• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PENELITIAN DAN HASIL PENELITIAN KETAATAN IMAN

B. Analisis dan Pembahasan Hasil Penelitian

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan data-data dalam penelitian, diperoleh gambaran berkaitan dengan makna ketaatan sebagai berikut:

Berdasarkan tabel 7, diketahui bahwa dari 18 responden ada 8 orang yang setuju terhadap pernyataan bahwa sikap taat membuat mereka semakin kreatif dalam mengembangkan diri melalui tugas perutusan, memotifasi mereka untuk belajar menjadi seorang pribadi yang terbuka, siap sedia dalam menerima dan melaksanakan perutusan dan membuat responden mampu menerima dan melaksanakan tugas perutusan dengan penuh kerendahan hati (44, 5 %). Ada 8 orang responden sangat setuju bahwa ketaatan memampukan mereka untuk belajar mendengarkan orang lain (44,5 %).

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa responden memiliki pemahaman yang cukup mengenai makna ketaatan. Ketaatan bukan membuat mereka merasa tidak bebas tetapi justru memotifasi mereka untuk semakin kreatif dalam mengembangkan diri melalui tugas perutusan, bertumbuh sebagai seorang pribadi yang terbuka, siap sedia dalam menerima tugas perutusan yang dipercayakan dan belajar untuk mendengarkan orang lain sehingga dapat menerima dan melaksanakan tugas perutusan dengan penuh kerendahan hati.

b. Iman dalam Ketaatan

Untuk lebih mengetahui sejauhmana iman dalam ketaatan berdasarkan ketaaatan iman Maria dipaparkarkan sebagai berikut: Dari 18 orang responden

dalam penelitian ada 9 orang responden yang memilih ragu-ragu terhadap pernyataan bahwa mereka mengandalkan Tuhan dalam tugas dan perutusan dengan prosentase sebanyak (50 %). Ada 12 orang responden setuju bahwa panggilan yang sedang dijalani saat ini adalah anugerah dari Tuhan dengan prosentase sebanyak (66,7 %). Responden juga setuju bahwa penderitaan atau tantangan yang dialami dalam perutusan merupakan partisipasi mereka dalam penderitaan Kristus sebanyak (44,5 %) sedangkan sebagian responden memilih sangat setuju dan ragu-ragu dengan jumlah prosentase sama yaitu (27,8 %). Dalam menjalankan tugas perutusan responden setuju bahwa mereka berpedoman pada sabda Tuhan (72,3 %). Sebanyak 50 % responden merasa ragu-ragu untuk pernyataan bahwa Tuhan membentuk mereka melalui setiap peristiwa yang dihadapi.

Dengan melihat prosentase dari setiap item (11-15) dapat disimpulkan bahwa sebagian responden cukup memiliki gambaran yang jelas mengenai iman dalam ketaatan. Keyakinan bahwa Tuhan menjadi andalan memampukan mereka untuk memaknai penderitaan atau tantangan sebagai partisipasi mereka dalam penderitaan Kristus. Pedoman dalam perutusan adalah Sabda Tuhan sehingga setiap peristiwa yang dialami dimaknai sebagai cara Tuhan membentuk mereka.

c. Penghayatan Ketaatan Iman Maria

Untuk lebih mengetahui sejauhmana penghayatan responden mengenai ketaatan iman Maria dipaparkan sebagai berikut:

Dari 18 orang responden, ada 10 orang responden setuju bahwa dalam tugas perutusan mereka menjadikan Maria sebagai ibu dan teladan dengan prosentase (55,6 %). Ada 12 orang responden setuju bahwa dengan belajar dari maria, mereka mengutamakan keheningan dalam melaksanakan tugas perutusan dengan prosentase sebanyak (66,7 %). Pada item no. 17 responden lebih banyak merasa ragu-ragu (44,5 %) sedangkan yang memilih setuju sekitar (33, 4 %). Responden setuju bahwa dengan belajar dari Maria mereka mempersembahkan diri seutuhnya kepada Tuhan dalam situasi apapun (61,2 %) sehingga mereka konsekuen dengan jawaban “YA” dalam menerima dan melaksanakan perutusan (55,6 %). Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian responden cukup menghayati ketaatan iman Maria dalam Tugas dan perutusan namun masih ada sebagian responden yang ragu-ragu terhadap pernyatan-pernyataan pada setiap item.

Ketaatan dan iman merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Ketika orang taat dalam menerima dan melaksanakan tugas perutusan tanpa dimaknai dengan iman maka ketaatan itu tidak akan abadi, orang cenderung tidak setia apabila menghadapi tantangan dalam perutusan. Tetapi ketika ketaatan dalam tugas perutusan sungguh dihayati dengan iman akan campur tangan Allah maka ketaatan itu akan abadi walaupun banyak tantangan yang dihadapi. Maka ketaatan dan iman tidak hanya sebatas pengetahuan belaka tetapi sungguh menjadi bagian hidup seorang religius. Maria adalah sosok seorang pribadi yang tidak hanya sekedar taat tetapi dibalik ketaatannya terselubung iman yang sungguh luar biasa. Maka Sebagai Suster-suster St. Bunda Maria yang menjadikan Maria

sebagai Bunda dan teladan dalam menerima dan melaksanakan perutusan diharapkan untuk dapat meneladani ketaatan iman Maria. Berdasarkan hasil penelitian, penulis melihat bahwa responden cukup memiliki gambaran yang jelas mengenai makna ketaatan, ketaatan dalam iman dan penghayatan ketaatan iman Maria dalam tugas perutusan. Apa yang sudah jelas tidak hanya sebatas pengetahuan tetapi sungguh menjadi bagian hidup sebagai seorang religius. Pihak Kongregasi sudah mengupayakan berbagai macam pembinaan rohani bagi para suster antara lain retret tahunan baik secara pribadi maupun bersama, rekoleksi sebulan sekali, mengutus para suster untuk mengikuti seminaseminar yang berkaitan dengan perkembangan hidup rohani dan perutusan, namun usaha ini kurang memberikan perubahan sesuai dengan yang diharapkan. Maka sebagai Suster-suster St. Bunda Maria, untuk lebih memperdalam teladan hidup Bunda Maria di tengah-tengah tantangan dunia zaman ini, penulis mengusulkan salah satu bentuk pendampingan iman yaitu katekese umat yang belum pernah diterapkan dalam pembinaan rohani para suster yaitu katekese dengan model Shared Christian Praxis sehingga dari pengalaman-pengalaman konkrit, para suster saling memperkaya dan meneguhkan satu sama lain untuk tetap setia pada panggilan dan perutusan yang dipercayakan Tuhan melalui Kongregasi.

BAB IV

USULAN PROGRAM

KATEKESE MODEL SHARED CHRISTIAN PRAXIS

BAGI PARA SUSTER SANTA BUNDA MARIA

DI PROVINSI INDONESIA

Katekese merupakan tukar menukar pengalaman iman antar anggota jemaat atau kelompok yang berpusat pada pribadi Kristus. Melalui katekese jemaat secara bebas mengungkapkan pengalaman imannya sehingga saling memperkaya dan meneguhkan iman satu sama lain.

Sebagai Religius, Suster-suster St. Bunda Maria dipanggil secara khusus untuk mempersembahkan diri secara utuh dan hidup dalam persekutuan dengan Kristus. Mengikuti Kristus yang menderita, wafat dan bangkit membutuhkan kualitas iman yang mendalam karena dalam menerima dan melaksanakan tugas perutusan di tengah-tengah dunia zaman ini banyak ditemukan tantangan dan rintangan yang terkadang menimbulkan rasa pesimis dalam melaksanakan tugas dan perutusan Tuhan yang diterima melalui Kongregasi.

Kongregasi Suster-suster St. Bunda Maria menjadikan Maria sebagai Bunda dan teladan didalam menerima dan melaksanakan tugas perutusan. Melalui keheningan batin, Maria sungguh menjalin relasi yang intim dengan Allah sehingga ia mampu menjawab “ Ya” atas panggilan dan perutusan Allah walaupun segalanya tidak jelas baginya. Ketaatan iman Maria sungguh nyata dari peristiwa inkarnasi sampai di puncak Golgota. Melalui katekese diharapkan

untuk mendalami dan menghayati panggilan ssebagai seorang religius terutama dalam menerima dan melaksanakan tugas perutusan.

Bab IV ini, penulis akan memaparkan mengenai gambaran umum katekese, katekese umat model Shared Christian Praxis (SCP), dan usulan program katekese.

Dokumen terkait