• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI LANDASAN TEORI

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pengujian Persyaratan Analitis 1. Uji Normalitas

4. Pembahasan Hipotesis Ketiga a. Berat Jenis

Berdasarkan gambar 4.11 dapat dilihat bahwa pada semua prosentase penggantian sebagian abu sekam padi dan semua variasi lama pembakaran didapatkan berat jenis dibawah standar SII-0021-1978 dengan ketentuan berat jenis batu bata normal yaitu 1,8 – 2,6 gr/cm3 Yudha Romadhona (2007) dalam Masthura (2010).

Gambar 4.11. Kesesuaian Berat Jenis Batu Bata Uji dengan Standar

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa pada lama pembakaran 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam, berat jenis batu bata kurang dari berat jenis batu bata normal (< 1,8 gr/cm3).

Berat jenis yang kecil dengan porositas yang tinggi menjadikan batu bata dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan terutama untuk bangunan yang banyak mengandung air seperti bangunan pondasi dan bahan konstruksi dinding dengan beban yang ringan. Kelebihan batu bata sebagai material dinding pengisi dengan berat jenis yang rendah adalah menjadikan dinding pengisi semakin ringan dan akan menghasilkan beban 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20

Berat Jenis Berat Jenis

12 jam 18 jam 24 jam 30 jam

Batu Bata Normal 1,8 gr/cm3 – 2,6 gr/cm3

struktur yang semakin kecil, jika beban strukturnya kecil maka komponen yang struktural lebih kecil/sederhana. Berat jenis yang rendah akan mendapatkan berat struktur yang ringan serta beban gempa yang kecil, secara umum struktur lebih aman terhadap gempa.

b. Susut Bakar Batu Bata

Berdasarkan gambar 4.12 dapat dilihat bahwa pada semua prosentase penggantian sebagian abu sekam padi dan semua variasi lama pembakaran didapatkan susut bakar dibawah standar SII-0021-1978 dengan ketentuan susut bakar maksimal yaitu 10% - 15% Daryanto (1994) dalam Siswanti Zuraida (2012).

Gambar 4.12. Kesesuaian Susut Bakar Batu Bata Uji dengan Standar SII-0021-1978

Susut bakar adalah perubahan dimensi atau volume bahan yang telah dibakar. Salah satu parameter yang menunjukkan terjadinya penyusutan karena adanya perubahan mikrostruktur (butir atau batas butir). Setelah proses pembakaran suatu benda akan mengalami perubahan panjang. Dalam hal ini lempung akan mengalami penyusutan karena air dalam 0

5 10 15

0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20

Susut Bakar (%) Susut Bakar (%)

30 jam 24 jam

18 jam 12 jam

Standar Susut bakar Maksimal 10%-15%

pembakaran 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam, susut bakar dibawah standar SII-0021-1978 yakni 10% - 15%, dikarenakan batu bata ketika dibakar tidak menunjukkan penyusutan melainkan pemuaian batu bata. Tanah liat tidak bisa berubah menjadi bentuk keramik yang keras dan padat karena abu yang mengandung silika yang dicampurkan dalam proses pembuatan batu bata tidak bisa teroksidasi sempurna dengan tanah liat yang berasal dari daerah persawahan di desa Baki yang digunakan sebagai bahan utama.

c. Porositas Batu Bata

Berdasarkan gambar 4.13 dapat dilihat bahwa pada semua prosentase penggantian sebagian abu sekam padi dan semua variasi lama pembakaran didapatkan porositas melebihi standar SII-0021-1978 dengan ketentuan porositas maksimal yaitu 5% - 10% (Siswanti Zuraida, 2012).

Gambar 4.13. Kesesuaian Porositas Batu Bata Uji dengan Standar SII-0021-1978

Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa porositas pada semua variasi lama pembakaran melebihi Standar SII-0021-1978 yakni 5% - 10%. 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 Porositas (%) Porositas (%) 30 jam 24 jam 18 jam 12 jam Standar Porositas Maksimal 5%-10% %

Porositas merupakan salah satu cara untuk mengetahui kualitas batu bata. Data porositas didapatkan dari nilai batu bata basah (direndam dalam air) dan nilai batu bata kering. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%). Semakin banyak porositas yang terdapat pada batu bata maka semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya.

Pada lama pembakaran 12 jam porositas menunjukkan nilai penyerapan air yang cukup besar, hal ini dikarenakan butir – butir tidak mengalami ikatan yang sempurna antar partikel sehingga rongga-rongga yang ada didalam batu bata sangat banyak, rongga-rongga ini berasal dari abu yang ditambahkan pada saat proses pembuatan batu bata terbakar atau menguap, sehingga batu bata yang berongga memiliki daya serap air yang tinggi, untuk pengukuran baik maupun buruknya batu bata dari perhitungan porositas ini sangat bergantung pada penggantian abu dan juga bahan utama.

Bila batu bata dengan porositas tinggi dipasang pada konstruksi dinding, maka air adukan akan terserap oleh batu bata. Dampak dari air adukan terserap batu bata, maka air adukan yang berguna untuk proses pengerasan semen berkurang dan kekuatan mortar/adukan akan menurun. Secara keseluruhan dapat dikatakan menimbulkan perbedaan kekuatan serta retak – retak pada bangunan.

d. Kuat Tekan Batu Bata

Berdasarkan gambar 4.14 dapat dilihat bahwa pada semua prosentase penggantian sebagian abu sekam padi dan semua variasi lama pembakaran didapatkan kuat tekan lebih dari standar SII-0021-1978 dengan kuat tekan maksimal yaitu > 2,5 Mpa (Siswanti Zuraida, 2012).

Gambar 4.14. Kesesuaian Kuat Tekan Batu Bata Uji dengan Standar SII-0021-1978

Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa pada semua variasi lama pembakaran mendapatkan kuat tekan > 2,5 MPa (sesuai dengan SII-0021-1978). Pada lama pembakaran 18 jam terlihat kuat tekan optimal dibandingkan dengan lama pembakaran 12 jam, 24 jam, dan 30 jam. Ketika pada lama pembakaran 12 jam dengan penggantian sebagian abu sekam padi sebanyak 20% batu bata sudah bisa digunakan karena kuat tekannya sudah memenuhi standar SII-0021-1978. Hal ini dikarenakan abu sekam padi yang digunakan dalam pencampuran batu bata mengandung senyawa silica-alumina aktif yang dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar dan adanya air pada kadar tertentu dapat membentuk senyawa stabil yang mempunyai sifat mengikatnya.

e. Kuat Patah Batu Bata

Penggantian sebagian abu sekam padi yang optimal diharapkan dapat mempercepat lama pembakaran batu bata. Berdasarkan gambar 4.15 dapat dilihat hubungan kuat patah dengan penggantian sebagian abu sekam padi. 0 1 2 3 4 5 6 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20

Kuat Tekan (Mpa) Kuat Tekan (Mpa)

30 jam 24 jam

18 jam 12 jam

Standar Kuat Tekan > 2,5 Mpa

Gambar 4.15. Hubungan Kuat Patah dan Lama Pembakaran

Berdasarkan grafik dapat disimpulkan bahwa pada lama pembakaran 12 jam diperoleh kuat patah sebesar 0,135 N/mm2, lama pembakaran 18 jam diperoleh sebesar 0,283 N/mm2, lama pembakaran 24 jam diperoleh sebesar 0,202 N/mm2 dan lama pembakaran 30 jam diperoleh kuat patah sebesar 0,201 N/mm2. 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20 0 5 10 15 20

Kuat Patah N/mm2 Kuat Patah N/mm2

30 jam 24 jam

18 jam 12 jam

BAB V

Dokumen terkait