• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

PENCERNAAN

(Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 16 Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh:

Oleh:

LUTFI AWALIYAH SOLEHA 109016100020

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan

Jigsaw Pada Konsep Sistem Pencernaan (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 16 Jakarta Barat). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruaan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw pada konsep sistem pencernaan. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 16 Jakarta Barat. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan desain penelitian two group pretests postest design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dan penentuan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 dilakukan dengan cara random. Sampel penelitian berjumlah 35 siswa untuk kelas eksperimen 1 dengan menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray dan 33 siswa untuk kelas eksperimen 1 dengan menggunakan metode pembelajaran Jigsaw. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes hasil belajar yang berupa tes objektif berbentuk pilihan ganda yang sudah diuji validitas dan reliabilitasnya serta non tes yang berupa lembar observasi. Analisis data menggunakan uji t dan diperoleh nilai thitung 3,198 pada

taraf signifikan α 0,05 dan diperoleh ttabel sebesar 1,997, maka thitung > ttabel. Hal

ini menunjukkan hipotesis nol ditolak dan Ha diterima, dengan demikian terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran

Two Stay Two Stray dan Jigsaw pada konsep sistem pencernaan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran Jigsaw lebih baik daripada hasil belajar siswa yang menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray.

Kata kunci: metode pembelajaran Two Stay Two Stray, metode pembelajaran

Jigsaw, hasil belajar siswa

(6)

Concept of Digestive System (A Quasi-Experimental Study at SMAN 16, West Jakarta). BA Thesis of The Department of Biology Education, Faculty of Tarbiyah and Teachers’ Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta.

This study aimed to know the differences between students’ learning results using Two Stay Two Stray Method and Jigsaw Method on the concept of digestive system. This research was held at SMAN 16 West Jakarta. This study conducted a quasi-experimental study using two-pretests-group-post-test design. The sampling of this study was taken by purposive sampling and the determination of first experimental class and second experimental class were exercised randomly. The subject of the study were 35 students for first experimental class using Two Stay Two Stray Method and 33 students for second experimental class using Jigsaw Method. The instrument of the study was tests of students’ learning results in the form objective tests; those consisted of mutiple choices-which have been tested for validity and reliability-and non test in the form of observation sheet. Analysis of the data used t-test and obtained of tarithmetic 3,198 in significant α 0,05 and

obtained of ttable amount 1,997, so tarithmetic>ttable..This indicated that the null

hypothesis was rejected and Ha accepted, therefore there was the difference

between students’ learning results using Two Stay Two Stray Method and Jigsaw

Method on the concept of digestive system. The result of this study also showed that students’ learning results using Jigsaw Method was better than students’ learning results using Two Stay Two Stray Method.

(7)

i

yang Maha pengasih dan Maha penyayang karena berkat kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan

Jigsaw Pada Konsep Sistem Pencernaan”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan manusia kepada jalan kebenaran dan kebaikan.

Dalam penyusunan skripsi, penulis mendapatkan bimbingan, dukungan dan pengarahan dari berbagai pihak, sehingga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc., Ketua Jurusan Pendidikan IPA dan Ibu Yanti Herlanti, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan IPA Biologi.

3. Bapak Dr. Ahmad Sofyan, M.Pd., Dosen pembimbing I dan Ibu Eny .S. Rosyidatun, MA., Dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran, motivasi, pengarahan, dan waktunya kepada penulis dengan penuh kesabaran dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Pendidikan Biologi yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas semua ilmu yang telah diberikan. 5. Ibu Dra. Hj. Cedarkuine, M.Pd., Kepala SMA Negeri 16 Jakarta yang telah

memberikan izin sepenuhnya untuk dapat melakukan penelitian di sekolah tersebut.

6. Ibu Dra. Farida Obing, guru Biologi SMA Negeri 16 Jakarta yang senantiasa memberikan bimbingan, motivasi, saran selama pelaksanaan penelitian. 7. Kedua Orang tua penulis, Ayahanda Husin dan Ibunda Kholifah S.Pd yang

(8)

ii motivasinya.

8. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2009. Terima kasih atas keceriaan dan kebersamaannya selama belajar di UIN, semoga semua selalu sukses serta tali silahturahmi kita tetap terjalin.

9. Sahabat-sahabat tercinta, Azizah, Oon Musyaropah, dan Fitria Aniatuzahro yang telah memberikan semangat, doa, cinta, serta motivasi kepada penulis. 10.Teman-teman guru di Al-Ihsan yang memberikan motivasi kepada penulis. 11.Dan semua yang membantu menyemangati penulis sehingga penulisan skripsi

ini dapat diselesaikan.

Akhirnya penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga segala perhatian, motivasi dan bantuannya dibalas oleh-Nya sebagai amal kebaikan. Saran yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Jakarta, Februari 2015

(9)

iii

LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II.KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Teoretis ... 6

1. Pembelajaran Kooperatif... 6

2. Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) ... 14

3. Metode Pembelajaran Jigsaw ... 19

4. Perbedaan dan Persamaan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan Jigsaw ... 25

B. Hasil Belajar ... 27

C. Konsep Sistem Pencernaan Pada Manusia ... 31

(10)

iv

A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

B. Metode dan Desain Penelitian ... 35

C. Populasi dan Sampel ... 36

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 37

F. Kalibrasi Instrumen ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 44

H. Hipotesis Statistik ... 47

BAB IV. HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Penerapan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray ... 49

B. Penerapan Metode Pembelajaran Jigsaw ... 51

C. Hasil belajar Siswa ... 53

D. Hasil Penelitian ... 57

E. Pembahasan Hasil Penelitian... 62

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 65

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(11)

v

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 12

Tabel 2.2 Tahapan Kegiatan Metode Pembelajaran Jigsaw ... 22

Tabel 2.3 Perbedaan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw ... 26

Tabel 2.4 Persamaan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw ... 26

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 35

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 37

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian Kognitif Pada Sistem Pencernaan ... 38

Tabel 4.1 Analisis Hasil Belajar Posttest antara Kelas Jigsaw dengan Kelas Two stay Two Stray ... 53

Tabel 4.2 Data (Pretest) Kelas Eksperimen 1 (Kelas Two Stay Two Stray) dan Kelas Eksperimen 2 (Kelas Jigsaw)... 57

Tabel 4.3 Data (Postest) Kelas Eksperimen 1 (Kelas Two Stay Two Stray) dan Kelas Eksperimen 2 (Kelas Jigsaw)... 58

Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas ... 59

Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas ... 60

Tabel 4.6Hasil Uji-t Data Pretest dan Postest Kelas Eksperimen 1 dan Kelas Eksperimen 2 ... 61

(12)
[image:12.595.153.443.270.557.2]

vi

(13)

vii

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Jigsaw ... 70

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Two Stay Two Stray ... 91

Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 112

Lampiran 4 Rekapitulasi Analisis Butir Soal ... 129

Lampiran 5 Instrumen Penelitian ... 131

Lampiran 6 Pembagian Materi Kelompok Ahli Jigsaw ... 136

Lampiran 7 LKS Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray ... 137

Lampiran 8 Perhitungan Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen 2 (Kelas Jigsaw) ... 139

Lampiran 9 Perhitungan Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen 1 (Kelas Two Stay Two Stray) ... 142

Lampiran 10 Perhitungan Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen 2 (Kelas Jigsaw) ... 145

Lampiran 11 Perhitungan Uji Normalitas Data Postest Kelas Eksperimen 1 (Kelas Two Stay Two Stray) ... 148

Lampiran 12 Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Eksperimen 1 (Kelas Two Stay Two Stray) dan Kelas Eksperimen 2 (Kelas Jigsaw) ... 151

Lampiran 13 Uji Homogenitas Data Pretest Kelas Eksperimen 1 (Kelas Two Stay Two Stray) dan Kelas Eksperimen 2 (Kelas Jigsaw) ... 153

Lampiran 14 Uji Hipotesis ... 155

Lampiran 15 Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Jigsaw ... 159

Lampiran 16 Nilai Normal Gain (N-Gain) Kelas Eksperimen Two Stay Two Stray ... 161

Lampiran 17 Lembar Observasi Aktivitas Siswa (Metode Jigsaw) ... 163

(14)

viii

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memang sudah menjadi kebutuhan bagi kehidupan manusia, dimana setiap manusia harus bisa bersaing dalam mempertahankan diri, harkat dan martabat bangsa. Pendidikan juga tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, seperti hadits yang berbunyi “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat”. Maksud dari hadits tersebut adalah bahwa pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat, dimana dapat diibaratkan mencari ilmu dapat dimulai dari masih dalam buaian (kandungan) ibu sampai akhir hayat setiap manusia.

Pendidikan bukan hanya untuk golongan tertentu saja, tetapi semua manusia mempunyai hak yang sama dalam memperoleh pendidikan yang layak. Pendidikan berguna untuk kelangsungan hidup manusia dan juga memperbaiki kehidupan manusia menjadi lebih baik. Untuk memperlancar proses pendidikan diperlukan lembaga sekolah sebagai wadah untuk kegiatan belajar mengajar. Belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan perubahan dalam pengetahuan dan keterampilannya.

Sekolah merupakan sarana untuk peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan dan mengembangkan keterampilan dalam kegiatan belajar, selain itu sekolah juga memberikan pendidikan moral dan etika sehingga dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang baik bagi peserta didik. Oleh karena itu sekolah sebagai pusat pendidikan harus bisa melaksanakan fungsinya dengan baik untuk menyiapkan generasi muda yang nantinya dapat membangun bangsa.

Aktivitas belajar merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa, dimana siswa berperan aktif dalam proses pembelajaran sehingga akan menghasilkan pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan aspek-aspek lain.1 Kenyataannya di dalam kegiatan pembelajaran masih ada juga siswa yang terlihat

1

(16)

kurang antusias dalam belajar, dan banyak yang asyik mengobrol dengan teman lainnya tanpa menghiraukan penjelasan guru serta siswa merasa bosan. Pastinya seorang guru berharap agar suasana di dalam kelas benar-benar hidup dan semua siswa dapat termotivasi terhadap pelajaran.

Guru sebagai pengajar dan pendidik berperan untuk memberikan ilmu yang dimilikinya kepada peserta didik dan memberikan pembinaan yang berhubungan dengan kedisiplinan peserta didik. Di dalam proses pembelajaran guru merupakan penentu keberhasilan belajar peserta didik. Oleh karena itu, guru harus berupaya agar kegiatan di kelas dapat memberikan kesempatan yang luas untuk pengalaman siswa. Guru juga harus bisa memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang sesuai, sehingga kegiatan pembelajaran dapat diselenggarakan dengan efektif.

Berdasarkan data dari RPP guru Biologi kelas 2 pada materi sistem pencernaan diperoleh bahwa proses pembelajaran yang dilakukan menggunakan metode berkelompok. Tetapi pada proses pembelajarannya guru tidak menggunakan variasi lain dari metode berkelompok, hanya sekedar kelompok saja. Oleh karena itu, membuat siswa merasa bosan dalam kegiatan pembelajarannya.

Permasalahan seperti inilah yang perlu diperhatikan oleh setiap guru. Guru harus dapat menerapkan berbagai variasi metode berkelompok yang sesuai dengan keadaan kelas dan siswanya. Alternatif yang dapat dipilih untuk membuat pelajaran biologi lebih menarik dan menyenangkan, dapat meningkatkan keaktifan siswa serta pelajaran biologi lebih mudah dipahami, guru dapat menerapkan dan mengembangakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray dan jigsaw untuk pembelajaran biologi pada materi sistem pencernaan di sekolah.

Metode pembelajaran Two Stay Two Stray menurut Huda seperti dikutip Purmiati dkk, yaitu tipe pembelajaran kooperatif dengan masing-masing kelompok diberikan kesempatan untuk membagikan hasil informasi yang telah didiskusikan kepada kelompok lain.2 Metode ini memiliki variasi berkelompok dalam pembelajarannya. Metode Two Stay Two Stray membuat siswa memiliki peran dan tanggung jawab untuk mengerjakan tugas, dimana masing-masing

(17)

kelompok saling beriteraksi mensharing informasi, sehingga pengetahuan dan pemahaman siswa menjadi berkembang.

Sedangkan metode pembelajaran Jigsaw merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang juga fleksibel. Pada metode pembelajaran berkelompok ini siswa bertanggung jawab untuk mempelajari dan mengajarkan topik tersebut kepada anggota kelompoknya, sehingga mereka dapat saling berinteraksi dan saling membantu.3 Metode pembelajaran ini juga memiliki variasi metode berkelompok lain, dimana terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli, pada proses pembelajarannya siswa saling membantu di dalam kelompok untuk menguasai dan memahami suatu materi pelajaran. Metode ini membuat siswa bertanggung jawab terhadap dirinya dan juga orang lain dan dapat meningkatkan kerja sama kelompok.

Konsep yang digunakan pada penelitian ini adalah sistem pencernaan. Standar Kompetensi (SK) pada materi sistem pencernaan yaitu menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada Salingtemas. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD) yaitu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem pencernaan makanan pada manusia dan hewan (misalnya ruminansia). Materi sistem pencernaan ini meliputi makanan dan fungsi bagi manusia, sistem pencernaan manusia, dan penyakit pada sistem pencernaan manusia. Penelitian ini menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw dalam menyajikan materi sistem pencernaan manusia, karena dalam materi sistem pencernaan ini terdiri dari beberapa sub bab yang cocok untuk digunakan dengan metode kelompok, pemberian argumen/ide, dan bertukar pengetahuan/sharing sesuai dengan karakteristik dari metode-metode tersebut. Jadi untuk melihat dan membandingkan metode pembelajaran yang lebih efektif dalam memahami materi

(18)

sistem pencernaan, maka penelitian ini menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian di sekolah dengan judul penelitian “Perbedaan Hasil

Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan JigsawPada Konsep Sistem Pencernaan.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat didentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Guru di sekolah hanya menerapkan metode pembelajaran kelompok saja tanpa variasi lain dari metode kooperatif pada materi sistem pencernaan yang di lihat dari RPP guru

2. Siswa merasa bosan hanya dengan menggunakan metode kelompok saja tanpa metode kelompok yang bervariasi

C. Pembatasan Masalah

Untuk fokus penelitian ini, maka permasalahan dibatasi hanya pada perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran

Two Stay Two Stray dan Jigsaw pada konsep sistem pencernaan manusia, dan juga dibatasi hanya pada aspek kognitif.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan masalah yang terkait dengan penelitian ini sebagai berikut “Apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw

(19)

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw

pada konsep sistem pencernaan.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam pelaksanaan proses belajar mengajar, harapan dan manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:

a. Membantu guru memberikan informasi dan masukan dalam memilih metode pembelajaran yang tepat, efektif dan menarik sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih inovatif dan membuat siswa aktif.

(20)

BAB II

KAJIAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN

PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Kajian Teoretis

1. Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran koopertif (cooperative learning) merupakan bentuk pembelajaran yang membuat siswa belajar dan bekerja secara bersama-sama di dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, dengan anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang, sehingga dapat menimbulkan interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan guru (multi way traffic communication).1 Dari pendapat ini menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif dilakukan oleh siswa dengan latar belakang yang heterogen atau beragam, dimana dalam proses pembelajaran dapat menimbulkan banyak lalu lintas komunikasi dalam kelompok dan membuat siswa lebih mudah dalam belajar.

Sedangkan menurut Slavin, pembelajaran kooperatif merupakan metode pembelajaran dimana guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil dan kemudian mereka bekerja sama untuk saling membantu mempelajari materi pelajaran.2 Slavin lebih menekankan pada cara atau kegiatan yang meliputi aspek sosial yang harus dilakukan oleh siswa selama proses pembelajaran di dalam kelompok kecil supaya tujuan dari pembelajaran dapat tercapai.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang menggunakan kelompok atau tim kecil dalam kegiatan pembelajarannya dengan latar belakang dan keahlian siswa yang berbeda, dimana mengutamakan anggota kelompok siswa saling bekerja sama dan

1 Rusman, Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2011), Cet. 4, h. 202 -203.

2Van Dat Tran, “The Effects of Cooperative Learning on the Academic Achievement and

(21)

membantu untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru sehingga akan mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif berbeda dari belajar dalam bentuk kelompok biasa, karena pembelajaran kooperatif memiliki belajar kelompok yang terstruktur. Ini berarti tidak semua belajar di dalam kelompok merupakan pembelajaran kooperatif.

b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode pembelajaran lain, karena pada pembelajaran kooperatif memiliki karakteristik atau ciri-ciri, unsur-unsur, dan terdapat proses belajar kelompok yang terarah. Secara umum ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif antara lain:

1) Pembelajaran secara tim

2) Berdasarkan pada manejemen kooperatif 3) Membutuhkan kemauan untuk bekerja sama

4) Meningkatkan keterampilan bekerja sama dalam memecahkan masalah (proses kelompok).3

Ciri-ciri tersebut menekankan bahwa dalam pembelajaran kooperatif memerlukan kerja sama siswa dalam kelompok. Selain itu juga setiap anggota kelompok siswa bukan saja harus diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi juga ditanamkan perlunya saling membantu, misalnya siswa yang pintar membatu siswa yang kurang pintar.

Selain karakteristik diatas, karakteristik pembelajara kooperatif diantaranya sebagai berikut:

1) Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi akademis

2) Anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang, dan tinggi

3 Budihartin Dwi Meilawati, Aunillah dan Kusno, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar

(22)

3) Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin

4) Sistem penghargaan mengutamakan kepada kelompok daripada individu4 Siswa dalam kelompok pembelajaran kooperatif harus memiliki latar belakang yang heterogen, baik dari kemampuan akademis, jenis kelamin, dan juga suku atau ras, sehingga setiap siswa dapat belajar dari siswa lainnya. Sistem penghargaan juga lebih menekankan kepada kelompok, karena semua proses pembelajaranya adalah kerja sama tim.

Terdapat tiga konsep utama karakteristik pembelajaran kooperatif. Tiga konsep yang dimaksud ini adalah seperti berikut:

1) Penghargaan kelompok. 2) Tanggungjawab individu.

3) Kesempatan yang sama untuk berhasil.5

Kelompok yang memiliki kinerja yang bagus dalam proses pembelajarannya akan mendapatkan penghargaan kelompok sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh guru. Karena penghargaan yang diberikan berdasarkan kelompok maka setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan untuk saling membantu. Jadi di dalam kelompok setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk memberikan hasil yang terbaik dalam kelompoknya.

c. Unsur-unsur dan Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson seperti dikutip Agus Suprijono, mengatakan “bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif”. Terdapat lima unsur untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif antara lain:

1) Saling ketergantungan positif (Positive interdependence)

2) Tanggung jawab perseorangan (Personal responsibility)

4Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, 2009), Cet. 1, h. 233

(23)

3) Interaksi promotif (Face to face promotive interaction)

4) Komunikasi antaranggota (Interpersonal skill)

5) Pemrosesan kelompok (Group processing).6

Unsur pertama dalam pembelajaran kooperatif adalah saling ketergantungan positif. Unsur ini membuat siswa saling bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai keberhasilan kelompok. Siswa memiliki pertanggungjawaban kelompok dalam mengerjakan tugas, karena jika terdapat siswa didalam kelompok yang mengalami kesulitan dan tidak sukses maka siswa lainnya juga tidak akan sukses. Jadi dalam unsur ini kerja sama siswa dalam kelompok mempunyai andil dalam suksesnya kelompok.

Unsur kedua pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab perseorangan. Dalam unsur ini masing-masing siswa dalam kelompok memiliki tanggung jawab sendiri terhadap tugas yang diberikan guru. Dengan demikian jika terdapat siswa yang mengalami kesulitan dalam kelompok maka siswa lain harus membantu, sehingga semua siswa berkontribusi terhadap kelompoknya masing-masing.

Unsur ketiga pembelajaran kooperatif adalah interaksi promotif. Pada unsur ini, setiap siswa harus saling berinteraksi di dalam kelompok maupun dengan siswa di kelompok lain. Interaksi ini dilakukan supaya siswa dapat saling membantu dalam mengerjakan tugas dan siswa juga dapat memberikan ide terhadap tugas yang dikerjakan. Unsur ini dapat meningkatkan interaksi antar siswa.

Unsur keempat pembelajaran kooperatif adalah keterampilan berkomunikasi. Keterampilan ini sangat diperlukan dalam proses pembelajaran di kelompok. Proses pembelajaran di dalam kelompok tidak akan berjalan jika komunikasi antar siswa kurang baik dan siswa tidak dapat mengkordinasikan tugas. Jadi siswa harus dapat saling berkomunikasi dengan siswa lainnya di dalam kelompok supaya tidak terjadi miss communication dalam mengerjakan tugas.

Unsur kelima pembelajaran kooperatif adalah pemrosesan kelompok. Proses kelompok ini terjadi jika siswa di dalam kelompok dapat berdiskusi dan

(24)

berinteraksi dengan baik untuk mengerjakan tugas. Tujuan proses kelompok ini membuat semua siswa memberikan kontribusi yang baik untuk kelompoknya masing-masing.

Selain unsur-unsur diatas, ada juga unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif antara lain:

1) Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya, memiliki tujuan yang ama.

4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya

5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah atau penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.7

Dari unsur-unsur di atas menekankan bahwa pembelajaran kooperatif harus memperhatikan aspek sosial dalam proses pembelajarannya supaya tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat tercapai dan masing-masing kelompok memiliki kesempatan untuk mendapatkan penghargaan terbaik.

d. Tujuan dan Manfaat Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran antara lain:

1) Hasil akademik

2) Toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman 3) Pengembangan keterampilan sosial.8

7 Rusman, op. cit., h. 208.

(25)

Dalam pembelajaran kooperatif meskipun meliputi berbagai tujuan sosial, juga memperbaiki perestasi siswa dalam belajar. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran ini unggul dalam hal membantu siswa memahami konsep-konsep sulit. Tujuan lain pembelajaran kooperatif adalah penerimaan yang luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, suku, budaya, kelas sosial , dan kemampuan. Tujuan pembelajaran kooperatif ini memberikan dampak yang positif bagi siswa-siswa. Proses pembelajaran ini akan mengembangkan keterampilan siswa dalam membangun hubungan yang baik dengan orang lain dan juga nantinya bermanfaat di luar sekolah. Selain itu juga memberikan hasil prestasi akademik siswa.

Selain itu, terdapat manfaat pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa, yaitu;

1) Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran dan prestasi akademik, 2) Meningkatkan kemampuan mengingat para siswa

3) Meningkatkan kepuasan siswa terhadap pengalaman belajarnya

4) Membantu siswa mengembangkan keterampilan komunikasi dan sosial siswa

5) Memberi motivasi kepada siswa untuk mempelajari bahan pembelajaran dengan lebih baik

6) Meningkatkan rasa percaya diri siswa

7) Membantu meningkatkan hubungan positif antar suku/ ras.9

Dapat dilihat bahwa manfaat pembelajaran kooperatif memberikan pengaruh yang baik untuk proses pembelajaran. Manfaat pembelajaran ini akan memudahkan siswa dalam memahami pelajaran. Pada pembelajaran kooperatif, siswa diajarkan untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran seperti berdiskusi, mengemukakan pendapat, dan bertanya. Kemudian siswa di dalam kelompok

9

Ahmad Tangguh Putra Nursetiaji, Eko Supraptono dan Sugiyarto, “Penerapan Metode

Cooperatif Two Stay Two Stray dalam Pembelajaran Merakit Instalansi Komponen PC di SMK,”

(26)

dapat mengkonstruk pengetahuan bersama-sama dan juga siswa dapat saling berkomunikasi untuk memecahkan masalah dalam mengerjakan tugas.

e. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

[image:26.595.113.512.280.699.2]

Terdapat enam langkah utama tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif, yaitu sebagai berikut:10

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tahap Pembelajaran

Kooperatif

Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa melalui demonstrasi atau bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Tahap 6

Memberikan penghargaan

Guru memberikan penghargaan hasil belajar baik secara individu dan kelompok.

(27)

Prosedur pembelajaran kooperatif terdiri atas empat tahap. Empat tahap tersebut antara lain:

1) Penjelasan materi 2) Belajar kelompok 3) Penilaian

4) Pengakuan tim.11

Prosedur pertama ini guru memberikan penjelasan materi secara umum sebelum siswa belajar di dalam kelompoknya masing-masing. Penjelasan ini bertujuan supaya siswa ketika di dalam kelompok sudah mengerti dan memhami materi yang dipelajari. Siswa akan lebih mudah bekerja di dalam kelompok setelah mendengarkan penjelasan guru.

Prosedur kedua ini siswa sudah belajar di dalam kelompoknya maisng-masing. Siswa saling bekerja sama dengan siswa lainnya di dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru. Masing-masing siswa juga bertanggung jawab terhadap hasil yang dikerjakannya di dalam kelompok

Prosedur ketiga ini adalah penilaian, dimana guru memberikan penilaian terhadap tugas yang dikerjakan dalam kelompok. Guru menilai kemampuan individu maupun kelompok ketika mengerjakan tugas. Penilaian juga dapat berupa tes atau kuis.

Prosedur keempat ini adalah pengakuan tim, guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik. Selain penghargaan yang diberikan, guru dapat juga memberikan hadiah kepada kelompok terbaik. Tujuan dari pengakuan tim ini adalah supaya memotivasi siswa untuk belajar lebih rajin lagi.

f. Keunggulan dan kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa keunggulan di dalam proses kegiatan pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:

a) Membantu siswa memperoleh keterampilan pembelajaran b) Meningkatkan kemampuan untuk komunikasi

(28)

c) Meningkatkan kemampuan siswa dalam hal pemahaman pengetahuan d) Membuat siswa memiliki sikap positif terhadap pembelajaran mereka

sendiri.12

Pembelajaran kooperatif ini memiliki kelebihan yang sangat bermanfaat bagi siswa dalam kegiatan pembelajaran. Pada pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Hal ini karena dalam kegiatan pembelajarannya menuntut siswa untuk aktif dalam belajar melalui kerja sama di dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif ini juga membuat siswa dapat bersikap positif seperti menghargai, meningkatkan interakasi dan menjaga hubungan baik dengan siswa lain.

Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa kelemahan jika siswa dalam anggota kelompok tidak mengerti pentingnya kerjasama dalam kelompok. Kelemahan yang biasanya terjadi dalam belajar kelompok adalah dapat menjadi tempat mengobrol siswa, selain itu ada beberapa siswa yang hanya mengandalkan teman kelompoknya untuk mengerjakan tugas. Selain itu proses pembelajarannya membutuhkan waktu yang lebih banyak, sementara waktu pelaksanaan metode ini harus disesuaikan dengan beban kurikulum. Kelemahan pembelajaran ini akan memberikan pengaruh terhadap jalannya kegiatan proses pembelajaran. Jadi dalam pembelajaran kooperatif tidak selamanya memiliki keunggulan dalam proses belajarnya.

2. Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray

a. Pengertian Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray

Metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dikembangkan oleh Spencer Kagan dan disebut juga dengan metode “Dua Tinggal Dua Tamu”. Metode ini dapat digunakan pada semua mata pelajaran dan semua tingkatan usia peserta didik. Struktur Dua tinggal Dua Tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk sharing dan membagikan hasil informasi yang telah di dapat

(29)

kepada kelompok lain.13 Pada saat siswa bertamu ke kelompok lain maka terjadilah proses bertukar informasi yang saling melengkapi. Kemudian ketika proses kegiatan belajar berlangsung siswa akan bertatap muka sehingga terjadi komunikasi dan interaksi. Oleh karena itu Pembelajaran seperti ini akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk membagikan hasil diskusi dan informasi tentang suatu materi kepada kelompok lain.

Model Ttwo Stay Two Stray menurut indriyani yang dikutip dari Nur Ida Fitriyah dkk adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan aktivitas siswa dan menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.14 Pembelajaran ini membuat semua siswa di dalam kelompok berperan dalam mengerjakan tugas, karena mereka mempunyai tugas sendiri-sendiri yang harus dikerjakan. Masing-masing siswa mempunyai tanggung jawab untuk keberhasilan tugas yang dikerjakan, sehingga akan meningkatkan aktivitas siswa dalam kelompok.

Metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan bagian dari metode pembelajarankooperatif dengan mengelompokkan peserta didik ke dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang. Kemudian mereka diberi tugas untuk membahas materipelajaran bersama dengan teman sekelompoknya, setelah itu mereka akan bertukar anggota sementara untuk saling membagikan hasil diskusi dan kerja kelompok kemudian didiskusikan kembali dengan anggota kelompok lainnya.15

Ciri dari metode pembelajaran ini yaitu adanya dua orang siswa yang berperan sebagai tamu dan siswa lainnya berperan sebagai penerima tamu di

13

Zainuddin, Budiyono, dan Imam Sujadi, “Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray dan Numbered Heads Together pada Materi Pokok Fungsi Ditinjau dari Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas VIII SMP Negeri Se-Kota Surakarta,” Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. 2 No. 2, 2014, h. 122.

14

Nur Ida Fitriyah, Eling Purwantoyo, Chasnah, “Efektivitas Kooperatif Two Stay – Two Stray Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa,” Unnes Journal Of Biology Education, Vol 1 No. 2, 2011, h. 33.

15

Uswatun Khasanah, “Keefektifan Penggunaan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray

(TS-TS) pada Pembelajaran Keterampilan Membaca Bahasa Jerman di SMA Negeri I Sedayu”,

(30)

dalam kelompok. Siswa yang berperan sebagai penerima tamu ini bertugas untuk menyajikan hasil kerja kelompok dan membagi informasi kepada tamu dari kelompok lain sedangkan siswa yang berperan sebagai tamu bertugas mendatangi kelompok lain untuk mensharing hasil informasi tugas. Jadi pembagian informasi pada metode Two Stay Two Stray ini dilakukan dengan saling bertamu antar kelompok. Pada metode TSTS ini semua siswa berperan aktif dalam berdiskusi, memahami materi, dan mencari jawaban sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif.

b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray

Menurut buku karangan Agus Suprijono terdapat beberapa langkah metode pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) antara lain:

1) Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. 2) Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa

permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya bersama.

3) Setelah diskusi intrakelompok selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain.

4) Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. 5) Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua

kelompok. Jika mereka telah meneyelesaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.

6) Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka kerjakan.16

Kelompok yang dibentuk dalam metode ini merupakan kelompok heterogen yang bertujuan memberikan kesempatan siswa untuk saling membelajarkan dan mendukung. Pada tahap ini terlihat bahwa semua siswa di

(31)

dalam kelompok berpartisipasi dan mendapatkan tugas masing-masing. Masing-masing kelompok saling berbagi hasil diskusi dan informasi tugas.

Sedangkan seperti yang dikutip dijurnal karangan Mimi Handayani, dkk ada beberapa langkah-langkah dalam metode TSTS, yaitu sebagai berikut:

1) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang terdiri dari empat orang.

2) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.

3) Dua orang siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan hasil temuan mereka dari kelompok lain.

5) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.17

Jadi dari penjelasan di atas bahwa langkah-langkah metode pembelajaran

Two Stay Two Stray adalah siswa berkelompok kemudian setiap kelompok diberi permasalahan yang harus didiskusikan jawabannya. Setelah diskusi dalam kelompok, dua dari anggota kelompok bertamu ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi dan dua anggota dari kelompok tetap tinggal untuk membagikan informasi kepada tamu yang datang. Setelah semua informasi didapatkan. Mereka kembali ke kelompok masing-masing untuk berdiskusi mengenai informasi yang diperoleh.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray

Beberapa kelebihan dari metode pembelajaran Two Stay Two Stray antara lain:

1) Penerapannya bisa untuk semua kelas/tingkatan 2) Proses belajar siswa menjadi lebih bermakna 3) Berorientasi pada keaktifan siswa

(32)

4) Memunculkan karakter berani pada siswa dalam mengungkapkan pendapatnya

5) Memupuk kekompakan dan rasa percaya diri siswa

6) Peningkatan kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan 7) Meningkatkan minat dan prestasi belajar.

18

Melalui penerapan metode pembelajaran ini memberikan banyak hal positif kepada siswa. Hal positif yang dimaksud berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dapat meningkat. Kemudian juga membangun hubungan dan interaksi yang baik antar siswa.

Selain itu artikel karangan Purmiati dkk, menyebutkan kelebihan dari model Two Stay Two Stray adalah siswa cenderung menjadi aktif karena dapat berperan dalam pembelajaran, pemahaman siswa akan senantiasa bertambah karena adanya pertukaran informasi dalam satu kelompok ke kelompok lain, dan pembelajaran di kelas menjadi lebih menyenangkan.19

Proses pembelajarannya membuat siswa tidak dibeda-bedakan dalam kelompok saat pembelajaran, menyelesaikan tugas, latihan yang diberikan oleh guru dengan berkelompok. Sehingga siswa aktif dalam pembelajaran dan memberikan efek positif pada pembelajaran yang sedang berlangsung. Jadi proses pembelajarnnya akan menjadi lebih bermakna.

Sedangkan kekurangan lain dari metode pembelajaran Two Stay Two Stray

yaitu sebagai berikut:

1) Waktu yang dibutuhkan lama

2) Siswa lebih cenderung tidak mau belajar dalam kelompok 3) Membutuhkan banyak persiapan bagi guru

4) Dalam pengelolaan kelas, guru mengalami kendala-kendala.20

18 Surianto, Muhammad Akhyar, Joko Nurkamto, “Penerapan Model Pembelajaran dengan

Metode Two Stay Two Stray (TS-TS) Pada Mata Diklat Teknik Mesin di SMK Muhammadiyah Sumowono,”Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran, Vol.2 No.2, 2014, h. 206.

19

Purmiati, R. Wakhid Akhdinirwanto, H. Ashari, “Penerapan Metode Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray untuk Peningkatan Aktivitas Belajar IPA Siswa di SMP Negeri 7 Purworejo,” Jurnal Radiasi, Vol. 1 No. 1, 2011, h. 5. (tersedia online di http://www.ejournal. umpwr. ac. idindex.php/radiasi/article/download/230/259artikel inidiakses pada14 Februari 2013)

(33)

Jadi selain mempunyai keunggulan, metode pembelajaran ini juga mempunyai kelemahan dalam proses pembelajarannya. Metode pembelajaran ini membutuhkan persiapan yang matang karena proses pembelajaranya membutuhkan waktu yang lama dan pengelolaan kelas yang optimal.

3. Metode Pembelajaran Jigsaw

a. Pengertian Metode Pembelajaran Jigsaw

Jigsaw dikembangkan oleh Aronson, Jigsaw merupakan salah satu model kooperatif yang terdiri dari beberapa orang di dalam kelompok yang memiliki masing-masing tugas mempelajari materi tertentu dan saling mengajarkan materi tersebut.21 Pengertian ini menekankan bahwa metode ini menuntut siswa untuk memiliki keterampilan belajar dan sikap sosial. Kegiatan pembelajarannya membuat siswa sangat berperan untuk mengerjakan tugas sehingga cocok digunakan untuk semua kelas. Siswa memiliki tanggung jawab yang besar dalam melaksanakan pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode jigsaw menurut Arends yang dikutip dari Luh Sri Sudharmini dkk adalah siswa belajar dalam kelompok yang anggotanya berkemampuan heterogen dan masing-masing siswa bertanggungjawab atas satu bagian dari materi.22

Siswa di dalam kelompok belajar dengan latar belakang yang berbeda baik kemampuan belajar yang rendah, sedang dan tinggi. Dalam metode ini, setiap siswa dalam suatu kelompok diberikan hanya pada suatu bagian materi. Selanjutnya, masing-masing siswa akan menjelaskan kepada kelompoknya materi yang diperoleh sehingga dalam metode ini setiap siswa akan berusaha memahami bagian materi yang didapatkan.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw juga merupakan strategi pembelajaran yang kooperatif dan fleksibel. Pada metode pembelajaran berkelompok ini siswa bertanggung jawab untuk mempelajari dan mengajarkan topik tersebut kepada

21 Faad Maonde, dkk, “The Discrepancy of Students’ Mathematic Achievement through Cooperative Learning Model, and the ability in mastering Languages and Science,” International Journal of Education and Research, Vol. 3 No. 1 January 2015, h. 145.

22

(34)

anggota kelompoknya, sehingga mereka dapat saling berinteraksi dan saling membantu.23

Metode pembelajaran ini juga memiliki variasi metode berkelompok lain, dimana terdiri dari kelompok asal dan kelompok ahli. Pada proses pembelajarannya siswa saling membantu di dalam kelompok untuk menguasai dan memahami suatu materi pelajaran. Metode ini membuat siswa bertanggung jawab terhadap dirinya dan juga orang lain dan dapat meningkatkan kerja sama kelompok.

Menurut Sengul dan Katranci, dalam model pembelajaran Jigsaw semua siswa dalam kelompok Jigsaw mempelajari subjek tertentu bersama-sama dan setelah itu, siswa kembali ke kelompok asal dan membagi pengetahuannya.24

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran

Jigsaw adalah metode berkelompok yang membuat semua siswa terlibat secara aktif dan beranggung jawab, dimana masing-masing anggota kelompok siswa bertukar pengetahuan atau mensharing materi tertentu kepada anggota kelompok siswa lain di dalam kelompok ahli dan hasil dari sharing tersebut akan di sampaikan kepada kelompok asal.

b. Langkah-langkah Metode Pembelajaran Jigsaw

Langkah-langkah dalam pelaksanaan metode pembelajaran Jigsaw sebagai berikut:

1) Guru mengenalkan topik atau materi yang akan dipelajari

2) Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil, kelompok ini disebut kelompok asal

3) Setelah kelompok asal terbentuk, guru membagikan materi tekstual kepada setiap kelompok. Setiap orang dalam kelompok menerima materi yang berbeda.

23 M. A. Hertiavi, H. Langlang, dan S. Khanafiyah, op. cit., h. 54 24

(35)

4) Membentuk expert teams (kelompok ahli). Kelompok ahli ini terdiri dari kelompok asal yang anggotanya mempelajari materi yang sama.

5) Setelah terbentuk kelompok ahli, guru memberikan kesempatan kepada mereka untuk berdiskusi

6) Setelah diskusi kelompok selesai, mereka kembali ke kelompok asal. Kemudian mereka saling mengajarkan dan menyampaikan hasil diskusi kelompok ahli.

7) Guru menutup pembelajaran dengan memberikan review terhadap topik atau materi yang telah dielajari. 25

Pada proses pembelajaran Jigsaw peserta didik dituntut aktif dalam proses belajar mengajar dan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Metode ini menarik untuk digunakan karena setiap siswa harus memahami suatu materi dan siswa dapat berbagi pengetahuan dengan siswa lainnya. Dengan ini siswa akan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menambah prestasi belajarnya. Selain itu siswa bisa mengembangkan kemampuannya dengan cara diskusi-diskusi dan latihan soal.

Dalam artikel karangan Ary Widi Kristiani, terdapat beberapa tahapan yang dilakukan dalam menggunakan metode Jigsaw adalah sebagai berikut:

1) Siswa dikelompokkan ke dalam 6 anggota tim.

2) Setiap siswa dalam tim diberikan bagian materi yang berbeda. 3) Setiap anggota dalam tim diberikan bagian materi yang ditugaskan

4) Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.

5) Setelah selesai diskusi, setiap anggota dalam tim ahli kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

6) Setiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 7) Guru memberikan evaluasi.

(36)

8) Penutup.26

[image:36.595.100.541.187.597.2]

Jadi dari langkah-langkah diatas dapat diketahui tahapan metode pembelajaran Jigsaw yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Tahapan Kegiatan Metode Pembelajaran Jigsaw

Tahapan Kegiatan Keterangan

Pertama Membentuk kelompok besar

Guru membagi siswa dalam kelompok yang heterogen berjumlah 5-6 orang dan disebut kelompok asal

Kedua Membagikan tugas

materi membentuk untuk membentuk kelompok ahli

Membagi tugas materi yang berbeda pada setiap siswa dalam tiap kelompok

Ketiga Diskusi kelompok ahli Siswa berdiskusi dalam kelompok ahli berdasarkan kesamaan materi yang diberikan

Keempat Diskusi kelompok Siswa berdiskusi kembali dalam kelompok asalnya dan masing-masing siswa menjelaskan materi yang sudah didiskusikan dalam kelompok ahli

Keenam Pemberian penghargaan Memberikan penghargaan kepada kelompok

Guru memberikan materi yang berbeda kepada setiap siswa di dalam kelompok dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari materinya. Selanjutnya para anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda tetapi mempelajari materi yang sama (kelompok ahli) bertemu untuk belajar dan saling

(37)

membantu dalam mempelajari materi tersebut. Kemudian siswa kembali ke kelompok asalnya dan mengajarkan materi yang telah mereka pelajari dalam kelompok ahli kepada temannya di kelompok asal. Setelah pertemuan dan diskusi pada kelompok asal selesai, siswa mengerjakan kuis secara individu tentang berbagai materi yang telah dipelajari.

[image:37.595.131.496.253.654.2]

Berikut ini adalah gambaran ilustrasi kelompok Jigsaw:

Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw Kelompok asal

Kelompok Ahli Keterangan:

A : Siswa yang mempelajari topik 1 B : Siswa yang mempelajari topik 2 C : Siswa yang mempelajari topik 3 D : Siswa yang mempelajari topik 4 E : Siswa yang mempelajari topik 5

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Jigsaw

Kelebihan metode pembelajaran jigsaw yaitu sebagai berikut:

1) Dapat mengembangkan hubungan pribadi yang positif di antara siswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda

Klmpk 1 A B C D E

Klmpk 2 A B C D E

Klmpk 3 A B C D E

Klmpk 4 A B C D E

Klmpk 5 A B C

D E

Klmpk 6 A B C

D E

Klmpk 1 A A A A A A

Klmpk 2 B B B B B B

Klmpk 3 C C C C C C

Klmpk 4 D D D D D D

(38)

2) Menerapkan bimbingan sesama teman 3) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi 4) Memperbaiki kehadiran

5) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar 6) Sikap apatis berkurang

7) Pemahaman materi lebih mendalam 8) Meningkatkan motivasi belajar.27

Metode pembelajaran Jigsaw ini di dalam kelompok yang beragam akan membangun hubungan sosial antar siswa dan aspek sosial ini terbentuk karena siswa merasa belajar dalam suasana yang nyaman dalam kelompok. Proses belajar juga akan menjadi bermakna dan menyenangkan.

Selain itu, metode pembelajaran Jigsaw ini juga memiliki berbagai pengaruh yang bersifat positif terhadap perkembangan anak yaitu sebagai berikut:

1) Meningkatkan hasil belajar 2) Meningkatkan daya ingat

3) Dapat digunakan untuk mencapai tarap penalaran tingkat tinggi 4) Mendorong tumbuhnya motivasi intrinsik (kesadaran individu) 5) Meningkatkan hubungan antarmanusia yang heterogen

6) Meningkatakan sikap anak yang positif terhadap sekolah 7) Meningkatakan sikap positif terhadap guru

8) Meningkatkan harga diri anak

9) Meningkatkan perilaku penyesuaian sosial yang positif, dan 10) Meningkatkan keterampilan hidup bergotong-royong.28

Berdasarkan uraian diatas maka kelebihan metode pembelajaran Jigsaw

antara lain dapat membuat siswa memusatkan perhatian kepada pembelajaran,

27 Ilham Joko Saputra, “Studi Komparasi Antara Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw dengan Metode Ceramah Bervariasi Terhadap Hasil Belajar Akuntansi Materi Jurnal Penyesuaian Pada Siswa Kelas XI IPS Madrasah Aliyah Negeri Purwodadi Tahun Ajaran 2010/2011”, Skripsi pada Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang, Semarang, 2011, h. 32, tidak dipublikasikan, (tersedia online di http://lib.unnes.ac.id/7739/1/10301.pdf skripsi ini diakses pada 19 September 2013)

(39)

sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran dan juga keterampilan sosial. Hal tersebut terlihat dari adanya kerja sama antar siswa dalam metode ini yang bertujuan untuk memahami materi pelajaran. Kerjasama tersebut melatih keterampilan siswa untuk dapat bersosialisasi dengan siswa lainnya dan juga akan mempengaruhi keaktifan siswa dalam kegiatan belajar.

Metode pembelajaran jigsaw juga memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu:

1) Jika guru tidak mengingatkan siswa untuk selalu menggunakan keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing, maka dikhawatirkan kelompok akan memiliki kendala dan macet dalam pelaksanaan diskusi.

2) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misalnya jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.

3) Membutuhkan waktu yang lebih lama.29

Berdasarkan uraian di atas kekurangan dari pembelajaran kooperatif

Jigsaw yaitu, kegiatan belajar-mengajar membutuhkan lebih banyak waktu dibandingkan dengan metode yang lain, bagi guru metode ini memerlukan kemampuan lebih karena setiap kelompok membutuhkan penanganan yang berbeda. Guru harus selalu memberikan bimbingan dalam proses belajarnya supaya diskusi kelompok tidak menjadi kacau.

4. Perbedaan dan Persamaan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray

(TSTS) dan Jigsaw

Metode pembelajaran Jigsaw dan metode pembealajaran Two Stay Two Stray termasuk ke dalam pembelajaran kooperatif. Kedua metode pembealajaran ini memiliki perbedaan dan persamaan. Perbedaan dan persamaan dari metode

(40)

pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw di uraikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 2.3 Perbedaan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dan Jigsaw

Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray Metode Pembelajaran Jigsaw a. Biasanya terdiri dari 4 atau 6 orang siswa

dalam kelompok.

b. Pada metode pembelajaran ini terdapat 2 orang siswa yang”tinggal” dalam kelompok sebagai penerima tamu dan siswa lainnya bertamu ke kelompok lain.

c. Masing-masing kelompok membagikan

(mensharing) informasi hasil dari bertukar pengetahuan kepada kelompok lain dengan cara bertamu atau mendatangi kelompok lain.

Biasanya terdiri dari 4 – 6 orang siswa dalam kelompok.

Pada metode pembelajaran ini terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.

[image:40.595.114.524.193.543.2]

Masing-masing anggota kelompok bertukar pengetahuan atau mensharing materi tertentu kepada anggota kelompok lain di dalam kelompok ahli dan hasil dari sharing tersebut akan di sampaikan kepada kelompok asal.

Tabel 2.4 Persamaan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw

Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray Metode Pembelajaran Jigsaw a. Pembelajaran kooperatif

b. Pembelajarannya berpusat pada siswa (student center), yaitu dimana siswa berpartisipasi dan berperan aktif di dalam keseluruhan proses kegiatan pembelajaran

Pembelajaran kooperatif

(41)

B. Hasil Belajar

Belajar adalah satu kata yang sudah sering kita dengar di lapisan

masyarakat dan sekitar kita. Kegiatan belajar tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Belajar adalah usaha mengubah tingkah laku.30 Pernyataan

ini berarti bahwa ketika siswa melakukan proses belajar maka yang dihasilkan

bukan hanya perubahan pengetahuan dan keterampilan kearah yang lebih baik

tetapi juga sikap dan nilai yang positif. Perubahan ini merupakan hasil dari suatu

kegiatan yang telah dipelajari.

Di dalam buku karangan Sardiman mengatakan bahwa belajar itu

senantiasa merupakan serangkaian kegiatan seperti membaca, mengamati

mendengarkan, meniru dan lain sebagainya dan dapat membawa perubahan

tingkah laku atau penampilan.31 Dari uraian tersebut belajar merupakan sebagai

perubahan tingkah laku dari kegiatan yang siswa lakukan dalam belajar. Belajar

dapat dikatakan sebagai serangkaian kegiatan yang menuju perkembangan dan

peningkatan siswa untuk mencapai keberhasilan.

Sedangkan menurut Witig seperti yang dikutip oleh Muhibbin Syah mendefinisikan belajar sebagai: “any relatively permanent change in an

organism’s behavioral repertoire that occurs as a result of experience. Belajar

adalah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam atau keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman”.32

Jika

semua siswa melakukan dan menjalankan proses dari kegiatan belajar dengan baik

30 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. 19, h. 21, 2011.

31ibid., h. 20.

(42)

maka akan mendapatkan hasil yang sama. Kemudian hasilnya akan digunakan

sebagai pengalaman untuk di masa depan. Seseorang dapat dikatakan belajar jika

dapat melakukan segala sesuatu dengan melakukan latihan-latihan sehingga dapat

berubah.

Secara umum, belajar juga dapat dikatakan sebagai suatu proses interaksi antara manusia dengan lingkungannya.33Di dalam proses belajar siswa harus bisa memiliki kemampuan interaksi Dari pendapat beberapa ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan yang memerlukan proses dan usaha untuk membantu peserta didik dalam membentuk suatu perubahan pengetahuan, kepribadian, kecerdasan, watak dan sikap. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluargannya sendiri.

Dalam buku karangan Agus Suprijono ada beberapa prinsip-prinsip belajar yaitu sebagai berikut:34

1) Prinsip belajar adalah perubahan perilaku 2) Belajar merupakan proses

3) Belajar merupakan bentuk pengalaman.

Dari uraian diatas bahwa perubahan perilaku sebagai hasil belajar seperti meliputi pengetahuan, keterampilan dan juga sikap. Proses belajar dilakukan dengan serangkain kegiatan yang harus dilakukan siswa dan belajar terjadi karena adanya kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Siswa dalam belajar akan menghasilkan pengalaman yang bermanfaat untuk masa depan.Pengalaman yang terjadi adalah hasil dari interaksi antara siswa dengan lingkungannya.

Terdapat beberapa prinsip-prinsip belajar lain yang penting untuk diketahui, antara lain:

(43)

1) Belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya. 2) Belajar memerlukan proses dan tahapan serta kematangan diri para siswa. 3) Belajar akan lebih mantap dan efektif bila didorong dengan motivasi dari

dalam diri

4) Belajar merupakan proses percobaan dan pembiasaan.

5) Kemampuan belajar seorang siswa harus diperhitungkan dalam rangka menentukan isi pelajaran.

6) Belajar dapat melakukan tiga cara yaitu, diiajar secara langsung, pengalaman langsung, serta pengenalan atau peniruan.

7) Belajar melalui praktik atau mengalami langsung

8) Perkembangan pengalaman peseta didik banyak mempengaruhi kemampuan belajar yang bersangkutan.35

Prinsip belajar memberikan arah kepada guru tentang apa yang sebaiknya dilakukan dalam proses kegiatan belajar, supaya siswa-siswa dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Prinsip belajar ini membuat proses belajar siswa yang dilakukan dapat mencapai hasil yang diharapkan. Prinsip belajar menekankan kepada proses pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan membuat siswa menjadi termotivasi, sehingga nantinya akan menghasilkan perbuatan, keterampilan, pengetahuan yang baik. Jadi dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa prinsip belajar sebagai pegangan dalam proses belajar yang menghasilkan pencapaian hasil belajar. Prinsip belajar ini akan membantu siswa mencapai hasil belajar yang diinginkan.

Hasil belajar adalah suatu proses pembelajaran yang menghasilkan pola perbuatan, tindakan, nilai, sikap, apresiasi dan ketrampilan yang mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan juga psikomotorik.36 Pernyataan ini berarti bahwa hasil belajar tidak hanya berupa nilai-nilai yang dapat terlihat tetapi juga perubahan dalam perbuatan, sikap, dan keterampilan yang ditunjukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

35

Sardiman, op. cit., h. 24 – 25.

(44)

Selain itu juga ada pengertian bahwa hasil belajar adalah prestasi peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku. Hasil belajar atau prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak dan menilai informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar.37

Hasil belajar merupakan peristiwa yang terjadi di dalam diri seseorang. Peristiwa tersebut dimulai dari adanya perubahan kognitif atau pengetahuan dan kemudian berpengaruh terhadap perilaku. Dengan demikian perilaku belajar seseorang didasarkan kepada tingkat pengetahuan terhadap sesuatu yang dipelajari yang kemudian diketahui melalui tes dan pada akhirnya akan memunculkan hasil belajar dalam bentuk nilai.

Jadi hasil belajar adalah suatu perolehan perubahan yang bersifat positif dalam hal tingkah laku, pengetahuan, sikap dan kecerdasan yang dicapai oleh seseorang akibat dari serangkaian proses kegiatan belajar mengajar yang telah dijalaninya. Hasil belajar ini dapat diperoleh melalui evaluasi atau penilaian terhadap perubahan tingkah laku dan pengetahuan tersebut.Hasil dari proses pembelajaran yang dapat dilihat ini merupakan tujuan dari pembelajaran dan dapat digunakan oleh siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar peserta didik, diantaranya sebagai berikut:38

1) Faktor Internal 2) Faktor Eksternal

Faktor internal ini yang berasal dari dalam diri siswa, misalnya seperti faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis berhubungan dengan keadaan fisik siswa berupa kesehatan. Sedangkan faktor psikologis merupakan keadaan kejiwaan siswa yang mempengaruhi proses belajar, misalnya berupa kecerdasan, sikap, minat dan bakat siswa.

37

Soni Yanu Rinawan dan Krismiyati, “Efektivitas Penggunaan Metode Pembelajaran Jigsaw Berbasis Wifi Ad Hoc Dalam Pembelajaran Sistem Basis Data Kelas Xi Jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (Studi Kasus SMKN 1 Tengaran)”, Jurnal Teknologi Informasi-Aiti, Vol. 11. No.2, Agustus 2014 : 101 – 202, h. 142

38

(45)

Faktor eksternal berasal dari luar diri siswa, yang meliputi faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan berhubungan dengan kondisi lingkungan yang mempengaruhi proses belajar misalnya berupa keadaan udara, suhu, dan suara-suara yang menimbulkan keberisikan. Faktor instrumental merupakan alat atau sarana yang digunakan dalam proses belajar dan pembelajaran yang berupa program-program yang mendukung kegiatan pembelajaran, guru, sarana perlengkapan sekolah, dan fasilitas sekolah.

Menurut Bloom, hasil belajar mencangkup kemampuan kognirif, afektif, dan psikomotorik. Kemampuan kognitif seperti knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh),

application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan),

synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Kemampuan afektif seperti receiving (sikap menerima),

responding (memberikan respons), valuing (nilai), organization (organisasi),

characterization (karakterisasi). Kemampuan psikomotor seperti initatory pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.39

Jadi faktor-faktor inilah yang mempengaruhi jalannya proses kegiatan pembelajaran. Faktor tersebut dapat menunjang dan mendukung siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran, tetapi faktor itu juga dapat memberikan hambatan bagi siswa. Oleh karena itu faktor-faktor ini harus diperhatikan untuk keberhasilan proses pembelajaran.

C. Konsep Sistem Pencernaan Pada Manusia

1. Makanan bergizi

Makanan bergizi terdiri dari beberapa bagian, antara lain: menu seimbang yang mengandung makanan empat sehat lima sempurna berupa nasi, sayur, lauk, buah, dan susu. Kemudian terdapat juga tujuh kelompok bahan pokok, usaha

(46)

perbaikan gizi, status gizi, nilai gizi dan kriteria makanan, kebutuhan energi dan jumlah makanan, BMR dan RMR, serta variasi dan komposisi makanan.40

Makanan bergizi ini akan memenuhi kebutuhan gizi tubuh manusia. Itu berarti makanan bergizi sangat penting untuk tubuh, karena akan membantu tubuh untuk tetap sehat dan juga fit. Selain itu mengkonsumsi makanan yang bergizi juga penting dalam membatu proses pertumbuhan.

2. Zat-zat makanan

Zat-zat makanan terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, garam

mineral, dan air. Karbohidrat merupakan zat makanan yang banyak menghasilkan

energi bagi tubuh, bahan pembentuk protein dan lemak, serta menjaga

keseimbangan asam dan basa. Protein berfungsi sebagai zat pembangun,

pengganti sel-sel yang rusak, dan sumber energi. Lemak berfungsi sebagai pelarut

vitamin A, D, E, K, pelindung tubuh dari suhu rendah, serta berfungsi

menghasilkan energi selain karbohidrat dan protein. Vitamin penting bagi

pertumbuhan, pemeliharaan kesehatan dan reproduksi, sedangkan garam mineral

penting untuk pembentukan hormone, tulang, gigi, dan darah.41

Manusia membutuhkan zat-zat makanan untuk mendapatkan energi,

pertumbuhn, dan untuk menjaga kesehatan. Oleh karena itu makanan yang akan

dikonsumsi harus memiliki kandungan dan kualitas yang baik bagi tubuh. Itu

berarti makanan harus memiliki kandungan yang sehat, bergizi dan seimbang.

Kelebihan dan kekurangan zat makanan tersebut maka akan memberikan dampak

negatif untuk kesehatan tubuh.

3. Saluran pencernaan manusia

Saluran pencernaan manusia terdiri dari rongga mulut, tekak (faring),

kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, dan anus.42 Proses pencernaan

40

D. A. Pratiwi, dkk. Biologi untuk SMA/MA Kelas XI, (Jakarta: Erlangga. 2012), h. 124-131.

41

Ibid., h. 132 – 138.

42

(47)

berawal dari makanan masuk ke dalam tubuh melalui rongga mulut sampai

akhirnya dikeluarkan melalui anus.

4. Kelenjar pencernaan manusia

Kelenjar pencernaan terdiri dari hati (hepar) dan pankreas. Hati merupakan

kelenjar pencernaan terbesar yang memiliki fungsi untuk mengatur keseimbangan kadar gula dalam darah, mensekresikan cairan empedu, dan merombak eritrosit yang sudah tua

Gambar

Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Gambar 2.2 Skema Kerangka Berpikir ......................................................................
Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2.2 Tahapan Kegiatan Metode Pembelajaran Jigsaw
Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw
+7

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu, perlu pengembangan perspektif lokal Indonesia untuk kajian komunikasi yang secara khusus dapat: (i) membahas dengan komprehensif dan insight ; (ii)

9) Mengambil tindakan untuk mencegah, merawat dan mengontrol penyakit- penyakit yang berkaitan dengan air, khususnya menjamin adanya sanitasi yang layak. Dengan berpedoman

PAKET: PENATAAN HALAMAN DAN TAMAN PENDOPO WABUP ACEH BARAT DAYA. PEMERINTAH KABUPATEN ACEH

merefleksikan kondisi terkait kebijakan/program/kegiatan yang dianalisis. Terutama antara faktor kesenjangan dan faktor penyebab kesenjangan serta rencana aksi yang ditetapkan.

 Untuk mengetahui bahan yang di gunakan dalam analisis fisik dan analisis kimia besi (Fe), Mangan (Mn), Aluminium (Al), dan Kesadahan pada sampel air bersih...  Untuk

Berdasarkan Penetapan Pemenang Lelang Nomor : 222/POKJA/XVIII-APBD/11/2017 Tanggal 02 November 2017 dengan ini kami umumkan PEMENANG hasil pelelangan paket Pembangunan Saluran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang dan membangun sebuah e – Business berbasis website yang bertujuan untuk mempermudah proses promosi dan

(3) To find out whether or not learning motivation and vocabulary knowledge simultaneously has a positive correlation with students’ reading competence of the