• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.9 Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil uji statisik F yang dilakukan, diketahui bahwa nilai F adalah sebesar 8,473 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05. Berdasarkan hasil ini juga dapat disimpulkan bahwa variabel

independen yaitu current ratio, debt total asset, dan investment opportunity set secara simultan berpengaruh signifikan terhadap dividen tunai perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2008-2011. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,189 menunjukkan pengaruh variabel independen terhadap dividen tunai secara simultan yang menandakan pengaruh current ratio, debt total asset, dan investment opportunity set terhadap dividen tunai.

Nilai adjusted R2 yang masih dibawah 50% menunjukan bahwa masih ada variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini yang memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen tunai. Faktor-faktor lain diluar variabel current ratio, debt to total asset dan investment opportunity set dalam mempengaruhi dividen tunai, diperkirakan selain faktor keuangan seperti kondisi perusahaan dan keadaan ekonomi dapat mempengaruhi besar kecilnya pembagian dividen tunai.

a. Pengaruh Current Ratio terhadap Dividen Tunai

Hasil pengujian variabel current ratio terhadap dividen tunai menggunakan uji t, diperoleh nilai thitung = -2,711 < ttabel (-1,9855) dengan tingkat

signifikansi sebesar 0,008 yang lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini

menunjukkan bahwa variabel current ratio berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividen tunai. Current ratio merupakan bagian dari rasio likuiditas yang mana rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva lancar perusahaan bisa dipakai untuk memenuhi kewajiban lancarnya. Semakin kuat posisi likuiditas suatu perusahaan terhadap prospek kebutuhan dana di waktu-waktu mendatang, makin tinggi dividen yang dibayarkan.

Hasil pengujian menerima hipotesis yang diajukan. Akan tetapi, hasil penelitian ini tidak mendukung penelitian yang dilakukan Suharli (2007), Vianita dan Amperaningrum (2012) serta Susilowati (2005) yang menjelaskan tidak adanya pengaruh signifikan antara current ratio perusahaan dengan pembagian dividen tunai. Hal ini dapat menjelaskan bahwa ada kemungkinan likuiditas tidak digunakan untuk membayar dividen tetapi dialokasikan pada pembelian aktiva tetap atau aktiva lancar guna memanfaatkan kesempatan investasi yang ada serta untuk biaya operasional. Namun dalam penelitian ini mengindikasikan adanya pengaruh current ratio terhadap dividen tunai, semakin tinggi tingkat likuiditas suatu perusahaan semakin tinggi pula kemampuan perusahaan tersebut melakukan pembagian dividen tunai. Ini terjadi apabila kas sebagai aktiva lancar pada perusahaan lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar lainnya karena dividen tunai diambil dari kas perusahaan. Tanda negatif dalam penelitian ini mengindikasikan jika posisi likuiditas perusahaan rendah karena dividen merupakan cash outflow maka dividen tergantung dari kemampuan membayar (current ratio) perusahaan. Apabila perusahaan menurunkan dividen maka pemegang saham akan menganggap penurunan dividen sebagai tanda perusahaan sedang mengalami kesulitan finansial. Biasanya perusahaan lebih memperhitungkan cash ratio sebagai faktor dalam kebijakan pembagian dividen tunai karena lebih memperhitungkan besar kas yang tersedia di perusahaan itu. b. Pengaruh DTA terhadap Dividen Tunai

Hasil pengujian variabel debt total asset terhadap dividen tunai menggunakan uji t, diperoleh thitung = -2,691 yang lebih kecil dari ttabel (-1,9855)

dengan tingkat signifikansi sebesar 0,008 yang lebih kecil dari α = 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel DTA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap dividen tunai. Hasil ini sejalan dengan teori yang ada akan tetapi tidak sejalan dengan penelitian Susilowati (2005) yang menjelaskan tidak ada pengaruh

antara Debt to Total Asset (DTA) dengan pembagian dividen tunai. Hal ini

mengindikasikan bahwa DTA tidak dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam pembayaran dividen kas, sehingga para pemegang saham tidak terlalu penting untuk mempertimbangkan DTA ketika pemegang saham tersebut mengharapkan dividen kas yang akan dibayarkan oleh perusahaan.

Perusahaan dengan rasio debt yang lebih tinggi cenderung membayar dividen yang lebih kecil, atau dengan kata lain tingkat pembayaran dividen berhubungan negatif dengan tingkat leverage perusahaan. Ini terjadi apabila perusahaan memiliki hutang jangka pendek yang lebih besar, karena perusahaan lebih dahulu melunasi hutang jangka pendeknya. Sedangkan bila perusahaan memiliki hutang jangka panjang, perusahaan tersebut dapat menunda pelunasan dan membayar dividen kepada pemegang saham. Perusahaan yang berutang memiliki kewajiban untuk membayar bunga dan pokok utang dan jika tidak dapat memenuhinya dapat dilikuidasi. Risiko ini menyebabkan rendahnya pembayaran dividen karena perusahaan perlu menjaga cashflow internalnya untuk membayar kewajibannya daripada membagikannya kepada pemegang saham. Rozeff (1982) menyatakan perusahaan dengan leverage tinggi cenderung memiliki rasio pembagian dividen yang rendah untuk mengurangi transaction cost yang berhubungan dengan pembiayaan dari luar. Hasil ini konsisten dengan penelitian

sekarang yang menyatakan bahwa leverage berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen secara signifikan.

c. Pengaruh IOS terhadap Dividen Tunai

Hasil pengujian variabel investment opportunity set terhadap dividen tunai menggunakan uji t, diperoleh nilai nilai thitung = 4,037 yang lebih besar dari ttabel

Hasil pengujian ini menerima hipotesis dan mendukung hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Andriyani (2008) yang menjelaskan adanya pengaruh yang positif dan signifikan antara IOS dengan pembagian dividen tunai. Akan tetapi hasil ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Suharli (2007) yang menunjukkan pengaruh yang tidak signifikan antara IOS dengan dividen tunai. Manajer perusahaan memperhatikan pertumbuhan investasi lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak yang lebih tinggi sehingga laba yang dibagi sebagai dividen akan lebih rendah. Tanda positif dalam penelitian ini dengan alasan bahwa manajer dalam bisnis perusahaan dengan memperhatikan pertumbuhan lebih menyukai untuk menginvestasikan pendapatan setelah pajak dan mengharapkan kinerja yang lebih baik dalam IOS secara keseluruhan.

(1,9855) dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari α = 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel IOS berpengaruh positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap dividen tunai

d. Pengaruh Variabel Moderating

Setelah pengujian hipotesis kedua dilakukan, maka dilakukan pengujian kembali menggunakan variabel moderating yakni debt to equity ratio. Pengujian

hipotesis ketiga ini, diperoleh nilai LN_dividen sebesar 0,011 dan nilai signifikan sebesar 0,165.

Hal ini menunjukkan bahwa variabel debt to equity ratio bukan merupakan variabel moderating yang dapat mempengaruhi hubungan antara variabel current ratio, debt total asset, dan investment opportunity set dengan dividen tunai, karena nilai koefisien parameternya positif dan tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa, besar atau kecilnya debt to equity ratio tidak mampu memberikan dampak terhadap kemampuan variabel current ratio, debt total asset, dan investment opportunity set dalam mempengaruhi dividen.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap dividen. Hal ini kemungkinan dapat terjadi karena sebagian besar sampel dalam penelitian ini ternyata memiliki nilai DER yang rendah. Perusahaan sampel dalam penelitian ini tidak menitik beratkan kegiatan usahanya dengan menggunakan pendanaan melalui hutang, ini dapat dilihat dari rata-rata rasio DER yang rendah. Hal tersebut sejalan dengan pecking order theory yang menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing daripada pendanaan dari luar. Dan laba yang didapatkan perusahaan akan digunakan untuk keperluan investasi perusahaan daripada membayar dividen.

Dokumen terkait