : a) mengangkat kepala sembilan puluh derajat dan mengangkat dada dengan bertopang tangan, b) mulai belajar meraih benda-benda yang ada dalam jangkauannya atau di luar jangkauannya, c) menaruh benda-benda di mulutnya, d) berusaha memperluas lapangan pandangan, e) tertawa dan menjerit karena gembira bila diajak bermain, g) mulai berusaha mencari benda-benda yang hilang; 3) usia 6 – 9 bulan, pada usia ini anak balita menunjukkan kemampuan: a) dapat duduk tanpa dibantu, b) dapat tengkurap dan berbalik sendiri, c) dapat merangkak meraih benda atau mendekati seseorang, d) memindahkan benda dari satu tangan ke tangan yang lain, e) memegang benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk, f) bergembira dengan melempar benda-benda, g) mengeluarkan kata-kata yang tanpa arti, h) mengenal muka anggota-anggota keluarga dan takut kepada orang asing / orang lain, i) mulai berpartisipasi dalam permainan tepuk tangan dan sembunyi-sembunyian; 4) usia 9 – 12 bulan, pada usia ini anak menunjukkan kemampuan: a) dapat berdiri sendiri tanpa dibantu, b) dapat berjalan dengan dituntun, c) menirukan suara, d) mengulang bunyi yang didengarnya, d) belajar menyatakan satu atau dua kata, e) mengerti perintah sederhana dan larangan, f) memperhatikan minat yang besar dalam mengeksplorasi sekitarnya, ingin menyentuh apa saja dan memasukkan benda-benda ke mulutnya, g) berpartisipasi dalam permainan; 5) usia 12 – 18 bulan, pada usia ini anak menunjukkan kemampuan: a) berjalan dan mengeksplorasi rumah serta sekeliling rumah, b) menyusun dua atau tiga kotak, c) dapat mengatakan lima sampai sepuluh kata, d) memperlihatkan rasa cemburu dan

commit to user

bersaing; 6) usia 18 – 24 bulan, pada usia ini anak menunjukkan kemampuan: a) naik turun tangga, b) menyusun enam kotak, c) menunjuk mata dan hidungnya, d) menyusun dua kata, e) belajar makan sendiri, f) menggambar garis di kertas atau pasir, g) mulai belajar mengontrol buang air besar dan kencing, h) menaruh minat kepada apa yang dikerjakan oleh orang yang lebih besar, i) memperlihatkan minat kepada anak lain dan bermain dengan mereka; 7) usia 2 – 3 tahun, pada usia ini anak menunjukkan kemampuan: a) belajar meloncat, memanjat, dan melompat dengan satu kaki, b) membuat jembatan dengan tiga kotak, c) mampu menyusun kalimat, d) mempergunakan kata-kata saya, bertanya, mengerti kata-kata yang ditujukan kepadanya, e) menggambar lingkaran, f) bermain bersama dengan anak lain dan menyadari adanya lingkungan lain di luar lingkungannya; 8) usia 3 – 4 tahun, pada usia ini anak menunjukkan kemampuan : a) berjalan-jalan sendiri mengunjungi tetangga, b) berjalan pada jari kaki, c) belajar berpakaian dan membuka pakaian sendiri, d) menggambar garis silang, e) menggambar orang terdiri dari kepala dan badan, f) mengenal dua atau tiga warna, g) berbicara dengan baik, h) menyebut nama, jenis kelamin, dan umurnya, i) banyak bertanya, j) bertanya bagaimana anak dilahirkan, k) mengenal sisi atas, bawah, depan dan belakang, l) mendengarkan cerita-cerita, m) bermain dengan anak lain, n) menunjukkan rasa sayang kepada saudara-saudaranya, o) dapat melakukan tugas-tugas sederhana; 9) usia 4 – 5 tahun, pada usia ini anak menunjukkan kemampuan: a) melompat dan menari, b) menggambar orang yang terdiri dari kepala, lengan dan badan, c) menggambar segi empat dan segi tiga, d) pandai berbicara, e) dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

menghitung jari-jarinya, f) dapat menyebutkan hari-hari dalam seminggu, g) mendengar dan mengulang hal-hal penting dan bercerita, h) minat pada kata-kata baru dan artinya, i) memprotes bila dilarang apa yang diinginkannya, j) mengenal 4 warna, k) memperkirakan bentuk dan besarnya benda, l) menaruh minat kepada kegiatan orang dewasa (Soetjiningsih, 1998; Mansjoer et al, 2000; Departemen Kesehatan RI, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005).

Dengan mengetahui tahap-tahap perkembangan ini, maka akan memudahkan dalam menilai perkembangan seorang anak balita (Soetjiningsih, 1998). Perhatian orang tua terhadap perkembangan anaknya sangat diperlukan dalam deteksi dini gangguan perkembangan (American Academic of Pediatric, 2001; Theeranate et al, 2005).

e. Penilaian perkembangan anak

Uji skrining untuk deteksi dini gangguan perkembangan anak ada bermacam-maam. Uji skrining ini sangat berguna dalam menegakkan diagnosis dan terapi gangguan tumbuh kembang anak sehingga dapat kembali optimal (Soetjiningsih, 1998; American Academic of Pediatrics, 2003). Adapun uji skrining perkembangan anak yang paling sering digunakan adalah tes Denver II. Dinamakan Denver karena tes skrining ini dibuat di kota Denver, Amerika Serikat (Soetjiningsih, 1998). Tes Denver II ini merupakan hasil revisi dari DDST (Denver Developmental Screening Test). Tes ini diperuntukkan untuk anak-anak usia satu sampai enam tahun (Soetjiningsih, 1998; Frankenburg & Dodds, 2004).

commit to user

Tes Denver II ini memenuhi semua persyaratan yang diperlukan sebagai metoda skrining yang baik. Tes ini mudah dilakukan dan hanya memerlukan waktu tiga puluh sampai empat puluh lima menit. Tes ini dapat mendeteksi gangguan neurologis, misalnya kelumpuhan serebral (cerebral

palsy) pada neonatus dan gangguan-gangguan perkembangan lainnya pada

anak-anak (Halpern et al, 2000; Needlmen, 2000).

Tes Denver II terdiri dari 125 item yang dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut: 1) kepribadian / tingkah laku sosial (personal social); meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan lingkungannya; 2) gerakan motorik halus (fine motor

adaptive), meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak

untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat. Misalnya, kemampuan untuk menggambar, memegang suatu benda, dan lain-lain; 3) bahasa (language), meliputi kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan; 4) perkembangan motorik kasar (gross motor adaptive); meliputi aspek-aspek yang berhubungan dengan pergerakan umum otot besar dan sikap tubuh, misalnya duduk, berjalan dan melompat (Soetjiningsih, 1998; Halpen et al, 2000, Denver Developmental Materials Inc, 2006; Departemen Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2005).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

f. Interpretasi dan kesimpulan pemeriksaan Denver II

Interpretasi dan kesimpulan pemeriksaan Denver II (Frankenburg & Dodds, 2004). Interpretasi dari penilaian meliputi: 1) “lebih” bila anak “lulus” pada tugas perkembangan tes yang terletak di kanan garis umur, dinyatakan perkembangan anak lebih pada tes tersebut, karena anak “lulus” pada tes dimana kebanyakan anak tidak lulus sampai umurnya lebih tua, 2) “normal”, dimana tugas perkembangan yang gagal atau ditolak tidak menunjukkan keterlambatan dalam perkembangan, yang dikarenakan hanya 25 % anak-anak pada sampel baku tidak dapat “lewat” sampai umurnya lebih tua, 3) “peringatan” bila anak “gagal” atau “menolak” melakukan tugas perkembangan tes dimana garis umur terletak pada atau antara 75% dan 90%, yang menunjukkan lebih dari 75% anak lebih muda dapat “lewat” dibandingkan usia anak yang sedang dites, 4) “terlambat” bila anak “gagal” atau “menolak” melakukan tugas perkembangan tes yang terletak jelas berada di sebelah kiri garis umur, 5) “tidak ada kesempatan” bila anak tidak ada kesempatan untuk melakukan tugas perkembangan.

Kesimpulan tes Denver II meliputi : 1) normal, bila tidak ada “terlambat” dan sedikitnya satu “peringatan”, 2) diduga ada keterlambatan, bila terdapat ³ dua “peringatan” dan atau ³ satu “terlambat” setelah diulang satu sampai dua minggu tetap menunjukkan hasil yang sama.

Dokumen terkait