• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Hasil Penelitian Nilai Moral Puisi Doa Seorang Pesolek Nilai moral dalam puisi Doa Seorang Pesolek dinyatakan secara tidak

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2 Hasil Penelitian

4.3.2 Pembahasan Hasil Penelitian Nilai Moral Kumpulan Puisi Tahilalat Karya Joko Pinurbo

4.3.2.6 Pembahasan Hasil Penelitian Nilai Moral Puisi Doa Seorang Pesolek Nilai moral dalam puisi Doa Seorang Pesolek dinyatakan secara tidak

langsung atau implisit dalam puisi. Bentuk penyampaian moral yang tidak langsung yaitu pesan hanya tersirat dalam cerita, berpadu secara koheren dengan unsur-unsur cerita yang lain (Nurgiyantoro, 2013: 339). Wujud dari nilai moral puisi ini adalah hubungan antara manusia dengan Tuhan. Menurut Nurgiyantoro (2013: 441) permasalahan ini berhubungan dengan aspek ketuhanan misalnya

100

yang berkaitan dengan ketaatan. Nilai moral yang dapat diambil dalam puisi ini adalah jangan pernah mendambakan sesuatu dalam dunia ini. Segala sesuatu dalam dunia ini fana dan tidak abadi. Adapun kita harus bersyukur atas apa yang telah kita miliki di dunia ini karena itu adalah pemberian dari Tuhan.

101 BAB V PENUTUP

Dalam bab ini akan memaparkan dua hal yang penting, yaitu simpulan dan saran. Simpulan dalam bab ini akan menjabarkan mengenai keseluruhan dalam penelitian yang berjudul Nilai Moral Kumpulan Puisi Tahilalat Karya Joko Pinurbo: Strata Norma Roman Ingarden. Pada bagian saran, peneliti akan memberikan saran, masukan, atau hal-hal lain yang dirasa penting yang dapat diperhatikan oleh para pembaca atau peneliti-peneliti lain.

5.1 Simpulan

Berdasarkan pemaparan Bab IV yang telah dianalisis dan dibahas oleh peneliti mengenai nilai moral dalam kumpulan puisi Tahilalat karya Joko Pinurbo menggunakan analisis strata norma Roman Ingarden, peneliti menemukan nilai moral dan strata norma Roman Ingarden dalam kumpulan puisi Tahilalat karya Joko Pinurbo. Hal tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pada lapis bunyi, bunyi-bunyi vokal yang mengalami pengulangan atau asonansi yaitu bunyi /a/, /i/, /u/, /e/, dan /o/. Bunyi-bunyi vokal tersebut ada dalam keenam judul puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Tahilalat karya Joko Pinurbo. Bunyi-bunyi konsonan yang mengalami pengulangan atau aliterasi yang paling dominan dalam keenam judul puisi yang terdapat dalam kumpulan puisi Tahilalat karya Joko Pinurbo adalah bunyi /b/, /d/, /g/, /l/, /m/, /n/, /r/, /s/, dan /t/.

Bunyi-bunyi baik bunyi vokal dan bunyi konsonan yang mengalami pengulangan tersebut memberikan beberapa tujuan seperti memberikan penekanan khusus,

102

mempermudah pembaca dalam memahami puisi, serta menambah unsur keindahan atau estetika dalam puisi. Selain menambah kesan, makna, dan unsur estetika, pengulangan bunyi vokal dan bunyi konsonan tersebut menjadikan jembatan penghubung antara lapis pertama dan lapis kedua atau lapis arti.

Pada lapis arti, arti-arti yang dapat dipetik dalam puisi secara keseluruhan mengisahkan mengenai realitas kehidupan seorang manusia. Realita kehidupan seorang manusia tersebut dapat diartikan melalui cobaan-cobaan hidup yang dialami oleh pelaku dalam puisi yang umumnya bersifat keduniawian.

Berikutnya pada lapis objek. Tokoh yang mendominasi dalam keenam puisi dari kumpulan puisi Tahilalat karya Joko Pinurbo adalah si aku. Objek-objek yang dikemukakan umumnya berupa benda mati atau benda nyata. Latar tempat, latar waktu, dan latar suasana umumnya tidak dijelaskan secara eksplisit dalam puisi. Namun demikian pada beberapa puisi digambarkan secara langsung latar tempat, latar waktu, dan latar suasana dalam puisi tersebut. Dunia pengarang dalam puisi mengisahkan jalinan antara pelaku, objek, dan latar-latar dalam puisi.

Lapis dunia dalam keenam buah puisi dalam kumpulan puisi Tahilalat karya Joko Pinurbo menyatakan beberapa hal seperti benda-benda yang nyata. Benda-benda tersebut meliputi: salib, dasi, kantor, mobil, jidat, celana, alis, mata, rambut, dan bibir. Benda-benda tersebut merupakan representasi dari hal yang hendak dimaksudkan oleh penyair melalui puisinya.

Pada lapis metafisis, lapis ini mengajak para pembaca untuk merenung.

Lapis metafisis dari keenam puisi dalam kumpulan puisi Tahilalat karya Joko Pinurbo menyatakan mengenai kesedihan dan ketragisan hidup manusia.

Berdasarkan kesedihan dan ketragisan hidup tersebut mengajak para pembaca untuk mensyukuri berkat dan rahmat dalam kehidupannya.

Nilai moral yang digambarkan pada keenam judul puisi dalam kumpulan puisi Tahilalat karya Joko Pinurbo adalah terkait dengan situasi kehidupan seseorang yang berhubungan dengan kehidupan duniawinya. Berdasarkan wujud penyampaian nilai moral, ketiga puisi menyampaikan nilai moral secara langsung dan tiga puisi lain dengan cara yang tidak langsung. Pada ketiga judul puisi, wujud nilai moral yaitu hubungan antara manusia dengan Tuhan dan tiga puisi lain menunjukkan wujud nilai moral yaitu hubungan antara manusia dan manusia.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memiliki beberapa saran bagi peneliti lain dan pembaca puisi. Saran-saran dalam penelitian ini bertujuan agar penelitian yang selanjutnya agar lebih baik lagi. Berikut adalah pemaparan terkait saran-saran untuk penelitian yang selanjutnya.

Pertama, bagi penelitian lain. Pada penelitian ini hanya terbatas pada nilai moral yang terkandung dalam puisi. Secara keseluruhan, puisi tidak hanya tersusun atas nilai-nilai moral yang terkandung dalam puisi baik secara eksplisit maupun secara implisit. Di sisi lain, pengkajian puisi yang menggunakan strata norma Roman Ingarden mengkaji lima lapis unsur penyusun puisi. Salah satu dari kelima unsur tersebut seharusnya masih dapat digali lebih mendalam dengan teori yang sama yaitu strata norma Roman Ingarden.

104

Kedua, bagi guru, siswa, dan mahasiswa. Penelitian ini secara khusus ditujukan untuk guru dan siswa SMP Kelas VII KD 3.13 Mengidentifikasi informasi (pesan, rima, dan pilihan kata) dari puisi rakyat (pantun, syair, dan bentuk puisi rakyat setempat) yang dibaca dan didengar, guru dan siswa SMA Kelas X KD 3.16 Mengidentifikasi suasana, tema, dan makna beberapa puisi yang terkandung dalam antologi puisi yang diperdengarkan atau dibaca dan 3.17 Menganalisis unsur pembangun puisi , serta mahasiswa dalam perkuliahan kritik sastra pada umumnya dan pengkajian puisi pada khususnya. Oleh sebab puisi tersusun atas banyak unsur yang membangunnya, untuk itulah sebuah puisi dapat dikaji menggunakan analisis strata norma Roman Ingarden. Untuk para guru, siswa SMP dan SMA, serta mahasiswa setidaknya memiliki dasar dalam memahami suatu puisi. Berbeda dengan teori pengkajian puisi yang lainnya, analisis strata norma Roman Ingarden memang hanya mengkaji puisi berdasarkan apa yang tampak dalam puisi tersebut. Namun demikian, dengan kelima lapis strata norma Roman Ingarden dapat ditarik kesimpulan mengenai arti, makna, serta maksud dari si penyair tersebut. Oleh sebab itu, penting bagi para guru, siswa SMP dan SMA, serta mahasiswa puisi untuk memahami salah satu pengkajian puisi yaitu menggunakan analisis strata norma Roman Ingarden.

Tujuannya menggunakan analisis strata norma Roman Ingarden adalah agar mempermudah proses pemahaman puisi secara singkat, padat, dan menyeluruh.