• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dian Kusumawati K8408034

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dian Kusumawati K8408034"

Copied!
146
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)

DI JURUSAN P.IPS FKIP UNS

SKRIPSI

Oleh :

DIAN KUSUMAWATI

K 8408034

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Dian Kusumawati

NIM : K8408034

Jurusan/Program Studi : P.IPS/Pendidikan Sosiologi-Antropologi

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul

PEMBELAJARAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI

ini benar-benar merupakan hasil karya saya

sendiri. selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil

jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, Juni 2012

Yang membuat pernyataan

(3)

commit to user

iii

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN

KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK)

DI JURUSAN P.IPS FKIP UNS

Oleh :

DIAN KUSUMAWATI

K8408034

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Studi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi Antropologi,

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(4)

commit to user

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Pada hari :

Tanggal :

Pembimbing I

Drs. M.H.Sukarno, M.Pd

NIP. 195106011979031001

Pembimbing II

Siany Indria Liestyasari, S. Ant, M.Hum

(5)

commit to user

v

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi:

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua

Sekretaris

Penguji I

Penguji II :

:

:

:

Drs. Slamet Subagya, M.Pd

NIP. 19580728 198403 2 003

Drs. Soeparno, M.Si

NIP. 19670802 200012 1 001

Drs. M.H Sukarno, M.Pd

Siany Indria Liestyasari, S.Ant, M.Hum

Disahkan oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dekan

Prof. Dr.H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.

(6)

commit to user

vi MOTTO

Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani

(Ki Hadjar Dewantara)

Sesungguhnya kesempurnaan itu hanya Milik-NYA

(7)

commit to user

vii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Permata hatiku Ibu/Ayah terkasih yang telah

mencurahkan kasih sayang, pengorbanan dan doa

restunya dengan penuh ketegaran serta kesabaran.

2. Adikku dan teman-teman angkatan 2008 untuk

semua dukungan dan motivasi..

(8)

commit to user

viii ABSTRAK

Dian Kusumawati. K8408034. EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KBK) DI JURUSAN P.IPS FKIP UNS. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni. 2012.

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pemahaman civitas akademika terhadap Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS. (2) Mengetahui Implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS, (3) Mengetahui Efektivitas mengenai pembelajaran kurikulum berbasis kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS.

Penelitian berlokasi di Jurusan P.IPS FKIP UNS. Metode Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan Jenis penelitian berupa studi kasus. Teknik sampling yang digunakan yaitu teknik purposive sampling dengan snowball sampling. Sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi langsung, dan studi dokumen. Untuk meningkatkan kesahihan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber. Sementara analisis dilakukan dengan model analisis interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, intepretasi data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Pemahaman yang dimiliki oleh civitas akademika tentang pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi bahwa KBK merupakan kurikulum yang menekankan pada capaian kompetensi mahasiswa (2) Pelaksanaan Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi telah dilakukan oleh jurusan, program studi dan dosen. Tahapan dalam melakukan implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah perencaan, pelaksanaan/proses pembelajaran dan evaluasi. Persiapan dan perencanaan yang dilakukan oleh Jurusan dan program studi antara lain: Persiapan dalam penterjemahan SOP dari fakultas, melakukan studi banding dan lokakarya, serta melakukan kontrol terhadap perencanaan yang telah dilakukan oleh dosen. Persiapan dosen dalam perencanaan pembelajaran adalah membuat kontrak belajar, membuat silabi dan RPP/SAP, menentukan pengelompokan dan analisis standar kompetensi. Proses Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi dilakukan Metode yang inovatif yang dapat mengaktifkan mahasiswa seperti metode presentasi, diskusi, membuat makalah. Metode pembelajaran yang dihindari oleh dosen adalah metode ceramah. Sumber belajar yang digunakan oleh dosen adalah buku, sumber belajar yang lain seperti film, novel pernah digunakan, akan tetapi terkendala dengan ketentuan waktu di dalam sistem kredit semester. Evaluasi dilakukan dengan Ujian Kompetensi dan Remidial. (3) Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS belum berjalan secara efektif. Hal ini karena berbagai hambatan seperti terbatasnya fasilitas, sarana dan prasarana, sumber daya dosen dan kurannya sosialisasi KBK di lingkungan civitas akademika.

(9)

commit to user

ix ABSTRACT

Dian Kusumawati. K8408034. THE IMPLEMENTATION EFECTIVITY OF THE CURRICULUM STUDYING BASED ON COMPETENCE IN SOSIAL MAINSTREAM SUBJECT OF EDUCATION PROGRAM UNS. Thesis, Surakarta : Education Program Sebelas maret University, Surakarta. Juny. 2012.

The porpuses of this research are (1) To know the understanding of the acemic civity on the curiculum study besed on the competency in the social departement of teachership education faculty. (2) To know the implementation effectivity of curriculum studying based on competence of in sosial mainstream subject of education program of UNS. (3) To know the Efektivity policy of curriculum studying based on competance of in sosial mainstream subject of education program of UNS.

This research is located in sosial mainstream subject program of UNS. It uses qualitative method and the type of this researc is case study. Furthermare, it uses porposive sampling tecnique with snowball sampling. More over, to collect data. The researches uses same ways, they are interviewing, direct observation and document study. While to get the data validity, the researcher uses triangulation teqnique, thet called source triangulation. The analysis that used in this research is kind of interatictive analysis that consist of data collecting ,data reduction, data intepretation and making condusion.

Finally, the result of this show that : (1) Understanding of some understanding of the acemic civity on the curiculum study besed on the competency focus on students competency progress/achivement (2) Curriculum studying based on competance of credit system has been dose by the departement of social maintream subject, bath study program and the lecture. Step of this implementation of the curriculum studying based on competence are planing, executing/studying process and evaluating. Palnning and preparing which are done by the departement of sosial maintream subject are : Preparing and explaining SOP from the faculty, doing the exchanging study, whorkshop and controlling on the planning that is created by lecture before. The lecture preparation of studying planning are making study. Contract. Making syllaby and RPP/SAP, deciding grouping and analisysis competency standaridtation. The proses s of curriculum studying based on competence is done by inovative methot that can active the role of student, such us preparation methot, discussing and making paper. Methot that is avoided to do by lecture is speeching. Lecture uses books and ather study source such as film, novel and soon as the source study, however the lecture face same difficulties, for example the imlementation time of semester credit system. The evaluation of education program is not run efectivelly yet. It is by some difficulties, for example the limitation of facilities and human resources and no socialisation of Curiculum Studying Based On Competence in academical society

(10)

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, Rabb semesta alam yang memegang

kekuasaan di bumi dan di langit. Alhamdulillah, atas rahmat dan ridha Allah

peneliti mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan baik untuk

memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti mendapatkan bantuan dari

berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan

terima kasih kepada:

1. Prof. Dr.H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.

2. Drs. H. Syaiful Bachri, M.Pd. Ketua Jurusan P. IPS FKIP UNS.

3. Drs. H. M.H Sukarno, M.Pd. Ketua Program Pendidikan Sosiologi Jurusan

P.IPS FKIP UNS sekaligus Dosen Pembimbing 1

4. Siany Indria Liestyasari, S.Ant, M. Hum. Dosen Pembimbing II

5. Dra. Siti Rochani, M.Pd. Pembimbing Akademis atas bantuan dan

bimbingannya.

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi yang

secara tulus mendidik dan memberikan ilmu yang sangat berharga.

7. Ketua Jurusan P.IPS FKIP UNS yang telah memberikan ijin penelitian.

8. Dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat balasan dari

Allah SWT. Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,

namun demikian besar harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan. Amin.

Surakarta, Juni 2012

(11)

commit to user

xi DAFTAR ISI ... PERNYATAAN ... ... ... ... KAT

BAB I. PENDAHULUAN ...

A.Latar Belakang ...

B.Rumusan Masalah ...

C.Tujuan Penelitian ...

D.Manfaat penelitian ...

BABA II. LANDASAN TEORI ...

A.Kajian Teori dan hasil penelitian yang relevan ...

1. Kajian Pendidikan Nasional ...

a. Pengertian Pendidikan Nasional ...

b. Standar Kompetensi Pendidikan Nasional ...

2. Kajian Pembelajaran ...

(12)

commit to user

xii

d. Perubahan Makna Pengertian Pembelajaran . ...

3. Kajian Kurikulum ...

a. Pengertian Kurikulum ...

b. Fungsi Kurikulum . ...

c. Perjalananan Kurikulum di Indonesia ...

4. Kajian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ...

a. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

b. Latar Belakang Munculnya KBK ...

c. Karakteristik dan Tujuan KBK . ...

d. Prinsip-prinsip pengembangan KBK ...

e. Efektivitas Implementasi Pembelajaran KBK ...

5. Penelitian yang relevan ...

B.Kerangka Berfikir ...

BAB III. METODE PENELITIAN ...

A.Tempat dan Waktu penelitian ...

B.Pendekatan dan Jenis Penelitian ...

1. Pendekatan Penelitian ...

2. Jenis Penelitian ...

C.Data dan Sumber data ...

1. Sumber Data Primer ...

2. Sumber Data Sekunder...

D. Teknik Pengambilan Sampel ...

E. Pengumpulan Data ...

1. Interview (Wawancara) ...

2. Observasi ...

3. Analisis Dokumen ...

F. Uji Validitas Data...

G.Teknik Analisis Data ...

1. Reduksi Data ...

2. Sajian Data (Display) ...

(13)

commit to user

xiii

H. Prosedur Penelitian ...

1. Persiapan ...

2. Pengumpulan data ...

3. Analisis data ...

4. Penyusunan Laporan penelitian ...

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A.Deskripsi Lokasi Penelitian/Objek Penelitian

B.Deskripsi hasil temuan Penelitian ...

1. Pemahaman Civitas Akademika Terhadap Pembelajaran

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ...

2. Implementasi KBK dalam Proses Pembelajaran ...

3. Efektitivitas Pembelajaran Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) di Jurusan P.IPS FKIP UNS ...

C.Pembahasan ...

A. Simpulan

B.

C.

59

59

59

60

60

61

61

65

66

69

96

109

124

124

125

127

129

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

3.1 Jadwal Penelitian

4.1 Analisa SWOT Efektivitas Implementasi KBK di Jurusan P.IPS FKIP

UNS tahun 2012 ...

43

(15)

commit to user

xv

Daftar Gambar

2.1 Skema Kerangka Berfikir

3.1 Komponen Analisis Data Model Interaktif ... 41

(16)

commit to user

xvi

Daftar Lampiran

1. Pedoman Wawancara ...

2. Fielnote ...

3. Kalender Akademik FKIP 2011/2012 ...

4. Surat Permohonan UK (Ujian Kompetensi) ...

5. Surat Permohonan Ijin Penyususnan Skripsi ...

6. Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Ijin Penyusunan Skripsi

7. Surat Permohonan Ijin Observasi ...

8. Surat Permohonan Ijin Penelitian ...

9. Surat Keterangan telah melakukan Penelitian ...

132

139

217

219

220

221

222

223

(17)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu komponen penting dari sistem pendidikan adalah kurikulum,

karena kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh

setiap satuan pendidikan, baik oleh pengelola maupun penyelenggara. Oleh

karena itu, sejak Indonesia memiliki kebebasan untuk menyelenggarakan

pendidikan bagi anak-anak bangsanya, sejak saat itu pula pemerintah menyusun

kurikulum (Mulyasa, 2006).

Dalam Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 19

menyebutkan bahwa Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan

mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan

pendidikan tertentu Kurikulum dijadikan pedoman bagi setiap instansi

penyelenggara pendidikan untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar. Oleh

karena itu, dengan kurikulum baik diharapkan tujuan dari pendidikan akan

tercapai.

Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan

nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968,

1975, 1984, 1994, 2004 dan 2006. Perubahan tersebut merupakan konsekuensi

logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya, ekonomi, dan iptek

dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai

seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai

dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum

nasional dirancang berdasarkan landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD

1945, perbedaanya pada penekanan pokok dari tujuan pendidikan serta

pendekatan dalam merealisasikannya. Perkembangan kurikulum ini sejalan

(18)

digunakan dan dikembangkan tersebut harus sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan masyarakat.

Di dalam pergantian kurikulum dari masa kemasa ini tidak dipungkuri

bahwa sering terjadi permasalahan. Berkaitan dengan pergantian kurikulum,

menurut Sanjaya bahwa Pergantian kurikulum membuat seorang guru/dosen

harus beradaptasi dan mempelajari kembali kurikulum baru yang harus dijadikan

acuan untuk melakukan proses pembelajaran. Kasus pergantian kurikulum ramai

diperbincangkan di dunia pendidikan seperti pada pergantian kurikulum 1994 ke

kurikulum 2004. Kurikulum 1994 dianggap perlu disempurnakan dan hasil

penyempurnaan ini adalah kurikulum 2004 atau juga dikenal dengan sebutan

kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Diberlakukan kurikulum baru tersebut,

maka seorang guru/pendidik harus memahami dan belajar kembali tentang

kurikulum yang harus digunakan untuk melakukan implementasi kurikulum

tersebut dalam hal ini ternyata sebuah pemahaman tentunya tidak bisa dilakukan

dalam waktu yang singkat, oleh karena itu karena kurang pahamnya akhirnya

KBK sering dipelesetkan dengan dengan Kurikulum Baheula keneh. (kurikulum

yang tidak berbeda dengan kurikulum sebelumnya) (2005).

Kurikulum yang diterapakan disetiap instansi pendidikan terkadang

memaksa ingin menyesuaikan inovasi kurikulum terbaru dalam pembelajaran

tanpa melihat sumberdaya yang ada sehingga implementasi dari kurikulum tidak

maksimal, seperti pada kasus pergantian kurikulum KBK ke KTSP dalam kurun

waktu yang singkat dari pada pergantian kurikulum yang sebelumnya yaitu hanya

dua tahun, pada saat kurikulum yang diberlakukan KBK sosialisasi KBK dan

sistem penilaianya saja belum cukup. Kebingunagan dan kegamangan masih

tampak dirasakan oleh guru dan kelompok MGMP tetang KBK dan penilaiannya

kemudian secara tiba-tiba KBK harus digantikan oleh kurikulum yang baru yaitu

KTSP, akhirnya semenjak pertamakali diberlakukan KTSP yang terkesan

mendadak, kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah sangat mungkin di

berlaku sehingga model yang dikembangkan belum sepenuhnya menggambarkan

(19)

commit to user

Kurikulum sebagai komponen yang dianggap penting ternyata

menimbulkan berbagai peramasalahan dalam praktiknya, padahal setiap instansi

penyelenggara pendidikan diharuskan menggunakan kurikulum dalam melakukan

proses pembelajaran. Perguruan tinggi merupakan salah satu lembaga pendidikan

yang akan mencetak para sarjana yang nantinya harus siap menghadapi dunia

global. Untuk menciptakan output dari lembaga pendidikan yang baik tentunya

harus didorong dengan sistem pembelajaran yang baik dari lembaga tersebut.

Universitas Sebelas Maret merupakan salah satu lembaga perguruan tinggi

di kota Surakarta. Universitas Sebelas Maret memiliki visi dan misi serta tujuan

dalam meyelenggarakan pendidikan salah satu komponen dalam menentukan

keberhasilannya adalah dengan menerapakan kurikulum yang baik. Kurikulum

yang diterapkan diharapkan dapat mendokrak kualitas pendidikan yang kemudian

diesuaikan dengan sumber daya yang ada di dalam lembaga pendidikan.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 232/U/2000

dan Nomor 045/U/2002 mengamanatkan penyusunan kurikulum pendidikan

tinggi yang berbasis kompetensi untuk setiap program studi oleh kalangan

perguruan tinggi yang bersangkutan (bukan oleh pemerintah). Jadi Perguruan

Tinggi diberi otonomi/kewenangan dalam menen-tukan kurikulum program studi

yang diselenggarakannya. Kurikulum tidak lagi ditetapkan oleh pemerintah.

Berdasarkan peraturan tersebut Universitas Sebelas Maret memilih Kurikulum

Berbasis Kompetensi.

KBK diberlakuakan sejak tahun 2009 sebagai pengganti kurikulum yang

dulu yaitu kurikulum 1994. Kurikulum Berbasis Kompetensi dianggap relevan

dengan tuntutan zaman serta mengacu pada pada UU No. 20/2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 3 tentang fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional serta

pasal 35 ayat 1 tentang standar nasional pendidikan berkenaan dengan standar isi,

proses, dan kompetensi lulusan.

Rencana Pengembangan Universitas Sebelas Maret (2007-2015) yang

merupakan penjabaran rencana strategis Depdiknas, telah mencanangkan visinya

yakni, World Class University. Untuk merealisasikan visi tersebut, maka

(20)

program/kebijakan yang dapat dijadikan acuan. Salah satunya adalah Panduan

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi, dengan demikian akhirnya

Universitas sebelas maret mengeluarkan kebijakan di bidang kurikulum.

Kebijakan instasi dalam penggunaan kurikulum ini tertuang dalam salah satu

kebijakan Rektor UNS yaitu peraturan Rektor Universitas Sebelas Maret Nomor :

553/H27/PP/2009 tentang pembelajaran berbasis kompetensi.

Berdasarkan kebijakan Rektor pembelajaran KBK harus diterapkan di

setiap Institusi/fakultas, yakni Jurusan/Program studi di lingkungan UNS. Setiap

fakultas tentuanya siap atau tidak siap harus mengiplementasikan KBK dalam

melakukan proses pembelajaran. KBK sudah diterapkan selama dua tahun

semenjak kebijakan tersebut diberlakukan sebagai pengganti kurikulum 1994 di

UNS dalam kenyataannya masih ada fakultas yang belum menerapkan dengan

baik. Kebanyakan dikarenakan ketidaksiapan sumberdaya dalam menghadapi

perubahan kurikulum dan juga perubahan sistem pembelajaran. Hal ini yang

menyebabkan kekurang optimalan kurikulum untuk mencapai keberhasilan

pendidikan.

Permasalahan inilah mendorong peneliti untuk mengkaji secara lebih

mendalam tentang penerapan KBK yang diyakini menjadi kurikulum yang baik

bagi pembelajaran untuk mewujudkan visi dan misi UNS serta upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran dilingkungan UNS dari kurikulum yang

diterapkan sebelumnya yaitu kurikulum 1994, maka dari itu itu peneliti

mengambil judul

Berbasis Kompetensi (KBK) di Jurusan P. .

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemahaman civitas akademika terhadap Kurikulum Berbasis

Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS ?

2. Bagaimana Implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi

(21)

commit to user

3. Bagaimana Efektivitas pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi di

Jurusan P.IPS UNS ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas maka dapat dirumuskan tujuan penelitian

sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pemahaman civitas akademika terhadap pembelajaran

Kurikulum Berbasis Kompetensi di Jurusan P.IPS FKIP UNS.

2. Untuk mengetahui Implementasi Pembelajaran Kurikulum Berbasis

Kompetensi dalam proses pembelajaran di Jurusan P.IPS FKIP UNS

3. Untuk mengetahui Efektivitas Pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi

di Jurusan P.IPS FKIP UNS.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini antara lain:

1. Manfaat Teoritis:

a. Memberikan kontribusi positif yang bermanfaat di Jurusan P.IPS FKIP

mengenai implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) agar

berjalan dengan efektif

b. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan

pengembangan civitas akademika di jurusan P.IPS FKIP UNS dalam

mengiplementasikan kurikulum.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini bermanfaat bagi:

a. Sebagai bahan masukan dan wacana bagi Jurusan P.IPS FKIP UNS dan

civitas akademika mengenai pemahaman KBK serta Implementasi agar

dapat berjalan dengan efektif.

b. Para pengambil kebijakan pendidikan bidang kurikulum di UNS untuk

meningkatkan persiapan kebijakan dengan peninjauan tentang penyusunan

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian teori dan hasil penelitian yang relevan

1. Kajian Pendidikan Nasional

a. Pengertian Pendidikan Nasional

Pendidikan merupakan suatu hal yang diyakini penting bagi kehidupan

masyarakat karena pendidikan merupakan jembatan bagi setiap bangsa ataupun

negara dalam mempersiapkan generasi muda dalam memperoleh kesejahteraan

dan kelayakan hidup di masyarakat. Azra berpendapat Pendidikan adalah suatu

proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk

(2002:9).

pendidikan merupakan upaya pembentukan masyarakat Indonesia yang

demokratis, bersih, bermoral, dan berakhlak dan berpegang teguh pada nilai-nilai

-undang No.

20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Na Usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Menurut

mempengaruhi peserta didik supaya menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan

lingkunganya dan dengan demikian akan menimbulakan perubahan dalam dirinya

yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam kehidupan

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa di Indonesia

(23)

commit to user

sesuai dengan idiologi bangsa Indonesia, untuk mewujudkan semua itu maka di

Indonesia menyusun sebuah pendidikan nasional. Produk yang dihasilkan oleh

pendidikan merupakan lulusan yang memiliki kemapuan melaksanakan

peranan-peranan sosial di masyarakat. Sehingga hal ini menjadi alasan penguat pemerintah

Indonesia menyelenggarakan pendidikan nasional.

Pendidikan Nasional dalam UU Sisdiknas 2003 Pasal 1 ayat 2 adalah

Pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan

Menurut Tim Pengembangan Ilmu Pendidikan

FIP-Nasional adalah gerakan yang bertujuan untuk pembangunan negara bangsa di

indonesia yang mengacu pada pasal 31 dan 32 UUD 1945 yang isinya merupakan

Menurut Nurdin, Pendidikan nasional merupakan upaya untuk mewujudkan

pembangunan nasional (2005:1).

Dengan demikian berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

Pendidikan Nasional merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh

pemerintah berdasarkan atas idiologi bangsa yaitu pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 dalam rangka mewujudkan proses

pembelajaran sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 demi tercapainya

tujuan pendidikan. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pembangunan Indonesia

karena keberhasilan pembangunan nasional akan ditentukan oleh keberhasilan kita

dalam mengelola pendidikan nasional. Pendidikan nasional harus dikelola dengan

profesional demi tercapainya tujuan pendidikan, tercapainya tujuan pendidikan

merupakan upaya untuk mewujudkan pembangunan Indonesia.

b. Standar Kompetensi Pendidikan Nasional

Dalam pendidikan nasional terdapat standar pendidikan yang harus

dicapai. Mengenai standar pendidikan nasional Hayat dan Yusuf berpendapat,

(24)

berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

(2009:19). Standar Pendidikan dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang

Standar Nasional Pendidikan bahwa Standar Nasional Pendidikan terdiri atas

prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus

ditingka Delapan unsur Standar Nasional

Pendidikan tersebut hendaknya dikembangkan sumber daya manusia sesuai

tuntutan dengan keadaan daerah, situasi nasional dan trend globalisasi. Menurut

Mulyasa 2006 menyatakan:

dalam pendidikan terdapat dua jenis standar yaitu standar Akademis (academic content standartds) dan standar kompetensi (performace standar). Standar akademis merefleksikan pengetahuan dan keterampilan esensial disetiap disiplin ilmu yang harus dipelajari oleh seluruh peserta didik. Sedangkan Standar Kompetensi ditunjukkan dalam bentuk proses atau hasil kegiatan yang didemonstrasikan oleh peserta didik sebagai penerapan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajarinya. (hlm.24)

Di dalam pendidikan terdapat standar akademis yang harus di capai.

Mengenai standar Kurikulum merupakan standar

akademis yang harus dikuasai oleh seluruh peserta didik, dengan merinci tujuan

pembelajaran setiap pokok bahasan dan cara mencapai t

Pendidikan didalam Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Standar

Nasional Pendidikan salah satunya adalah mencakup aspek standar kompetensi.

dari keterampilan, pengetahuan, nilai dan sikap yang direfeksikan dalam

kebiasaan (2005:7). Jadi Standar Kompetensi merupakan batasan minimal

kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik.

Standar kompetensi menurut pedoman pembelajaran berbasis kompetensi

dalam sistem kredit semester UNS 2009 Standar kompetensi adalah:

(25)

commit to user

dan kurikulum; sebagai acuan dalam penyelenggaraan pelatihan penilaian, sertifikasi. Kedua, dunia usaha/industri dan penggunaan tenaga kerja, yakni membantu dalam rekrutmen, penilaian unjuk kerja, membuat uraian jabatan, dan mengembangkan program pelatihan yang spesifik berdasar kebutuhan dunia usaha/industri. Ketiga, institusi penyelenggara pengujian dan sertifikasi, yakni sebagai acuan dalam merumuskan paket-paket program sertifikasi sesuai dengan kualifikasi dan levelnya, dan sebagai acuan dalam

Dengan demikian berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa

Standar kompetensi merupakan ukuran-ukuran dari kompetensi yang dikuasai dan

harus dicapai oleh seorang peserta didik. Standar kompetensi dalam pendidikan

nasional merupakan kriteria yang harus ditetapkan oleh pemerintah dalam

pendidikan nasional yang merupakan bentuk akuntabilitas dari penyelenggara

pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan

sehingga diharapkan output pendidikan yang dihasilkan adalah individu yang

bermartabat dan beradab bagi bangsa. Standar tersebut merupakan standar

kompotensi pendidikan nasional. Standar pendidikan merupakan dasar penetapan

kriteria bagi penyelenggara pendidikan dalam merancang konsep pendidikan dan

merupakan batasan minimal dalam mencapai tujuan pendidikan. Standar Nasional

Pendidikan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tersebut bertujuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak individu menuju

peradaban bangsa yang beradab dan bermartabat. Standar Nasional pendidikan

yang telah ditetapkan oleh pemerintah hendaknya dijadikan sebagai pedoman

dalam menetapkan kriteria dalam menyelenggarakan pendidikan di setiap instansi

pendidikan.

2. Kajian Pembelajaran

a. Pengertian Pembelajaran

Proses pembelajaran terjadi antara pendidik dan peserta didik. Mengenai

pembelaja P

Instruction

Istilah ini banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi Kognitif-Wolistik, yang

menempatkan siswa sebagai sumber kegiatan belajar (2008:78). Hal tersebut

(26)

Instruction is a set of that learner in such a way that is facilitated. Oleh merupakan bagian dari pembelajaran (instruction), dimana peran guru lebih ditekankan kepada bagaimana merancang atau mengaransemen berbagai sumber dan fasilitas yang tersedia untuk digunakan atau dimanfaatkan siswa dalam mempelajari sesuatu. (Sanjaya, 2008:78)

Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Pembelajaran atau

pengajaran pada dasarnya kegiatan guru/dosen menciptakan situasi agar

siswa/mahasiswa belajar. Tujuan utama dari pembelajaran atau pengajaran adalah

agar siswa/mahasiswa belajar bagaimanapun baiknya dosen/guru mengajar,

apabila tidak terjadi proses belajar pada para mahasiswa, maka pengajaran tidak

yang digunakan guru/dosen sederhana, tetapi apabila mendorong para

siswa/mahasiswa banyak belajar, pengajaran tersebut cukup berhasil. Mengenai

perkembangan hasil-hasil teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan

belajar siswa diposisikan sebagai subyek belajar yang memegang peranan yang

utama, sehingga dalam setting proses belajar pengajar siswa dituntut beraktifitas

Mengenai pembelajaran Hambalik juga berpendapat, Pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsusr manusiawi, materi, fasilitas,

perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan

Jadi menurut pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan indikator utama dalam pelaksanaan pendidikan. Pembelajaran

merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dalam

mempengaruhi peserta didik agar belajar sehingga tercapai tujuan dari

pembelajaran. Pembelajaran merupakan hal yang sangat vital dan menjadi

komponen pokok bagi tercapainya tujuan pendidikan. Proses interaksi dan

internalisasi sebuah nilai- nilai sosial akan dicapai dengan baik oleh peserta didik

(27)

commit to user

Seorang pendidik harus menggunakan pembelajaran yang dapat

mengarahkan peserta didiknya untuk mengerti dan memahami sebuah materi di

dalam proses pembelajaran. Keberhasilan di dalam melakukan pembelajaran oleh

pendidik dapat mendorong peserta didik untuk belajar. Peserta didik yang telah

belajar berarti ada usaha dari peserta didik untuk mengubah dirinya kearah yang

lebih baik.

b. Perubahan Makna Pengertian Pembelajaran

Seiring berkembangnya perubahan zaman maka terjadi perubahan makna

dari pembelajaran. Pembelajaran semula bermakna saling hanya tatap muka

seperti antara pendidik dan peserta didik yang dilakukan didalam kelas. Sesuai

UU No.20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa: Dalam pasal 2 ayat 2 UU No.20

tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pendidikan diartikan dengan

Pendidikan yang diselenggarakan dengan fleksibilitas

pilihan dan waktu penyelesaian program lintas satuan dan jalur pendidikan (multy

entry multy system). Peserta didik dapat belajar sambil bekerja, atau mengambil

program-program pendidikan pada jenis dan jalur pendidikan yang berbeda secara

terp .

Dari pasal tersebut, menyatakan bahwa pendidikan dilaksanakan secara

terpadu dan berkelanjutan, selain itu pendidikan dilaksanakan dalam bentuk

pembelajaran yang dapat dilaksanakan dengan tatap muka ataupun jarak jauh.

Pendidik akan lebih leluasa melaksanakan pendidikan karena sistem pendidikan

yang terbuka.

Dari hal tersebut dapat dilihat terdapat konsep baru dalam pendidikan.

perubahan konsep antara mengajar dan pembelajaran yang mempunyai makna dan

pengertian yang berbeda. Dalam bahasa Inggris mengajar berasal dari kata

teaching, sedangkan pembelajaran berasal dari kata learning.

Konsep belajar mengalami perubahan dari mengajar ke pembelajaran.

Menurut UU no 20 tahun 2003 pada pasal 2 ayat 2 yang telah disebutkan. Dalam

(28)

penjelasan atas UU tersebut terdapat istilah pembelajaran yang digunakan sebagai

jalur pendidikan berkelanjutan.

Perbedaan antara mengajar dengan pembelajaran terdapat pada

tindakannya. Mengenai belajar Suprijo

dengan mengajar atau pengajaran mempunyai arti demikian melahirkan kontruksi

belajar-yang mengacu pada kegiatan belajar belajar-yang berpusat pada guru. Guru

menyampaikan pengetahuan kepada peserta didik, dan peserta didik

menerimanya. Hal ini selanjutnya berubah menjadi konsep pembelajaran dalam

UU No.20 tahun 2003.

pembelajaran adalah peserta didik, dimana guru mengajar dalam perspektif

pembelajaran adalah menyediakan fasilitas belajar bagi peserta didik yang

-istilah perubahan dari teacher

center menjadi student center, sehingga guru harus mengubah cara mengajarnya

dari mengajar menjadi pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran terdapat

upaya yang aktif dari siswa, sedangkan dalam mengajar guru seakan-akan hanya

mengisi ilmu kepada siswa sehingga peran siswa cenderung pasif. Sehingga dapat

disimpulkan perbedaan antara pembelajaran dan mengajar adalah terdapat pada

peran siswa dalam belajar. Mengenai prose Proses

belajar mengajar merupakan interaksi edukatif yang dilakukan oleh guru dan

siswa di dalam situasi tertentu, mengajar merupakan tugas mengorganisasi dan

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa perubahan dari

mengajar ke pembelajaran ini membawa dampak yang besar bagi guru dalam

melaksanakan kegiatan belajar di kelas. Guru yang awalnya melaksanakan

kegiatan belajar dengan upaya teaching atau mengajar harus melaksakan

perubahan menjadi learning atau pembelajaran. Guru harus menciptakan kelas

yang student center daripada teacher center. Konsep mengajar berubah ke konsep

pembelajaran dengan maksud guru tidak lagi berperan aktif memberitahu siswa,

(29)

commit to user

dan pengetahuan. Guru harus mampu menciptakan kegiatan belajar yang

membuat siswa aktif guru berperan sebagai fasilitator. Mengajar merupakan

proses dari pengajaran antara peserta didik dan pendidik. Mengajar merupakan

salah satu tahapan yang harus dilalui oleh pendidik yang profesional

3. Kajian Kurikulum

a. Pengertian Kurikulum

Salah satu komponen di dalam pendidikan yang dianggap penting adalah

kurikulum. Menurut Bobbitt (1989), kurikulum adalah A way to prepare student

for their future role in the new industrial. He influenced the curriculum by

showing how teaching classical subjects should be repleced by teaching subjects

(kurikulum merupakan sebuah jalan untuk

menempuh dan mempersiapkan peserta didik ke dalam masyarakat industri baru)

Rakhmat Hidayat (2011:7). Mengenai kurikulum Good (1959) juga berpendapat,

school should offer the student by way of qualifying him for graduation or

(kurikulum

merupakan sebuah rencana isi tentang materi tertentu dari instruksikan bahwa

sekolah harus memenuhi kualifikasi dan sertifikat serta dapat melanjutkan bidang

profesional atau kejuruan) (Rakhmat Hidayat, 2011:8). Kurikulum merupakan

rencana sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal tersebut

sesuai dengan peryataan Popham dan Baker (1970) mengatakan bahwa kurikulum

Seluruh hasil belajar yang direncanakan dan merupakan tanggung jawab

Kurikulum sebagai sebuah rencana hal ini sesuai dengan peryataan Tanner

dan Tanner (1975) bahwa kurikulum sebagai The planned and guided learning

experinces and intended learning outcomes, formulated throught the systematic

and recontruction of knowledge and eksperience, under the auspsices of the

( kurikulum adalah pengalaman belajar yang direncanakan dalam bimbingan dan

(30)

dan pengelaman yang sistematis, yang dibimbing oleh sekolah bagi

kesinambungan perkembangan kompetensi sosial si pembelajar). (Rahmat

Hidayat, 2011:9). Kurikulum bertujuan untuk menuntaskan setiap unit

pembelajaran, hal tersebut sesuai dengan simpulan Cagne (2005) menegaskan

Bagian isi dan bahan pelajaran yang digambarkan dengan

sedemikian rupa sehingga pembelajaran setiap unit dan dituntaskan sebagai satuan

Menurut Tim Pengembang ilmu pendidikan FIP-UPI pendidikan

kurikulum adalah Inti pendidikan, dari ketiga bidang utama pendidikan yaitu

menejemen pendidikan, bimbingan siswa dan kurikulum, kurikulum merupakan

bidang yang paling besar memberikan pengaruh langsung terhadap perkembangan

peserta didik (2007:97). Mengenai kurikulum sebagai dokumen Sanjaya

risi tentang

tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar strategi dan cara

yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk mengumpulkan

informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang

dirancang dalam bentuk

Mengenai kurikulum sebagai aktivitas Nurdin juga berpendapat,

kurikulum a Aktivitas apa saja yang dilakukan sekolah dalam rangka

mempengaruhi anak dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan, termasuk

didalamnya kegiatan mengajar, mengatur strategi dalam proses

belajar-(2005:32). Kurikulum sebagai seperangkat aturan, Hamalik berpendapat

Seperangkat pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar

dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

dan digunakan dalam Peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005. Pasal 1.19 UU

nomor 20 tahun 2003 merumuskan kuri Seperangkat rencana

(31)

commit to user

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan

perangkat dari pendidikan untuk menyelenggarakan sebuah pembelajaran.

Kurikulum merupakan desain yang disusun sedemikian rupa yang berisi tentang

rumusan, isi, tujuan dan strategi pembelajaran serta evaluasi yang berfokus pada

kepentingan peserta didik. Kurikulum merupakan sesuatu yang menjadi

seperangkat rencana bagi seorang pendidik kepada para peserta didik untuk

melakukan proses pembelajaran yang baik yang harus diimplementasikan menjadi

pengalaman belajar siswa.

Kurikulum berisi dari bahan-bahan pembelajaran yang menjadi landasan,

arahan dan perencanaan untuk menuju proses pembelajaran kepada kepada peserta

didik dalam rangka mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum mejadi

sebuah grand desain pendidikan untuk mewujudkan pembelajaran visioner

sehingga isi, materi melalui proses pembelajaran yang diberikan bagi peserta

didik memiliki kualitas sesuai tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat.

Kurikulum merupakan sebuah rencana yang telah disusun secara

sistematis berupa konsep dan grand desain pendidikan yang disesuiakan dengan

tuntutan dan kondisi zaman serta kebutuhan masyarakat yang dijadikan sebagai

pedoman untuk melakukan kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan

pendidikan. Kurikulum merupakan acuan dari pendidikan dalam melakukan

proses pembelajaran. Sehingga karena kurikulum dianggap penting di Indonesia

sering terjadi pergantian kurikulum dalam rangka menyesuaikan dengan kondisi

perubahan sosial dan tuntutan zaman.

b. Fungsi Kurikulum

Kurikulum memiliki beberapa fungsi, menurut Soemanto (2008),

menyatakan tentang fungsi kurikulum bahwa :

1) Fungsi kurikulum dalam mencapai tujuan pendidikan

Kurikulum merupakan sebuah media untuk mencapai tujuan-tujuan

pendidikan yang ingin di capai. Oleh karena itu fungsi kurikulum adalah sebagai

(32)

2) Fungsi kurikulum bagi perkembangan siswa

Sebagai organisasi belajar ( lerning organsatior ) yang tersusun dengan

cermat,kurikulum selalu di siapkan dan di rancangbagi siswa sebagai salah satu

aspek yang akan di konsumsi siswa.

3) Fungsi kurikulum bagi para pendidik

Bagi pendidik, kurikulum memegang peranan penting yang berfungsi

sebagai Pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir pengalaman belajar

siswa. Pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap tingkat perkembangan

siswa dalam kerangka menyerap sejumlah pengetahuan sebagai pengalaman bagi

mereka. Pedoman dalam megatur kegiatan pendidikan dan pembelajaran.

4) Fungsi kurikulum bagi pimpinan

Sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervise, yakni

memperbaiki situasi belajar agar lebih kondusif. Sebagai pedoman dalam

melaksanakan fungsi supervise dalam menciptakan situasi belajar yang

menunjang situasi belajar siswa kearah yang lebih baik.

5) Fungsi kurikulum bagi orangtua siswa

Kurikulum memiliki fungsi yang amat besar bagi orang tua mereka dapat

berperan serta dalam membantu sekolah melakukan pembinaan terhadap putra

putri mereka.

Dalam sistem pendidikan kurikulum merupakan komponen yang sangat

penting, Kurikulum berfungsi bagi pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan

kurikulum terutama bagi pendidik dan peserta didik yang berhubungan langsung

dengan implementasi kurikulum. Mengenai kurikulum sebagai pedoman Sanjaya

S

alat dan pedoman pendidikan, maka isi kurikulum harus sejalan dengan tujuan

McNeil, 1981) kurikulum memiliki empat fungsi yaitu :

1.Fungsi pendidikan umum (common and general education)

(33)

commit to user

2.Suplementasi (suplementation)

Kurikulum menjadi peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata harus terlayani untuk mengembangkan kemampuan secara optimal, sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan dibawah rata-rata juga terlayani sesuai dengan kemampuannya.

3.Eksplorasi (eksploration)

Fungsi eksplorasi memiliki makna bahawa kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat dan bakat masing-masing siswa.

4.Keahlian (spesialization)

Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat siswa. kurikulum harus memberikan pilihan berbagai bidang keahlian, misalnya perdagangan, pertanian, indusri dan disiplin akademik. (2005:12-13)

Memahami dari fungsi fungsi kurikulum diatas dapat dipahami bahwa

kurikulum memiliki hubungan yang baik bagi setiap lembaga penyelenggara

pendidikan. Mengenai fungsi kurikulum Mulyasa (2005) menyatakan:

Kurikulum memiliki fungsi perencanaan dan fungsi pelaksanaan. Fungsi perencanaan adalah persiapan mengajar yang dapat mendorong guru lebih siap melakukan kegiatan pembelajaran dengan perencanaan yang lebih matang. Fungsi pelaksanaan yaitu kurikulum sebagai perencanaan akan dapat membentu dalam rangka melaksanakan proses pembelajaran dengan perencanaan pelaksanaan pembelajaran akan lebih terorganisir melalui serangkaian kegiatan tertentu, dengan strategi yang tepat dan mumpuni. (hlm.79)

Kurikulum sebagai sebuah perangakat dalam penyelenggaraan pendidikan

memiliki berbagai macam fungsi yang meningkatkan kualitas pendidikan.

menunjukkan bahwa kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas dalam ruang

kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di luar kelas. Tidak ada

Mengenai Fungsi kurikulum yang berkaitan dengan pelaksana dan

kegiatan seperti guru, siswa, kepala sekolah, pengawas, orang tua dan masyarakat.

Sanjaya (2008) berpendapat:

(34)

sekolah berfungsi sebagai penyususn perencanaan dan program sekolah, bagi pengawas kurikulum sebagai pendukung dalam melakukan suvervisi karena dengan kurikulum tersebut para pengawas akan dapat menentukan apakah program sekolah termasuk pelaksanaan prose pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah sesuai dengan tuntutan kurikulum atau belum, sehingga berdasarkan kurikulum itu juga pengawas dapat memberikan saran pendidikan. Bagi siswa kurikulum berfungsi sebagai pedoman belajar. Melalui kurikulum siswa akan memahami apa yang harus dicapai. Isi atau bahan pelajaran yang harus dikuasai. (hlm.13-15)

Dengan demikian berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan, bahwa

Dalam fungsi kurikulum menunjukkan bahwa kurikulum harus dirancang

sedemikian rupa agar dapat meningkatkan kualitas dan mutu dari pembelajaran.

Kurikulum memiliki kekuatan yang besar bagi pendidikan dalam melaksanakan

peranannya sebagai komponen sistem yang harus dilaksanakan dalam pendidikan.

Kurikulum tidak bisa dipisahkan dengan pendidikan dan merupakan sarana untuk

tercapainya tujuan pendidikan, karena kurikulum merupakan salah satu bentuk

menejemen dan administrasi pendidikan yang harus ada demi terselengaranya

pendidikan di setiap instansi penyelenggara pendidikan. Kurikulum memiliki arti

penting bagi penyelenggaraan pendidikan serta, merupakan salah satu inti dari

pendidikan yang dipersiapkan dan dikembangkan untuk mencapai tujuan

pendidikan yakni mempersipakan peserta didik untuk menjadi insan yang

bermartabat dan beradap di masyarakat.

c. Perjalanan Kurikulum di Indonesia

Perjalanan Kurikulum di Indonesia sebagaimana dinyatakan oleh Soekisno

bahwa Kurikulum Indonesia kurikulum pendidikan nasional telah mengalami

perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004

(KBK), 2006 (KTSP). Pada masa orde lama pada tahun 1945-1961 yaitu

kurikulum 1947. Kurikulum 1947 merupakan kurikulum peralihan pendidikan

belanda ke pendidikan nasional dan menekankan pada pembentukan karakter

manusia yang berdaulat dan sejajar dengan negara lain. Kurikulum Pendidikan

masa itu masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang,

(35)

commit to user

sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana kehidupan

berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekan maka

pendidikan sebagai development conformism lebih menekankan pada

pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar

dengan bangsa lain di muka bumi ini.

Pada tahun 1952, kurikulum pendidikan mengalami penyempurnaan,

dengan nama Rentjana Pelajaran Terurai 1952. Kurikulum ini sudah mengarah

pada suatu system pendidikan nasional. Dalam kurikulum ini yang paling

menonjol dan sekaligus ciri dari kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana

pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan

sehari-hari.

Menjelang tahun 1964, pemerintah kembali menyempurnakan sistem

kurikulum pendidikan di Indonesia, dengan nama Rentjana Pendidikan 1964.

Pokok-pokok pikiran yang menjadi cirinya adalah pemerintah mempunyai

keinginan agar rakyat mendapat pengetahuan akademik untuk pembekalan pada

jenjang SD, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program Pancawardhana,

yaitu pengembangan moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan, dan

jasmani.

Setelah masa orde lama kemudian muncul pergantian kurikulum pada

masa orde baru Memasuki fase masa orde baru, kurikulum pertama pendikan

adalah kurikulum 1968 dimulai berdasarkan TAP/MPRS No. XXVII/MPRS/1996

tentang agama, pendidikan dan kebudayaan. Kurikum ini bertujuan untuk

membentuk manusia yang pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan

sebagaimana yang dikehendaki oleh pemerintah UUD 1945 dan isi UUD 1945.

Titik penekanan pada kurikulum 1968 adalah penanaman jiwa pancasila terhadap

peserta didik bahwa ruang aktualisasi pendidikan tidak boleh menyimpang dari

falsafah pancasila.

Usia kurikulum 1968 tidak berjalan lama kemudian muncul kurikulum

1975. Perubahan kurikulum ini didasarkan pada keputusan MPR No.

II/MPR/1973. Kurikulum 1968 tidak lagi digunakan karena kurikulum tersebut

(36)

1950, TAP/MPRS No. II Tahun 1960. Dengan demikian adanya TAB MPR baru

membutuhkan kurikulum baru yang kemudian dinamakan kurikulum 1975. Inti

dari kurikulum ini adalah konsep pendidikan ditentukan dari pusat para pengajar

tidak perlu berfikir membuat konsep sendiri bagaimana pola pengajaran yang baik

harus digelar di dalam kelas.

Kurikulum 1975 tidak berjalan lama karena dianggap tidak konstruktif

dalam proses pendidikan yang mencerdaskan sehingga memunculkan keinginan

dari pemerintah pusat unruk mengganti kurikulum ini. Pendidikan perlu

ditempatkan secara arif dan bijaksana dalam menjawab kebutuhan-kebutuhan

sosial. Pendidikan bukan milik pemerintah atau penguasan, tetapi menjadi bagian

integral dari bangsa sehingga penyelenggaraan pendidikan harus diserahkan

kepada masyarakat. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan kurikulum 1975

harus diganti.

Kebutuhan akan laju pembangunan nasioal pesat, termasuk berdampak

pada lahinya ruang-ruang baru dalam pembangunan pendidikan nasional,

diperlukan kurikulum baru untuk merespon persoalan-persoalan dimasyarakat,

karena hal tersebut akhirnya muncul kurikulum 1984. Inti dari kurikulum ini

adalah pendidikan diarahkan pada pembentukan karakter anak didik yang

memiliki kemampuan dasar siap bekerja dengan skill yang baik sehingga bisa

digunakan diperusahaan atau pabrik-pabrik. Lebih tepatnya tujuan dari kurikulum

1984 bertujuan untuk memproduksi tenaga berpendidikan yang siap pakai.

Menurut Yamin Pendidikan dalam konteks kurikulum 1984 bukan lagi

menciptakan ruang berpikir anak-anak didik yang dirangsang dewasa ke depan

dan mampu melakukan aktualisasi diri secara kreatif. Oleh karena itu kurikulum

1984 harus diganti yaitu oleh kurikulum 1994 sebagai penyempurna kurikulum,

1984. Kurikulum 1994 merupakan kurikulum yang akan menjawab

kebutuhan-kebutuhan sosial dimasa depan sehingga membutuhkan keahlian membutuhkan

keahlian tertentu sebagai bagian dari modal melakukan kehidupan secara mandiri.

( 2009)

tian kurikulum ditutup

(37)

commit to user

adalah kurikulum 2004 yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi. Kurikulum 2004

konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan

(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya

dapat dirasakan oleh peserta didik, perupa pengasaan terhadap seperangkat

kompetensi tertentu. Menurut Simpson dalam taksonomi Blomm (1989)

menyatakan KBK telah berjalan selama dua tahun, namum oleh pemerintah KBK

harus diganti dengan kurikulum 2006 yang dikenal dengan kurikulum tingkat

satuan pendidikan (KTSP) yang merupakan kurikulum peyempurna kurikulum

KBK.

Beberapa alasan KBK harus diganti dengan KTSP yaitu KBK masih

memelukan pemetaan dan pengklasifikasian standar kompetensi sebelum

membuat silabus. Materi mana yang termasuk kompetensi mendengarkan,

berbicara, membaca maupun menulis. Ditambah lagi harus dengan

mempertimbangkan dan mencantumkan karakteristik pada peserta didik, yang

mencakup perkembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Adapun dalam

KTSP, pemetaan dan klasifikasi standar kompetensi yang mencakup kompetensi

mendengar, berbicara, dan menulis sudah tertera dalam rambu-rambu kurikulum

dengan sangat jelas. Pertimbangan dan pencantuman karakteristik pada peserta

didik secara implisit tidak dicantumkan dalam silabus tersebut. Meskipun tidak

perlu mencantumkan karakteristik peserta didik, guru tetap mempertimbangkan

aspek-aspek yang dibutuhkan oleh siswa tersebut. (Isjoni, 2009)

KTSP merupakan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap

satuan pendidikan, dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengefektifkan proses

belajar mengajar di sekolah. Intinya desentralisasi pendidikan di masing-masing

satuan pendidikan.

Dengan demikian tercatat sembilan kurikulum yang pernah diterapkan di

Indonesia. Pergantian ini dimulai dari sejak jaman orde baru, orde lama dan juga

sampai pada masa sekarang yaitu masa reformasi. Perubahan kurikulum yang

dilakukan di Indonesia disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi

(38)

akhirnya tercatat beberapa kurikulum yang pernah digunakan di Indonesia.

Pergantian kurikulum tersebut dilakukan demi tercapainya tujuan pendidikan

dalam mewujudkan pendidikan nasional.

Kurikulum yang digunakan dari orde lama adalaha kurikulum 1947,

kurikulum 1952 dan kurikulum 1964. Pada masa orde baru kurikulum 1968, 1975,

1984 dan di tutup dengan kurikulum 1994 serta di masa sekarang reformasi baru

terjadi perubahan dua kurikulum yaitu dari kurikulum berbasis kompetensi(KBK)

ke kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Kurikulum yang berlaku dan

harus digunakan di sekolah adalah kurikulum KTSP Dalam perjalannya

kurikulum di Indonesia mengalami beberapa pergantian.

4. Kajian Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

a. Pengertian Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan penyempurna dari kurikulum

1994. Mengenai Kurikulum Berbasis Kompetensi Mulyasa berpendapat

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Konsep

kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan

(kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu sehingga hasilnya

dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat

pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik agar dapat

melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan melakukan dengan

penuh tanggung jawab.

Kurikulum Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum 2004 yang

mengatur tentang kompetensi. Hal ini sesuai dengan peryataan Depdiknas (2002)

kurikulum berbasis kompetensi merupakan

perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang

harus dicapai oleh siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar dan pemberdayaan

(Sanjaya, 2005:6). Kurikulum dan pembelajaran

(39)

commit to user

tetapi dilanjutkan pada tahapan yang lebih tinggi, yaitu aplikasi, analisis-sintesis,

pendidikan, 2007:116). KBK merupakan kurikulum yang menekankan pada aspek

kompetensi hal ini sesuai dengan pernyataan Mulyasa (2006) bahwa:

KBK memfokuskan pada perolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta didik. Kegiatan pembelajaran perlu diarahkan untuk membantu peserta didik menguasai sekurang-kurangnya tingkat kompetensi minimal, agar mereka dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sesuai dengan konsep belajar tuntas dan pengembangan bakat, setiap peserta didik harus diberi kesempatan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan dan kecepatan belajar masing-masing. (hlm.40)

Menurut S.K. Mendiknas No.045/U/2002 Kompetensi adalah

sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan

tugas-No. 20 tahun 2003 Salah satu kompetensi adalah kompetensi lulusan yang

merupakan kempampuan individu menguasai bidang tertentu setelah lulus dari

jenjang pendidikan baik di sekolah maupun perguruan tinggi.

Menurut Pedoman Pembelajaran Berbasis Kompetensi dalam sistem

kredit Semester UNS 2009 Kompetensi lulusan perguruan tinggi yaitu:

Kompetensi yang sesuai dengan social need, industrial/business need dan professional need sehingga mampu bersaing di pasaran kerja yang menuntut persyaratan: (1) penguasaan pengetahuan dan keterampilan analisis dan sintesis, teknologi informasi, manajerial, komunikasi dan bahasa kedua; (2) sikap yang meliputi kepemimpinan, bekerja dalamkelompok, dan dapat bekerja secara lintas budaya; dan (3) pengenalan sifat pekerjaan yang terkait dan terlatih dalam etika kerja, memahami makna globalisasi dan fleksibilitas dala.

Menurut Taba (1962) Konsep KBK bertumpu pada konsep yaitu

Kurikulum sebagai suatu rencana. Ini berarti KBK lebih menekankan pada

kompetensi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah

Dari pendapat diatas dapat disimpulakan bahwa Kurikulum Berbasis

(40)

kompetensi peserta didik dalam proses pembelajaran tertentu untuk mencapai

tujuan pendidikan. KBK merupakan kurikulum yang diyakini dapat meningkatkan

kualitas pendidikan baik dari pembelajaran maupun kompetensi lulusan. KBK

menjadi sarana bagi setiap instansi pendidikan untuk lebih kreatif lagi dalam

membuat desain pembelajaran bagi peserta didik sehingga seorang pendidik

dituntut untuk lebih profesional dalam melakukan proses pembelajaran.

Pencapaian kurikulum 2004 adalah menekankan pada kompetensi yang harus

dimiliki oleh peserta didik. Kurikulum Berbasis Kompetensi menekankan

ketercapaian kompetensi yang diharapkan peserta didik dapat diarahkan kepada

bidang tertentu sesuai dengan bidang dan juga keahliannya, lebih mengarahkan

peserta didik untuk menjadi spesialisasi di bidang tertentu.

b. Latar belakang munculnya KBK

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki latar belakang dalam

kemunculannya. Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, KBK

pada awalnya digunakan dalam bidang pendidikan vokasional atau kejuruan dan

pelatihan. Kompetensi yang dikembangkan dalam bidang tersebut berkenaan

dengan kompetensi vokasional dan kompetensi kerja (2007:114).

Berkaitan dengan kemunculan KBK Sanjaya menjelaskan bahwa

Kemunculan KBK seiring dengan munculnya semangat reformasi pendidikan,

diawali dengan munculnya kebijakan pemerintah diantaranya lahir

undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang pemerintahan Daerah; Undang-undang-undang No. 25

tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai

otonom; serta Tap MPR No. IV/MPR/ 1999 tentang Arah Kebijakan Pendidikan

di masa depan.

Kelahiran berbagai perangkat kebijakan pemerintah didorong oleh

perubahan dan tuntutan kebutuhan masyarakat. Dalam dimensi global. Dalam

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, menyebabkan terjadinya fenomena

(41)

commit to user

Dalam rangka melaksanakan otonomi daerah, mengantisipasi

perubahan-perubahan global pada era persaingan bebas, serta tuntutan kemajuan ilmu

pengetahuan dan tekhnologi khususnya teknologi informasi, maka sistem

pendidikan perlu diarahkan pada pendidikan yang demokratis yang mampu

melayani setipa perbedaan dan kebutuhan individu (berdiversifikasi) serta mampu

membekali siswa dengan sejumlah kemempuan (kompetensi) yang diperlukan

sesuai dengan kebutuhan. Untuk kepentingan tersebut diperlukan perubahan yang

mendasar dalam sistem pendidikan nasional, yang dipandang sudah tidak efektif

dan tidak mampu lagi mempersiapkan anak didik untuk dapat bersaing dengan

bangsa lain di dunia. Salah satu perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan

kurikulum sebagai alat pencapaian tujuan pendidikan. (2005)

c. Karakteristik dan Tujuan KBK

Kurikulum Berbasis Kompetensi memiliki karakteristik dan juga tujuan

dalam rangka memperbaiki kualitas pembelajaran. Mengenai karakteristik KBK

Kompetensi memiliki beberapa

karakteristik yang mencakup seleksi kompetensi yang sesuai spesifikasi

indicator-indikator evaluasi untuk menentukan kesusksesan pencapaian kompetensi dan

Menurut Dekdiknas (2002) mengemukakan karakteristik kurikulum

berbasis kompetensi memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut :

1) Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal

2) Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman. 3) Peyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode

yang bervariasi

4) Sumber belajar bukan hanya guru tetapi juga sumber belajar yang memenuhi unsur edukatif

5) Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. (Mulyasa 2002:42)

Karakteristik Kurikulum berbasis kompetensi adalah menekankan pada

(42)

Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI Salah satu ciri utama dari model

KBK adalah dalam tujuannya yang dirumuskan dalam bentuk perilaku yang dapat

diamati atau diukur (observable variable) rumusan tujuan demikian disebut

obyektif dan obyektif dalam KBK dirumus

(2007:113).

Karakteristik yang tertuang di dalam KBK memiliki berepa tujuan agar

KBK menjadi kurikulum yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam

melakukan proses pembelajaran ke arah yang lebih bermutu. Mengenai tujuan

KBK Sanjaya berpendapat, Tujuan kurikulum berbasis kompetensi adalah

Mengembangkan potensi peserta didik untuk untuk mengahadapi perananya di

masa datang dengan mengembangkan sejumlah kecakapan hidup (life skill

(2005:12).

Dengan demikian, Kakarteristik dan tujuan KBK mengarahkan pada

pencapaian kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Kompetensi

tersebut berupa life skiil yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk

mempersiapkan bekal hidup di masyakat global kecakapan life skill merupakan

kecakapan yang dimiliki seseorang agar mau dan berani menghadapi problema

hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara

proaktif dan kreatif mencari dan menemukan solusi sehingga akhirnya mampu

mengatasinya.

d. Prinsip-prinsip pengembangan KBK

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dalam pengembangannya

mengunakan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum. Menurut Tim

Pengembang Pendidikan

FIP-dari kurikulum-kurikulum sebelumnya (kurikulum 1975,1984,1993) yang

sebenarnya memiliki akar yang sama yaitu yaitu Teknologi pendidikan atau

teknologi instruksional atau sistem i

-prinsip pengembangan kurikulum Hama Di dalam prinsip

pengembangan kurikulum meliputi prinsip berorientasi pada tujuan, prinsip

(43)

commit to user

keseimbangan, prinsip keterpaduan, dan prinsip mutu. dalam mengembangkan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) mengacu pada prinsip pengembangan

Dalam mengembangkan KBK juga menggunakan berbagai prinsip.

Mengenai prinsip dalam pengembangan KBK. Depdikbud (2002) menyatakan

terdapat sembilan prinsip pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Keimanan, Nilai, dan Budi Pekerti Luhur 2) Penguatan Integritas Nasional

3) Keseimbangan Etika, Logika dan Kinestetika 4) Kesamaan memperoleh kesempatan

5) Abad Pengetahuan dan Teknologi Informasi 6) Pengembangan keterampilan untuk hidup 7) Belajar sepanjang hayat

8) Berpusat pada anak dengan penilaian yang berkelanjutan dan komperhensif

9) Pendekatan menyeluruh dan kemitraan. (Mulyasa, 2006:70-72)

Dalam prinsip pengembangan KBK, Mulyasa menjelaskan bahwa

Pendekatan yang digunakan dalam mengorganisasikan pengalaman belajar harus

berfokus pada kebutuhan peserta didik yang bervariasi dan mengitegrasikan

berbagai disiplin ilmu. Keimanan, nilai dan budi pekerti luhur yang dianut oleh

masyarakat berpengaruh terhadap arti kehidupan setiap individu. Hal tersebut

tentunya perlu diamalkan dan diintergrasikan di dalam kurikulum berbasis

kompetensi (KBK). Dalam pengembangan KBK diperlukan penguatan terhadap

pentingnya integrasi nasional melalui pendidikan yang memberikan pemahaman

tentang kemajemukan masyarakat Indonesia yang majemuk dan kemajuan

peradapan tatanan kehidupan yang multikultural.

Keseimbangan antara Etika, Logika dan Kinestetika diperlukan dalam

pengembangan KBK agar peserta didik memiliki kemampuan yang sejajar dalam

hal etika, logika dan kinestetika. Pengembangan KBK seluruh peserta didik dari

berbagai kelompok seperti kelompok yang kurang beruntung secara ekonomi

sosial, yang memerlukan bantuan khusus, b

Gambar

Gambar 2.1
Tabel 3.1 Waktu Penelitian
Gambar 3.1 Komponen-komponen Analisis Model Interaktif
Tabel 4.1

Referensi

Dokumen terkait

Induk / NIS Nama Anak Tanggal Penerimaan Nama Yang Mengambil Tanda Tangan. Mengetahui Kepala Sekolah --- Guru

jika mengambil jurusan ips pada waktu kuliah nanti (ekonomi misalnya) akan mengalami kesulitan pada mata kuliah pengantar akuntansi2. apalagi jika dosen yang mengajar itu

Hal yang bisa diwakilkan oleh Sertifikat tersebut misalnya untuk menunjukkan kepemilikan Tanda Tangan Elektronik yang tersertifikasi milik subjek hukum dan fungsi

Mata kuliah pilihan yang telah diambil tetap diakui sesuai dengan kurikulum tahun 2017, kekurangan untuk pengambilan mata kuliah pilihan dipenuhi dengan mengambil

Otorisasi atas transaksi dan aktivitas dilakukan dengan pembubuhan tanda tangan oleh orang yang berwenang pada dokumen untuk transaksi tersebut, misalnya : laporan

Otoritas atas transaksi dan aktivitas dilakukan dengan pembubuhan tanda tangan oleh orang yang berwenang pada.. dokumen untuk transaksi tersebut, misalnya dalam hal

motivasi tersebut dimungkinkan karena mereka mengambil mata kuliah yang sama misalnya dalam penulisan makalah yang akan dipresentasikan di kelas dan perbedaan

Pengambilan Upper Pada elemen gerakan ini posisi tangan kanan dalam keadaan mengambil upper sedangkan posisi tangan kiri dalam keadaan memegang bengsol yang sudah berlubang.. Elemen