• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. SEJARAH KONGREGASI SUSTER-SUSTER SANTA BUNDA

A. Sejarah Kongregasi Suster-suster Santa Bunda Maria Coesfeld

1. Riwayat Hidup Santa Yulia (ibu rohani)

Untuk lebih memperdalam pemahaman mengenai Santa Yulia sebagai ibu rohani bagi Suster-susnter Santa Bunda Maria maka pada bagian pertama ini yaitu riwayat hidup Santa Yulia (ibu rohani), penulis akan membahas mengenai

latar belakang kehidupan dan perjalanan panggilan Santa Yulia, Santa Yulia dan Santa Maria.

a. Latar belakang Kehidupan dan Perjalanan Panggilan Santa Yulia

Marie Rose Julie Billiart dilahirkan di Cuvilly, tak jauh dari Beauvais, Noyon dan Compiegne pada tanggal 12 Juli 1751. Dia putri dari pasangan Jean Francois Billiart dan M. Loise Antoinette Debraine, anak keenam dari tujuh bersaudara. Yulia adalah seorang yang bersemangat, murah hati dan memiliki fisik yang kuat sehingga membuatnya mampu melaksanakan tugas berat. Ia juga sangat tertarik pada perkara-perkara Tuhan (Linscott, 1987: 18-19).

Yulia mengenal, mencintai dan percaya pada Tuhan, ia percaya bahwa hanya salib yang membuat segalanya menjadi mungkin. Dengan menghampakan diri dan menjadikan Tuhan sebagai segalanya, ia mengucapkan ”ya” sepenuhnya pada penderitaan dan penghinaan. Pada tahun 1789 Yulia tidak dapat menolong dirinya, ia bergantung pada teman-temannya untuk setiap gerakan tubuh karena mengalami kelumpuhan total dan daya bicaranya terganggu. Di sekolah penderitaan yang lama ini, kekuatan Yulia serasa dilupakan untuk karya yang ditugaskan oleh Tuhan kepadanya. Ya-nya tetap, baik dalam kegelapan maupun dalam terang. Dalam terang iman, ia mengosongkan hati agar benar-benar dapat memberikan segalanya dan menerima segalanya, dan dalam penghinaan pribadinya ia menemukan sukacita salib (Linscott, 1987: 21).

Betapa baiknya Tuhan adalah seruan yang selalu diidentifikasikan dengan Santa Yulia (Linscott, 1987:39). Pemahaman Santa Yulia sebagai Bapa yang

maha baik inilah yang mendorongnya untuk mengarahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Tuhan sebagai Tuhan yang maha baik dan sebagai Bapa adalah akar dari kesederhanaan Yulia. Ia mengatakan ”kesederhanaan membuat kita untuk pergi kepada Tuhan, seperti anak-anak pergi kepada bapa yang penuh kasih. Kesederhanaan ini milik anak-anak Allah, karena Tuhan adalah Tuhan yang sederhana dan anak-anak harus menjadi serupa dengan bapa mereka”. Dia menggambarkan kesederhanaan seperti bunga matahari yang selalu mengikuti semua pergerakan matahari dan selalu mengarah kepadanya (Linscott, 1987: 59).

Setelah memberikan diri kepada Tuhan secara pribadi dan dalam penghayatan kehidupan kristiani, Yulia, Francoise dan Catherine Duchatel pada tanggal 2 Februari 1804 berjanji di depan umum untuk seterusnya hidup dalam penyerahan bersama di dalam komunitas, dalam pelayanan aktif seturut Injil dan cara yang sudah disahkan oleh Gereja. Ini adalah pendirian Kongregasi Notre Dame. Pada tanggal 2 Februari ini dengan berlutut dihadapan Sakramen yang Mahakudus, Yulia Billiart, Francoise dan Catherine Duchatel mengucapkan kaul dan berjanji untuk membaktikan diri pada bidang pendidikan bagi para yatim piatu dan terutama pada formasi para guru untuk daerah pedesaan (Linscott, 1987: 104).

Ketika Yulia beranjak dewasa ia membuat misi Kristus menjadi pusat penghayatan hidup kristiani di dalam cara baru dan lebih mendalam. Dia harus mempelajari bahwa karya keselamatan yang diselesaikan pada kayu salib dapat berhasil melalui dia apabila dia juga mengikuti Kristus di dalam penderitaan, wafat dan kebangkitan-Nya. Oleh karena itu pada saat menderita kelumpuhan,

bukan merupakan suatu kehampaan tetapi masa-masa itu menariknya lebih dalam menuju ke dalam misi Kristus. Masa-masa itu mengajarnya perihal iman, memberinya keberanian dan kesabaran yang kelak dibutuhkannya dalam karya juga mengajarnya untuk percaya pada kebaikan Tuhan dalan cara yang keras dan membutuhkan ketekunan. Yulia mengenalinya melalui penderitaan pribadi yang sungguh tidak dapat memisahknya dari cinta Kristus yang dinyatakan di dalam Yesus Kristus Tuhan (bdk. Rm 8:19), sehingga hidup adalah Kristus (bdk. Flp 1:21), bukan lagi dia sendiri yang hidup melainkan Kristus yang hidup di dalam dirinya (bdk. Gal 2:20) dan dengan menggunakan ketidakberdayaan dan penderitaan yang menyelaraskan dirinya pada salib, Kristus dapat menyelesaikan misi-Nya melalui dia meskipun ketika ia tidak berperan secara aktif (Linscott, 1987: 138).

b. Santa Yulia dan Santa Maria

Berbicara mengenai Santa Yulia dan Santa Maria tidak terlepas dari pemberian nama lembaga yang didirikan oleh Santa Yulia. Pemberian nama lembaga oleh Santa Yulia dalam bahasa Perancis Soeurs De Notre Dame (SND) pada tahun 1806 atas persetujuan Napoleon. Santa Yulia memandang Santa Perawan Maria sebagai wanita yang sepenuhnya terbuka dan memberikan diri kepada Tuhan dalam fiatnya yang berlangsung terus menerus. Santa Yulia melihat seseorang yang menerima Sang Sabda, menyimpan Sang Sabda dan melahirkan Sang Sabda (Linscott, 1987: 189).

Semangat Maria diwarnai dengan fiat penyerahan diri dengan penuh perhatian pada cinta Tuhan. Maria tidak pasif dan ia memiliki pilihan yang nyata

untuk membuat sebuah pilihan yang harus diambil dengan bebas dan penuh kesadaran guna menanggapi rencana Allah. Fiatnya dapat dipertanggungjawabkan (Linscott, 1987: 192).

Keutamaan Maria mengungkapkan semangatnya di dalam tanggapannya yang konkrit pada Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Maria dinyatakan sebagai yang terberkati karena ia percaya. Iman adalah keutamaan yang membantu disetiap tahap perjalanan hidupnya, bahkan bila ia tidak tahu apa yang akan terjadi dan tidak memahami apa yang sebenarnya terjadi (Linscott, 1987: 194).

Semangat Santa Yulia dan sifat khasnya yang sangat dalam berakar dari semangat Maria yaitu di dalam relasinya dengan Tuhan yang lebih dahulu mencintai dia. Dengan berjalannya waktu, Yulia semakin menyadari dan merasa kerasan di dalam kebaikan Tuhan. Kebaikan itu menguasai hidupnya sehingga nampak dalam tindakan-tindakannya, menempa kepribadiannya, dan diwujudnyatakan kepada sesama. Penduduk Cortrai menamakan dia ”Cinta Tuhan yang berjalan” semata-mata karena dia adalah transparansi kebaikan Tuhan yang mana melalui dia Tuhan dapat menunjukkan diri-Nya dan dapat bekerja dengan bebas guna menyelamatkan dunia. Bagi Yulia setiap saat adalah saat yang baik dan Bapa yang lemah lembut membimbing dan menyediakan diri baginya (Linscott, 1987: 200).

Dokumen terkait