• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen Dian Kusumawati K8408034 (Halaman 127-146)

BAB IV. HASIL PENELITIAN

C. Pembahasan

Kurikulum merupakan sebuah rencana yang telah disusun secara sistematis berupa konsep dan grand desain pendidikan yang disesuiakan dengan tuntutan dan kondisi zaman serta kebutuhan masyarakat yang dijadikan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan sebuah kebijakan dalam bidang pendidikan di perguruan tinggi. KBK harus diimplementasikan oleh kalangan civitas akademika yaitu dosen, Ketua Jurusan dan Ketua Prodi. Kurikulum berbasis kompetensi merupakan sebuah instruksi dari pimpinan yang harus dijalankan. KBK diimplementasikan dengan berbagai tindakan yaitu perencanaan, pelaksanaan/proses pembelajaran dan evaluasi.

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan sebuah konsep dan desain untuk melaksakan proses pembelajaran selain diimplementasikan juga harus dilihat keefektivannya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebagusnya desain kurikulumm, tetapi apabila implementasinya, tidak sesuai dengan apa yang dirancang, hasilnya tidak akan baik sehingga hal ini menyebabkan Efektivitas kurikulum merujuk kepada sejauhmana harapan-harapan yang dirancang dalam desain dapat dilaksanakan dan dicapai. Makin lengkap dan tinggi tingkat pencapaiannya makin efektif implementasi kurikulum. Ketercapaian harapan-harapan sangat dipengaruhi oleh kesungguhan para pelaksana, baik pimpinan, dosen, maupun staff administrasi, ketersediaan sarana dan fasilitas pendidikan, dukungan dana maupun serta pimpinan. Mutu proses dan hasil pendidikan dan hasil pendidikan tidak hanya ditentukan oleh bagusnya desain kurikulum, tetapi juga oleh unsur pelaksanaan dan fasilitas pendung. KBK merupakan salah satu kebijakan dalam bidang pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta. Keberjalanan KBK akan efektif jika implementasi yang dilakukan oleh Sumber daya pendidikan berjalan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Oleh karena itu

Kurikulum Berbasis Kompetensi dapat dikatakan efektif apabila memenuhi kriteria berikut ini:

1) Konsep dari KBK bisa diimplementasikan dan dipahami secara untuh oleh kalangan civitas akademika sebagai pedoman dalam melakukan aktivitas perkuliahan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan kompetensi lulusan.

2) Kesesuaian dengan tahapan dalam implementasi KBK yaitu perencanaan, proses pembelajaran/pelaksanaan dan evaluasi.

3) Sumber daya pendidikan seperti : fasilitas meliputi sarana dan prasana, tenaga pendidik/dosen yang senantiasa tercukupi dalam mendukung aktivitas pelaksanaan pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS.

Jadi walaupun desain kurikulum telah baik kalau implementasi tidak bisa di jalankan dengan baik maka hasilnya tidak akan dapat efektif. KBK yang menjadi kebijakan pendidikan dan administrasi pendidikan tentu ketika diimplementasikan mengalami berbagai permasalah. Oleh karena itu untuk melihat sebuah efektivitas dari implementasi KBK perlu dilakukan analisis SWOT. Hal ini tentu saja dimaksudkan untuk melihat kekuatan, kelemahan, tantangan dan hambatan yang dihadapi oleh Jurusan P.IPS FKIP UNS dalam upaya melakukan Implementasi pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar, yaitu :

1) Strenght (S), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari organisasi atau program pada saat ini

2) Weakness (W), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan organisasi atau program pada saat ini

3) Opportunity (O), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang di luar organisasi dan memberikan peluang berkembang bagi organisasi di masa depan

4) Threat (T), adalah situasi yang merupakan ancaman bagi organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam eksistensi organisasi di masa depan.

commit to user

KBK merupakan Kurikulum yang menekankan pada aspek penguasaan kompetensi setiap mahasiswa. Hal ini menjadi salah satu kekuatan KBK dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. KBK juga merupakan kebijakan kurikulum yang sesuai dengan standard nasional pendidikan yang telah disesuaikan dengan perkembangan zaman dan tuntutan globalisasi. Desain KBK telah tertuang dalam SK Rektor dan pedoman melaksanakan KBK secara lengkap dan sistematis. Prosedur dalam melaksanakan KBK terkonsep secara runtut dan sistematis yaitu perencanaan, pelaksanaan/proses pembelajaran, dan evaluasi. Struktur Kurikulum dalam KBK yaitu uraian tentang ciri khas kompetensi utama lulusan sebagai pembeda antara jurusan/program studi/bagian, yang dilihat dari gatra: (1) nilai pembentuk kehidupan yang berkebudayaan, (2) keterkaitan komplementer-sinergis di antara kompetensi utama.

Format dalam penyusunan perencanaan di dalam KBK telah tersusun secara rijit demi tercapainya kompetensi setiap mahasiswa. Meliputi standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator. Format Silabus: memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, pangalaman belajar, hasil belajar, indikator pencapaian, langkah pembelajaran yang memuat kegiatan mahasiswa dan materi, alokasi waktu, sistem evaluasi yang digunakan, serta sarana dan sumber belajar yang digunakan. Format Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), yang meliputi identitas mata kuliah, tahap kegiatan, kegiatan pembelajaran, media, metode, sumber belajar/bahan, dan alokasi waktu. Setiap dosen telah membuatnya berdasarkan format dan ketentuan.

Kurikulum Berbasis Kompetensi dikembangkan berdasarkan konsep belajar tuntas atau mastery learning, sehingga pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi dituntut untuk mampu mengantarkan setiap peserta didik/ mahasiswa menguasai kompetensi lulusan yang telah dirumuskan oleh masing-masing perguruan tinggi dimana mahasiswa mengikuti program pembelajaran. Prinsip dasar masteri learning terkait dengan programmed instruction yang berlandaskan

belajar secara berurutan (sequence) bagian-bagian tingkah laku, dari yang kurang Programmed instruction

dengan pendekatan mastery learning dimaksudkan untuk memastikan bahwa semua mahasiswa mencapai penguasaan yang dikehendaki. Dengan adanya konsep belajar tuntas menjadikan mahasiswa selalu tuntas dalam setiap kompetensi dasar, jadi setiap mahasiswa dapat memiliki kompetensi sesuai yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran berbasis kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP selalu mengarah pada harapan yaitu dapat mengantarkan mahasiswa mampu mengkonstruksi pengetahuan dan mengembangkan kreatifitas dalam rangka penguasaan kompetensi.

Adanya fasilitas di Jurusan P.IPS FKIP UNS seperti LCD, komputer, laboraturium dan lain sebagainya yang mendukung para dosen untuk mendukung pembelajaran inovatif. Adanya staff yang ringan tangan dalam membantu menanggulangi keterbatasan dari implementasi KBK seperti ada beberapa dosen yang dalam pengumpulan nilai masih manual dan juga tidak sesuai dengan ketentuan seperti dosen yang mengumpulkan nilai dalam bentuk hardfile ataupun tanpa mengirimkan lewat email, akan tetapi petugas administrasi selalu bersedia dan tidak protes untuk menanggulagi masalah tersebut.

Pemilihan strategi pembelajaran dalam KBK beraneka ragam sangat tergantung kemampuan dosen, karakteristik bahan, ataupun pertimbangan kondisi lainnya. Beberapa starategi pembelajaran yang dapat dipilih antara lain: contextual teaching and learning (CTL), problem based learning (PBL), cooperative teaching, inquiry teaching, project/task, learning by doing, Guyub, unik, demokratis, elegan, dan global; Pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Gembira dan berbobot berbasis melayani, quantum teaching quantum learning, cara belajar aktif, kompetensi, keterampilan proses, lingkungan dan tematik. Jadi strategi pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat sangat inovatif dan menarik jika diterapkan dalam proses pembelajaran sehingga dapat mempermudah mahasiswa untuk mencapai kompetensi yang diharapakan. KBK memiliki kekuatan untuk mengarahkan mahasiswa tidak hanya sekedar tahu akan teorinya saja namun juga dapat melakukan praktek. Jadi di Jurusan P.IPS FKIP UNS para dosen selalu berusaha untuk melakukan strategi pembelajaran sesuai dengan arahan KBK menyesuaikan dengan karakteristik dan

commit to user

kemampuan yang dimiliki oleh para dosen. Dalam pelaksanaan KBK setiap dosen juga tidak hanya memberikan pemahaman akan teori saja tapi praktenyapun juga. Praktek yang diberikan dalam proses pembelajaran membuat mahasiswa lebih berkompeten akan materi yang telah diberikan oleh dosen.

KBK Sifatnya lokal, merupakan kekhususan program studi, dikembangkan oleh jurusan, program studi, atau bagian sampai dengan penentuan mata kuliah; pelibatan stakeholders, expert atau trans-expert. Jadi setiap program studi dapat menetukan mata kuliah sendiri sesuai dengan kondisi dan juga kebutuhan. Hal ini seperti ketika jurusan yang melakukan persiapan untuk melaksanakan KBK dengan menterjemahkan sendiri SOP yang diberikan oleh fakultas serta setiap prodi memiliki kewenangan dalam melakukan penyusunan kurikulum sendiri dan membentuk tim penyusun kurikulum program studi.

Kurikulum berbasis kompetensi menekankan padan konsep pembelajaran student center yang memusatkan pembelajaran pada mahasiswa. Dalam melakukan pembelajaran dosen sering memberikan tugas kepada para mahasiswanya, sehingga semenjak diberlakukannya KBK mahasiswa merasa tugas-tugas yang diberikan dosen semakin banyak. Hal ini membuat mahasiswa semakin aktif dalam pembelajaran.

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diseyogyakan menggunakan sistem evaluasi berbasis kelas. Dengan harapan agar semua kegiatan mahasiswa dapat dihargai secara objektif. Sistem evaluasi dalam KBK yang menerapakan ujian kompetensi dasar yang harus dilakukan dosen sebanyak empat kali dalam satu semester. Hal ini jika dibandingkan dengan kurikulum yang dulu Komponen materi dalam KBK lebih tersampaikan secara menyeluruh. UK (ujian kompetensi) yang dilakukan secara bertahap dari UK 1 sampai UK 4 membuat kompetensi yang telah direncanakan disetiap materi dapat diukur dengan sistem penilaian secara kontinue, sementara dikurikulum yang dulu penilaian dilakukan secara serempak setelah semua materi diajarkan kepada mahasiswa. Jadi sulit diukur capaian kompetensi mahasiswa disetiap komponen materi yang disampaikan

Pemberlakukan ujian kompetensi di setiap kompetensi dasar membuat dosen lebih variatif dalam memberikan bentuk ujian kompetensi, jadi ujian kompetensi di dalam KBK tidak hanya dilakukan dengan bentuk tertulis saja akan tetapi bisa dengan menggunakan bentuk yang lain seperti penilaian presentasi, membuat artikel dan lain sebagainya.

KBK memiliki berbagai kekuatan untuk di implemetasikan akan tetapi dibalik kekuatan terdapat berbagai kelemahan-kelamahan yang timbul. Dalam pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi banyak dosen yang kurang paham akan konsep dari kurikulum berbasis kompetensi walaupun sudah ada buku panduan dan juga SK rektor yang bisa di download lewat internet, akan tetapi sosialisasi dalam bentuk interaksi seperti workshop dan lain sebagainya belum maksimal di jalankan oleh fakultas kepada prodi ataupun jurusan. Hal ini membuat pemahaman tentang konsep KBK di kalangan dosen belum maksimal. Dari segi pelaksanaan pembelajaran/proses pembelajaran metode yang diarahkan KBK adalah metode yang inovatif yang membuat mahasiswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran akan tetapi kebanyakan dari dosen yang menggunakan metode presentasi seolah-olah metode presentasi adalah bentuk dari student center yaitu pemusatan belajar pada mahasiswa.

Dalam Metode presentasi yang kebanyakan dilakukan oleh dosen ternyata dari mahasiswa kurang menyukai metode ini dan juga kurang begitu efektif karena mahasiswa merasa belum begitu paham tentang materi yang dipresentasikan dan terkadang cuma asal bicara saja saat presentasi, hal ini membuat capain kompetensi tidak maksimal. Sebelum mahasiswa dibelajarkan dengan metode presentasi tentunya tugas yang harus dibuat sebelum presentasi adalah makalah yang dibuat secara berkelompok. Dalam pembuatan tugas secara berkelompok ternyata ada mahasiswa yang tidak turut dalam mengerjakannya jadi cuma asal titip nama saja, padahal tugas kelompok tujuannya adalah melatih peserta didik untuk senantiasa dapat bekerjasama akan tetapi justru tidak efektif karena kurangnya bimbingan dan kontrol dari dosen dalam memberikan tugas secara berkelompok kepada para mahasiswa.

commit to user

Sumber daya dosen yang terbatas membuat konsep Mastery Learning pada KBK ternyata tidak dapat dilaksanakan secara maksimal. Mastery Learning sebagai bentuk pembelajaran tuntas pada mahasiswa ternyata masih dilaksanaan secara klasical. Konsep tuntas dalam KBK juga masih membuat dosen bingung dalam menerapkan. Hal ini dikarenakan sumber daya antara dosen dan mahasiswa masih belum ideal.

Dalam KBK seharusnya jumlah ratio antara 25-30 mahasiswa dalam satu ruangan akan tetapi di jurusan P.IPS di setiap ruang kelas masih berjumlah bekisar 40-50 mahasiswa. Selain itu keterbatasan dosen membuat dosen harus mengampu mata kuliah dengan jumlah mahasiswa yang menurut dosen tidak ideal sehingga hal ini membuat dosen dalam menerapkan Mastery Learning tidak dapat berjalan dengan maksimal. Konsep tuntas dari Masteri Learning yang tertuang dalam KBK membuat dosen masih bingung dalam keyakinan apakah mahasiswa sudah tuntas ataukah belum. Jika benar-benar mau di tuntaskan membutuhakan waktu yang banyak sementara jumlah mahasiswa begitu banyak tidak sebanding dengan waktu yang diberikan dalam ketentuan sistem kredit semester.

Fungsi Pembibing akademik dalam sistem kredit semeter telah dijelaskan secara jelas bahwa disediakan waktu untuk pembimbing akademik dalam melakukan pementauan terhadap para mahasiswanya akan tetapi hal ini tidak dijalankan secara maksimal. Fungsi pembimbing akademik (PA) dirasa hanya sekedar tanda tangan saja. KBK belum bisa mendisplay penilaian dalam bentuk afektif dan juga psikomotor karena output penilaian hanya berupa KHS saja sehingga penilaian terkesan hanya sebatas penilaian kognitif.

Sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang untuk melakukan impelemtasi kurikulum agar berjalan dengan efektif. KBK yang menekankan pada penguasaan kompetensi tentu harus di dukung sarana yang memadai akan tetapi ternyata sarana masih belum memadai. Hal ini terlihat pada ruang kelas yang masih kurang untuk melaksanakan proses perkuliahan sehingga menyebabkan sering terjadi rebutan kelas. hotspot area untuk melakukan akses internet juga dirasa masih susah dalam melakukan akses internet. Dosen dan mahasiswa tidak bisa melakukan akses internet diberbagai tempat di jurusan P.IPS FKIP UNS.

Akses internet hanya bisa dilakukan di area tertentu. Di beberapa kelas malah justru tidak bisa melakukan akses internet padahal dosen memerlukan internet untuk memfasilitasi penggunaan sumber belajar di dalam kelas. LCD yang akhir-akhir ini kerap hilang membuat LCD harus diamankan di ruang prodi masing-masing. Hal ini menghalagi dosen dalam pemakain media pembelajaran. Dosen harus repot untuk membawa LCD dari ruang prodi dan butuh waktu dalam pemassnganya.

Aturan ujian kompetensi yang mengaharuskan mengadakan UK sebanyak 4 kali ternyata kurang bisa memberikan keluwesan bagi dosen untuk mengukur ketercapain kompetensi. Setiap mata kuliah memerlukan ujian kompetensi yang tidak hanya dilakukan sebanyak empat kali saja. KBK belum bisa memfasilitasi dosen yang melakukan ujian kompetensi lebih atau kurang dari empat kali.

Sistem remidial yang diterapkan dalam KBK kurang diperhatikan oleh para dosen. Sistem remidial yang dilakukan bersifat sekedarnya saja. Hal ini dikarenakan tidak ada waktu yang dapat digunakan untuk melaksanakan proses remidial. Waktu yang disediakan belum mencukupi untuk melakukan remidial sesuai dengan prosedur.

Sistem pelaporan nilai dalam KBK belum memfasilitasi dosen yang kurang bisa dalam menggunakan IT. Beberapa dosen masih menggunakan cara manual untuk melakukan pelaporan nilai kepada jurusan. Hal ini menyebabkan nilai mahasiswa yang sifatnya privasi kurang bisa terjaga datanya.

Terdapat berbagai macam kelemahan Kurikulum Berbasis Kompetensi, akan tetapi disisi lain KBK memberikan peluang/Oportunity dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Peluang dalam implementasi KBK terlihat seperti adanya dosen yang selalu patuh dalam berbagai aturan yang diterapkan dan dosen selalu berusaha untuk melakukan adaptasi dari aturan yang telah menjadi mandat dari pimpinan seperti KBK.

Adanya pelatihan-pelatihan tentang pembelajaran (PEKERTI) bagi dosen yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembang Pendidikan Universitas merupakan salah satu peluang implementasi KBK di Jurusan P.IPS FKIP UNS

commit to user

KBK menuntut metode pembelajaran yang inovatif sehingga membuat para dosen senantiasa berusaha untuk meningkatkan profesionalitasanya melalui penggunaan metode pembelajaran yang inovatif. Sistem Pembimbing Akademik yang dirasa kurang membuat jurusan untuk mengambil kebijakan dalam mengatasi masalah tersebut. Kurikulum berbasis kompetensi memicu jurusan untuk selalu melakukan perbaikan seperti perbaikan dalam hal sarana, kualitas sumber daya dosen, kualitas pembelajaran. Selain itu KBK juga memicu mahasiswa untuk lebih giat belajar sehingga hal ini akan membuat kemudahan pencapaian kompetensi bagi setiap mahasiswa.

Dalam analisis SWOT yang terakhir adalah threat. Jadi bagaimana acaman dari pelaksanaan KBK. Threat tersebut antara lain adalah adannya universitas lain yang melakukan implementasi KBK lebih baik seperti sering melakukan sosialisasi berbentuk workshop dan lain sebagainya sehingga membuat kepahaman sumber daya dosen tehadap KBK semakin jelas. Selain itu terlihat adanya universitas lain seperti universitas swasta di Kota Surakarta yang sumber daya pendidikan lebih memadai dalam melakukan implementasi KBK sehingga membuat KBK semakin efektif dalam implementasinya di universitas tersebut. Perguruan tinggi swasta lebih memiliki banyak peluang untuk mengambil dosen yang berkualitas dari pada perguruan tinggi negeri. Tuntutan globalisasi yang menuntut pemgembangan kurikulum sehingga KBK harus selalu berkembang sesuai dengan tuntutan zaman akan tetapi sumber daya manusia masih susah untuk mengikuti perkembangan zaman.

Kurikulum berbasis kompetensi yang telah diimplementasikan telah dianaliasis dengan SWOT untuk melihat keefektivitasan kurikulum ini. Dalam melakukan implementasi golongan yang berkaitan deng kebijakan dan implementasi adalah golongan inkrementalis karena golongan ini diidentikan dengan golongan politis. KBK merupakan konsekuensi dari tuntutan-tuntutan baik karena di dorong kebutuhan tuntutan zaman di dalam dunia pendidikan. KBK menjadi sebuah inovasi untuk melakukan perubahan kearah kualitas pembelajaran yang lebih baik. Tuntutan dan perubahan zaman karena era globalisasi

memberikan ruang pada KBK untuk menjadi kurikulum yang diyakini sebagai kurikulum yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di perguruan tinggi.

Dalam implementasi kurikulum sumberdaya pendidikan antara pendidik, peserta didik, pemimpin instansi, sarana dan prasarana harus mendukung sepenuhnya demi tercaiapinya pelaksanaan kurikulum sebagai pembelajaran yang efektif bagi peserta didik. KBK memang sudah dijalankan akan tetapi belum efektif karena masih terdapat kelemahan dan ancaman seperti pemahaman dan sumberdaya dosen yang kurang, sarana dan prasarana yang kurang mendukung, akan tetapi KBK memiliki peluang dan kekuatan yang perlu di upayakan dalam melakukan implementasinya sehingga untuk mencapai implementasi KBK yang efektif peluang dan juga kekuatan dari KBK harus di jalankan secara maksimal. Jurusan dapat mengupayakan berbagai peluang dan juga kekuatan dari KBK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran serta menanggulangi berbagai kendala dan juga ancaman yang menyebabkan KBK menjadi tidak efektif dalam pelaksanaanya. Oleh karena itu dibutuhkan komitmen yang tinggi bagi para pelaksana kurikulum seperti pimpinan, dosen, staff/karyawan dan juga mahasiswa dalam melakukan implementasi KBK sehingga hasilnya akan efektif.

.u

n

s.

a

c.

id

d

ig

ilib

.u

n

s.

a

c.

id

c

o

m

m

it

t

o

u

ser

Analisis SWOT Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS Tahun 2012 Tahapan

Implementasi KBK Streng (S) Weaknes (W) Oportunity (O) Threat (T)

Perencanaan 1. Adanya buku pedoman

dan SK rektor tentang aturan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi yang tersusun secara lengkap dan sistematis yang dapat di diakses melalui internet secara mudah oleh seluruh civitas akademika.

2. Komitmen jurusan dalam

mematuhi SK rektor tentang pelaksaan pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi dengan melakukan persiapan seperti pembuatan SOP, Lokakarya dan studi banding.

3. Konsep KBK yang

1. Masih ada beberapa

dosen yang belum membuat RPP dan silabus serta kontrak belajar dalam kuliahnya.

2. Kurangnya sosialisasi

tentang kurikulum berbasis kompetensi sehingga membuat banyak dosen yang belum memahami konsep dan implementasi KBK secara utuh. 1. Adanya pelatihan-pelatihan tentang pembelajaran (PEKERTI) bagi dosen yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengembang Pendidikan Universitas

Adanya jurusan lain yang melakukan perencaan lebih baik.

.u

n

s.

a

c.

id

d

ig

ilib

.u

n

s.

a

c.

id

c

o

m

m

it

t

o

u

ser

selalu membuat RPP, Silabu dan kontrak belajar dalam proses

pembelajaran.

4. Ada RBA (Rancangan

Bisnis dan Anggaran) di tingkat Fakultas, Jurusan dan Program Studi yang setiap tahun bisa

dialokasikan untuk aktivitas lokakarya silabus dan RPP sebagai pemantapan implementasi KBK. 5. KBK Sifatnya lokal, merupakan kekhususan program studi, dikembangkan oleh jurusan, program studi, atau bagian sampai dengan penentuan mata kuliah; pelibatan

stakeholders, expert atau

trans-expert. Dalam hal

ini setiap prodi di Jurusan P.IPS FKIP UNS telah melakukan penyusunan

.u

n

s.

a

c.

id

d

ig

ilib

.u

n

s.

a

c.

id

c

o

m

m

it

t

o

u

ser

tim dosen penyusun kurikulum di setiap prodi masing-masing.

Pelaksanaan 1. Adanya fasilitas yang

mendukung dosen dalam pembelajaran inovatif seperti LCD, proyektor.

2. Komitmen dari para

dosen untuk selalu

menerapkan pembelajaran

student active learning dan mastery learning

1. Sarana dan prasana yang

belum mendukung dalam proses

pembelajaran. Seperti ruang kuliah yang belum tersinergi sehingga terkadang ada keterbatasan ruang, literatur pendukung

perkuliahan yang up to

date masih terbatas di

perpustakaan, hotspot di areal FKIP yang belum menjangkau semua areal (Sinyal ada di areal tertentu)

2. Jumlah mahasiswa yang

terlalu banyak dan kersediaan sumber daya dosen yang terbatas

membuat Mastery

Learning masih

dilakukan secara klasical

1. KBK yang menuntut

metode pembelajaran yang inovatif

sehingga membuat para dosen senantiasa berusaha untuk meningkatkan profesionalitasanya melalui penggunaan metode pembelajaran yang inovatif 2. Adanya upaya

jurusan yang akan mengembalikan fungsi dari PA untuk senantiasa

membimbing mahasiswa bimbingannya.

Ketersediaan sumber daya dosen dijurusan lain yang lebih memadai.

.u

n

s.

a

c.

id

d

ig

ilib

.u

n

s.

a

c.

id

c

o

m

m

it

t

o

u

ser

maksimal dalam melakukan Student Center. 4. Fungsi pembimbing

akademik (PA) yang kurang karena fungsi PA dirasa hanya sekedar tanda tangan saja.

Evaluasi 1. Adanya kontrol dari prodi

dan juga jurusan kepada dosen untuk

melaksanakan KBK

2. Adanya tim ICT dari

fakultas yang mendukung sebagai sarana pelaporan hasil penilain dosen kepada fakultas ataupun jurusan. Tim ICT Fakultas berperan maksimal dan didukung oleh Fakultas.

3. Konsep ujian kompetensi

dan remidial teaching

Dalam dokumen Dian Kusumawati K8408034 (Halaman 127-146)

Dokumen terkait