• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENGEMBANGAN DAN PEMBAHASAN

F. Pembahasan

Pengembangan multimedia interaktif unggah-ungguh bahasa Jawa didasarkan pada permasalahan yang ditemukan di sekolah, yaitu adanya keterbatasan media pembelajaran untuk mengajarkan unggah-ungguh bahasa Jawa. Media merupakan sesuatu yang penting dalam proses pembelajaran, mengingat media pembelajaran dapat menumbuhkan motivasi belajar, mempermudah siswa memahami bahan pembelajaran, membuat pembelajaran

128

tidak membosankan, serta lebih meningkatkan aktivitas belajar siswa (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2010: 2).

Terdapat berbagai macam media pembelajaran. Perkembangan pesat ilmu pengetahuan dan teknologi membuat media yang berbasis komputer mulai banyak dimanfaatkan dalam kegiatan pembelajaran. Salah satunya adalah multimedia interaktif. Multimedia interaktif yang dikembangkan dalam penelitian ini dianggap perlu untuk membantu siswa mempelajari dan memahami materi unggah-ungguh bahasa Jawa sebab memiliki kelebihan apabila dibandingkan dengan media pembelajaran yang lain.

Pada saat uji coba lapangan untuk produk multimedia interaktif

unggah-ungguh bahasa Jawa dilaksanakan, siswa terlihat antusias dan senang karena

pembelajaran unggah-ungguh bahasa Jawa biasanya tidak menggunakan media. Hal ini sesuai dengan pendapat Kemp dan Dayton (Wina Sanjaya, 2010: 210) yang menyebutkan apabila media pembelajaran dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap materi pembelajaran.

Penggunaan multimedia interaktif dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa. Selaras dengan pernyataan Deni Darmawan (2012: 55-56), hal ini dikarenakan siswa memiliki ketertarikan terhadap tampilan teks, gambar, video, suara, dan animasi yang disajikan dalam multimedia. Materi yang disajikan secara menarik menggunakan gambar, video, dan animasi dengan tampilan warna-warni disukai oleh siswa. Hal ini didukung Smaldino, Lowther, & Russell (2011: 71) yang menyatakan apabila sebagian besar siswa lebih suka pada visual yang berwarna daripada visual hitam putih.

129

Selama uji coba lapangan dilaksanakan, meningkatnya minat dan motivasi belajar siswa ditunjukkan dengan skor rata-rata indikator meningkatkan motivasi belajar yang mencapai 3,67 (kategori baik) pada saat uji coba lapangan awal; 4,6 (kategori sangat baik) pada saat uji coba lapangan utama; dan 4,57 (kategori sangat baik) pada saat uji coba lapangan operasional.

Mengingat alokasi waktu pembelajaran Bahasa Jawa di sekolah hanya dua jam per minggu, multimedia interaktif unggah-ungguh bahasa Jawa diharapkan dapat membantu siswa untuk belajar secara mandiri karena produk multimedia dapat digunakan di mana saja dan kapan saja. Multimedia sudah dilengkapi dengan petunjuk penggunaan sehingga siswa diharapkan tidak akan mengalami kesulitan. Tetapi setelah penilaian hasil uji coba lapangan operasional dianalisis, ternyata ada satu orang siswa yang memberikan skor 2 (kategori kurang) dan ada dua orang siswa yang memberikan skor 3 (kategori cukup) untuk indikator kejelasan petunjuk penggunaan program multimedia interaktif. Pada indikator yang sama, sebagian besar siswa memberikan skor 4 (kategori baik) atau 5 (kategori sangat baik). Berdasarkan temuan ini dapat disimpulkan bahwa penjelasan secara lisan dari guru atau orang tua mengenai cara penggunaan multimedia interaktif tetap diperlukan karena siswa memiliki beragam karakteristik, tidak semua siswa bisa langsung mengoperasikan multimedia interaktif hanya dengan membaca petunjuk penggunaan yang terdapat di dalam multimedia.

Materi unggah-ungguh bahasa Jawa yang disajikan dalam multimedia interaktif ini dipilih yang dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga dapat

130

dipraktikkan secara langsung oleh siswa. Melalui materi yang ditampilkan dalam multimedia, siswa diharapkan untuk bisa dan mulai terbiasa menggunakan bahasa Jawa sesuai dengan unggah-ungguh. Indikator kebermanfaatan materi multimedia memperoleh skor rata-rata sebesar 5 (kategori sangat baik) pada saat uji coba lapangan awal; 4,6 (kategori sangat baik) pada saat uji coba lapangan utama, dan 4,76 (kategori sangat baik) pada saat uji coba lapangan operasional. Siswa juga menuliskan komentar bahwa multimedia interaktif ini dapat menambah pengetahuan tentang bahasa Jawa krama.

Sebagaimana dijelaskan oleh Daryanto (2013: 53-54), selain memadukan berbagai komponen media, multimedia interaktif juga harus bisa mengakomodasi respon siswa atau bersifat interaktif. Dalam multimedia interaktif unggah-ungguh bahasa Jawa, interaktivitas ini diwujudkan dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih materi yang ingin dipelajari melalui tombol-tombol navigasi yang tersedia. Multimedia interaktif juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan cara memilih jawaban pada latihan soal serta bermain dengan permainan memasangkan tembung ngoko dan tembung krama. Ada umpan balik yang muncul setelah siswa selesai mengerjakan latihan soal maupun selesai memainkan permainan.

Latihan soal pada menu Gladhen menjadi salah satu isi multimedia yang disukai dan dicoba berulang kali oleh siswa. Siswa saling berkompetisi untuk memperoleh nilai sepuluh. Apabila nilai yang diperoleh masih kurang, siswa

131

kemudian mengulang mengerjakan latihan soal sampai memperoleh nilai sepuluh. Hal ini sesuai dengan karakteristik siswa usia kelas tinggi menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 116-117), yaitu siswa memiliki rasa ingin tahu dan ingin belajar, serta memandang nilai sebagai ukuran yang tepat untuk menunjukkan prestasinya di sekolah. Nilai yang diperoleh siswa pada saat mengerjakan latihan soal bisa digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan kognitif yang diharapkan setelah siswa menggunakan multimedia interaktif. Tujuan kognitif yang diharapkan yaitu siswa dapat membedakan penggunaan bahasa Jawa ngoko dan bahasa Jawa krama dengan benar.

Apabila ketercapaian tujuan kognitif dapat dilihat melalui perolehan nilai siswa saat mengerjakan latihan soal pada menu Gladhen, maka ketercapaian tujuan psikomotor dan afektif dilihat melalui proses pengamatan. Namun ketercapaian tujuan psikomotor dan afektif belum tampak selama proses uji coba lapangan dilaksanakan. Hal ini bukan lantas berarti tujuan psikomotor dan afektif yang diharapkan setelah siswa menggunakan multimedia interaktif

unggah-ungguh bahasa Jawa tidak bisa tercapai. Pengamatan selama uji coba

lapangan saja tidak cukup untuk mengetahui perubahan siswa. Selain itu siswa perlu menggunakan multimedia interaktif lebih dari sekali untuk benar-benar memahami materi unggah-ungguh. Siswa juga membutuhkan banyak stimulus dari guru untuk bertanya jawab dan berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa karena selama ini siswa lebih sering menggunakan bahasa Indonesia.

132

Setelah selesai menggunakan multimedia, beberapa orang siswa menunjukkan ketertarikan untuk mempelajari unggah-ungguh bahasa Jawa. Siswa meminta agar besok belajar menggunakan multimedia interaktif lagi karena merasa baru sebentar menggunakan multimedia dan belum puas membaca seluruh materi yang ada. Hal ini diharapkan bisa menjadi bekal awal untuk mencapai tujuan psikomotor dan afektif.

Multimedia interaktif unggah-ungguh bahasa Jawa dikembangkan dengan memperhatikan banyak aspek yang berkaitan dengan pembelajaran, tampilan, dan juga siswa. Oleh karena itu, multimedia ini diharapkan dapat menjadi media pembelajaran yang menarik bagi siswa untuk mempelajari dan memahami materi unggah-ungguh bahasa Jawa.

Dokumen terkait