• Tidak ada hasil yang ditemukan

Chart Title

4. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji hipotesis penelitian ini menemukan bahwa hasil belajar siswa terhadap materi cahaya secara umum mengalami peningkatan yang signifikan. Namun, pada (KE1) mengalami peningkatan yang lebih tinggi dibandingkan (KE2). Hal ini dikarenakan ada perbedaan perilaku yang diberikan kepada kedua kelompok. Siswa yang diajarkan menggunakan Metode Eksperimen (KE1) lebih aktif dalam pembelajaran yaitu dengan mengemukakan pengetahuan dan benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari sebagai hasil rekonstruksi sendiri dengan demikian hasil yang dicapai menjadi lebih

Sedangkan siswa yang menggunakan metode demonstrasi kurang aktif dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini didukung oleh data yang tertera pada lampiran 14, yang menunjukkan jumlah rata-rata indikator pada asesmen kinerja (KE1) lebih tinggi dibandingkan (KE2) yaitu terlihat pada pertemuan pertama (KE1) pencapaian indikator 25% sedangkan (KE2) 12,5% kemudian pada pertemuan keduan (KE1) 37,5% sedangkan (KE2) 25%. Selanjutnya pertemuan ketiga pencapian indikator pada (KE1) mencapai 50% sedangkan pencapain indikator pada (KE2) hanya 37,5% . Pertemuan keempat pada kelompok (KE1) pencapaian indikator hingga 75% dan (KE2) pada pertemuan keemapat 62,5%. Berdasarkan jumlah rata-rata pencapaian indikator pada asesmen kinerja dapat disimpulkan bahwa (KE1) yang diajarkan dengan metode ekperimen siswa lebih aktif dibandingkan (KE2) yang diajarkan dengan metode demostrasi.

Kita bisa melihat berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, rata-rata

pretest pada Metode Eksperimen (KE1) dan Metode Demostrasi (KE2) berturut-turut 35 dan 37. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang jauh diantara keduanya.

Setelah diberikan perlakuan yang berbeda yaitu kelas eksperimen 1 dengan Metode Eksperimen dan kelas eksperimen 2 dengan Metode Demostrasi, lalu dilaksanakannya postest, nilai rata-rata kelas eksperimen 1 menjadi sebaliknya yaitu rata-rata nilai kelas eksperimen 1 menjadi lebih besar yaitu 85,93 daripada rata-rata nilai pada kelas eksperimen 2 yaitu 55,75. Hal ini menunjukan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 Maka Metode Eksperimen dan Metode Demostrasi terdapat perbedaan terhadap hasil belajar siswa.

Pada gambar 4.1 diagram nilai rata-rata Metode Eksperimen (KE1) dan Metode Demostrasi (KE2) terlihat peningkatan nilai rata-rata kelas eksperimen 1 lebih besar dari kelas eksperimen 2. Metode Demostrasi (KE2) dengan nilai rata-rata pretest 37 menjadi 55,75, ini menujukan kelas eksperimen 2 memperoleh peningkatan nilai rata-rata sebesar 5 poin. Sedangkan kelas eksperimen dengan

memperoleh peningkatan nilai rata-rata sebesar 51 poin.

Hal tersebut sesuai dengan hasil uji-t, dimana pada perhitungan uji-t skor

pretest menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan skor pretest

pada kelas yang menggunakan Metode Eksperimen (KE1) dan kelas yang menggunakan Metode Demostrasi (KE2) karena thitung kurang dari ttabel (0.39 < 2.00). Maka dapat dinyatakan bahwa hasil belajar siswa di kelas kelompok Metode Eksperimen (KE1) dan Metode Demostrasi (KE2) sebelum proses pembelajaran tidak ada perbedaan yang signifikan. Namun setelah diberi perlakuan, maka hasil uji hipotesis pada skor posttest menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara skor posttest kelas yang menggunakan Metode Eksperimen (KE1) dan kelas yang menggunakan Metode Demostrasi (KE2) dimana nilai thitung lebih dari ttabel (11,32>2.00).

Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada hasil belajar kelompok Eksperimen 1 (KE1) yang diajarkan dengan Metode Eksperimen dengan hasil belajar kelompok Eksperimen 2 (KE2) yang diajarkan dengan Metode Demonstrasi, dimana hasil belajar kelompok yang menggunakan Metode Eksperimen (KE1) lebih baik daripada kelompok yang menggunakan Metode Demostrasi (KE2).

Sebagaimana diungkapkan Jhon Dewey, bahwa siswa akan belajar dengan baik apabila mereka terlibat secara aktif dalam segala kegiatan di kelas dan berkesempatan untuk menemukan sendiri.1 Dikatakan juga siswa menunjukkan belajar dalam bentuk apa yang mereka ketahui dan apa yang dapat mereka lakukan. Belajar dipandang sebagai usaha atau kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide-ide yang masih laten melalui kegiatan introspeksi.2

Metode Eksperimen (KE1) unggul dibandingkan dengan Metode Demostrasi (KE2) karena hal ini sejalan dengan pendapat Gozali yang dikutip

1

Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah, Pembelajaran Berbasis Paikem, Derektorat Tenaga Kependidikan, 2010 h. 21

2

Hasil Belajar IPA yang mengatakan bahwa proses merupakan hal yang sangat penting di dalam menumbuh kembangkan siswa secara utuh, karena dapat melibatkan aspek psikologis yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dan lama diingat bila siswa mengalami sendiri dan ikut serta dalam proses belajar mengajar. Begitu pula dengan Metode Eksperimen (KE1), pada siswa terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran. Sedangkan Metode Demostrasi (KE2) siswa tidak terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar Metode Demostrasi (KE2) lebih rendah dibandingkan dengan Metode Eksperimen (KE1).

64 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasilanalisis data dapat disimpulkan bahwa metode metode Eksperimen (KE1) berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa pada konsep cahaya. Hal ini ditunjukkan dari perolehan hasil perhitungan uji hipotesis posttest melalui uji-t pada taraf signifikansi 0,05, dimana thitung > ttabel yaitu 11,32>2.00. Hasil ini diperkuat dengan pencapaian rata-rata nilai siswa pada metode Eksperimen (KE1)dengan nilai 85,93 sedangkan metode demonstrasi memperoleh nilai 56. Hasil ini menunjukkan bahwa aktivitas kegiatan guru dapat dikategorikan sangat baik dalam menggunakan metode Eksperimen (KE1) dibandingkan dengan menggunakan metode demonstrasi.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, selanjutnya dapat diajukan beberapa saran yang dapat dijadikan pertimbangan, yaitu:

1. Dalam suatu pembelajaran khususnya pembelajaran IPA, guru sebaiknya dapat memvisualisasikan konsep-konsep IPA yang abstrak sehingga memudahkan siswa menguasai konsep IPA tersebut.

2. Guru sebaiknya meningkatkan kemampuan dalam memilih dan menetukan metode pembelajaran dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan penguasaan konsep IPA.

3. Metode Eksperimen dapat juga digunakan pada konsep yang karakteristiknya sama dengan konsep cahaya, misalnya pada konsep gaya, dan konsep benda dan sifatnya.

66 Cet 1 (Jakarta: UIN Jakarta Press).

Arikonto Suharsimi, 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, cet V (Jakarta: Bumi Aksara)

Arikunto Suharsini, 2011.Dasar-Dasar Evamuasi Pendidikan Edisi Revisi, cet.12 (Jakarta: Bumi Aksara)

Dimyati dan Mudjiono,2006. Belajar dan Pembelajaran, cet III (Jakarta: Rineka Cipta)

H. Sanjaya Wina, 2010. Strategi Pembelajaran Berorintasi Standar Proses Pendidikan,cet VII (Jakarta: Prenada Media Group)

Irwanto, 2002.Psiologi Umum, Cet 1 (Jakarta: Prenhallindo)

Juanengsih Nengsih. dalam Dwi Gelar Rahayu, dkk.2007. Pendekatan Baru dalam Proses Pembelajaran Matematika dan IPA Dasar.cet. 1. (Jakarta: Project Implementation Committee)

Margareta E. Bell, 1994. Belajar dan Membelajaran, Cet 1 (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada)

Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Pengawas Sekolah, 2010 Pembelajaran Berbasis Paikem, Derektorat Tenaga Kependidikan.

Muslim dkk, 2006.Konsep Desar Fisikacet ke 1, (Bandung: UPI)

Nofijanti, 2008.Lilik Evaluasi Pembelajaran, (Surabaya: LAPIS PGMI)

Permendiknas No. 22 Tahun 2006.Lampiran Standar Kompetansi dan Pompetensi Dasar IPA SD/MI.

Purwanto Ngalim, 2008.Prinsip-prtinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, Cet VII (Bandung:PT Remaja Rosdakarya)

Purwanto, 2009.Evaluasi Hasil Belajar, Cet 1 (Jogyakarta: Pustaka Belajar)

Ridwan, 2005.Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan, dan peneliti pemula,Cet 1 (Bandung:Alfabeta)

Rinda Suardika. Efektifitas Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA,Cet 1 (Singaraja: Aneka Widya)

Roestiyah, 2008.Starategi Belajar Mengajar,Cet VII, (Jakarta : PT Rineka Cipta) Sabri Alisuf,2010.Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional,Cet 1

(Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya)

Soedijono Anas,2005.Pengantar Dasar Evaluasi,Cet 1(Jakarta: Raja Grafindo Persada)

Suartini Kinkin,2010. Rangkuman Fisika Smp, cet 2 ( Jakarta: Gagas Media) Subiyantoro. 2008. Upaya Peningkatan Hasil Belajar MTK pada Turunan Melaui

Metode Resitasi dan Diskusi bagi Siswa Kelas x1-IS.2 SMA Muhamadiyah Surakarta(Jakarta:Widyatama,). Vol.5 No.1

Sudjana Nana, 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Cet 1( Bandung: Rosdakarya)

SudjanaNana,2001Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Cet 1 (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya)

Sudrajat Akhmad,“Let’s Talk About Education-Hakikat Belajar”, dari http:akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/31/hakikat-belajar.

Sumadi, 2003.Suryabrata, Metodologi Penelitian,Cet 1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada)

Syah Muhibbin, 2010Psikologi Belajar, Cet 1 (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) Syaiful Bahari Djamarah dan Aswan Zain, 2006 Starategi Belajar-Mengajar, Cet

III (Jakarta : PT Rineka Cipta,)

Syaiful Bahri Djamarah, 2008Psikologi Belajar, cet.2 (Jakarta: Rineka Cipta) Usman dan basyiruddin 2002Metodologi Pembelajaran Agama Islam, Cet 1

(Jakarata: Ciputat Pers)

Zikri Neni Iska, 2008 Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, Cet 2 (Jakarta: Kizi Brother’s)

Zulfiani, Tonih feronika, dan Kinkin Suartini, 2009.Strategi Pembelajaran SainsCet 1, (Jakarta: Lembaga Penerbitan UIN Jakarta.)

Kisi-Kisi Instrumen TesHasil Belajar Materi Sifat-sifat cahaya

Lampiran 1

KISI-KISI INSTRUMEN TES HASIL BELAJAR PADA MATERI CAHAYA