commit to user
i
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
DI JURUSAN P.IPS FKIP UNS
SKRIPSI
Oleh :
DIAN KUSUMAWATI
K 8408034
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Dian Kusumawati
NIM : K8408034
Jurusan/Program Studi : P.IPS/Pendidikan Sosiologi-Antropologi
Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul
PEMBELAJARAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI
ini benar-benar merupakan hasil karya saya
sendiri. selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis telah disebutkan
dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juni 2012
Yang membuat pernyataan
commit to user
iii
EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN
KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)
DI JURUSAN P.IPS FKIP UNS
Oleh :
DIAN KUSUMAWATI
K8408034
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Studi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi Antropologi,
Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pada hari :
Tanggal :
Pembimbing I
Drs. M.H.Sukarno, M.Pd
NIP. 195106011979031001
Pembimbing II
Siany Indria Liestyasari, S. Ant, M.Hum
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua
Sekretaris
Penguji I
Penguji II :
:
:
:
Drs. Slamet Subagya, M.Pd
NIP. 19580728 198403 2 003
Drs. Soeparno, M.Si
NIP. 19670802 200012 1 001
Drs. M.H Sukarno, M.Pd
Siany Indria Liestyasari, S.Ant, M.Hum
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr.H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
commit to user
vi MOTTO
Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani
(Ki Hadjar Dewantara)
Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya Milik-NYA
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada:
1. Permata hatiku Ibu/Ayah terkasih yang telah
mencurahkan kasih sayang, pengorbanan dan doa
restunya dengan penuh ketegaran serta kesabaran.
2. Adikku dan teman-teman angkatan 2008 untuk
semua dukungan dan motivasi..
commit to user
viii ABSTRAK
Dian Kusumawati. K8408034. EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DI JURUSAN P.IPS FKIP UNS. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni. 2012.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pemahaman civitas akademika terhadap Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS. (2) Mengetahui Implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS, (3) Mengetahui Efektivitas mengenai pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS.
Penelitian berlokasi di Jurusan P.IPS FKIP UNS. Metode Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan Jenis penelitian berupa studi kasus. Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik purposive sampling dengan snowball sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi langsung, dan studi dokumen. Untuk meningkatkan kesahihan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber. Sementara analisis dilakukan dengan model analisis interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, intepretasi data, dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pemahaman yang dimiliki oleh civitas akademika tentang pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi bahwa KBK merupakan kurikulum yang menekankan pada capaian kompetensi mahasiswa (2) Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi telah dilakukan oleh jurusan, program studi dan dosen. Tahapan dalam melakukan implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah perencaan, pelaksanaan/proses pembelajaran dan evaluasi. Persiapan dan perencanaan yang dilakukan oleh Jurusan dan program studi antara lain: Persiapan dalam penterjemahan SOP dari fakultas, melakukan studi banding dan lokakarya, serta melakukan kontrol terhadap perencanaan yang telah dilakukan oleh dosen. Persiapan dosen dalam perencanaan pembelajaran adalah membuat kontrak belajar, membuat silabi dan RPP/SAP, menentukan pengelompokan dan analisis standar kompetensi. Proses Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi dilakukan Metode yang inovatif yang dapat mengaktifkan mahasiswa seperti metode presentasi, diskusi, membuat makalah. Metode pembelajaran yang dihindari oleh dosen adalah metode ceramah. Sumber belajar yang digunakan oleh dosen adalah buku, sumber belajar yang lain seperti film, novel pernah digunakan, akan tetapi terkendala dengan ketentuan waktu di dalam sistem kredit semester. Evaluasi dilakukan dengan Ujian Kompetensi dan Remidial. (3) Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS belum berjalan secara efektif. Hal ini karena berbagai hambatan seperti terbatasnya fasilitas, sarana dan prasarana, sumber daya dosen dan kurannya sosialisasi KBK di lingkungan civitas akademika.
commit to user
ix ABSTRACT
Dian Kusumawati. K8408034. THE IMPLEMENTATION EFECTIVITY OF THE CURRICULUM STUDYING BASED ON COMPETENCE IN SOSIAL MAINSTREAM SUBJECT OF EDUCATION PROGRAM UNS. Thesis, Surakarta : Education Program Sebelas maret University, Surakarta. Juny. 2012.
The porpuses of this research are (1) To know the understanding of the acemic civity on the curiculum study besed on the competency in the social departement of teachership education faculty. (2) To know the implementation effectivity of curriculum studying based on competence of in sosial mainstream subject of education program of UNS. (3) To know the Efektivity policy of curriculum studying based on competance of in sosial mainstream subject of education program of UNS.
This research is located in sosial mainstream subject program of UNS. It uses qualitative method and the type of this researc is case study. Furthermare, it uses porposive sampling tecnique with snowball sampling. More over, to collect data. The researches uses same ways, they are interviewing, direct observation and document study. While to get the data validity, the researcher uses triangulation teqnique, thet called source triangulation. The analysis that used in this research is kind of interatictive analysis that consist of data collecting ,data reduction, data intepretation and making condusion.
Finally, the result of this show that : (1) Understanding of some understanding of the acemic civity on the curiculum study besed on the competency focus on students competency progress/achivement (2) Curriculum studying based on competance of credit system has been dose by the departement of social maintream subject, bath study program and the lecture. Step of this implementation of the curriculum studying based on competence are planing, executing/studying process and evaluating. Palnning and preparing which are done by the departement of sosial maintream subject are : Preparing and explaining SOP from the faculty, doing the exchanging study, whorkshop and controlling on the planning that is created by lecture before. The lecture preparation of studying planning are making study. Contract. Making syllaby and RPP/SAP, deciding grouping and analisysis competency standaridtation. The proses s of curriculum studying based on competence is done by inovative methot that can active the role of student, such us preparation methot, discussing and making paper. Methot that is avoided to do by lecture is speeching. Lecture uses books and ather study source such as film, novel and soon as the source study, however the lecture face same difficulties, for example the imlementation time of semester credit system. The evaluation of education program is not run efectivelly yet. It is by some difficulties, for example the limitation of facilities and human resources and no socialisation of Curiculum Studying Based On Competence in academical society
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, Rabb semesta alam yang memegang
kekuasaan di bumi dan di langit. Alhamdulillah, atas rahmat dan ridha Allah
peneliti mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik untuk
memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan
Dalam penyusunan skripsi ini peneliti mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Prof. Dr.H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
2. Drs. H. Syaiful Bachri, M.Pd. Ketua Jurusan P. IPS FKIP UNS.
3. Drs. H. M.H Sukarno, M.Pd. Ketua Program Pendidikan Sosiologi Jurusan
P.IPS FKIP UNS sekaligus Dosen Pembimbing 1
4. Siany Indria Liestyasari, S.Ant, M. Hum. Dosen Pembimbing II
5. Dra. Siti Rochani, M.Pd. Pembimbing Akademis atas bantuan dan
bimbingannya.
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi yang
secara tulus mendidik dan memberikan ilmu yang sangat berharga.
7. Ketua Jurusan P.IPS FKIP UNS yang telah memberikan ijin penelitian.
8. Dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat balasan dari
Allah SWT. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,
namun demikian besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin.
Surakarta, Juni 2012
commit to user
xi DAFTAR ISI ... PERNYATAAN ... ... ... ... KATBAB I. PENDAHULUAN ...
A.Latar Belakang ...
B.Rumusan Masalah ...
C.Tujuan Penelitian ...
D.Manfaat penelitian ...
BABA II. LANDASAN TEORI ...
A.Kajian Teori dan hasil penelitian yang relevan ...
1. Kajian Pendidikan Nasional ...
a. Pengertian Pendidikan Nasional ...
b. Standar Kompetensi Pendidikan Nasional ...
2. Kajian Pembelajaran ...
commit to user
xii
d. Perubahan Makna Pengertian Pembelajaran . ...
3. Kajian Kurikulum ...
a. Pengertian Kurikulum ...
b. Fungsi Kurikulum . ...
c. Perjalananan Kurikulum di Indonesia ...
4. Kajian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ...
a. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
b. Latar Belakang Munculnya KBK ...
c. Karakteristik dan Tujuan KBK . ...
d. Prinsip-prinsip pengembangan KBK ...
e. Efektivitas Implementasi Pembelajaran KBK ...
5. Penelitian yang relevan ...
B.Kerangka Berfikir ...
BAB III. METODE PENELITIAN ...
A.Tempat dan Waktu penelitian ...
B.Pendekatan dan Jenis Penelitian ...
1. Pendekatan Penelitian ...
2. Jenis Penelitian ...
C.Data dan Sumber data ...
1. Sumber Data Primer ...
2. Sumber Data Sekunder...
D. Teknik Pengambilan Sampel ...
E. Pengumpulan Data ...
1. Interview (Wawancara) ...
2. Observasi ...
3. Analisis Dokumen ...
F. Uji Validitas Data...
G.Teknik Analisis Data ...
1. Reduksi Data ...
2. Sajian Data (Display) ...
commit to user
xiii
H. Prosedur Penelitian ...
1. Persiapan ...
2. Pengumpulan data ...
3. Analisis data ...
4. Penyusunan Laporan penelitian ...
BAB IV. HASIL PENELITIAN
A.Deskripsi Lokasi Penelitian/Objek Penelitian
B.Deskripsi hasil temuan Penelitian ...
1. Pemahaman Civitas Akademika Terhadap Pembelajaran
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ...
2. Implementasi KBK dalam Proses Pembelajaran ...
3. Efektitivitas Pembelajaran Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) di Jurusan P.IPS FKIP UNS ...
C.Pembahasan ...
A. Simpulan
B.
C.
59
59
59
60
60
61
61
65
66
69
96
109
124
124
125
127
129
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
3.1 Jadwal Penelitian
4.1 Analisa SWOT Efektivitas Implementasi KBK di Jurusan P.IPS FKIP
UNS tahun 2012 ...
43
commit to user
xv
Daftar Gambar
2.1 Skema Kerangka Berfikir
3.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif ... 41
commit to user
xvi
Daftar Lampiran
1. Pedoman Wawancara ...
2. Fielnote ...
3. Kalender Akademik FKIP 2011/2012 ...
4. Surat Permohonan UK (Ujian Kompetensi) ...
5. Surat Permohonan Ijin Penyususnan Skripsi ...
6. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Ijin Penyusunan Skripsi
7. Surat Permohonan Ijin Observasi ...
8. Surat Permohonan Ijin Penelitian ...
9. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian ...
132
139
217
219
220
221
222
223
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum,
karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh
setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara. Oleh
karena itu, sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan
pendidikan bagi anak-anak bangsanya, sejak saat itu pula pemerintah menyusun
kurikulum (Mulyasa, 2006).
Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19
menyebutkan bahwa Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu Kurikulum dijadikan pedoman bagi setiap instansi
penyelenggara pendidikan untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar. Oleh
karena itu, dengan kurikulum baik diharapkan tujuan dari pendidikan akan
tercapai.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,
1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi
logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek
dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai
dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum
nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD
1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta
pendekatan dalam merealisasikannya. Perkembangan kurikulum ini sejalan
digunakan dan dikembangkan tersebut harus sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan masyarakat.
Di dalam pergantian kurikulum dari masa kemasa ini tidak dipungkuri
bahwa sering terjadi permasalahan. Berkaitan dengan pergantian kurikulum,
menurut Sanjaya bahwa Pergantian kurikulum membuat seorang guru/dosen
harus beradaptasi dan mempelajari kembali kurikulum baru yang harus dijadikan
acuan untuk melakukan proses pembelajaran. Kasus pergantian kurikulum ramai
diperbincangkan di dunia pendidikan seperti pada pergantian kurikulum 1994 ke
kurikulum 2004. Kurikulum 1994 dianggap perlu disempurnakan dan hasil
penyempurnaan ini adalah kurikulum 2004 atau juga dikenal dengan sebutan
kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Diberlakukan kurikulum baru tersebut,
maka seorang guru/pendidik harus memahami dan belajar kembali tentang
kurikulum yang harus digunakan untuk melakukan implementasi kurikulum
tersebut dalam hal ini ternyata sebuah pemahaman tentunya tidak bisa dilakukan
dalam waktu yang singkat, oleh karena itu karena kurang pahamnya akhirnya
KBK sering dipelesetkan dengan dengan Kurikulum Baheula keneh. (kurikulum
yang tidak berbeda dengan kurikulum sebelumnya) (2005).
Kurikulum yang diterapakan disetiap instansi pendidikan terkadang
memaksa ingin menyesuaikan inovasi kurikulum terbaru dalam pembelajaran
tanpa melihat sumberdaya yang ada sehingga implementasi dari kurikulum tidak
maksimal, seperti pada kasus pergantian kurikulum KBK ke KTSP dalam kurun
waktu yang singkat dari pada pergantian kurikulum yang sebelumnya yaitu hanya
dua tahun, pada saat kurikulum yang diberlakukan KBK sosialisasi KBK dan
sistem penilaianya saja belum cukup. Kebingunagan dan kegamangan masih
tampak dirasakan oleh guru dan kelompok MGMP tetang KBK dan penilaiannya
kemudian secara tiba-tiba KBK harus digantikan oleh kurikulum yang baru yaitu
KTSP, akhirnya semenjak pertamakali diberlakukan KTSP yang terkesan
mendadak, kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah sangat mungkin di
berlaku sehingga model yang dikembangkan belum sepenuhnya menggambarkan
commit to user
Kurikulum sebagai komponen yang dianggap penting ternyata
menimbulkan berbagai peramasalahan dalam praktiknya, padahal setiap instansi
penyelenggara pendidikan diharuskan menggunakan kurikulum dalam melakukan
proses pembelajaran. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan
yang akan mencetak para sarjana yang nantinya harus siap menghadapi dunia
global. Untuk menciptakan output dari lembaga pendidikan yang baik tentunya
harus didorong dengan sistem pembelajaran yang baik dari lembaga tersebut.
Universitas Sebelas Maret merupakan salah satu lembaga perguruan tinggi
di kota Surakarta. Universitas Sebelas Maret memiliki visi dan misi serta tujuan
dalam meyelenggarakan pendidikan salah satu komponen dalam menentukan
keberhasilannya adalah dengan menerapakan kurikulum yang baik. Kurikulum
yang diterapkan diharapkan dapat mendokrak kualitas pendidikan yang kemudian
diesuaikan dengan sumber daya yang ada di dalam lembaga pendidikan.
Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000
dan Nomor 045/U/2002 mengamanatkan penyusunan kurikulum pendidikan
tinggi yang berbasis kompetensi untuk setiap program studi oleh kalangan
perguruan tinggi yang bersangkutan (bukan oleh pemerintah). Jadi Perguruan
Tinggi diberi otonomi/kewenangan dalam menen-tukan kurikulum program studi
yang diselenggarakannya. Kurikulum tidak lagi ditetapkan oleh pemerintah.
Berdasarkan peraturan tersebut Universitas Sebelas Maret memilih Kurikulum
Berbasis Kompetensi.
KBK diberlakuakan sejak tahun 2009 sebagai pengganti kurikulum yang
dulu yaitu kurikulum 1994. Kurikulum Berbasis Kompetensi dianggap relevan
dengan tuntutan zaman serta mengacu pada pada UU No. 20/2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 3 tentang fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional serta
pasal 35 ayat 1 tentang standar nasional pendidikan berkenaan dengan standar isi,
proses, dan kompetensi lulusan.
Rencana Pengembangan Universitas Sebelas Maret (2007-2015) yang
merupakan penjabaran rencana strategis Depdiknas, telah mencanangkan visinya
yakni, World Class University. Untuk merealisasikan visi tersebut, maka
program/kebijakan yang dapat dijadikan acuan. Salah satunya adalah Panduan
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan demikian akhirnya
Universitas sebelas maret mengeluarkan kebijakan di bidang kurikulum.
Kebijakan instasi dalam penggunaan kurikulum ini tertuang dalam salah satu
kebijakan Rektor UNS yaitu peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor :
553/H27/PP/2009 tentang pembelajaran berbasis kompetensi.
Berdasarkan kebijakan Rektor pembelajaran KBK harus diterapkan di
setiap Institusi/fakultas, yakni Jurusan/Program studi di lingkungan UNS. Setiap
fakultas tentuanya siap atau tidak siap harus mengiplementasikan KBK dalam
melakukan proses pembelajaran. KBK sudah diterapkan selama dua tahun
semenjak kebijakan tersebut diberlakukan sebagai pengganti kurikulum 1994 di
UNS dalam kenyataannya masih ada fakultas yang belum menerapkan dengan
baik. Kebanyakan dikarenakan ketidaksiapan sumberdaya dalam menghadapi
perubahan kurikulum dan juga perubahan sistem pembelajaran. Hal ini yang
menyebabkan kekurang optimalan kurikulum untuk mencapai keberhasilan
pendidikan.
Permasalahan inilah mendorong peneliti untuk mengkaji secara lebih
mendalam tentang penerapan KBK yang diyakini menjadi kurikulum yang baik
bagi pembelajaran untuk mewujudkan visi dan misi UNS serta upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran dilingkungan UNS dari kurikulum yang
diterapkan sebelumnya yaitu kurikulum 1994, maka dari itu itu peneliti
mengambil judul
Berbasis Kompetensi (KBK) di Jurusan P. .
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pemahaman civitas akademika terhadap Kurikulum Berbasis
Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS ?
2. Bagaimana Implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi
commit to user
3. Bagaimana Efektivitas pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di
Jurusan P.IPS UNS ?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pemahaman civitas akademika terhadap pembelajaran
Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS.
2. Untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis
Kompetensi dalam proses pembelajaran di Jurusan P.IPS FKIP UNS
3. Untuk mengetahui Efektivitas Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi
di Jurusan P.IPS FKIP UNS.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis:
a. Memberikan kontribusi positif yang bermanfaat di Jurusan P.IPS FKIP
mengenai implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) agar
berjalan dengan efektif
b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan
pengembangan civitas akademika di jurusan P.IPS FKIP UNS dalam
mengiplementasikan kurikulum.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi:
a. Sebagai bahan masukan dan wacana bagi Jurusan P.IPS FKIP UNS dan
civitas akademika mengenai pemahaman KBK serta Implementasi agar
dapat berjalan dengan efektif.
b. Para pengambil kebijakan pendidikan bidang kurikulum di UNS untuk
meningkatkan persiapan kebijakan dengan peninjauan tentang penyusunan
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan
1. Kajian Pendidikan Nasional
a. Pengertian Pendidikan Nasional
Pendidikan merupakan suatu hal yang diyakini penting bagi kehidupan
masyarakat karena pendidikan merupakan jembatan bagi setiap bangsa ataupun
negara dalam mempersiapkan generasi muda dalam memperoleh kesejahteraan
dan kelayakan hidup di masyarakat. Azra berpendapat Pendidikan adalah suatu
proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk
(2002:9).
pendidikan merupakan upaya pembentukan masyarakat Indonesia yang
demokratis, bersih, bermoral, dan berakhlak dan berpegang teguh pada nilai-nilai
-undang No.
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na Usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Menurut
mempengaruhi peserta didik supaya menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkunganya dan dengan demikian akan menimbulakan perubahan dalam dirinya
yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa di Indonesia
commit to user
sesuai dengan idiologi bangsa Indonesia, untuk mewujudkan semua itu maka di
Indonesia menyusun sebuah pendidikan nasional. Produk yang dihasilkan oleh
pendidikan merupakan lulusan yang memiliki kemapuan melaksanakan
peranan-peranan sosial di masyarakat. Sehingga hal ini menjadi alasan penguat pemerintah
Indonesia menyelenggarakan pendidikan nasional.
Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat 2 adalah
Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan
Menurut Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan
FIP-Nasional adalah gerakan yang bertujuan untuk pembangunan negara bangsa di
indonesia yang mengacu pada pasal 31 dan 32 UUD 1945 yang isinya merupakan
Menurut Nurdin, Pendidikan nasional merupakan upaya untuk mewujudkan
pembangunan nasional (2005:1).
Dengan demikian berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
Pendidikan Nasional merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh
pemerintah berdasarkan atas idiologi bangsa yaitu pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam rangka mewujudkan proses
pembelajaran sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 demi tercapainya
tujuan pendidikan. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pembangunan Indonesia
karena keberhasilan pembangunan nasional akan ditentukan oleh keberhasilan kita
dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan nasional harus dikelola dengan
profesional demi tercapainya tujuan pendidikan, tercapainya tujuan pendidikan
merupakan upaya untuk mewujudkan pembangunan Indonesia.
b. Standar Kompetensi Pendidikan Nasional
Dalam pendidikan nasional terdapat standar pendidikan yang harus
dicapai. Mengenai standar pendidikan nasional Hayat dan Yusuf berpendapat,
berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan
(2009:19). Standar Pendidikan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang
Standar Nasional Pendidikan bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas
prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus
ditingka Delapan unsur Standar Nasional
Pendidikan tersebut hendaknya dikembangkan sumber daya manusia sesuai
tuntutan dengan keadaan daerah, situasi nasional dan trend globalisasi. Menurut
Mulyasa 2006 menyatakan:
dalam pendidikan terdapat dua jenis standar yaitu standar Akademis (academic content standartds) dan standar kompetensi (performace standar). Standar akademis merefleksikan pengetahuan dan keterampilan esensial disetiap disiplin ilmu yang harus dipelajari oleh seluruh peserta didik. Sedangkan Standar Kompetensi ditunjukkan dalam bentuk proses atau hasil kegiatan yang didemonstrasikan oleh peserta didik sebagai penerapan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya. (hlm.24)
Di dalam pendidikan terdapat standar akademis yang harus di capai.
Mengenai standar Kurikulum merupakan standar
akademis yang harus dikuasai oleh seluruh peserta didik, dengan merinci tujuan
pembelajaran setiap pokok bahasan dan cara mencapai t
Pendidikan didalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Standar
Nasional Pendidikan salah satunya adalah mencakup aspek standar kompetensi.
dari keterampilan, pengetahuan, nilai dan sikap yang direfeksikan dalam
kebiasaan (2005:7). Jadi Standar Kompetensi merupakan batasan minimal
kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.
Standar kompetensi menurut pedoman pembelajaran berbasis kompetensi
dalam sistem kredit semester UNS 2009 Standar kompetensi adalah:
commit to user
dan kurikulum; sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi. Kedua, dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja, yakni membantu dalam rekrutmen, penilaian unjuk kerja, membuat uraian jabatan, dan mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia usaha/industri. Ketiga, institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi, yakni sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan levelnya, dan sebagai acuan dalam
Dengan demikian berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa
Standar kompetensi merupakan ukuran-ukuran dari kompetensi yang dikuasai dan
harus dicapai oleh seorang peserta didik. Standar kompetensi dalam pendidikan
nasional merupakan kriteria yang harus ditetapkan oleh pemerintah dalam
pendidikan nasional yang merupakan bentuk akuntabilitas dari penyelenggara
pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan
sehingga diharapkan output pendidikan yang dihasilkan adalah individu yang
bermartabat dan beradab bagi bangsa. Standar tersebut merupakan standar
kompotensi pendidikan nasional. Standar pendidikan merupakan dasar penetapan
kriteria bagi penyelenggara pendidikan dalam merancang konsep pendidikan dan
merupakan batasan minimal dalam mencapai tujuan pendidikan. Standar Nasional
Pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak individu menuju
peradaban bangsa yang beradab dan bermartabat. Standar Nasional pendidikan
yang telah ditetapkan oleh pemerintah hendaknya dijadikan sebagai pedoman
dalam menetapkan kriteria dalam menyelenggarakan pendidikan di setiap instansi
pendidikan.
2. Kajian Pembelajaran
a. Pengertian Pembelajaran
Proses pembelajaran terjadi antara pendidik dan peserta didik. Mengenai
pembelaja P
Instruction
Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi Kognitif-Wolistik, yang
menempatkan siswa sebagai sumber kegiatan belajar (2008:78). Hal tersebut
Instruction is a set of that learner in such a way that is facilitated. Oleh merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. (Sanjaya, 2008:78)
Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Pembelajaran atau
pengajaran pada dasarnya kegiatan guru/dosen menciptakan situasi agar
siswa/mahasiswa belajar. Tujuan utama dari pembelajaran atau pengajaran adalah
agar siswa/mahasiswa belajar bagaimanapun baiknya dosen/guru mengajar,
apabila tidak terjadi proses belajar pada para mahasiswa, maka pengajaran tidak
yang digunakan guru/dosen sederhana, tetapi apabila mendorong para
siswa/mahasiswa banyak belajar, pengajaran tersebut cukup berhasil. Mengenai
perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
belajar siswa diposisikan sebagai subyek belajar yang memegang peranan yang
utama, sehingga dalam setting proses belajar pengajar siswa dituntut beraktifitas
Mengenai pembelajaran Hambalik juga berpendapat, Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsusr manusiawi, materi, fasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan
Jadi menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
merupakan indikator utama dalam pelaksanaan pendidikan. Pembelajaran
merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam
mempengaruhi peserta didik agar belajar sehingga tercapai tujuan dari
pembelajaran. Pembelajaran merupakan hal yang sangat vital dan menjadi
komponen pokok bagi tercapainya tujuan pendidikan. Proses interaksi dan
internalisasi sebuah nilai- nilai sosial akan dicapai dengan baik oleh peserta didik
commit to user
Seorang pendidik harus menggunakan pembelajaran yang dapat
mengarahkan peserta didiknya untuk mengerti dan memahami sebuah materi di
dalam proses pembelajaran. Keberhasilan di dalam melakukan pembelajaran oleh
pendidik dapat mendorong peserta didik untuk belajar. Peserta didik yang telah
belajar berarti ada usaha dari peserta didik untuk mengubah dirinya kearah yang
lebih baik.
b. Perubahan Makna Pengertian Pembelajaran
Seiring berkembangnya perubahan zaman maka terjadi perubahan makna
dari pembelajaran. Pembelajaran semula bermakna saling hanya tatap muka
seperti antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan didalam kelas. Sesuai
UU No.20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa: Dalam pasal 2 ayat 2 UU No.20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan diartikan dengan
Pendidikan yang diselenggarakan dengan fleksibilitas
pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan (multy
entry multy system). Peserta didik dapat belajar sambil bekerja, atau mengambil
program-program pendidikan pada jenis dan jalur pendidikan yang berbeda secara
terp .
Dari pasal tersebut, menyatakan bahwa pendidikan dilaksanakan secara
terpadu dan berkelanjutan, selain itu pendidikan dilaksanakan dalam bentuk
pembelajaran yang dapat dilaksanakan dengan tatap muka ataupun jarak jauh.
Pendidik akan lebih leluasa melaksanakan pendidikan karena sistem pendidikan
yang terbuka.
Dari hal tersebut dapat dilihat terdapat konsep baru dalam pendidikan.
perubahan konsep antara mengajar dan pembelajaran yang mempunyai makna dan
pengertian yang berbeda. Dalam bahasa Inggris mengajar berasal dari kata
teaching, sedangkan pembelajaran berasal dari kata learning.
Konsep belajar mengalami perubahan dari mengajar ke pembelajaran.
Menurut UU no 20 tahun 2003 pada pasal 2 ayat 2 yang telah disebutkan. Dalam
penjelasan atas UU tersebut terdapat istilah pembelajaran yang digunakan sebagai
jalur pendidikan berkelanjutan.
Perbedaan antara mengajar dengan pembelajaran terdapat pada
tindakannya. Mengenai belajar Suprijo
dengan mengajar atau pengajaran mempunyai arti demikian melahirkan kontruksi
belajar-yang mengacu pada kegiatan belajar belajar-yang berpusat pada guru. Guru
menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, dan peserta didik
menerimanya. Hal ini selanjutnya berubah menjadi konsep pembelajaran dalam
UU No.20 tahun 2003.
pembelajaran adalah peserta didik, dimana guru mengajar dalam perspektif
pembelajaran adalah menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik yang
-istilah perubahan dari teacher
center menjadi student center, sehingga guru harus mengubah cara mengajarnya
dari mengajar menjadi pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat
upaya yang aktif dari siswa, sedangkan dalam mengajar guru seakan-akan hanya
mengisi ilmu kepada siswa sehingga peran siswa cenderung pasif. Sehingga dapat
disimpulkan perbedaan antara pembelajaran dan mengajar adalah terdapat pada
peran siswa dalam belajar. Mengenai prose Proses
belajar mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan
siswa di dalam situasi tertentu, mengajar merupakan tugas mengorganisasi dan
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan dari
mengajar ke pembelajaran ini membawa dampak yang besar bagi guru dalam
melaksanakan kegiatan belajar di kelas. Guru yang awalnya melaksanakan
kegiatan belajar dengan upaya teaching atau mengajar harus melaksakan
perubahan menjadi learning atau pembelajaran. Guru harus menciptakan kelas
yang student center daripada teacher center. Konsep mengajar berubah ke konsep
pembelajaran dengan maksud guru tidak lagi berperan aktif memberitahu siswa,
commit to user
dan pengetahuan. Guru harus mampu menciptakan kegiatan belajar yang
membuat siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator. Mengajar merupakan
proses dari pengajaran antara peserta didik dan pendidik. Mengajar merupakan
salah satu tahapan yang harus dilalui oleh pendidik yang profesional
3. Kajian Kurikulum
a. Pengertian Kurikulum
Salah satu komponen di dalam pendidikan yang dianggap penting adalah
kurikulum. Menurut Bobbitt (1989), kurikulum adalah A way to prepare student
for their future role in the new industrial. He influenced the curriculum by
showing how teaching classical subjects should be repleced by teaching subjects
(kurikulum merupakan sebuah jalan untuk
menempuh dan mempersiapkan peserta didik ke dalam masyarakat industri baru)
Rakhmat Hidayat (2011:7). Mengenai kurikulum Good (1959) juga berpendapat,
school should offer the student by way of qualifying him for graduation or
(kurikulum
merupakan sebuah rencana isi tentang materi tertentu dari instruksikan bahwa
sekolah harus memenuhi kualifikasi dan sertifikat serta dapat melanjutkan bidang
profesional atau kejuruan) (Rakhmat Hidayat, 2011:8). Kurikulum merupakan
rencana sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal tersebut
sesuai dengan peryataan Popham dan Baker (1970) mengatakan bahwa kurikulum
Seluruh hasil belajar yang direncanakan dan merupakan tanggung jawab
Kurikulum sebagai sebuah rencana hal ini sesuai dengan peryataan Tanner
dan Tanner (1975) bahwa kurikulum sebagai The planned and guided learning
experinces and intended learning outcomes, formulated throught the systematic
and recontruction of knowledge and eksperience, under the auspsices of the
( kurikulum adalah pengalaman belajar yang direncanakan dalam bimbingan dan
dan pengelaman yang sistematis, yang dibimbing oleh sekolah bagi
kesinambungan perkembangan kompetensi sosial si pembelajar). (Rahmat
Hidayat, 2011:9). Kurikulum bertujuan untuk menuntaskan setiap unit
pembelajaran, hal tersebut sesuai dengan simpulan Cagne (2005) menegaskan
Bagian isi dan bahan pelajaran yang digambarkan dengan
sedemikian rupa sehingga pembelajaran setiap unit dan dituntaskan sebagai satuan
Menurut Tim Pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI pendidikan
kurikulum adalah Inti pendidikan, dari ketiga bidang utama pendidikan yaitu
menejemen pendidikan, bimbingan siswa dan kurikulum, kurikulum merupakan
bidang yang paling besar memberikan pengaruh langsung terhadap perkembangan
peserta didik (2007:97). Mengenai kurikulum sebagai dokumen Sanjaya
risi tentang
tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar strategi dan cara
yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan
informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang
dirancang dalam bentuk
Mengenai kurikulum sebagai aktivitas Nurdin juga berpendapat,
kurikulum a Aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka
mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk
didalamnya kegiatan mengajar, mengatur strategi dalam proses
belajar-(2005:32). Kurikulum sebagai seperangkat aturan, Hamalik berpendapat
Seperangkat pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar
dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
dan digunakan dalam Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005. Pasal 1.19 UU
nomor 20 tahun 2003 merumuskan kuri Seperangkat rencana
commit to user
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan
perangkat dari pendidikan untuk menyelenggarakan sebuah pembelajaran.
Kurikulum merupakan desain yang disusun sedemikian rupa yang berisi tentang
rumusan, isi, tujuan dan strategi pembelajaran serta evaluasi yang berfokus pada
kepentingan peserta didik. Kurikulum merupakan sesuatu yang menjadi
seperangkat rencana bagi seorang pendidik kepada para peserta didik untuk
melakukan proses pembelajaran yang baik yang harus diimplementasikan menjadi
pengalaman belajar siswa.
Kurikulum berisi dari bahan-bahan pembelajaran yang menjadi landasan,
arahan dan perencanaan untuk menuju proses pembelajaran kepada kepada peserta
didik dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum mejadi
sebuah grand desain pendidikan untuk mewujudkan pembelajaran visioner
sehingga isi, materi melalui proses pembelajaran yang diberikan bagi peserta
didik memiliki kualitas sesuai tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Kurikulum merupakan sebuah rencana yang telah disusun secara
sistematis berupa konsep dan grand desain pendidikan yang disesuiakan dengan
tuntutan dan kondisi zaman serta kebutuhan masyarakat yang dijadikan sebagai
pedoman untuk melakukan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan
pendidikan. Kurikulum merupakan acuan dari pendidikan dalam melakukan
proses pembelajaran. Sehingga karena kurikulum dianggap penting di Indonesia
sering terjadi pergantian kurikulum dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi
perubahan sosial dan tuntutan zaman.
b. Fungsi Kurikulum
Kurikulum memiliki beberapa fungsi, menurut Soemanto (2008),
menyatakan tentang fungsi kurikulum bahwa :
1) Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan
Kurikulum merupakan sebuah media untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang ingin di capai. Oleh karena itu fungsi kurikulum adalah sebagai
2) Fungsi kurikulum bagi perkembangan siswa
Sebagai organisasi belajar ( lerning organsatior ) yang tersusun dengan
cermat,kurikulum selalu di siapkan dan di rancangbagi siswa sebagai salah satu
aspek yang akan di konsumsi siswa.
3) Fungsi kurikulum bagi para pendidik
Bagi pendidik, kurikulum memegang peranan penting yang berfungsi
sebagai Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar
siswa. Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap tingkat perkembangan
siswa dalam kerangka menyerap sejumlah pengetahuan sebagai pengalaman bagi
mereka. Pedoman dalam megatur kegiatan pendidikan dan pembelajaran.
4) Fungsi kurikulum bagi pimpinan
Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervise, yakni
memperbaiki situasi belajar agar lebih kondusif. Sebagai pedoman dalam
melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi belajar yang
menunjang situasi belajar siswa kearah yang lebih baik.
5) Fungsi kurikulum bagi orangtua siswa
Kurikulum memiliki fungsi yang amat besar bagi orang tua mereka dapat
berperan serta dalam membantu sekolah melakukan pembinaan terhadap putra
putri mereka.
Dalam sistem pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat
penting, Kurikulum berfungsi bagi pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan
kurikulum terutama bagi pendidik dan peserta didik yang berhubungan langsung
dengan implementasi kurikulum. Mengenai kurikulum sebagai pedoman Sanjaya
S
alat dan pedoman pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan
McNeil, 1981) kurikulum memiliki empat fungsi yaitu :
1.Fungsi pendidikan umum (common and general education)
commit to user
2.Suplementasi (suplementation)
Kurikulum menjadi peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata harus terlayani untuk mengembangkan kemampuan secara optimal, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata juga terlayani sesuai dengan kemampuannya.
3.Eksplorasi (eksploration)
Fungsi eksplorasi memiliki makna bahawa kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa.
4.Keahlian (spesialization)
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, misalnya perdagangan, pertanian, indusri dan disiplin akademik. (2005:12-13)
Memahami dari fungsi fungsi kurikulum diatas dapat dipahami bahwa
kurikulum memiliki hubungan yang baik bagi setiap lembaga penyelenggara
pendidikan. Mengenai fungsi kurikulum Mulyasa (2005) menyatakan:
Kurikulum memiliki fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan. Fungsi perencanaan adalah persiapan mengajar yang dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang lebih matang. Fungsi pelaksanaan yaitu kurikulum sebagai perencanaan akan dapat membentu dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran akan lebih terorganisir melalui serangkaian kegiatan tertentu, dengan strategi yang tepat dan mumpuni. (hlm.79)
Kurikulum sebagai sebuah perangakat dalam penyelenggaraan pendidikan
memiliki berbagai macam fungsi yang meningkatkan kualitas pendidikan.
menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang
kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tidak ada
Mengenai Fungsi kurikulum yang berkaitan dengan pelaksana dan
kegiatan seperti guru, siswa, kepala sekolah, pengawas, orang tua dan masyarakat.
Sanjaya (2008) berpendapat:
sekolah berfungsi sebagai penyususn perencanaan dan program sekolah, bagi pengawas kurikulum sebagai pendukung dalam melakukan suvervisi karena dengan kurikulum tersebut para pengawas akan dapat menentukan apakah program sekolah termasuk pelaksanaan prose pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum atau belum, sehingga berdasarkan kurikulum itu juga pengawas dapat memberikan saran pendidikan. Bagi siswa kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. Melalui kurikulum siswa akan memahami apa yang harus dicapai. Isi atau bahan pelajaran yang harus dikuasai. (hlm.13-15)
Dengan demikian berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa
Dalam fungsi kurikulum menunjukkan bahwa kurikulum harus dirancang
sedemikian rupa agar dapat meningkatkan kualitas dan mutu dari pembelajaran.
Kurikulum memiliki kekuatan yang besar bagi pendidikan dalam melaksanakan
peranannya sebagai komponen sistem yang harus dilaksanakan dalam pendidikan.
Kurikulum tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan dan merupakan sarana untuk
tercapainya tujuan pendidikan, karena kurikulum merupakan salah satu bentuk
menejemen dan administrasi pendidikan yang harus ada demi terselengaranya
pendidikan di setiap instansi penyelenggara pendidikan. Kurikulum memiliki arti
penting bagi penyelenggaraan pendidikan serta, merupakan salah satu inti dari
pendidikan yang dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan
pendidikan yakni mempersipakan peserta didik untuk menjadi insan yang
bermartabat dan beradap di masyarakat.
c. Perjalanan Kurikulum di Indonesia
Perjalanan Kurikulum di Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh Soekisno
bahwa Kurikulum Indonesia kurikulum pendidikan nasional telah mengalami
perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004
(KBK), 2006 (KTSP). Pada masa orde lama pada tahun 1945-1961 yaitu
kurikulum 1947. Kurikulum 1947 merupakan kurikulum peralihan pendidikan
belanda ke pendidikan nasional dan menekankan pada pembentukan karakter
manusia yang berdaulat dan sejajar dengan negara lain. Kurikulum Pendidikan
masa itu masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang,
commit to user
sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan
berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekan maka
pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar
dengan bangsa lain di muka bumi ini.
Pada tahun 1952, kurikulum pendidikan mengalami penyempurnaan,
dengan nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah
pada suatu system pendidikan nasional. Dalam kurikulum ini yang paling
menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana
pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan
sehari-hari.
Menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem
kurikulum pendidikan di Indonesia, dengan nama Rentjana Pendidikan 1964.
Pokok-pokok pikiran yang menjadi cirinya adalah pemerintah mempunyai
keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada
jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana,
yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan
jasmani.
Setelah masa orde lama kemudian muncul pergantian kurikulum pada
masa orde baru Memasuki fase masa orde baru, kurikulum pertama pendikan
adalah kurikulum 1968 dimulai berdasarkan TAP/MPRS No. XXVII/MPRS/1996
tentang agama, pendidikan dan kebudayaan. Kurikum ini bertujuan untuk
membentuk manusia yang pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan
sebagaimana yang dikehendaki oleh pemerintah UUD 1945 dan isi UUD 1945.
Titik penekanan pada kurikulum 1968 adalah penanaman jiwa pancasila terhadap
peserta didik bahwa ruang aktualisasi pendidikan tidak boleh menyimpang dari
falsafah pancasila.
Usia kurikulum 1968 tidak berjalan lama kemudian muncul kurikulum
1975. Perubahan kurikulum ini didasarkan pada keputusan MPR No.
II/MPR/1973. Kurikulum 1968 tidak lagi digunakan karena kurikulum tersebut
1950, TAP/MPRS No. II Tahun 1960. Dengan demikian adanya TAB MPR baru
membutuhkan kurikulum baru yang kemudian dinamakan kurikulum 1975. Inti
dari kurikulum ini adalah konsep pendidikan ditentukan dari pusat para pengajar
tidak perlu berfikir membuat konsep sendiri bagaimana pola pengajaran yang baik
harus digelar di dalam kelas.
Kurikulum 1975 tidak berjalan lama karena dianggap tidak konstruktif
dalam proses pendidikan yang mencerdaskan sehingga memunculkan keinginan
dari pemerintah pusat unruk mengganti kurikulum ini. Pendidikan perlu
ditempatkan secara arif dan bijaksana dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan
sosial. Pendidikan bukan milik pemerintah atau penguasan, tetapi menjadi bagian
integral dari bangsa sehingga penyelenggaraan pendidikan harus diserahkan
kepada masyarakat. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kurikulum 1975
harus diganti.
Kebutuhan akan laju pembangunan nasioal pesat, termasuk berdampak
pada lahinya ruang-ruang baru dalam pembangunan pendidikan nasional,
diperlukan kurikulum baru untuk merespon persoalan-persoalan dimasyarakat,
karena hal tersebut akhirnya muncul kurikulum 1984. Inti dari kurikulum ini
adalah pendidikan diarahkan pada pembentukan karakter anak didik yang
memiliki kemampuan dasar siap bekerja dengan skill yang baik sehingga bisa
digunakan diperusahaan atau pabrik-pabrik. Lebih tepatnya tujuan dari kurikulum
1984 bertujuan untuk memproduksi tenaga berpendidikan yang siap pakai.
Menurut Yamin Pendidikan dalam konteks kurikulum 1984 bukan lagi
menciptakan ruang berpikir anak-anak didik yang dirangsang dewasa ke depan
dan mampu melakukan aktualisasi diri secara kreatif. Oleh karena itu kurikulum
1984 harus diganti yaitu oleh kurikulum 1994 sebagai penyempurna kurikulum,
1984. Kurikulum 1994 merupakan kurikulum yang akan menjawab
kebutuhan-kebutuhan sosial dimasa depan sehingga membutuhkan keahlian membutuhkan
keahlian tertentu sebagai bagian dari modal melakukan kehidupan secara mandiri.
( 2009)
tian kurikulum ditutup
commit to user
adalah kurikulum 2004 yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum 2004
konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, perupa pengasaan terhadap seperangkat
kompetensi tertentu. Menurut Simpson dalam taksonomi Blomm (1989)
menyatakan KBK telah berjalan selama dua tahun, namum oleh pemerintah KBK
harus diganti dengan kurikulum 2006 yang dikenal dengan kurikulum tingkat
satuan pendidikan (KTSP) yang merupakan kurikulum peyempurna kurikulum
KBK.
Beberapa alasan KBK harus diganti dengan KTSP yaitu KBK masih
memelukan pemetaan dan pengklasifikasian standar kompetensi sebelum
membuat silabus. Materi mana yang termasuk kompetensi mendengarkan,
berbicara, membaca maupun menulis. Ditambah lagi harus dengan
mempertimbangkan dan mencantumkan karakteristik pada peserta didik, yang
mencakup perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun dalam
KTSP, pemetaan dan klasifikasi standar kompetensi yang mencakup kompetensi
mendengar, berbicara, dan menulis sudah tertera dalam rambu-rambu kurikulum
dengan sangat jelas. Pertimbangan dan pencantuman karakteristik pada peserta
didik secara implisit tidak dicantumkan dalam silabus tersebut. Meskipun tidak
perlu mencantumkan karakteristik peserta didik, guru tetap mempertimbangkan
aspek-aspek yang dibutuhkan oleh siswa tersebut. (Isjoni, 2009)
KTSP merupakan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap
satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses
belajar mengajar di sekolah. Intinya desentralisasi pendidikan di masing-masing
satuan pendidikan.
Dengan demikian tercatat sembilan kurikulum yang pernah diterapkan di
Indonesia. Pergantian ini dimulai dari sejak jaman orde baru, orde lama dan juga
sampai pada masa sekarang yaitu masa reformasi. Perubahan kurikulum yang
dilakukan di Indonesia disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi
akhirnya tercatat beberapa kurikulum yang pernah digunakan di Indonesia.
Pergantian kurikulum tersebut dilakukan demi tercapainya tujuan pendidikan
dalam mewujudkan pendidikan nasional.
Kurikulum yang digunakan dari orde lama adalaha kurikulum 1947,
kurikulum 1952 dan kurikulum 1964. Pada masa orde baru kurikulum 1968, 1975,
1984 dan di tutup dengan kurikulum 1994 serta di masa sekarang reformasi baru
terjadi perubahan dua kurikulum yaitu dari kurikulum berbasis kompetensi(KBK)
ke kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum yang berlaku dan
harus digunakan di sekolah adalah kurikulum KTSP Dalam perjalannya
kurikulum di Indonesia mengalami beberapa pergantian.
4. Kajian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
a. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan penyempurna dari kurikulum
1994. Mengenai Kurikulum Berbasis Kompetensi Mulyasa berpendapat
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Konsep
kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan
(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat
pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan melakukan dengan
penuh tanggung jawab.
Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum 2004 yang
mengatur tentang kompetensi. Hal ini sesuai dengan peryataan Depdiknas (2002)
kurikulum berbasis kompetensi merupakan
perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang
harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan
(Sanjaya, 2005:6). Kurikulum dan pembelajaran
commit to user
tetapi dilanjutkan pada tahapan yang lebih tinggi, yaitu aplikasi, analisis-sintesis,
pendidikan, 2007:116). KBK merupakan kurikulum yang menekankan pada aspek
kompetensi hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyasa (2006) bahwa:
KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing. (hlm.40)
Menurut S.K. Mendiknas No.045/U/2002 Kompetensi adalah
sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-No. 20 tahun 2003 Salah satu kompetensi adalah kompetensi lulusan yang
merupakan kempampuan individu menguasai bidang tertentu setelah lulus dari
jenjang pendidikan baik di sekolah maupun perguruan tinggi.
Menurut Pedoman Pembelajaran Berbasis Kompetensi dalam sistem
kredit Semester UNS 2009 Kompetensi lulusan perguruan tinggi yaitu:
Kompetensi yang sesuai dengan social need, industrial/business need dan professional need sehingga mampu bersaing di pasaran kerja yang menuntut persyaratan: (1) penguasaan pengetahuan dan keterampilan analisis dan sintesis, teknologi informasi, manajerial, komunikasi dan bahasa kedua; (2) sikap yang meliputi kepemimpinan, bekerja dalamkelompok, dan dapat bekerja secara lintas budaya; dan (3) pengenalan sifat pekerjaan yang terkait dan terlatih dalam etika kerja, memahami makna globalisasi dan fleksibilitas dala.
Menurut Taba (1962) Konsep KBK bertumpu pada konsep yaitu
Kurikulum sebagai suatu rencana. Ini berarti KBK lebih menekankan pada
kompetensi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah
Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa Kurikulum Berbasis
kompetensi peserta didik dalam proses pembelajaran tertentu untuk mencapai
tujuan pendidikan. KBK merupakan kurikulum yang diyakini dapat meningkatkan
kualitas pendidikan baik dari pembelajaran maupun kompetensi lulusan. KBK
menjadi sarana bagi setiap instansi pendidikan untuk lebih kreatif lagi dalam
membuat desain pembelajaran bagi peserta didik sehingga seorang pendidik
dituntut untuk lebih profesional dalam melakukan proses pembelajaran.
Pencapaian kurikulum 2004 adalah menekankan pada kompetensi yang harus
dimiliki oleh peserta didik. Kurikulum Berbasis Kompetensi menekankan
ketercapaian kompetensi yang diharapkan peserta didik dapat diarahkan kepada
bidang tertentu sesuai dengan bidang dan juga keahliannya, lebih mengarahkan
peserta didik untuk menjadi spesialisasi di bidang tertentu.
b. Latar belakang munculnya KBK
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki latar belakang dalam
kemunculannya. Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, KBK
pada awalnya digunakan dalam bidang pendidikan vokasional atau kejuruan dan
pelatihan. Kompetensi yang dikembangkan dalam bidang tersebut berkenaan
dengan kompetensi vokasional dan kompetensi kerja (2007:114).
Berkaitan dengan kemunculan KBK Sanjaya menjelaskan bahwa
Kemunculan KBK seiring dengan munculnya semangat reformasi pendidikan,
diawali dengan munculnya kebijakan pemerintah diantaranya lahir
undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah; Undang-undang-undang No. 25
tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai
otonom; serta Tap MPR No. IV/MPR/ 1999 tentang Arah Kebijakan Pendidikan
di masa depan.
Kelahiran berbagai perangkat kebijakan pemerintah didorong oleh
perubahan dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Dalam dimensi global. Dalam
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan terjadinya fenomena
commit to user
Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah, mengantisipasi
perubahan-perubahan global pada era persaingan bebas, serta tuntutan kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi khususnya teknologi informasi, maka sistem
pendidikan perlu diarahkan pada pendidikan yang demokratis yang mampu
melayani setipa perbedaan dan kebutuhan individu (berdiversifikasi) serta mampu
membekali siswa dengan sejumlah kemempuan (kompetensi) yang diperlukan
sesuai dengan kebutuhan. Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang
mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang sudah tidak efektif
dan tidak mampu lagi mempersiapkan anak didik untuk dapat bersaing dengan
bangsa lain di dunia. Salah satu perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan
kurikulum sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan. (2005)
c. Karakteristik dan Tujuan KBK
Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki karakteristik dan juga tujuan
dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran. Mengenai karakteristik KBK
Kompetensi memiliki beberapa
karakteristik yang mencakup seleksi kompetensi yang sesuai spesifikasi
indicator-indikator evaluasi untuk menentukan kesusksesan pencapaian kompetensi dan
Menurut Dekdiknas (2002) mengemukakan karakteristik kurikulum
berbasis kompetensi memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut :
1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal
2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. 3) Peyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode
yang bervariasi
4) Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar yang memenuhi unsur edukatif
5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. (Mulyasa 2002:42)
Karakteristik Kurikulum berbasis kompetensi adalah menekankan pada
Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI Salah satu ciri utama dari model
KBK adalah dalam tujuannya yang dirumuskan dalam bentuk perilaku yang dapat
diamati atau diukur (observable variable) rumusan tujuan demikian disebut
obyektif dan obyektif dalam KBK dirumus
(2007:113).
Karakteristik yang tertuang di dalam KBK memiliki berepa tujuan agar
KBK menjadi kurikulum yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
melakukan proses pembelajaran ke arah yang lebih bermutu. Mengenai tujuan
KBK Sanjaya berpendapat, Tujuan kurikulum berbasis kompetensi adalah
Mengembangkan potensi peserta didik untuk untuk mengahadapi perananya di
masa datang dengan mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill
(2005:12).
Dengan demikian, Kakarteristik dan tujuan KBK mengarahkan pada
pencapaian kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Kompetensi
tersebut berupa life skiil yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk
mempersiapkan bekal hidup di masyakat global kecakapan life skill merupakan
kecakapan yang dimiliki seseorang agar mau dan berani menghadapi problema
hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga akhirnya mampu
mengatasinya.
d. Prinsip-prinsip pengembangan KBK
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam pengembangannya
mengunakan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Menurut Tim
Pengembang Pendidikan
FIP-dari kurikulum-kurikulum sebelumnya (kurikulum 1975,1984,1993) yang
sebenarnya memiliki akar yang sama yaitu yaitu Teknologi pendidikan atau
teknologi instruksional atau sistem i
-prinsip pengembangan kurikulum Hama Di dalam prinsip
pengembangan kurikulum meliputi prinsip berorientasi pada tujuan, prinsip
commit to user
keseimbangan, prinsip keterpaduan, dan prinsip mutu. dalam mengembangkan
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mengacu pada prinsip pengembangan
Dalam mengembangkan KBK juga menggunakan berbagai prinsip.
Mengenai prinsip dalam pengembangan KBK. Depdikbud (2002) menyatakan
terdapat sembilan prinsip pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
diantaranya adalah sebagai berikut :
1) Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur 2) Penguatan Integritas Nasional
3) Keseimbangan Etika, Logika dan Kinestetika 4) Kesamaan memperoleh kesempatan
5) Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi 6) Pengembangan keterampilan untuk hidup 7) Belajar sepanjang hayat
8) Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif
9) Pendekatan menyeluruh dan kemitraan. (Mulyasa, 2006:70-72)
Dalam prinsip pengembangan KBK, Mulyasa menjelaskan bahwa
Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar harus
berfokus pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengitegrasikan
berbagai disiplin ilmu. Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur yang dianut oleh
masyarakat berpengaruh terhadap arti kehidupan setiap individu. Hal tersebut
tentunya perlu diamalkan dan diintergrasikan di dalam kurikulum berbasis
kompetensi (KBK). Dalam pengembangan KBK diperlukan penguatan terhadap
pentingnya integrasi nasional melalui pendidikan yang memberikan pemahaman
tentang kemajemukan masyarakat Indonesia yang majemuk dan kemajuan
peradapan tatanan kehidupan yang multikultural.
Keseimbangan antara Etika, Logika dan Kinestetika diperlukan dalam
pengembangan KBK agar peserta didik memiliki kemampuan yang sejajar dalam
hal etika, logika dan kinestetika. Pengembangan KBK seluruh peserta didik dari
berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi
sosial, yang memerlukan bantuan khusus, b