• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, deskripsi hasil pengamatan tindakan, tujuan yang ingin dicapai, dan paparan hasil penelitian, berikut ini dikemukakan pembahasan hasil penelitian. Pembahasan ini meliputi peningkatan kualitas

proses dan hasil pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI pada siswa

kelas VII-MTs Negeri 1 Surakarta. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri atas empat tahap. Tahap penelitian tersebut terdiri dari: (1) tahap perencanaan tindakan; (2) tahap pelaksanaan tindakan; (3) tahap observasi dan interpretasi; serta (4) tahap analisis dan refleksi.

Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti melakukan observasi awal terlebih dahulu guna mengetahui kondisi yang terjadi di lapangan, yaitu di MTs Negeri 1 Surakarta. observasi dilakukan saat pembelajaran menulis puisi dilaksanakan di kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Selain itu, dilakukan pula wawancara dengan siswa dan guru, dan penyebaran angket. Dari kegiatan ini diketahui kondisi nyata yang terjadi pada pembelajaran menulis puisi di Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta. Dari observasi awal ini juga diketahui bahwa terdapat masalah dalam pembelajaran menulis puisi.

Berdasarkan hasil observasi awal tersebut, peneliti menemukan bahwa keaktifan dan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII-MTs Negeri 1 Surakarta bisa dikatakan tergolong kurang apabila dibandingkan dengan nilai keterampilan berbahasa dan bersastra Indonesia lainnya (menyimak, berbicara, dan membaca). Dari sebab itu, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas yang bersangkutan guna memperoleh solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Setelah peneliti dan guru

mengadakan diskusi, akhirnya disepakati penggunaan pendekatan SAVI untuk

commit to user

Selanjutnya, peneliti dan guru kelas (Kristanti Handayani, S.S.) menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) guna melaksanakan tindakan di siklus I. Tindakan I disiklus I merupakan tindakan awal untuk memperbaiki pembelajaran

menulis puisi dengan pendekatan SAVI. Dari tindakan I dideskripsikan hasil

pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI yang bertema keindahan

pantai. Dari hasil pengamatan terhadap pembelajaran menulis puisi pada siklus I, dalam pelaksanaannya ternyata masih terdapat kelemahan. Kelemahan yang terjadi pada siklus I tersebut berasal dari guru dan siswa. Berdasarkan segi guru diperoleh hasil bahwa guru kurang mengelola kelas dengan baik karena banyak kegiatan yang seharusnya dilakukan sesuai dengan RPP tetapi terlupakan.

Dari sisi siswa diketahui bahwa mereka kurang termotivasi dan aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis puisi sehingga antusias dan minat belajar siswa masih rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas siswa yang belum sepenuhnya aktif pada saat berlangsungnya pembelajaran menulis puisi. Pada umumnya siswa masih mengabaikan materi. Mereka lebih banyak bercanda dengan teman sebangkunya atau melakukan aktivitas lain. Selain itu, hasil tulisan mereka juga masih banyak yang belum mencapai batas KKM. Hal ini dikarenakan para siswa masih mengalami kesulitan dalam menulis puisi. Kelemahan tersebut dapat dimaklumi karena tindakan yang dilakukan merupakan siklus pertama dalam penelitian ini.

Siklus II dilaksanakan untuk mengatasi kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada siklus I. Setelah peneliti berdiskusi dengan guru, akhirnya diperoleh kesepakatan mengenai solusi yang harus dilakukan guru sebagai bahan perbaikan dari siklus I. Solusi tersebut berupa pengaturan kelas yang lebih baik lagi serta pemberian motivasi kepada siswa. Pendalaman materi pun juga diupayakan untuk meningkatkan pemahaman siswa.

Dari hasil pelaksanaan siklus II, ada peningkatan keaktifan dan kemampuan menulis puisi siswa jika dibandingkan dengan siklus I. Siklus II merupakan siklus terakhir dalam penelitian ini. Pada siklus ini guru dan peneliti

commit to user

berupaya memperkecil segala kelemahan atau kekurangan yang terjadi selama pelaksanaan pembelajaran menulis puisi. Pelaksanaan siklus terakhir dengan

pendekatan SAVI ini merupakan siklus yang menguatkan hasil pada siklus I bahwa

penerapan pendekatan SAVI dapat meningkatkan keaktifan dan kemampuan

menulis puisi pada siswa kelas VII-MTs Negeri 1 Surakarta. Pada siklus I, jumlah siswa yang telah mencapai batas minimal ketuntasan hasil belajar sebanyak 24 siswa, sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan sebanyak 8 siswa dari sebelumnya. Hasil data tersebut, bisa dikatakan bahwa hampir semua siswa berhasil mencapai KKM untuk menulis puisi. Jumlah siswa yang lulus adalah 32 siswa dengan hanya tiga siswa yang tidak lulus dan dua siswa tidak hadir.

Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah disebutkan di atas, guru dikatakan telah berhasil melaksanakan pembelajaran menulis puisi dengan

penerapan pendekatan SAVI. Tindakan tersebut mampu membantu siswa dalam

memunculkan imajinasi dan kosa kata sehingga mampu menulis puisi dengan baik. Selain itu tindakan ini juga dapat meningkatkan minat dan motivasi mereka dalam mengikuti pembelajaran menulis. Terbukti dengan banyaknya siswa yang aktif memberikan respons terhadap apersepsi yang diberikan guru, memperhatikan penjelasan materi yang diberikan guru, dan keaktifan mereka dalam bekerja kelompok. Dari hasil pelaksanaan tindakan yang dilaksanakan tiap siklus, dapat dikatakan bahwa penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan keterampilan guru

dalam mengelola kelas karena pendekatan SAVI dapat digunakan sebagai sarana

pendukung bagi guru untuk lebih meningkatkan keaktifan siswa selama pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis puisi.

Keberhasilan pendekatan SAVI dalam meningkatkan keaktifan siswa

selama pembelajaran dan kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat dilihat dari indikator-indikator sebagai berikut.

1. Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi di kelas VII-H MTs

commit to user

Peningkatan kualiats proses pembelajaran diindikatori dengan peningkatan beberapa aspek pendukungnnya. Peningkatan ini dapat dilihat dari indikator keaktifan siswa dalam pembelajaran yang selalu mengalami

peningkatan di setiap siklus. Tindakan berupa penerapan pendekatan SAVI

yang dilaksanakan tiap siklus mampu meningkatkan keaktifan siswa kelas VII-MTs Negeri 1 Surakarta selama pembelajaran menulis puisi.

Hasil analisis menyatakan bahwa keaktifan siswa pada siklus I mencapai 22 siswa (59%), meningkat jauh lebih baik dari sebelumnya (survei awal) yang kurang dari 35%. Pada siklus II, keaktifan siswa meningkat menjadi 30 siswa (81%), artinya jumlah siswa yang aktif bertambah 7 siswa. Siswa yang aktif dalam siklus II ini adalah 30 siswa dari 35 siswa yang hadir.

Keberhasilan peningkatan keaktifan siswa tersebut menjadi fakta bahwa tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran lewat keaktifan siswa cukup berhasil. Hal ini membuktikan

bahwa pendekatan SAVI memiliki peran dalam meningkatkan keaktifan siswa

dalam proses belajar mengajar.

Berikut disajikan gambar peningkatan persentase keberhasilan kualitas

proses pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI pada siswa kelas

VII- H MTs Negeri 1 Surakarta.

0 20 40 60 80 100

Prasiklus Siklus I Siklus II

Gambar 6. Rekapitulasi Persentase Peningkatan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta

commit to user

Secara lebih rinci, peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis puisi ini tercermin melalui uraian di bawah ini.

a. Keaktifan selama apersepsi

Apersepsi berasal dari kata ”Apperception” berarti

menyatupadukan dan mengasimilasikan suatu pengamatan dengan pengalaman yang telah dimiliki. Secara umum fungsi apersepsi dalam kegiatan pembelajaran adalah untuk membawa dunia mereka ke dunia kita. Artinya, mengaitkan apa yang telah diketahui atau di alami dengan apa yang akan dipelajari. Apersepsi dalam pengajaran adalah menghubungan pelajaran lama dengan pelajaran baru, sebagai batu loncatan sejauh mana siswa mengusai pelajaran lama sehingga dengan mudah menyerap pelajaran baru. Disaat guru akan mengajar sebuah konsep apa saja pada siswa, guru sebaiknya memahami bahwa setiap siswa memiliki pengalaman, sikap dan kebiasaan yang berbeda, agar dapat menggali dan menghubungkan pengalaman, sikap dan kebiasaan siswa terhadap konsep yang akan kita ajarkan perlu kiranya kita kaitkan dengan apersepsi (Tutiks Astuti dalam Puji Astuti, 2011).

Apersepsi merupakan langkah awal yang dilakukan guru untuk mengaktifkan siswa terkait dengan pokok penting sebelum masuk ke dalam materi pelajaran. Pada apersepsi ini, guru selalu memberikan pertanyaan sesuai dengan tema pelajaran yang akan dipelajari. Respons yang diberikan siswa terhadap apersepsi yang diberikan guru selalu mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Siswa yang cukup aktif selama pemberian apersepsi pada siklus I sebanyak 13 siswa (35%). Pada siklus II sudah ada siswa yang tergolong aktif selama pemberian apersepsi sebanyak 24 siswa (65%), sedangkan 35% cukup aktif (dengan dua siswa tidak hadir)

b. Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru memberikan penjelasan

commit to user

Perhatian siswa dalam pembelajaran merupakan hal yang sangat

penting. Untuk menumbuhkan perhatian tersebut, guru harus merangsang siswa dengan menerapkan cara-cara yang sudah biasa maupun cara-cara baru yang digunakan dalam pembelajaran. Wina Sanjaya (2008: 268) mengungkapkan bahwa perhatian merupakan aktivitas mental seseorang dalam memberikan makna terhadap suatu rangsangan. Tingkat perhatian seseorang dalam belajar berpengaruh dalam hasil belajar yang diperoleh. Semakin tinggi perhatian siswa dalam belajar, maka semakin baik pula hasil belajar yang diperoleh.

Nana Sudjana (1991: 61) menjelaskan keaktifan siswa dapat dilihat

dalam hal: (1) turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3) bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya; (3) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah; (4) melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru; (5) menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya; (6) melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; dan (7)

kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapi.

Dalam penelitian ini, selain guru menggunakan beberapa metode, digunakan pula media untuk membuat siswa perhatian saat guru memberikan penjelasan. Pada siklus I sebanyak 19 siswa (51%) dinyatakan aktif dan perhatian terhadap penjelasan dari guru. Pada siklus II siswa yang aktif dan memperhatikan penjelasan guru sebanyak 28 siswa (76%), sisanya tujuh siswa kurang dan dua siswa tidak masuk.

c. Keaktifan dalam kerja sama kelompok

Salah satu cara yang bisa digunakan untuk mengajak aktif siswa dalam kegiatan belajar adalah dengan latihan baik secara individu maupun kelompok. Latihan dengan kelompok terbukti bisa meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis puisi. Selain itu kegiatan tersebut

commit to user

dapat membantu siswa untuk lebih memahami materi yang secara tidak langsung membantu mereka dalam berlatih membuat puisi sebelum pada akhirnya mereka harus menulis sendiri sebuah puisi. Dalam kegiatan kelompok yang dilakukan siswa diketahui bahwa 27 siswa (76%) aktif saat siklus I dan 33 siswa (90%) pada pelaksanaan siklus II.

d. Minat dan motivasi mengikuti pembelajaran

Minat menurut Mimin Haryati (2007: 38) adalah suatu disposisi

yang terorganisasi melalui pengalaman yang mendorong untuk

memperoleh objek khusus, aktivitas, pemahaman, dan keterampilan untuk tujuan perhatian atau pencapaian. Selain minat, diperlukan juga motivasi dari dalam diri siswa agar siswa dapat belajar dengan maksimal. Motivasi merupakan dorongan yang dapat menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian tujuan tertentu. Begitu juga dalam belajar, diperlukan motivasi untuk mencapai tujuan dari pembelajaran. Motivasi menurut Syaiful Bahri Djamarah (dalam Danik Nofiana, 2008: 17) adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.

Motivasi menurut Sardiman A. M. (2001: 73) merupakan faktor

psikis yang bersifat nonintelektual. Siswa yang mempunyai motivasi yang kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Hasil belajar dalam pembelajaran akan optimal kalau terdapat motivasi yang tepat di dalam diri. Oleh karena itu, motivasi diperlukan dalam pembelajaran.

Minat dan motivasi memiliki peranan penting dalam

pembelajaran. Apabila siswa sudah tidak berminat terhadap suatu pembelajaran maka secara tidak langsung mereka tidak akan aktif dalam kegiatan tersebut. Untuk itu minat dan motivasi dalam pembelajaran menulis puisi ini diciptakan dengan menerapkan beberapa metode dan media dalam pembelajaran agar siswa tidak merasa bosan atau jenuh.

commit to user

Kaitannya dengan metode guru menggunakan beberapa jenis metode seperti ceramah, tanya jawab, dan latihan kelompok. Dalam hal media,

pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI kali ini

memanfaatkan media gambar dan alam. Penggunaan kedua media tersebut

sejalan dengan konsep dalam pendekatan SAVI, yaitu pada aspek visual.

Dalam kaitannya dengan minat dan motivasi siswa pada siklus terakhir aspek tersebut mencapai 78%.

2. Hasil pembelajaran menulis puisi meningkat

Untuk mengatasi permasalahan tentang kelemahan siswa dalam menulis puisi, guru dan peneliti menyusun tindakan yang terangkum dalam

dua siklus. Pada siklus I dan II, diterapkan pendekatan SAVI. Pelaksanaan

siklus I masih belum sepenuhnya mampu mengatasi permasalahan yang terjadi. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi yang dilakukan oleh guru dan peneliti, lalu disusunlah instrumen untuk melakukan tindakan pada siklus II. Pada siklus II ini, indikator keberhasilan yang direncanakan sudah dapat dicapai. Kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I sudah dapat diatasi.

Hasil pembelajaran yang berupa kemampuan siswa dalam menulis puisi termasuk kemampuan siswa berimajinasi dan berkreasi dalam menulis

meningkat dengan pendektan SAVI. Kualitas hasil pembelajaran yang berupa

kemampuan siswa dalam menulis puisi dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa dalam menghasilkan sebuah puisi. Nilai tersebut terus mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Puisi yang dihasilkan siswa mengalami peningkatan dalam beberapa aspek baik dari aspek diksi, penggunaan majas, kata konkret, pengimajinasian, dan rima.

Peningkatan dari setiap aspek penulisan tersebut menjadikan nilai siswa dalam menulis puisi secara otomatis meningkat. Pada saat observasi awal diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis puisi masih tergolong kurang. Hal ini tampak pada ketercapaian nilai menulis puisi siswa yang

commit to user

masih jauh dari KKM yang telah ditetapkan oleh sekolah mengenai pembelajaran bahasa Indonesia khusunya menulis puisi yaitu sebesar 65. Dalam observasi awal tersebut diketahui hanya 13 siswa (35%) yang mencapai nilai tersebut pada saat survei awal. Pada siklus I dari 36 siswa yang hadir, 12 siswa (32%) masih belum mencapai ketuntasan sesuai KKM, sedangkan 24 siswa (65%) siswa yang lain sudah mampu menulis puisi dengan baik. Pada siklus II hanya 3 siswa (8%) yang hadir dalam pertemun tersebut yang belum mencapai nilai sesuai KKM.

Berikut disajikan gambar peningkatan persentase keberhasilan menulis

puisi dengan pendekatan SAVI pada siswa kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta.

35 65 87 0 20 40 60 80 100

Prasiklus Siklus I Siklus II

Gambar 7. Rekapitulasi Peningkatan Persentase Kemampuan MenulisPuisi Siswa Kelas VII-H MTs Negeri 1 Surakarta

Penjelasan lebih rinci mengenai persentase keberhasilan masing-masing aspek adalah sebagai berikut.`

a. Tema

Tema merupakan gagasan pokok yang mendasari seluruh isi yang dikemukakan penyair dalam puisinya. Tema bersifat khusus yaitu mengacu pada penyair, objektif, dan lugas. Tema menjadi salah satu hal penting yang dapat mempermudah siswa dalam memulai menulis sebuah puisi. Penentuan tema akan lebih mempercepat proses pembuatan puisi karena siswa langsung berkonsentrasi untuk memikirkan rangkaian kata

commit to user

yang berhubungan dengan tema yang telah ditentukan. Dalam penelitian ini tema dimasukkan kedalam pedoman penskoran agar puisi yang dihasilkan oleh siswa tidak keluar dari batas-batas yang sudah ditentukan sebelumnya. Dalam penelitian ini, tema yang diambil dalam tindakan I adalah keindahan pantai, kemudian pada tindakan II (siklus II) tema yang diambil adalah keindaahan taman sekolah.

Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa dari siklus I sampai siklus II siswa tidak mengalami kesulitan dalam menyesuaikan isi puisi dengan tema yang telah ditentukan. Seluruh siswa yang hadir sudah mampu menulis puisi sesuai dengan tema. Pada siklus I dinyatakan bahwa kesesuaian puisi dengan tema sebanyak 36 siswa (97%), ini adalah persentase maksimal dari keseluruhan jumlah siswa yang masuk, sedangkan 1 siswa (3%) tidak hadir dalam tindakan I. Pada siklus II dinyatakan bahwa kesesuaian puisi dengan tema sebanyak 35 siswa (95%), ini adalah persentase maksimal dari keseluruhan jumlah siswa yang masuk, sedangkan dua siswa (5%) tidak hadir dalam tindakan II.

b. Diksi

Diksi adalah pilihan kata yang sesuai. Puisi memang sangat memperhatikan kata-kata yang digunakannya. Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan benar-benar dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. Kata-kata yang digunakan sangat khas dan bukan kata-kata keseharian atau yang dipakai dalam prosa. Berdasarkan hasil tulisan siswa diketahui bahwa diksi yang digunakan dalam setiap kegiatan menulis mengalami peningkatan, bahkan jauh lebih baik daripada kemampuan siswa dalam memilih diksi saat survei awal pembelajaran menulis puisi. Kata-kata yang mereka tulis tidak lagi seperti kata-kata dalam sebuah cerita (prosa), melainkan sudah lebih puitis walaupun kadang ada beberapa kata yang terasa dipaksakan.Hasil analisis dokumen menyatakan bahwa pada siklus I 10 siswa (27%) yang memperoleh nilai maksimal yaitu, nilai 3, sisanya 21 siswa (57%) memperoleh nilai 2, dan 5

commit to user

siswa (13%) memperoleh nilai 1. Pada siklus II satu siswa mendapat nilai 3, 33 siswa (89%) mendapat nilai 2, dan sisanya mendapat nilai 1.

c. Majas

Majas merupakan cara lain yang banyak digunakan oleh penyair untuk membangkitkan imajinasi. Bahasa figuratif atau majas merupakan bahasa yang digunakan untuk mengiaskan ungkapan yang ingin disampaikan oleh penyair. Berdasarkan tulisan siswa diketahui bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan sekarang, siswa lebih mengenal jenis-jenis majas sehingga mereka pun dapat mengiaskan kata-kata yang mereka pilih dengan berbagai jenis majas yang telah mereka ketahui. Keadaan ini sangat berbeda dengan tulisan siswa sebelum adanya tindakan. Dalam aspek majas, diperoleh data bahwa pada siklus I hanya 4 siswa (11%) yang memperoleh skor maksimal 3, selebihnya 20 siswa (54%) memperoleh nilai 2, dan 12 siswa (31%) memperoleh nilai 1. Pada siklus terakhir diketahui sebanyak 14 siswa (38%) siswa telah mendapatkan nilai maksimal, kemudian 18 siswa (49%) mendapatkan skor 2, dan sisanya 8% mendapat nilai satu.

d. Kata konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang dapat diungkapkan dengan indra. Kata konkret merupakan penyebab dari pengimajian karena kata konkret akan memungkinkan imaji muncul dalam sebuah puisi. Hal ini karena kata-kata yang konkret yang tepat dapat mengantarkan pada pengertian yang menyeluruh terhadap sesuatu hal atau benda. Dalam aspek kata konkret, pada siklus I diketahui 9 siswa (24%) memperoleh nilai 3, 25 siswa (67%) memperoleh nilai 2, dan sisanya dua siswa (5%) mendapatkan nilai 1. Pada siklus II satu siswa mendapat nial 3, sedangkan sisanya 34 siswa (92%) siswa mendapat nilai 2.

e. Pengimajinasian

Imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Dengan pengimajian yang kuat, sebuah puisi akan dapat dipahami

seolah-commit to user

olah sebagai suatu karya yang dapat dilihat, dirasakan dan didengar karena seseorang seolah dapat melihat, mendengar, dan merasakan apa yang dialami oleh penyair. Berdasarkan puisi yang dihasilkan siswa dapat disimpulkan bahwa pada umumnya siswa lebih sering menggunakan imaji penglihatan daripada pendengaran dan peraba (perasaan). Pada siklus I belum ada siswa yang mendapatkan nilai sempurna (4), 8 siswa (22%) baru mendapatkan nilai 3, 25 siswa (67%) mendapatkan niali 2, dan 3 siswa mendapatkan nilai 1. Kemudian dalam siklus II diketahui nilai sempurna pun belum diraih oleh siswa tetapi jumlah siswa yang mendapat nilai 3 naik menjadi 17 siswa, 46% yang lain mendapat nilai 2, dan sisanya mendapatkan nilai 1.

f. Rima

Rima adalah persamaan bunyi pada puisi baik letaknya di awal, tengah, maupun di akhir baris. Rima yang muncul dalam puisi siswa pada umumnya menggunakan jenis pengulangan yang umum dikenal yaitu pengulangan bunyi dan persamaan bunyi akhir. Berdasarkan analisis puisi dari siswa diketahui bahwa pada siklus I belum terdapat satu siswa pun yang memperoleh nilai sempurna. 6 siswa (16%) mendapatkan nilai 3, 26 siswa (70%) memperoleh nilai 2, dan 11% lainnya mendapatkan nilai 1. Pada siklus II terdapat satu siswa (3%) yang dapat memperoleh niai sempurna, 28 siswa (76%) mendapatkan nilai 3, 16% mendapatkan nilai 2, dan satu siswa mendapatkan nilai satu.

Lebih jelasnya perolehan nilai masing-masing siswa dari pratindakan sampai siklus II dapat dilihat pada lampiran 24 Halaman 260. Hasil keseluruhan nilai siswa tersebut, diketahui bahwa tidak setiap nilai siswa mengalami peningkatan, ada beberapa yang turun pada siklus I kemudian naik lagi pada siklus II. Ada pula nilai siswa yang tidak mengalami kenaikan yang signifikan sehingga mereka belum juga tuntas pada siklus II.

commit to user

Selain meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis puisi di kelas VII H MTs Negeri 1 Surakarta, terdapat pula manfaat yang positif bagi

siswa dari pembelajaran menulis puisi dengan pendekatan SAVI ini, yaitu:

1. Siswa menjadi senang dengan materi pembelajaran menulis puisi

Berdasarkan hasil tanya jawab dengan siswa, diketahui bahwa siswa menjadi lebih senang dengan pembelajaran. Menurut mereka, pembelajaran yang sekarang dilakukan terasa lebih menyenangkan karena diperlihatkan gambar-gambar, latihan bersama kelompok, dan diajak ke luar (taman sekolah). Guru melakukan cara-cara seperti pemodelan, diskusi kelompok, dan belajar mengemukakan gagasan. Hal ini dilakukan untuk untuk memicu keaktifan siswa selama pembelajaran berlangsung. Siswa dapat ikut aktif dalam kegiatan belajar mengajar dan tidak merasa bosan. Kenyataan ini diperkuat dengan hasil angket yang disebar peneliti setelah pelaksanaan tindakan II pada pertemuan kedua, hasilnya 28 siswa (76%) siswa menyatakan senang dengan pembelajaran menulis puisi yang dilakukan dengan pendekatan

SAVI.

2. Penjelasan dari guru lebih mudah dipahami oleh siswa

Hal ini dibuktikan dari hasil angket yang diisi oleh siswa disimpulkan bahwa sebanyak 30 siswa (81%) siswa memberikan jawaban “ya”, sedangkan 5 siswa (14%) menyatakan tidak.

3. Siswa merasa lebih mudah menulis puisi dengan pendekatan SAVI

Hasil angket membuktikan bahwa 28 siswa (78%) sepakat bahwa

Dokumen terkait