SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh: Iona Ayu Pratiwi
107018303976
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH
ii BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C. Pembatasan Masalah ... 5
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6
BAB II. DESKRIPSI TEORETIS, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA PIKIR, HIPOTESIS A. Deskripsi Teoretis ... 8
1. Pengertian Metode Eksperimen ... 8
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Ekperimen ... 9
3. Pengertian Metode Demosterasi ... 11
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demostrasai ...12
5. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi ...13
B. Pengertian Cahaya ...17
C. Sifat- sifat Cahaya ...17
D. Sifat-sifat cermin ...19
E. Hasil belajar ...20
F. Factor yang mempengaruhi hasil belajar ...24
G. Karangka Pikir ... 32
H. Hipotesis Penelitian ... 37
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 38
B. Metode dan Desain Penelitian ... 39
C. Populasi dan Sampel ... 42
D. Variabel Penelitian ... 43
E. Teknik Pengumpulan Data ... 44
F. Instrumen Penelitian ... 46
G. Kalibrasi Instrumen ... 48
H. Teknik Analisis Data ... 49
I. Hipotesis Statistik ... 49
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian data ... 50
B. Deskripsi Pretes Kelompok Metode Eksperimen (KE1)dan Kelompok Metode Demostrasi (KE2) ………...51
iii
G. Uji Normalitas……….……56
H. Uji Homogenitas………..……57
I. Uji Hipotesis ………..….58
J. Pembahasan Hasil Penelitian...61
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan dan saran ... 62
i
Dengan Menggunakan Metode Eksperimen Dan Metode Demonstrasi (Kuasi Eksperimen di SDIT At-Taqwa). Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Jurusan Kependidikan Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan metode eksperimen dan metode demonstrasi pada konsep cahaya. Penelitian ini dilakukan di SDIT At-Taqwa Bekasi. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian two group pretest-posttest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive samling dan adapun penentuan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dilakukan secara acak (random). Sampel penelitian berjumlah 32 siswa untuk kelas eksperimen 1 dengan menggunakan metode eksperimen dan 32 siswa untuk kelas eksperimen 2 dengan menggunakan metode demonstrasi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar yang berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis data kedua kelompok menggunakan uji t, diperoleh hasil thitung 2,05 dan ttabel Bilir tirifr seiaefeiiar αr =r 0,05r sebesirr 2,00,r aiiir thitung > ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil beljar siswa pada konsep cahaya dengan menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi.
ii
Demonstration Methods in Light Concept for Learning Outcome (A Quasi Experiment At SDIT At-Taqwa ). BA Thesis, Madrasah Ibtidaiyah Education Study Program, Department of Islamic Education, Faculty of Tarbiyah and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.
The aim of this research is to known the diffrences of eksperiment methods and demonstration methods in light concept for learning outcome, This research was conducted at SDIT At-Taqwa. The research method was used quasi experiment and used pretest-posttest control group design for research design. Sampling was taken with purposive sampling and the determination of experiment class and control class are exercised randomly.The research sample were 32 students for experiment class I by using eksperiment methods and 32 students for experiment class II by using demonstration methods. Multiple choice objective test that has been tested its validity and reliability used as research instrument. The data analysis used a t-test, obtained tarithmetic 2,05 and using ttable on a significant level α = 0,05 amounted 2.00, then tarithmetic>ttable. This indicated that there diffrences of eksperiment methods and demonstration methods in light concept for learning outcome.
iv
Segala puji serta syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis. Sholawat serta salam tidak lupa penulis curahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW yang telah menjadi uswah bagi pengikutnya sehingga dapat melahirkan peradaban baru di dunia ini, yaitu peradaban Islam yang tidak pernah lekang oleh zaman. Skripsi yang berjudul “PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DAN METODE DEMONSTRASI”. Akhirnya dapat diselesaikan untuk salah satu syarat pencapaian gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan banyak pihak oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Teristimewa untuk orang tua tercinta dan tersayang, Ayahanda Bambang Supriyono dan Ibunda Hariyati, yang selalor aealo’iiiar r liar aeabereiiar kasih sayang, semangat serta dukungan yang tiada henti-hentinya.
2. Dra. Nurlena, MA., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatulllah Jakarta.
3. Drs. Rusydy Zakaria, M.Ed., M.Phill., sebagai Ketua Jurusan Kependidikan Islam.
4. Bapak Fauzan M.A., sebagai Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
v dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.
7. H. Masri Suhari, M.Pd.I, sebagai kepala sekolah SDIT At-Taqwa Jakarta Timur yang telah mengizinkan saya untuk melakukan penelitian di sekolah yang beliau pimpin.
8. Seluruh Dewan Guru SDIT At-Taqwa Jakarta Timur, yang telah memberikan banyak masukan dan saran-saran selama proses penelitian berlangsung. 9. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah yang telah
memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan ini dengan sebaik-baiknya.
10. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga
biatoia,r beabeaiia,r seaiaiit,r lo’ir dan dukungan yang diberikan pada penulis dibalas oleh Allah SWT.
Skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga penulis secara terbuka menerima segala bentuk saran dan masukan yang membangun sebagai bahan perbaikan di masa yang akan datang skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi seluruh pembaca.
Jakarta, September 2013
1 A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.1 Siswa dikatakan belajar apabila interaksinya dengan lingkungan menghasilkan perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang dapat menanamkan dan mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai-nilai ilmiah pada siswa.2 Mata pelajaran IPA di sekolah dasar merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan menilai ilmiah kepada siswa, dengan pelajaran IPA diharapkan siswa dapat memahami konsep-konsep IPA dan memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan ide tentang alam.3
Depdiknas menyatakan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi.4 Sikap yaitu rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar, proses adalah prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum, dan aplikasi adalah penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.
1
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta. 2008), cet.2, h 12
2
Zulfiani dkk. Strategi Pembelajaran Saint, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN, 2009), h.46
3
Nengsih Juanengsih. dalam Dwi Gelar Rahayu, dkk. Pendekatan Baru dalam Proses
Pembelajaran Matematika dan IPA Dasar. (Jakarta: Project Implementation Committee,
2007), cet. I, hal. 68
4
Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA mengatakan dimensi proses merupakan proses yang sangat penting di dalam menumbuhkembangkan siswa secara utuh, karena dapat melibatkan aspek psikologis yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor, sehingga siswa memperoleh hasil belajar yang lebih tinggi dan lama diingat bila siswa mengalami sendiri dan ikut serta dalam proses belajar mengajar.5 Melalui dimensi proses siswa diharapkan mendapatkan pengetahuannya dengan menggali sendiri pengetahuannya melalui pengalaman interaksinya dengan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku baru secara keseluruhan. Siswa mendapatkan pengetahuan tentang IPA tidak hanya berupa produk, tetapi juga bagaimana proses mendapatkan produk.
Pembelajaran yang mengajarkan proses pencarian produk sebagai hakikat IPA dapat terwujud apabila guru mampu mengupayakan strategi belajar yang sesuai dan tepat, diantaranya dengan menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi. Metode tersebut mengajarkan IPA melalui proses bukan sekedar paparan konsep semata sehingga siswa diberi kesmpatan untuk menemukan jawabannya sendiri dengan begitu siswa dapat lebih mudah memahami pelajran yang diberikan oleh guru. Namun kenyataan di sekolah terdapat permbelajaran yang kurang aktif. Terlihat bahwa siswa di sekolah belum menggunakan metode eksperimen yang menjadikan siswa tidak percaya atas keberadaan atau yang diajarkan.
Selain itu belum dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaanya dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan sekolah masih menganggap pembelajaran dengan percobaan membutuhkan biaya dan waktu yang banyak. Maka di sekolah belum mengadakan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dan demonstrasi.
Di sekolah masih terjadi verbalitas, sebab siswa terfokus kepada guru dan buku. Guru hanya dapat menceritakan dan mentransfer materi-materi yang
5
disekelilingnya terdapat teori yang sedang diajarkan.
Siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru sehingga pembelajaran tidak menarik, sehingga siswa tidak termotivasi dan tidak ada rasa ingin tahu terhadap apa yang diajarkan oleh guru. Di sekolah tidak ada pengamatan secara langsung sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa tidak yakin kebenaran materi pembelajaran yang diajarkan guru.
Berdasarkan masalah-masalah di atas penulis menganggap metode eksperimen dan demonstrasi adalah metode yang tepat digunakan di sekolah. Metode eksperimen adalah cara pengajaran dimana guru dan murid bersama-sama melakukan suatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari suatu aksi.6 Eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.7 Jadi dapat disimpulkan metode eksperimen adalah metode yang digunakan guru untuk memberi kesempatan kepada siswa untuk mengamati suatu objek, keadaan, atau suatu proses guna membuktikan suatu konsep atau hukum dan menarik kesimpulan dalam melakukan proses yang dialaminya sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan mengevalusai hasil kinerja siswa.
Menggunakan metode eksperimen diharapkan siswa dapat melakukan proses pembelajaran yang sejalan dengan hakikat pembelajaran IPA. Siswa dapat melakukan sendiri percobaan tentang suatu konsep yang sudah ada, membuktikan kebenaran konsep tersebut melalui percobaan dan pengamatan langsung dengan semua aspek panca indranya, sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar yang utuh bukan hanya dari segi kognitif tetapi juga afektif dan psikomotornya. Pengalaman belajar seperti itu diharapkan dapat membantu siswa dalam
6
Usman dan Basyiruddin Metodologi Pembelajaran Agama Islam( Jakarata: Ciputat Pers, 2002), h 45
7
terhadap hasil belajarnya. Selain itu melalui metode eksperimen melatih siswa untuk berfikir ilmiah terhadap suatu kebenaran. Selain kelebihan tersebut metode eksperimen juga memiliki beberapa kekurangan antaranya: metode eksperimen memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan memerlukan biaya yang relatif mahal, metode ini memerlukan ketelitian, keuletan dan ketabahan, setiap percobaan tidak seluruhnya memberi hasil yang diharapkan karena mungkin banyak faktor-faktor tertentu yang ditemukan di lapangan saat melakukan eksperimen.
Metode demonstrasi adalah salah satu teknik mengajar yang dilakukan oleh seorang guru atau orang lain yang dengan sengaja diminta atau siswa sendiri ditunjuk untuk memperlihatkan kepada kelas tentang suatu proses atau cara melakukan sesuatu.8 Metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau guru menunjukkan, memperlihatkan, sesuatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.9 Berdasarkan beberapa sumber yang ada, metode demonstrasi merupakan suatu metode pembelajaran yang menyajikan konsep dengan memperlihatkan proses mendapatkan konsep, teori atau hukum yang sedang dipelajari, sehingga siswa dapat melihat langsung proses bagaimana suatu konsep dapat dibuktikan kebenarannya.
Salah satu konsep IPA yang dapat diterapkan metode eksperimen dan metode demonstrasi adalah konsep cahaya. Cahaya yang memiliki karakteristik seperti cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat merambat lurus hal itu membuat siswa tidak hanya dibayangkan saja akan tetapi harus dipraktekkan agar siswa tahu karakteristik-karakteristik cahaya.
8
Usman dan basyiruddin Metodologi Pembelajaran Agama Islam, ( Jakarata: Ciputat Pers, 2002), h 45
9
untuk mengamati berbagai macam sifat-sifat cahaya, dari cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, cahaya dapat menembus benda bening, cahaya dapat merambat lurus dan metode demonstrasi dengan metode eksperimen menyajikan pembelajaran yang sesuai kebutuhan konsep tersebut. Berdasarkan paparan di atas dan dilihat dari kelebihan serta kekurangan kedua metode tersebut dapat diprediksikan penggunaan metode eksperimen dapat lebih berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa pada konsep cahaya dibandingkan dengan menggunakan metode demonstrasi. Hal ini dikarenakan pada metode eksperimen, siswa melakukan sendiri percobaan sehingga diharapkan pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama.
Penulis memilih SDIT At - Taqwa sebagai tempat penelitian, karena di SDIT At Taqwa masih menggunakan metode konvensional, pembelajaran masih berpusat kepada guru dan buku. Siswanya memperoleh produk IPA tanpa mengetahui bagaimana cara memperolehnya.
Berdasarkan paparan di atas, penulis terdorong untuk mengangkat permasalahan yang berorientasi pada pendidikan IPA dengan judul: “PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SIFAT -SIFAT CAHAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DAN METODE DEMONSTRASI”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:
1. Secara umum, para guru di sekolah-sekolah dalam mengerjakan IPA masih bersifat hafalan sehingga kurang memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam membangun konsep IPA.
2. Pembelajaran IPA masih bersifat pasif siswa kurang berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.
memberikan pengalaman langsung pada mereka dalam membangun konsep IPA-nya melalui metode efektif.
C. Pembatasan Masalah
Untuk memfokuskan masalah yang diteliti dan lebih bersifat operasional, maka dalam penelitian ini dilakukan pembatasan masalah.
1. Hasil belajar yang diukur pada ranah kognitif pada tingkat mengingat (C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3).
2. Konsep cahaya yang diajarkan dibatasi hanya pada sifat-sifat cahaya secara fisis yaitu cahaya merambat lurus, pembiasaan cahaya, pemantulan cahaya,
dan cahaya menembus benda bening”.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumus sebagai berikut: “Bagaimana perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi pada konsep cahaya?”.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi, serta ada atau tidak perbedaannya.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sejumlah manfaat, diantaranya sebagai berikut:
8 A. Deskripsi Teoritis
1. Pengertian Metode Eksperimen
Eksperimen adalah metode mengajar dengan cara mempraktekkan langsung untuk menguji atau membuktikan suatu konsep yang sedang dipelajari.1 Metode eksperimen adalah cara penyajian pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar dengan metode percobaan ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri mengenai suatu objek, keadaan, atau proses sesuatu.2 Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, dan menarik kesimpulan atau proses yang dialaminya itu.
Eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal, mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru.3 Selain melakukan percobaan untuk membuktikan kebenaran suatu konsep, dengan metode eksperimen siswa dilatih untuk menuliskan dan membuat laporan terkait percobaannya dan mengkomunikasikan hasil yang diperoleh kepada siswa lain. Peran guru dalam metode ini adalah sebagai fasilitator dengan membimbing dan mengarahkan siswa dalam melakukan
1
Zulfiani, Tonih feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penerbitan UIN Jakarta. 2009) cet 1, h 104
2
Syaiful Bahari Djamarah dan Aswan Zain, Starategi Belajar-Mengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), Cet III, h. 84
3
melakukan proses eksperimen serta menarik kesimpulan dari hasil eksperimen yang telah dilakukan.
Tujuan metode eksperimen adalah agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri dan siswa juga dapat terlatih dalam cara berfikir yang ilmiah.4 Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari konsep sesuatu yang sedang dipelajari. Selain itu siswa berlatih berfikir secara ilmiah layaknya seorang ilmuwan dalam menemukan teori atau konsep. Diharapkan dengan berlatih berfikir ilmiah dalam pembelajarannya siswa dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Kelebihan dan Kekurangan Metode Eksperimen
Menurut Syaiful Bahari Djamarah dan Aswan Zain, dalam bukunya yang berjudul starategi belajar-mengajar, metode eksperimen memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.5
a. Kelebihan Metode Eksperimen
1) Membuat siswa lebih percaya atas kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya.
2) Dapat membina siswa untuk membuat terobosan-terobosan baru dengan penemuan dari hasil percobaannya dan bermanfaat bagi kehidupan manusia. 3) Hasil-hasil percobaan yang berharga dapat dimanfaatkan untuk kemakmuran
umat manusia.
b. Kekurangan Metode Eksperimen
1) Metode ini lebih sesuai dengan bidang-bidang sains dan teknologi.
2) Metode ini memerlukan berbagai fasilitas peralatan dan bahan yang tidak selalu mudah diperoleh dan mahal
3) Metode ini menuntut ketelitian, keuletan dan ketabahan.
4
Roestiyah, Starategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008), Cet VII, h.80
5
karena mungkin ada faktor-faktor tertentu yang berada di luar jangkauan kemampuan atau pengendalian.
Berdasarkan sumber lain mengatakan, metode eksperimen mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:6
a. Kelebihan Metode Eksperimen
1) Siswa dirangsang berpikir kritis, jujur, mau bekerja sama, terbuka, dan objektif
2) Siswa dirangsang untuk memiliki keterampilan proses sains, seperti mengamati, menginterpretasi, mengelompokkan, mengajukan pertanyaan, merencanakan percobaan, menggunakan alat dan bahan, mengkomunikasikan, dan melakukan eksperimen.
3) Siswa belajar secara konstruktif tidak bersifat hafalan, sehingga pemahamannya terhadap suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama. 4) Siswa konsentrasinya terarahkan pada kegiatan pembelajaran.
5) Siswa lebih mudah memahami suatu konsep yang bersifat abstrak. b. Kelemahan Metode Eksperimen
1) Memerlukan waktu yang relatif lama
2) Memerlukan alat dan bahan yang cukup dan terkadang sulit ditemukan atau mahal
3) Guru harus membuat perencanaan kegiatan eksperimen yang matang, hal ini menuntut guru menguasai konsep yang akan diuji atau dibuktikan dalam kegiatan eksperimen
4) Cenderung memerlukan ruang khusus (laboratorium) untuk leluasa melakukan eksperimen.
6
Metode demonstrasi adalah metode penyajian pembelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan kepada siswa tentang sesuatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruannya, yang sering disertai dengan penjelasan lisan. 7
Metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang instruktur atau guru menunjukkan, memperlihatkan, sesuatu proses sehingga seluruh siswa dalam kelas dapat melihat, mengamati, mendengar mungkin meraba-raba dan merasakan proses yang dipertunjukkan oleh guru tersebut.8 Demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan menunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tersebut, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan.9 Demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara mendemokan atau memperlihatkan suatu proses.10
Berdasarkan beberapa sumber yang ada, metode demonstrasi merupakan suatu metode pembelajaran yang menyajikan konsep dengan memperlihatkan proses mendapatkan konsep, teori atau hukum yang sedang dipelajari, sehingga siswa dapat melihat langsung proses bagaimana suatu konsep dapat dibuktikan kebenarannya.
Tujuan dari metode demonstrasi adalah agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu. Selain itu siswa juga dapat menyaksikan kerja suatu alat atau mesin, sehingga siswa akan mengerti cara-cara penggunaan suatu alat atau perkakas atau suatu mesin sehingga mereka dapat memilih dan memperbandingkan cara yang terbaik, serta mengetahui kebenaran dari suatu teori di dalam praktek.11 Dengan metode ini siswa dapat melihat,
7
Syaiful Bahari Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), Cet III, h. 90
8
Roestiyah, Starategi Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2008), Cet VII, h.83
9
H. Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorintasi Standar Proses Pendidikan,( Jakarta: Prenada Media Group, 2010) cet VII, h 152.
10
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penerbitan UIN Jakarta. 2009 cet1, h 103
11
dalil, atau hukum yang sedang dipelajari.
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi
Menurut Roestiyah, dalam bukunya yang berjudul “Strategi Belajar Mengajar” metode demonstrasi mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai berikut:12
a. Kelebihan Metode Demonstrasi
1) Melakukan metode demonstrasi terjadinya verbalitas akan dapat dihindari, sebab siswa dituntut langsung memperhatikan bahan pembelajaran yang dijelaskan.
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab siswa tak hanya mendengarkan, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan kenyataan. Dengan demikian siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
b. Kelemahan Metode Demontrasi
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa persiapan yang memadai metode demonstrasi bisa gagal sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
2) Metode demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat yang memadai yang berarti penggunaan metode ini memerlukan biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan metode ceramah.
3) Metode demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk berkerja lebih professional. Disamping itu metode demonstrasi juga memerlukan kemampuan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
12
dan Kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai berikut.13 a. Kelebihan Metode Demonstrasi
1) Dapat membuat pengajaran menjadi lebih baik jelas dan lebih konkret, sehingga menghindari verbalisme (pemahaman secara kata-kata atau kalimat). 2) Siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari.
3) Proses pengajaran lebih menarik.
4) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikanantara teori dengan kenyataan, dan mencoba melakukan sendiri.
b.Kekurangan Metode Demonstrasi.
1) Metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjukkan dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi akan tidak aktif.
2) Fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu tersedia dengan baik.
3) Demonstrasi memerlukan kesempatan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
Sedangkan dalam buku yang berjudul Strategi Pembelajaran Sains yang dikarang oleh Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini metode demonstrasi memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.14
a. Kelebihan Metode Demonstrasi
1) Siswa akan terpusat perhatiannya terhadap kegiatan demonstrasi yang dilakukan
2) Suasana belajar tidak pasif, tetapi terjadi interaksi yang dinamis antara guru dan siswa.
3) Siswa terangsang untuk berfikir kritis.
13
Syaiful Bahari Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar-Mengajar, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), Cet III, h. 91
14
memahami suatu konsep.
5) Siswa lebih mudah mengambil kesimpulan, karena ia mengetahui prosesnya. 6) Siswa bisa langsung mendapat jawaban dari guru terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang kemungkinan besar menjadi faktor penghambat siswa memahami suatu materi.
b.Kekurangan Metode Demonstrasi 1) Memerlukan waktu yang relatif lama.
2) Memerlukan alat peraga yang terkadang tidak mudah dijumpai atau relatif mahal.
3) Terkadang terdapat sejumlah alat peraga yang tidak memungkinkan untuk dibawa ke kelas/laborarium sekolah.
4) Metode ini sulit digunakan apabila siswa sebelumnya tidak memahami dasar teorinya.
5) Metode ini, menyulitkan guru dalam mengontrol siswa yang acuh atau pasif karena guru sibuk memperagakan alat peraga.
6) Metode ini, menuntut guru memiliki keterampilan mendemonstrasikan alat-alat peraga dan menguasai yang mendalam.
5. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi
Langkah-langkah dalam meningkatkan metode demonstrasi adalah sebagai berikut15
a. Tahap Persiapan
Pada tahapan persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1) Rumuskan tujuan yang harus diciptakan oleh siswa serta proses demonstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi beberapa aspek serta aspek pengetahuan, sikap, atau keterampilan.
15
Garis-garis besar langkah demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.
3) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segala peralatan yang diperlukan.
b.Tahap Pelaksanaan
Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya:
a) Aturlah tempat duduk yang memudahkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasi.
b) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugas untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
c. Langkah Pembukaan
1) Langkah pelaksanaan demonstrasi
a) Mulailah demonstrasi dengan kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berfikir, misalnya melalui pertanyan – pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.
b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.
c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa.
d) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi.
6. Hakikat Metode Pembelajaran a. Pengertian metode pembelajaran
dirumuskan agar anak didik memiliki keterampilan tertentu,maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan tujuan.Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akanmenjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan.16
Pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses membuat orang melakukan belajar sesuai dengan rancangan. Interaksi timbal balikmerupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.17
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untukmengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatannyata dan praktis untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Dengandemikian, metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranyang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaransangat bergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran,karena suatu strategi pembelajaran hanya mungkin dapatdiimplementasikan melalui penggunaan metode pembelajaran.18
Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara atau prosedur yangdigunakan oleh fasilitator dalam interaksi belajar dengan memperhatikankeseluruhan sistem untuk mencapai suatu tujuan.19
Prinsip umum penggunaan metode pembelajaran adalah tidak semua metode pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuanpembelajaran dan keadaan pembelajaran berlangsung. Semua metodepembelajaran memiliki kekhasan sendiri-sendiri dan relevan dengan tujuanpembelajaran tertentu namun tidak cocok untuk tujuan dan keadaan yang lain. Dengan kata lain, semua metode memiliki kelebihan dan kelemahan
16
Syaiful bahri djamarah dan aswan zain. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. hal 75 dan hal 77
17
Sulanam. Belajar. Tersedia di: http://sulanam.sunan-ampel.ac.id. h.1 diakses pada: 11- 30-2010.
18
Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Op.Cit., h.147
19
Oshman. Konsep Dasar Metode dan Teknik Pembelajaran. Tersedia di:
adalah cara yang dilakukan oleh pendidik dalam prosesbelajar mengajar dengan menggunakan fakta dan konsep–konsep yangtersusun secara sistematis dalam mencapai tujuan pembelajaran.
7. GambaranUmum Konsep Cahaya A.Pengertian Cahaya
Cahaya merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang mengandung energi radiasi.21 Cahaya merupakan pancaran gelombang elektromagnetik yang merambat tanpa memerlukan medium perantara.22 Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik, yaitu gelombang yang terdiri dari getaran listrik (perubahan media listrik) dan getaran magnet (perubahan media magnet) yang arah getarannya saling tegak lurus dan keduanya tegak lurus dengan arah perambatan cahaya.23 Jadi kesimpulannya cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang merambat tanpa memerlukan medium ( perantara).
B.Sifat-Sifat Cahaya
1. Cahaya merambat garis lurus.
Berkas-berkas sinar cahaya bisa berbentuk tiga jenis, yaitu paralel, divergen, dan konvergen. Sinar cahaya dapat dikatakan paralel jika sinar-sinar tersebut saling sejajar. Sinar cahaya dikatakan divergen jika sinar-sinar tersebut terpancar ke segala arah atau menyebar. Sinar cahaya dikatakan konvergen jika sinar tersebut menguncup.
2. Cahaya dapat di pantulkan.
Cahaya dapat dipantulkan jika mengenai permukaan benda yang halus. a. Hukum pemantulan cahaya yaitu:
20
Oshman. Op.Cit., h.3
21
Kinkin Suartini, Rangkuman Fisika Smp, ( Jakarta: Gagas Media. 2010), cet 2,h 229
22
Karto, Agus., seribupena fisika untuk SMP/MTS kelas VIII, ( Jakarta: Erlangga 2007), cet 1, h29
23
yang sama pada satu titik terpotong.
2. Sudut datang(i) sama dengan sudut pantul(r).
b. Jenis pemantulan cahaya ada dua, yaitu sebagai berikut.
1. Pemantulan teratur merupakan pemantulan yang arahnya sama sehingga tampak teratur. Pemantulan teratur terjadi ketika cahaya mengenai permukaan benda yang halus atau licin.
2. Pemantulan baur (diffus) merupakan pemantulan yang arahnya menyebar ke segala arah sehingga tampak tidak teratur. Pemantulan baur terjadi ketika cahaya mengenai permukaan benda yang kasar.
3. Cahaya dapat menembus benda bening (benda transparan)
Benda yang tembus cahaya adalah benda yang bersifat meneruskan sebagai atau seluruh cahaya yang datang pada benda tersebut, contoh: plastik bening, kaca bening dan kertas putih. Benda tak tembus cahaya adalah benda yang bersifat menghalangkan seluruh cahaya yang datang pada benda tersebut.
4. Cahaya dapat dibiaskan
Setiap zat memiliki kerapatan yang berbeda antara satu dengan yang lain. Perbedaan kerapatan zat menyebabkan pembiasan cahaya. Pembiasan cahaya (refraksi) adalah peristiwa pembelokan cahaya ketika melalui satu medium ke medium lainnya yang memiliki kerapatan yang berbeda.
a. Apabila cahaya merambat dari medium kurang rapat atau medium lebih rapat, cahaya tersebut dibiaskan mendekati garis normal. Garis normal, yaitu garis maya yang tegak lurus pada bidang.
b. Apabila cahaya merambat dari medium rapat atau medium kurang rapat maka cahaya tersebut dibiaskan menjauhi garis normal.
5. Cahaya putih dapat diuraikan
yang disebut spectrum. Hal tersebut juga ditunjukkan dengan adanya pelangi. Pelangi terjadi karena cahaya matahari dibiaskan berganda oleh butiran-butiran air hujan sehinga terurai menjadi beberapa warna cahaya. Proses terjadinya peruraian cahaya matahari disebut dispersi. Cahaya putih disebut cahaya polikromatik, artinya terjadi atas gabungan beberapa warna cahaya. Masing-masing warna cahaya pada spectrum disebut monopomatik.
C.Sifat –Sifat Cermin a. Cermin Datar
Cermin datar adalah cermin permukaannya datar, tidak melengkung. Pada cermin datar bayangan yang terbentuk selalu:
1. Maya
2. Tegak seperti benda
3. Besar bayangan sama dengan besar benda (M= =1 atau = ).
4. Jarak bayangan ke permukaan cermin sama dengan jarak benda ke permukaan cermin ( s = -s’).
5. Posisi bayangan menghadap terbalik
b. Cermin Cekung
Cermin cekung adalah cermin yang pemukaannya melengkung ke arah dalam. Terdapat tiga sinar istimewa pada cermin cekung yaitu sebagai berikut. Sinar datang sejajar dengan sumbu utama akan dipantulkan melalui titik fokus, sinar datang melalui titik fokus akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama, sinar datang melalui titk pusat kelengkungan akan dipantulkan kembali melalui titik tersebut
1. Cermin cekung bersifat mengumpulkan cahaya (konfergen)
kelengkungan) maka bayangan terletak di ruang tiga, dan akan bersifat maya, terbalik, diperbesar.
c. Cermin Cembung
Cermin cembung adalah cermin lengkung yang permukaannya melengkung ke arah luar. Sama dengan cermin cekung, cermin cembung juga memiliki tiga sinar istimewa, yaitu sinar datang utama akan dipantulkan seolah-olah dari titik fokus. Sinar datang seseolah-olah-seolah-olah menuju titik fokus, sinar akan dipantulkan sejajar dengan sumbu utama. Sinar datang melalui titik pusat kelengkungan, sinar akan dipantulkan kembali seolah-olah dari titik tersebut. Sifat cermin cembung sebagai berikut:
1. Cermin cembung bersifat menyebarkan cahaya.
2. Banyangan yang terbentuk pada cermin cembung selalu: maya (dapat dilihat dalam cermin), tegak, dan diperkecil.
D.Alat Optik
1. Kaca Pembesar (LUP) 2. Teropong
3. Kacamata 4. Kamera 5. Mikroskop 6. Periskop
8. Hasil Belajar Siswa
Alisuf Sabri mengungkapkan pengertian “belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan”.24
Jadi disimpulkan bahwa belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku dari belum mampu menjadi mampu, terjadi dalam jangka
24
ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan.
Hasil belajaradalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yang memiliki
arti yang berbeda, yaitu “hasil” dan “belajar”. Menurut Purwanto, pengertian
“hasil (product) menunjukan pada suatu perolehan yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional”.25 Dan Irwanto mengungkapkan secara sederhana “belajar merupakan proses perubahan daribelum mampu menjadi sudahmampu, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu”.26 Jadi, hasil belajar adalah suatu perolehan yang mengakibatkan perubahan input secara fungsional melalui suatu proses perubahan dari belum mampu menjadi mampu, yang terjadi dalam jangka waktu tertentu.
Senada dengan hal di atas selanjutnya Ngalim Purwanto mengungkapkan,
“hasil belajar adalah hasil-hasil pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu”.27 Hasil belajar yang dimaksud dapat berupa tes, ulangan harian, atau evaluasi akhir.
Sedangkan Dimyati dan Mudjiono mengatakan, “hasil belajar menekankan kepada diperolehnya informasi tentang seberapakah perolehan siswa dalam mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan”.28 Menurut mereka, hasil belajar merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang baik dan buruknya hasil pencapaian dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
Winkel mengemukakan “hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan
manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi tujuan pengajaran yang dikembangkan oleh Bloom, Simposion,
dan Harrow mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik”.29
Diungkapkan kembali oleh Purwanto “hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Kemampuan
25
Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Jogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), h.44
26
Irwanto, Psiologi Umum, (Jakarta: Prenhallindo, 2002). h. 105.
27
Ngalim purwanto, Prinsip-prtinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran (bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2008),cet VII, h. 33
28
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006),cet III, h.190.
29
yang didapat memerlukan suatu alat ukur yang dapat menilai aspek yang diperoleh dari hasil belajar yakni aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga aspek ini dapat dinilai dengan jelas ketika dikombinasikan dengan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan bukti pencapaian kemampuan belajar yang diperoleh siswa setelah melalui serangkaian kegiatan pembelajaran, yang bertujuan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Pada dasarnya IPA adalah ilmu yang mempelajari cara mencari tahu tentang alam semesta dan segala isinya secara sistematis. “IPA merupakan mata pelajaran yang sangat berguna bagi kehidupan siswa, selain untuk mengetahui segala sesuatu yang ada di alam semesta ini, IPA juga dijadikan suatu wahana bagi peserta didik untuk mempelajari tentang diri sendiri dan cara menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya”.31
Menurut Permen No. 22 Tahun 2006, “mata pelajaran IPA perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar adalah untuk membekali peserta didik cara memenuhi kebutuhan manusia dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah”.32 Dari pernyataan di atas terlihat dengan jelas bahwa pelajaran IPA memiliki peranan penting dalam menumbuhkan kemampuan berfikir logis dan memerlukan keterampilan kerja siswa dalam memecahkan masalah yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Untuk mewujudkan itu semua, kurikulum di Indonesia, yang dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merumuskan beberapa tujuan penting yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPA SD, yaitu:33
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
30
Ibid., h. 49
31
Permendiknas No. 22 Tahun 2006. Lampiran Standar Kompetansi dan Pompetensi
Dasar IPA SD/MI.
32
Ibid.
33
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan keselarasan tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,lingkungan, teknologi, dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperasaan dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan tujuan tersebut tergambar dengan jelas bahwa arah dan orientasi pembelajaran IPA adalah mengarahkan siswa untuk mampu mengembangkan segala pengetahuan yang dimiliki untuk memelihara dirinya sendiri, lingkungan serta jagad raya ini. Untuk menilai ketercapaian semua tujuan di atas, dibutuhkan suatu bukti yang menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap konsep IPA yang telah diajarkan, yang meliputi pengembangan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Bukti tersebut dapat ditunjukkan dengan pencapaian hasil belaja yangdipisahkan menjadi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
konsep IPA, yang meliputi pengembangan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, serta meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan di muka bumi ini.
9. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil belajar
Pada dasarnya hasil belajar siswa yang baik dalam kegiatan pembelajaran di sekolah bukan hanya disebabkan oleh kecerdasan siswa itu saja, akan tetapi masih ada hal lain yang juga menjadi faktor penentu yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai keberhasilan belajar siswa. Secara global, faktor-faktor tersebut dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:34
a. Faktor internal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor biologis dan faktor psikologis. Yang dikategorikan faktor biologis antara lain: usia, kematangan, dan kesehatan. Sedangkan yang dikategorikan faktor psikologis antara lain: kelelahan, suasana hati, minat dan kebiasaan belajar.
b. Faktor eksternal dapat diklasifikasikan menjadi dua, yakni faktor dari manusia itu sendiri dan faktor seperti alam, hewan dan lingkungan fisik.
Adapun faktor lain yang mempengaruhi siswa dalam belajar, baik faktor dari luar maupun dalam diri siswa. Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar35
.
1) Internal/Dalam, yakni
a) Fisiologi, yang terdiri dari kondisi fisik dan panca indra, yaitu konsisi tubuh siswa apakah siswa tersebut dalam kondisi sehat atau kurang sehat, atau mempunyai penyakit tertentu atau penyakit bawaan serta cacat tubuh. Sedangkan kondisi panca indra adalah kelengkapan fungsi 5 (lima) panca indra yang maksimal yang digunakan untuk memaksimalkan proses belajar.
34
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), h. 145.
35
Zikri Neni Iska, Psikologi Pengantar Pemahaman Diri Dan Lingkungan, (Jakarta:
belajar mengajar tidaklah maksimal dibandingkan yang seluruh faktornya tidak bermasalah.
b) Psikologi, yang terdiri dari bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognisi. Faktor psikologi adalah faktor yang sangat berperan dalam proses pembelajaran siswa karena faktor ini adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa yang menggerakkan fisik siswa untuk belajar. Belajar dapat berjalan dengan maksimal bila faktor ini dimaksimalkan oleh siswa.
2) Eksternal/luar, yakni :
a) Lingkungan, yang terdiri dari alam dan sosial. Faktor ini adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa, faktor ini sedikit banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa, faktor alam misalnya dimana siswa tersebut tinggal, siswa yang tinggal pada lingkungan pantai akan berbeda proses belajarnya dengan siswa yang tinggal di lingkungan pegunungan, sedangkan kondisi lingkungan sosial yaitu kondisi masyarakat dimana siswa tersebut tinggal, apakah siswa tersebut tinggal pada lingkungan edukatif atau tidak juga mempengaruhi pola siswa dalam belajar.
b) Instrumental, yang terdiri dari kurikulum, guru, sarana, prasarana, administrasi dan managemen. Dimana faktor tersebut juga mempengaruhi proses belajar siswa, karena faktor tersebut yang membuat siswa belajar pada pola-pola tertentu, bila faktor ini dibedakan satu sama lain kepada siswa maka proses dan hasil belajar juga akan tidak sama.
10.Jenis-Jenis Hasil Belajar
Howard Kingsley membagi tiga jenis hasil belajar, yaitu keterampilan, pengetahuan dan pengertian, serta sikap dan cita-cita.36 Sedangkan Gagne membagi hasil belajar ke dalam 5 (lima) kategori yakni:
36
tertulis, misalnya pemberian nama-nama terhadap suatu benda, definis, dan sebagainya.
2. Keterampilan intelektual, yaitu keterampilan individu dalam berinteraki dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol, misalnya penggunaan simbol matematik,
3. Strategi kognitif, merupakan cara-cara berfikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran, sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada proses pemikiran
4. Kemampuan mengendalikan ingatan sikap, yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk memilih macam tindakan yang akan dilakukan.
5. Keterampilan motoris, yaitu hasil belajar yang berupa kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar itu merupakan suatu pencapaian belajar yang diperoleh siswa yang dapat diukur dari beberapa aspek, yang meliputi pengetahuan, pengalaman, maupun perubahan sikap ke arah yang lebih baik dengan proses belajar.
Sementara itu, menurut Moh Surya, hasil belajar akan tampak dalam37:
1. Kebiasaan, misalnya siswa belajar bahas berkali-kali untuk menghindari penggunaan kata yang keliru, sehingga ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar.
2. Keterampilan, dalam halnya menulis dan mengolah, yang meskipun sifat motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang diteliti dan kesadaran yang tinggi.
3. Pengamatan, yakni proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui panca indera sehingga peserta didik mampu ,mencapai pengertian yang benar.
37
lainnya dengan menggunakan daya ingat.
5. Berfikir rasional dan kritis, yakni menggunakan prinsip dan dasar-dasar
pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti “bagaimana” (how) dan
“mengapa” (why).
6. Sikap, yaitu kecenderungan yang relatif menetap untuk bertindak dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan.
7. Inhibisi atau menghindari hal yang mubazir. 8. Apresiasi atau menghargai karya-karya orang lain.
9. Perilaku afektif, yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, dan sebagainya.
Sedangkan dalam Sistem Pendidikan Nasional rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun tujuan instruksional, menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah, yakni kognitif, afektif, dan psikomotorik.38
Bloom mengatakan, “ranah kognitif merupakan hasil belajar yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual”.39 Menurutnya, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif.
Penilaian terhadap hasil belajar kognitif bertujuan untuk mengukur penguasaan dan pemilihan konsep dasar keilmuan berupa materi-materi esensial sebagai konsep kunci dan prinsip utama. Konsep kunci dan prinsip utama keilmuan tersebut harus dimiliki dan dikuasai siswa secara tuntas, bukan hanya dalam bentuk hafalan. Ranah kognitif ini merupakan ranah yang paling banyak melibatkan kegiatan mental atau otak.
Sekitar tahun 1990 murid Benjamin Bloom yaitu Lorin Anderson dan David Krathwohl merevisi Taksonomi Bloom pada domain kognitif dan revisinya
38
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 22.
39
berpikir, mulai dari tingkatan rendah higga sampai tinggi, yakni : 40 1. Mengingat (CI)
Mengingat merupakan proses kognitif paling rendah tingkatannya. Untuk
mengkondisikan agar “mengingat” bisa menjadi bagian belajar bermakna, tugas
mengingat hendaknya selalu dikaitkan dengan aspek pengetahuan yang lebih luas dan bukan sebagai suatu yang lepas dan terisolasi. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu mengenali (recognizing) dan mengingat. Kata operasional mengetahui yaitu mengutip, menjelaskan, menggambar, menyebutkan, membilang, mengidentifikasi, memasangkan, menandai, menamai. 2. Memahami (C2)
Pertanyaan pemahaman menuntut siswa menunjukkan bahwa mereka telah mempunyai pengertian yang memadai untuk mengorganisasikan dan menyusun materi-materi yang telah diketahui. Siswa harus memilih fakta-fakta yang cocok untuk menjawab pertanyaan. Jawaban siswa tidak sekedar mengingat kembali informasi, namun harus menunjukkan pengertian terhadap materi yang diketahuinya. Kata operasional memahami yaitu menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, dan membeberkan.
3. Menerapkan (C3)
Pertanyaan penerapan mencakup penggunaan suatu prosedur guna menyelesaikan masalah atau mengerjakan tugas. Oleh karena itu, mengevaluasi membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini adalah memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan.
Mengaplikasikan berkaitan erat dengan pengetahuan prosedural. Namun tidak berarti bahwa kategori ini hanya sesuai untuk pengetahuan prosedural saja. Kategori ini mencakup dua macam proses kognitif yaitu menjalankan dan
40
menjalankan, melakukan, mempraktekkan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, dan mendeteksi.
4. Menganalisis (C4)
Pertanyaan analisis menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-unsurnya dan menentukan bagaimana saling keterkaitan antar unsur-unsur tersebut. Kata operasionalnya yaitu menguraikan, membandingkan, mengorganisir, menyusun ulang, mengubah struktur, mengkerangkakan, menyusun outline, mengintegrasikan, membedakan, menyamakan, membandingkan, dan mengintegrasikan.
5. Mengevaluasi (C5)
Mengevalusai membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam katagori ini adalah memeriksa dan mengkritik. Kata operasionalnya yaitu menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, dan menyalahkan. 6. Mencipta (C6)
Membuat adalah menggabungkan beberapa unsur menjadi suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam kategori ini yaitu membuat, merencanakan, dan memproduksi. Kata oprasionalnya yaitu merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah.
Sementara itu, ranah afektif berkaitan dengan sikap dan nilai, yang terdiri dari 5 (lima) aspek.Penilaian tahap ini bertujuan untuk pembelajaran pada ranah afektif sangat berkaitan erat dengan sikap atau perasaan/kesadaran, seperti perasaan senang, atau tidak senang, perasaan sedih atau bahagia, perasaan bangga atau malu, dan lainnya41
41
terdiri dari aspek penerapan, penanggapan, penilaian, organisasi, dan pemeranan.42
1) Penerapan
Penerapan adalah aspek yang meliputi kesediaan untuk memberi perhatian pada fenomena atau stimulus tertentu.
2) Penanggapan
Penanggapan adalah aspek yang berkaitan dengan memberi respon sebagai peran serta aktif.
3) Penilaina
Penilaina adalah aspek yang berkaitan dengan pemilihan, penghargaan, dan pengagungan terhadap benda, fenomena, dan tingkah laku.
4) Organisasi
Organisasi adalah aspek yang berkaitan dengan kemampuan mempersatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan pertentangan antar nilai-nilai tersebut mulai dari membina sistem nilai yang konsisten secara internal.
5) Pemeranan
Pemeranan adalah aspek yang merupakan puncak proses internalisasi nilai dalam diri seseorang.
Sedangkanpenilaian ranah psikomotor bertujuan untuk pembelajaran yang berkaitan erat dengan keterampilan secara fisik, motorik, maupun tangan.43Aspek pada ranah psikomotorik menurut Bloom dan kawan-kawan terdiri dari persepsi. 1) Persepsi
Persepsi adalah menyadari stimulus, menyeleksi stimulus, terarah sampai menerjemahkannya dalam pengamatan stimulus terarah kepada kegiatan yang ditampilkan.
2) Kesiapan
42
Zulfiani, Tonih Feronika, dan Kinkin Suartini, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penerbitan UIN Jakarta. 2009) cet67-68
43
tertentu, termasuk kesiapan mental, fisik, dan emosional. 3) Respons
Respons adalah terpimpin meliputi kemampuan menirukan gerakan, gerakan coba-coba, dan performasi yang memadai yang menjadi tolak ukur.
4) Mekanisme
Mekanisme adalah merupakan kebiasaan yang berasal dari respons yang dipelajari, gerakan dilakukan dengan mantap, penuh keyakinan dan kemahiran.
5) Respon kompleks
Respon kompleks adalah yang berkaitan dengan gerakan motorik yang memerlukan pola gerakan yang kompleks.
6) Penyesuaian
Penyesuaian adalah yang berkaitan dengan pola gerakan yang telah berkembang dengan baik, sehingga seseorang dapat merubah pola geraknnya agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
7) Mencipta
Mencipta adalah keterampilan tingkat tinggi dimana pada tingkatan ini seseorang memiliki kemampuan untuk menghasilkan pola-pola gerakan baru agar sesuai dengan situasi yang dihadapinya.
Dari berbagai penjelasan di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa hasil belajar tidak dapat diukur hanya dengan menggunakan aspek pengetahuan saja, melainkan harus melibatkan segala aspek perubahan tingkah laku, baik secara intelektual, fisik, dan psikologis.
Menurut Purwanto hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa dalam waktu tertentu.44
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh dari belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang relatif tetap. Setelah belajar, siswa memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai. Timbulnya kemampuan tersebut adalah hasil dari stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif siswa.
44
Subiyantoro. Upaya Peningkatan Hasil Belajar MTK pada Turunan Melaui Metode Resitasi dan Diskusi bagi Siswa Kelas x1-IS.2 SMA Muhamadiyah Surakarta
menerima pengalaman belajarnya.45Howard Kingsley membagi 3 (tiga) macam hasil belajar, yakni:
1) Keterampilan dan kebiasaan 2) Pengetahuan dan pengertian 3) Sikap dan cita-cita
Sedangkan Gagne membagi 5 (lima) kategori hasil belajar, yakni: 1) Informasi verbal
2) Keterampilan intelektual 3) Strategi kognitif
4) Sikap
5) Keterampilan motoris
Jadi hasil belajar adalah suatu yang digunakan untuk menilai hasil pelajaran yang telah diberikan kepada siswa yang diperoleh dari belajar yang berupa perubahan tingkah laku yang relatif tetap.
Hasil belajar IPA pada penelitian ini menggunakan ranah pengetahuan (kognitif) yang meliputi mengingat, memahami, menerapan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan.
B. Penelitian yang relevan
Penelitian yangrelevan dengan penelitian ini adalah penelitian Rinda Suardika (1997) studi tindakan pada siswa kelas VI SD nomor 2 dan 8 Pendungan dengan
judul “Efektifitas Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA”.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas penggunaan metode demonstrasi dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas di SD nomor 2 dan 8 Pendungan pada tahun 1997. Pada penelitian ini, diambil kesimpulan bahwa pengajaran dengan metode demonstrasi
45
melalui pendekatan yang bersifat konvensional.46
Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian yangrelevan dengan penelitian ini adalah penelitian Sutarman (2009) studi tindakan pada siswa kelas
VII SMP dengan judul “Metode Demonstrasi Menggunakan Mikroskop Pada
Mata pelajaran Biologi Tentang Mikroskop Dapat Meningkatkan Prestasi belajar Siswa Kelas VIIE SMP Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak”. Penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII E sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak semester genap tahun ajaran 2007/2008 pada mata pelajaran biologi tentang mikroskop. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas di kelas VII E sekolah menengah pertama (SMP) Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi menggunakan alat peraga dapat meningkatkan hasil belajar ilmu pengetahuan alam khususnya biologi pada konsep mikroskop bagi siswa kelas VII E Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Dempet Kabupaten Demak semester genap tahun ajaran 2007/2008.
Penelitian yangrelevan dengan penelitian ini adalah penelitian Siti Fatimah Azzahra (2009) studi tindakan pada siswa kelas XI SMA Darunnajah judul
“Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Laju
Reaksi”. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh metode Eksperimen
terhadap hasil belajar kimia siswa pada konsep lanjutan reaksi. Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan kuasi eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling yang dilakukan di SMA Darunnajah kelas XI pada tahun ajaran 2009/2010. Pada penelitian ini, diambil kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen terhadap hasil belajar kimia siswa.47
46“Rinda Suardika.
Efektifitas Metode Demonstrasi dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA, (Singaraja: Aneka Widya)
47“Siti Fatimah Azzahra.
Izzah (2011) studi tindakan pada siswa kelas IV B MI Al-Husna dengan judul
“Peningkatan hasil belajar IPA siswa melalui metode eksperimen”. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada energi dan perubahannya dengan menggunakan metode eksperimen. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas di MI Al-Husna pada tahun ajaran 2011/2010. Pada penelitian ini, diambil kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen dapat meningkatkan hasil belajar siswa.48
C. Kerangka Berfikir
Mata pelajaran IPA di sekolah dasar merupakan program untuk menanamkan dan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan menilai ilmiah kepada siswa, dengan pelajaran IPA diharapkan siswa dapat memahami konsep-konsep IPA dan memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan dan ide tentang alam.
Peranan guru IPA sangatlah penting,guru dituntut untuk dapat melatih pemikiran logis dengan konsep yang kongkrit melalui pengalaman proses dalam memperoleh pengetahuan dan guru juga berfungsi sebagai fasilitator yang membimbing serta mengarahkan siswa dalam kegiatan belajar. Sedangkan, siswa diharapkan lebih aktif dalam mencari informasi mempelajari konsep IPA. Namun demikian, kenyataan yang dijumpai di lapangan masih terdapat kesenjangan dalam pelaksanaannya antara apa yang diharapkan kurikulum dengan pusat belajarnya yaitu siswa. Guru lebih terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran sebagai pemberi pengetahuan kepada siswa. Guru berusaha menjelaskan seluruh materi yang diajarkan sejelas-jelasnya dengan harapan siswa dapat dengan cepat memahami materi yang diajarkan tanpa memperhatikan minat dan motivasi siswa.. Siswa mau tidak mau harus mendengarkan guru yang belum tentu pandai berceramah. Siswa dituntut mendengarkan dan menelan mentah-mentah teori yang diajarkan, tanpa tahu dari mana proses asal muasal konsep-konsep tersebut.
48“Immaratul Izzah.
Peningkatan Hasil Belajar IPA Siswa Melalui Metode
mendominasi pembelajaran, tidak berpusat pada siswa sebagai warga belajar, sehingga siswa kurang diberi kebebasan berpikir, membangun sendiri pengetahuannya serta menghayati proses pencapaian konsep sebagai produk IPA.
Dalam penelitian ini penulis memilih satu sub konsep atau bahan kajian yaitu sifat cahaya. Alasan penulis mengambil sub konsep ini karena konsep sifat-sifat cahaya menuntut siswa untuk mengamati, mengidentifikasi berbagai macam sifat-sifat cahaya, dari cahaya dapat dipantulkan, cahaya dapat dibiaskan, cahaya dapat menembuh benda bening, sehingga dituntut pembuktian secara langsung untuk mengungkap kebenaran konsep tersebut, metode demonstrasi dan eksperimen menyajikan pembelajaran sesuai kebutuhan konsep tersebut. Dengan metode ini siswa dapat melihat kebenaran konsep-konsepnya, bukan hanya
menerima “cerita” guru tentang cahaya. Percobaan yang dilakukan akan menarik
minat, rasa keingintahuan, keinginan bertanya, memberi tanggapan dan motivasi siswa. Siswa konsentrasinya terarahkan pada kegiatan pembelajaran.
Namun dalam metode demonstrasi unsur guru masih dominan dalam pembelajaran. Guru masih menjadi pusat pembelajaran. Guru memperagakan dan menunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tersebut, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Dalam hal ini siswa masih agak pasif, mendengarkan, sambil melihat peristiwa yang terjadi.
suatu konsep bersifat mendalam dan bertahan lama. Siswa yang belajar dengan menggunakan metode eksperimen juga lebih aktif, karena memang dituntut demikian, dibandingkan siswa yang belajar dengan metode demonstrasi. Sehingga pembelajaran dengan metode eksperimen akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan metode demonstrasi.
a. Pembentukan konsep IPA pada siswa secara langsung melalui kegiatan belajar
b. Siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran
Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA relativ rendah
(KKM)
Secara umum pembelajaran IPA di Sekolah-Sekolah Dasar a) Kurang memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam
mengembangkan konsep IPA-nya sehingga konsep yang diberikan siswa relativ lemah
b) Siswa relativ kurang tertarik belajar IPA sehingga dalam proses pembelajaran cenderung pasif
Implementasi metode yang relativ efektif Perlu adanya upaya guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA yang bertujuan memberi pengalaman langsung dan mengaplikasikan siswa dalam pembelajaran
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian yang diperoleh dari kajian teori dan kerangka pikir adalah
sebagai berikut: ”Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada konsep cahaya
dengan menggunakan metode eksperimen dan metode demonstrasi.
Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA meningkat
38
Penelitian ini akan dilaksanakan pada SDIT AT-TAQWA Jakarta Timur. Waktu yang digunakan untuk penelitian ini pada semester ganjil pada tahun 2011-2012.
A. Metode
Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimen. Dimana peneliti tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel yang relevan kecuali dari beberapa variabel tersebut.
Dalam pelaksanaan penelitian ini sampel dibagi menjadi dua kelompok sampel yaitu kelas eksperimen1 dan kelas eksperimen2. kelas eksperimen1 diberi perlakuan menggunakan metode eksperimen1 dalam pembelajarannya, sementara kelas eksperimen2 menggunakan metode demonstrasi.
B. Desain Penelitian