• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Hubungan Penguasaan Mata Kuliah Pengelolaan Kelas dengan Bakat

Keguruan Mahasiswa FKIP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penguasaan Mata Kuliah

Pengelolaan Kelas tidak berhubungan dengan bakat keguruan

mahasiswa FKIP. Hal ini didukung oleh hasil uji hipotesis

menggunakan uji korelasi Spearman dengan bantuan program SPSS for

Windows versi 17.0. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai Sig. (2-

tailed) adalah 0.930 yang jauh di atas α = 0.05, maka dapat

disimpulkan bahwa H01 diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Achir (1990) yang menyatakan bahwa 38,7 persen anak-anak berbakat

itu tergolong siswa berprestasi kurang

(http://www.kompasiana.com/srinurhidayah/negara-dan-anak-

berbakat-luar-biasa_56aacd26ee9273f104d9a8a2). Dari penelitian

yang dilakukan oleh Achir, dapat dipahami bahwa tidak semua anak

berbakat mempunyai prestasi akademik yang tinggi. Prestasi dapat

diwujudkan dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini, hasil belajar

mahasiswa berupa nilai Mata Kuliah Pengelolaan Kelas juga

merupakan suatu prestasi. Dapat dipahami bahwa mahasiswa yang

mempunyai bakat dalam bidang keguruan belum tentu mempunyai

prestasi yang tinggi dalam bentuk nilai Mata Kuliah Pengelolaan Kelas

Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab tidak adanya

hubungan Penguasaan Mata Kuliah Pengelolaan Kelas dengan Bakat

Keguruan Mahasiswa FKIP. Faktor-faktor tersebut meliputi: (1) Nilai

Mata Kuliah Pengelolaan Kelas yang diperoleh mahasiswa tidak

menunjukkan tingkat penguasaan mahasiswa. (2) Proses pembelajaran

pada Mata Kuliah Pengelolaan Kelas hanya berfokus pada penguasaan

materi, sehingga mahasiswa hanya diajak untuk menghafalkan teori

mengenai konsep pengelolaan kelas tanpa diimbangi dengan praktik

yang dapat mengasah kemampuan mahasiswa. (3) Mahasiswa tidak

memahami dengan seksama pertanyaan yang ada pada kuesioner bakat

keguruan sehingga menyebabkan penafsiran yang salah pada soal dan

berdampak pada kesalahan dalam menjawab.

Faktor pertama yang diduga menyebabkan Penguasaan Mata kuliah

Pengelolaan Kelas tidak berhubungan dengan bakat keguruan

mahasiswa FKIP adalah nilai mahasiswa tidak mencerminkan

penguasaan mahasiswa. Dalam hal ini, peneliti menduga mahasiswa

mendapatkan nilai bagus karena melakukan kecurangan akademik,

atau mahasiswa mendapatkan nilai yang tidak bagus karena saat

mengerjakan ujian kondisi fisik dan psikisnya tidak sehat, sehingga

tidak dapat mengerjakan ujian dengan maksimal. Dalam menilai

mahasiswanya, dosen hanya melihat hasil akhir saja tanpa melihat

proses yang sudah mahasiswa lakukan, sehingga nilai tersebut hanya

digunakan sebagai pengukur penguasaan dari hasil pembelajaran

mahasiswa di Mata Kuliah Pengelolaan Kelas ini, tidak dapat

menunjukkan bahwa mahasiswa yang mendapatkan nilai bagus berarti

mempunyai kemampuan mengelola kelas yang baik dan mahasiswa

yang mendapat nilai yang tidak bagus berarti mempunyai kemampuan

mengelola kelas yang tidak baik.

Faktor kedua adalah proses pembelajaran pada Mata Kuliah

Pengelolaan Kelas hanya berfokus pada penguasaan materi, sehingga

mahasiswa hanya diajak untuk menghafalkan teori mengenai konsep

pengelolaan kelas tanpa diimbangi dengan praktik yang dapat

mengasah kemampuan mahasiswa. Berbagai latihan dan keterlibatan

dosen dalam kegiatan pembelajaran diperlukan untuk memunculkan

dan mengasah bakat keguruan mahasiswa. Seperti pernyataan yang

dimuat pada berita yang berjudul “Antara Bakat dan Intelegensi?” tahun 2015 yang ada pada www.kompasiana.com

(http://www.kompasiana.com/suainingrum/antara-bakat-dan-

intelegensi_55004ebba33311d0755102fd) bahwa bakat memerlukan

latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa

yang akan datang. Selain latihan yang diberikan pada pendidikan di

FKIP, dosen juga perlu menggugah bakat keguruan mahasiswa melalui

pembelajaran di Mata Kuliah Pengelolaan Kelas. Hal tersebut

dianggap penting karena dosen merupakan pembimbing dan pemerhati

dosen mampu menggugah bakat keguruan mahasiswa melalui Mata

Kuliah Pengelolaan Kelas, pembelajaran pada Mata Kuliah

Pengelolaan Kelas akan memberikan hasil yang optimal dan

berdampak pada perkembangan kemampuan mahasiswa itu sendiri.

Langkah pertama yang bisa dilakukan dosen untuk menggugah

bakat keguruan mahasiswa dapat dilakukan dengan cara membuat

tujuan pembelajaran Mata Kuliah Pengelolaan Kelas pada silabus yang

menyatakan akan mengembangkan bakat keguruan mahasiswa. Pada

kenyataannya, tujuan pembelajaran yang terdapat pada silabus Mata

Kuliah Pengelolaan Kelas tidak terdapat pernyataan bahwa

pembelajaran akan mengembangkan bakat keguruan mahasiswa.

Pembelajaran di Mata Kuliah Pengelolaan Kelas tidak memiliki

rencana untuk mengembangkan bakat keguruan, maka proses

pembelajaran yang dilaksanakan juga tidak akan mengembangkan

bakat keguruan mahasiswa. Dengan demikian, jelas mengapa

Penguasaan Mata Kuliah Pengelolaan Kelas tidak berhubungan dengan

bakat keguruan mahasiswa FKIP.

Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Ali dan Asrori (2005:

81), Munandar (1985: 18) dan Wiyono (2006: 61) yang menyatakan

bahwa bakat dapat berkembang salah satunya dengan adanya

kesempatan maksimal untuk mengembangkan diri dengan latihan dan

pendidikan. Mata Kuliah Pengelolaan Kelas merupakan mata kuliah

pada mahasiswa FKIP. Peneliti menduga proses pembelajaran pada

Mata Kuliah Pengelolaan Kelas kurang memberikan kesempatan bagi

mahasiswa untuk mengembangkan diri. Kesempatan pengembangan

diri yang dapat diberikan kepada mahasiswa dapat dilakukan dengan

mengajak mahasiswa untuk berdiskusi dengan teman atau dengan

dosen mengenai permasalahan yang muncul yang berkaitan dengan

pengelolaan kelas, memberikan kesempatan mahasiswa untuk

berpendapat saat pembelajaran di dalam kelas, memberikan

kesempatan mahasiswa calon guru untuk berlatih mengelola kelas di

situasi riil (sekolah) dan dapat memberikan mahasiswa latihan-latihan

pedagogis lainnya.

Disamping itu, Mata Kuliah Pengelolaan Kelas dilaksanakan

selama 1 semester atau kurang lebih 3 bulan efektif, waktu ini dirasa

cukup singkat dalam memberikan kesempatan mahasiswa untuk

mengembangkan diri agar memiliki keterampilan keguruan yang

memadahi. Tentu dibutuhkan waktu dan kesempatan yang lebih lama

dan lebih banyak untuk mahasiswa dalam mengembangkan diri agar

semakin mengembangkan potensi pada bakat dalam bidang

kemampuan dan keterampilan keguruannya. Latihan dan pendidikan

yang dimaksudkan oleh Ali dan Asrori, Munandar, juga Wiyono

adalah latihan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama

begitu sebaiknya Mata Kuliah Pengelolaan Kelas hendaknya

terintegrasi dengan mata kuliah lainnya.

Di sisi lain, jika sudah tersedia kesempatan untuk mengembangkan

diri, mahasiswa juga harus mau terbuka dan berjuang untuk

mengembangkan kemampuannya. Untuk menjadi orang yang berbakat

dalam bidang tertentu dibutuhkan kemauan keras dalam diri untuk

terus maju, mencoba dan tekad untuk mengembangkan diri. Hal

tersebut sependapat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Dahlan

(2016). Dahlan (2016) menyatakan bahwa “untuk menjadi orang berbakat, apa kuncinya? Terus maju, terus mencoba, dan terus

mengembangkan diri sampai orang- orang di sekitar Anda

mengatakan, “Gilaaa, bakat lu mah”, walaupun pada awalnya sebenarnya Anda tidak bisa apa- apa”

(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/09/01/060700126/Memi

lih.antara.Bakat.dengan.Minat). Walaupun seseorang mempunyai

bakat dalam bidang tertentu, misalkan mahasiswa mempunyai bakat

dalam bidang keguruan, tapi jika tidak diiringi oleh keinginan untuk

mengembangkannya, maka bakat tersebut akan sia-sia saja.

Bakat sendiri dapat diartikan sebagai potensi yang masih

memerlukan pendidikan dan latihan agar suatu kinerja (performance)

dapat dilakukan pada masa yang akan datang (Ali dan Asrori, 2005:

80). Dari pengertian bakat yang diungkapkan oleh Ali dan Asrori dapat

sebelumnya memiliki potensi. Pada proses pembelajaran di Mata

Kuliah Pengelolaan Kelas, diperlukan potensi mahasiswa dalam

bidang keguruan agar dapat mengembangkan bakatnya dan

mewujudkannya secara nyata dalam menciptakan situasi dan kondisi

kelas yang kodusif bagi pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Pada

kenyataannya, tidak semua mahasiswa yang masuk pada FKIP

mempunyai potensi dalam bidang keguruan, sehingga pembelajaran

pada Mata Kuliah Pengelolaan Kelas yang tujuannya membekali

mahasiswa agar memiliki keterampilan mengajar mencangkup

kompetensi guru dalam hal pedagogi tidak dapat tercapai secara

optimal.

Faktor ketiga adalah mahasiswa tidak memahami dengan seksama

pertanyaan yang ada pada kuesioner bakat keguruan, sehingga

menyebabkan penafsiran yang salah pada soal dan berdampak pada

kesalahan dalam menjawab. Mahasiswa kurang berkonsentrasi dan

tidak mempunyai kemauan untuk memberikan jawaban yang baik.

Peneliti banyak menjumpai jawaban mahasiswa yang kurang sesuai

dengan pertanyaan yang ada pada kuesioner bakat keguruan. Secara

tidak langsung, kesalahan menjawab akan membuat skor pada bagian

2. Hubungan Penguasaan Mata Kuliah Strategi Pembelajaran dengan

Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penguasaan Mata Kuliah

Strategi Pembelajaran tidak berhubungan dengan bakat keguruan

mahasiswa FKIP. Hal ini didukung oleh hasil uji hipotesis

menggunakan uji korelasi Spearman dengan bantuan program SPSS for

Windows versi 17.0. Hasil uji hipotesis menunjukkan nilai Sig. (2-

tailed) adalah 0.537 yang jauh di atas α = 0.05, maka dapat

disimpulkan bahwa H02 diterima.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Achir (1990) yang menyatakan bahwa 38,7 persen anak-anak berbakat

itu tergolong siswa berprestasi kurang

(http://www.kompasiana.com/srinurhidayah/negara-dan-anak-

berbakat-luar-biasa_56aacd26ee9273f104d9a8a2). Dari penelitian

yang dilakukan oleh Achir, dapat dipahami bahwa tidak semua anak

berbakat mempunyai prestasi akademik yang tinggi. Prestasi dapat

diwujudkan dalam berbagai bentuk. Dalam hal ini, hasil belajar

mahasiswa berupa nilai Mata Kuliah Strategi Pembelajaran juga

merupakan suatu prestasi. Dapat dipahami bahwa mahasiswa yang

mempunyai bakat dalam bidang keguruan belum tentu mempunyai

prestasi yang tinggi dalam bentuk nilai Mata Kuliah Strategi

Ada beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab tidak adanya

hubungan Penguasaan Mata Kuliah Strategi Pembelajaran dengan

Bakat Keguruan Mahasiswa FKIP. Faktor-faktor tersebut meliputi: (1)

Nilai Mata Kuliah Strategi Pembelajaran yang diperoleh mahasiswa

tidak menunjukkan tingkat penguasaan mahasiswa. (2) Proses

pembelajaran pada Mata Kuliah Strategi Pembelajaran hanya berfokus

pada penguasaan materi, sehingga mahasiswa hanya diajak untuk

menghafalkan teori mengenai konsep bagaimana menerapkan strategi

pembelajaran di dalam kelas tanpa diimbangi dengan praktik yang

dapat mengasah kemampuan mahasiswa. (3) Mahasiswa tidak

memahami dengan seksama pertanyaan yang ada pada kuesioner bakat

keguruan sehingga menyebabkan penafsiran yang salah pada soal dan

berdampak pada kesalahan dalam menjawab.

Faktor pertama yang diduga menyebabkan Mata kuliah Strategi

Pembelajaran tidak berhubungan dengan bakat keguruan mahasiswa

FKIP adalah nilai mahasiswa tidak mencerminkan penguasaan

mahasiswa. Dalam hal ini, peneliti menduga mahasiswa mendapatkan

nilai bagus karena melakukan kecurangan akademik, atau mahasiswa

mendapatkan nilai yang tidak bagus karena saat mengerjakan ujian

kondisi fisik dan psikisnya tidak sehat, sehingga tidak dapat

mengerjakan ujian dengan maksimal. Dalam menilai mahasiswanya,

dosen hanya melihat hasil akhir saja tanpa melihat proses yang sudah

mengerjakan ujian akhir saja. Dengan begitu, nilai yang digunakan

sebagai pengukur penguasaan dari hasil pembelajaran mahasiswa di

Mata Kuliah Strategi Pembelajaran ini, tidak dapat menunjukkan

bahwa mahasiswa yang mendapatkan nilai bagus berarti mempunyai

kemampuan menerapkan strategi pembelajaran di kelas dengan baik

dan mahasiswa yang mendapat nilai yang tidak bagus berarti

mempunyai kemampuan menerapkan strategi pembelajaran di kelas

dengan tidak baik.

Faktor kedua adalah proses pembelajaran pada Mata Kuliah

Strategi Pembelajaran hanya berfokus pada penguasaan materi,

sehingga mahasiswa hanya diajak untuk menghafalkan teori mengenai

konsep penerapan strategi pembelajaran tanpa diimbangi dengan

praktik yang dapat mengasah kemampuan mahasiswa. Berbagai latihan

dan keterlibatan dosen dalam kegiatan pembelajaran diperlukan untuk

memunculkan dan mengasah bakat keguruan mahasiswa. Seperti

pernyataan yang dimuat pada berita yang berjudul “Antara Bakat dan Intelegensi?” tahun 2015 yang ada pada www.kompasiana.com

(http://www.kompasiana.com/suainingrum/antara-bakat-dan-

intelegensi_55004ebba33311d0755102fd) bahwa bakat memerlukan

latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan di masa

yang akan datang. Selain latihan yang diberikan pada pendidikan di

FKIP, dosen juga perlu menggugah bakat keguruan mahasiswa melalui

dianggap penting karena dosen merupakan pembimbing dan pemerhati

yang bertugas memantau kemajuan perkembangan mahasiswanya. Jika

dosen mampu menggugah bakat keguruan mahasiswa melalui Mata

Kuliah Strategi Pembelajaran, pembelajaran pada Mata Kuliah Strategi

Pembelajaran akan memberikan hasil yang optimal dan berdampak

pada perkembangan kemampuan mahasiswa itu sendiri.

Langkah pertama yang bisa dilakukan dosen untuk menggugah

bakat keguruan mahasiswa dapat dilakukan dengan cara membuat

tujuan pembelajaran Mata Kuliah Strategi Pembelajaran pada silabus

yang menyatakan akan mengembangkan bakat keguruan mahasiswa.

Pada kenyataannya, tujuan pembelajaran yang terdapat pada silabus

Mata Kuliah Strategi Pembelajaran tidak terdapat pernyataan bahwa

pembelajaran akan mengembangkan bakat keguruan mahasiswa.

Pembelajaran di Mata Kuliah Strategi Pembelajaran tidak memiliki

rencana untuk mengembangkan bakat keguruan, maka proses

pembelajaran yang dilaksanakan juga tidak akan mengembangkan

bakat keguruan mahasiswa. Dengan demikian, jelas mengapa

Penguasaan Mata Kuliah Strategi Pembelajaran tidak berhubungan

dengan bakat keguruan mahasiswa FKIP.

Hasil penelitian ini berbeda dengan pendapat Ali dan Asrori (2005:

81), Munandar (1985: 18) dan Wiyono (2006: 61) yang menyatakan

bahwa bakat dapat berkembang salah satunya dengan adanya

pendidikan. Mata Kuliah Strategi Pembelajaran merupakan mata

kuliah yang memberikan latihan dan pendidikan mengenai bidang

keguruan pada mahasiswa FKIP. Peneliti menduga proses

pembelajaran pada Mata Kuliah Strategi Pembelajaran kurang

memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan diri.

Kesempatan pengembangan diri yang dapat diberikan kepada

mahasiswa dapat dilakukan dengan mengajak mahasiswa untuk

berdiskusi dengan teman atau dengan dosen mengenai permasalahan

yang muncul yang berkaitan dengan cara penerapan strategi

pembelajaran dengan memperhatikan berbagai faktor, memberikan

kesempatan mahasiswa untuk berpendapat saat pembelajaran di dalam

kelas, memberikan kesempatan mahasiswa calon guru untuk berlatih

menerapkan strategi pembelajaran di kelas di situasi riil (sekolah) dan

memberikan mahasiswa latihan-latihan pedagogis lainnya.

Disamping itu, Mata Kuliah Strategi Pembelajaran dilaksanakan

selama 1 semester atau kurang lebih 3 bulan efektif, waktu ini dirasa

cukup singkat dalam memberikan kesempatan mahasiswa untuk

mengembangkan diri agar memiliki keterampilan keguruan yang

memadahi. Tentu dibutuhkan waktu dan kesempatan yang lebih lama

dan lebih banyak untuk mahasiswa dalam mengembangkan diri agar

semakin mengembangkan potensi pada bakat dalam bidang

kemampuan dan keterampilan keguruannya. Latihan dan pendidikan

adalah latihan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama

untuk menumbuh dan mengembangkan bakat seseorang. Dengan

begitu sebaiknya Mata Kuliah Strategi Pembelajaran hendaknya

terintegrasi dengan mata kuliah lainnya.

Di sisi lain, jika sudah tersedia kesempatan untuk mengembangkan

diri, mahasiswa juga harus mau terbuka dan berjuang untuk

mengembangkan kemampuannya. Untuk menjadi orang yang berbakat

dalam bidang tertentu dibutuhkan kemauan keras dalam diri untuk

terus maju, mencoba dan tekad untuk mengembangkan diri. Hal

tersebut sependapat dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Dahlan

(2016). Dahlan (2016) menyatakan bahwa “untuk menjadi orang berbakat, apa kuncinya? Terus maju, terus mencoba, dan terus

mengembangkan diri sampai orang- orang di sekitar Anda

mengatakan, “Gilaaa, bakat lu mah”, walaupun pada awalnya sebenarnya Anda tidak bisa apa- apa”

(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2016/09/01/060700126/Memi

lih.antara.Bakat.dengan.Minat). Walaupun seseorang mempunyai

bakat dalam bidang tertentu, misalkan mahasiswa mempunyai bakat

dalam bidang keguruan, tapi jika tidak diiringi oleh keinginan untuk

mengembangkannya, maka bakat tersebut akan sia-sia saja.

Bakat sendiri dapat diartikan sebagai potensi yang masih

memerlukan pendidikan dan latihan agar suatu kinerja (performance)

80). Dari pengertian bakat yang diungkapkan oleh Ali dan Asrori dapat

dimengerti bahwa seseorang dapat mewujudkan suatu kinerja jika

sebelumnya memiliki potensi. Pada proses pembelajaran di Mata

Kuliah Strategi Pembelajaran, diperlukan potensi mahasiswa dalam

bidang keguruan agar dapat mengembangkan bakatnya dan

mewujudkannya secara nyata untuk menerapkan berbagai strategi yang

tepat saat pelaksanaan pembelajaran di kelas. Pada kenyataannya, tidak

semua mahasiswa yang masuk pada FKIP mempunyai potensi dalam

bidang keguruan, sehingga pembelajaran pada Mata Kuliah Strategi

Pembelajaran yang tujuannya membekali mahasiswa agar memiliki

keterampilan mengajar mencangkup kompetensi guru dalam hal

pedagogi tidak dapat tercapai secara optimal.

Faktor ketiga adalah mahasiswa tidak memahami dengan seksama

pertanyaan yang ada pada kuesioner bakat keguruan, sehingga

menyebabkan penafsiran yang salah pada soal dan berdampak pada

kesalahan dalam menjawab. Mahasiswa kurang berkonsentrasi dan

tidak mempunyai kemauan untuk memberikan jawaban yang baik.

Peneliti banyak menjumpai jawaban mahasiswa yang kurang sesuai

dengan pertanyaan yang ada pada kuesioner bakat keguruan. Secara

tidak langsung, kesalahan menjawab akan membuat skor pada bagian

BAB VI

Dokumen terkait