• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TANAH LIAT DENGAN ABU SEKAM PADI DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIK BATU BATA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TANAH LIAT DENGAN ABU SEKAM PADI DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIK BATU BATA SKRIPSI"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TANAH LIAT DENGAN ABU SEKAM PADI DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIK BATU BATA

SKRIPSI

Oleh: ERI FEBRIANI

K1508010

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012

(2)
(3)

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TANAH LIAT DENGAN ABU SEKAM PADI DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP

KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIK BATU BATA

Oleh: ERI FEBRIANI

K1508010

Skripsi

diajukan untuk me menuhi salah satu persyaratan me ndapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan

Pendidikan Teknik dan Kejuruan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA Juli 2012

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Eri Febriani. PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TANAH LIAT DENGAN ABU SEKAM PADI DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIK BATU BATA. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui lama pembakaran minimal pada pembuatan batu bata tanah liat dengan penggantian sebagian abu sekam padi. Lama pembakaran diharapkan lebih cepat dari lama pembakaran batu bata biasa yakni 4 hari atau 96 jam, sehingga dalam penelitian ini lama pembakaran batu bata mempunyai variasi 12 jam, 18 jam, 24 jam dan 30 jam. Adapun penggantian sebagian abu sekam padi juga mempunyai variasi penggantian sebagian yakni 0%, 5%, 10%, 15% dan 20%. Setelah batu bata dibakar berdasarkan variasi lama dan abu tersebut, dilakukan uji batu bata berdasarkan karakteristik fisis yang meliputi uji berat jenis, uji susut bakar dan uji porositas, dan karakteristik mekanik yaitu uji tekan dan uji patah.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, untuk standar uji batu bata yang digunakan tersebut mengacu pada SII-0021-1978. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh lama pembakaran minimal batu bata pada waktu 12 jam, dengan penggantian sebagian abu sekam padi sebesar 20% dan diperoleh kekuatan tekan sebesar 4,238 MPa dengan berat jenis sebesar 1,442 gr/cm3. Sedangkan untuk susut bakar diperoleh pada lama pembakaran 12 jam, dengan penggantian sebagian abu sekam padi 20% dan diperoleh susut bakar sebesar 0,897%. Untuk porositas diperoleh pada lama pembakaran 12 jam dengan penggantian sebagian abu sekam padi 20% dan diperoleh porositas sebesar 41,301%. Kemudian untuk kuat patah diperoleh lama pembakaran minimal batu bata pada waktu 12 jam, dengan penggantian sebagian abu sekam padi sebesar 20% dan diperoleh kekuatan patah terbesar sebesar 0,032 N/mm2.

Simpulan penelitian ini adalah penggantian sebagian abu sekam padi sebesar 20% dengan lama pembakaran minimal untuk memperoleh kuat tekan sesuai standar SII-0021-1978 batu bata yaitu pada lama pembakaran 12 jam dan diperoleh kuat tekan 4,238 MPa.

Kata Kunci: batu bata, lama pembakaran, abu sekam padi, berat jenis, susut bakar, porositas, kuat tekan dan kuat patah

(7)

ABSTRACT

Eri Febriani. EFFECT OF REPLACEMENT SOME CLAY WITH

RICE HUSK ASH ADDITION ON DURATION OF BURNING TO PHYSICAL AND MECHANICAL CHARACTERISTICS OF BRICK. Research paper, Teacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University of Surakarta, June 2012.

Purpose of the research is to know minimum time duration of burning in the making of clay brick by adding rice husk ash. Duration of burning is expected to consume shorter time than burning of usual brick, namely 4 days of 96 hours, so that duration of brick burning of the research is varied, namely, 12 hours, 18 hours, 24 hour and 30 hours. Addition of rice husk ash is also varied, namely, 0%, 5%, 10%, 15% and 20%. After the brick had been burned based on duration variation and ash addition, the brick is tested for physical characteristics consisting of specific weight test, burned shrinkage test, and porosity test, and for mechanical characteristics consisting of compression test and breaking test.

The research is a quantitative one. Standardized brick test refers to SII-0021-1978. Based on the research, it was found that minimum duration of brick burning was 18 hours with rice husk ash addition of 20% and compressive strength of the brick was 4,238 MPa, with specific weight of 1,442 g/cm3. While burned shrinkage (0,897%) was obtained from burning duration of 12 hours with rice husk ash addition of 20%. Porosity (41,301%) was obtained from burning duration of 12 hours with rice husk addition of 20%. Then, breaking strength (0,032 N/mm2) was obtained from burning duration of 12 hours with rice husk ash addition of 20%.

Conclusion of the research is rice husk ash addition of 20% with minimum burning duration of 12 hours produces brick refers to SII-0021-1978 breaking strength, namely, 4,238 MPa.

Key words: Brick, duration of burning, rice husk ash, specific weight, burned shrinkage, porosity, compressive strength and breaking strength

(8)

MOTTO

# Kegagalan dan keberhasilan bukanlah takdir namun merupakan sebuah pilihan. Kehidupan akan terasa nikmat manakala kita selalu berfikir cerdas. Ubahlah cara berfikir untuk sebuah perubahan #

# Bebaskan dirimu dari belenggu masa lalu. Hiduplah hari ini untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Miliki hati, jadikan berarti. Jangan pernah menyesali apapun yang kamu lakukan dengan keikhlasan hati, sesuatu yang datang dari hati akan selalu berarti #

# Syukuri setiap kesulitan. Karena terkadang kesulitan mengantar kita pada hasil yang lebih baik dari apa yang kita bayangkan. Setiap masalah ada jalan keluarnya. Kamu mungkin tak melihatnya, namun Tuhan tahu jalan keluarnya. Yakin dan percayalah padaNya #

(9)

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

v ” Bapak dan Ibu ”

Cahaya hidup, yang senantiasa ada saat suka maupun duka, selalu setia mendampingi, saat kulemah tak berdaya (Ayah dan Ibu tercinta) yang selalu memanjatkan doa kepada putrimu tercinta dalam setiap sujudnya. Semuanya membuatku bangga memiliki kalian. Terima kasih untuk semuanya.

v ” Sufian Putra ”

Terima kasih karena senantiasa memberikan perhatian dan semangat kepadaku. Selalu ada disampingku baik disaat kubahagia tertawa maupun saat kujatuh dan menangis.

v ” Rian Satrio, Reski Adrian, Aulya Fitra Sari ”

Terima kasih atas semangat dan dukungannya selama ini, aku bangga memiliki kalian sebagai saudaraku yang sangat aku cintai.

v ” Septia Dian K, Cahyaning Kilang P, Sri Lestari ”

(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Yang memberi ilmu, inspirasi dan kemuliaan, karena atas rahmat dan ridho-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN TANAH LIAT DENGAN ABU SEKAM PADI DAN LAMA PEMBAKARAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIS DAN MEKANIK BATU BATA”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana pada Program Studi Pendidikan Teknik Bangunan, Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Sutrisno, ST.M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Bapak Ida Nugroho Saputro, ST. M.Eng selaku Ketua Program Pendidikan Teknik Sipil/Banguan sekaligus selaku Dosen pembimbing II, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Bapak Abdul Haris S. S.Pd., M.Pd selaku Koordinator Skripsi Pendidikan Teknik Sipil/Bangunan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Ibu Anis Rahmawati S.T.,M.T selaku Dosen pembimbing I, yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini. 6. Teman-teman mahasiswa Program Teknik Bangunan angkatan tahun

(11)

7. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya.

Surakarta, 4 Juli 2012

(12)

DAFTAR ISI Halaman JUDUL ... i PERNYATAAN ... ii PENGAJUAN ... iii PERSETUJUAN ... iv PENGESAHAN ... v ABSTRAK ... vi MOTTO ... viii PERSEMBAHAN ... ix KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR PERSAMAAN ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 7

B. Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berfikir ... 27

D. Hipotesis ... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 29

(13)

C. Teknik Pengumpulan Data ... 31

D. Rancangan Penelitian ... 34

E. Teknik Analisa Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 51

B. Pengujian Persyaratan Analisis ... 56

C. Pengujian Hipotesis ... 64

D. Analisa dan Pembahasan ... 78

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan ... 111

B. Implikasi ... 112

C. Saran ... 112

DAFTAR PUSTAKA ... 114

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Perkembangan Produksi Padi ... 2

2 Lapisan Tanah ... 9

3 Proses Pembakaran Pada Pembuatan Batu Bata ... 19

4 Sekam Padi ... 23

5 Abu Sekam Padi ... 23

6 Paradigma Penelitian ... 27

7 Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian ... 30

8 Alur Penelitian ... 45

9 Skema Pembuatan Batu Bata ... 46

10 Grafik Output SPSS Hubungan Berat Jenis dan Variasi Abu Sekam Padi ... 81

11 Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Berat Jenis ... 82

12 Grafik Output SPSS Hubungan Susut Bakar dan Variasi Abu Sekam Padi ... 83

13 Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Susut Bakar ... 84

14 Grafik Output SPSS Hubungan Porositas dan Variasi Abu Sekam Padi. 85 15 Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Porositas ... 86

16 Grafik Output SPSS Hubungan Kuat Tekan dan Variasi Abu Sekam Padi ... 87

17 Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Kuat Tekan ... 88

18 Grafik Output SPSS Hubungan Kuat Patah dan Variasi Abu Sekam Padi ... 89

19 Hubungan Variasi Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi dan Kuat Patah ... 90

(15)

21 Hubungan Lama Pembakaran dan Berat Jenis ... 93

22 Grafik Output SPSS Hubungan Susut Bakar dan Lama Pembakaran ... 94

23 Hubungan Lama Pembakaran dan Susut Bakar ... 95

24 Grafik Output SPSS Hubungan Porositas dan Lama Pembakaran ... 97

25 Hubungan Lama Pembakaran dan Porositas ... 98

26 Grafik Output SPSS Hubungan Kuat Tekan dan Lama Pembakaran ... 100

27 Hubungan Lama Pembakaran dan Kuat Tekan ... 101

28 Grafik Output SPSS Hubungan Kuat Patah dan dan Lama Pembakaran.. 103

29 Hubungan Lama Pembakaran dan Kuat Patah ... 104

30 Kesesuaian Berat Jenis Batu Bata Uji dengan Standar ... 105

31 Kesesuaian Susut Bakar Batu Bata Uji dengan Standar SII-0021-1978 .. 106

32 Kesesuaian Porositas Batu Bata Uji dengan Standar SII-0021-1978 ... 107

33 Kesesuaian Kuat Tekan Batu Bata Uji dengan Standar SII-0021-1978 ... 109

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Kebutuhan Pembangunan Perumahan 2010 – 2014 ... 2

2 Komposisi Kimia Tanah Liat ... 7

3 Perkiraan Perubahan Warna Tanah Liat Setelah Proses Pembakaran ... 11

4 Kekuatan Tekan Rata – Rata Batu Bata (SII-002S1,1978) ... 16

5 Komposisi Kimia Abu Sekam Padi ... 24

6 Rincian Sampel Benda Uji ... 31

7 Nilai Indeks Plastisitas dan Macam Tanah ... 51

8 Hasil Uji Rata – rata Berat Jenis Batu Bata ... 52

9 Hasil Uji Rata – rata Susut Bakar Batu Bata ... 53

10 Hasil Uji Rata – rata Porositas Batu Bata ... 54

11 Hasil Uji Rata – rata Kuat Tekan Batu Bata ... 55

12 Hasil Uji Rata – rata Kuat Patah Batu Bata ... 56

13 Hasil Uji Normalitas Berat Jenis Batu Bata ... 57

14 Hasil Uji Normalitas Susut Bakar Batu Bata ... 57

15 Hasil Uji Normalitas Porositas Batu Bata ... 58

16 Hasil Uji Normalitas Kuat Tekan Batu Bata ... 58

17 Hasil Uji Normalitas Kuat Patah Batu Bata ... 59

18 Hubungan Berat Jenis dan Lama Pembakaran ... 60

19 Hubungan Berat Jenis dan Variasi Penambahan Abu Sekam Padi ... 60

20 Hubungan Susut Bakar dan Lama Pembakaran ... 61

21 Hubungan Susut Bakar dan Variasi Penambahan Abu Sekam Padi ... 61

22 Hubungan Porositas dan Lama Pembakaran ... 62

23 Hubungan Porositas dan Variasi Penambahan Abu Sekam Padi ... 62

24 Hubungan Kuat Tekan dan Lama Pembakaran ... 63

25 Hubungan Kuat Tekan dan Variasi Penambahan Abu Sekam Padi ... 63

26 Hubungan Kuat Patah dan Lama Pembakaran ... 64

27 Hubungan Kuat Patah dan Variasi Penambahan Abu Sekam Padi ... 64

(17)

29 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Berat Jenis ... 66

30 Pengaruh Variasi Penambahan Abu Sekam Padi terhadap Berat Jenis .... 66

31 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Susut Bakar ... 66

32 Pengaruh Variasi Penambahan Abu Sekam Padi terhadap Susut Bakar ... 67

33 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Porositas ... 67

34 Pengaruh Variasi Penambahan Abu Sekam Padi terhadap Porositas ... 67

35 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Tekan ... 68

36 Pengaruh Variasi Penambahan Abu Sekam Padi terhadap Kuat Tekan ... 68

37 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Patah ... 69

38 Pengaruh Variasi Penambahan Abu Sekam Padi terhadap Kuat Patah .... 69

39 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Berat Jenis ... 70

40 Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Berat Jenis ... 70

41 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Susut Bakar ... 71

42 Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Susut Bakar ... 71

43 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Porositas ... 71

44 Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Porositas ... 72

45 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Tekan ... 72

46 Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Kuat Tekan ... 72

47 Nilai Koefisien Korelasi dan Persamaan Regresi Kuat Patah ... 73

48Pengaruh Lama Pembakaran terhadap Kuat Patah ... 73

49 Standar Berat Jenis Batu Bata ... 74

50 Standar Susut Bakar Batu Bata ... 75

51 Standar Porositas Batu Bata ... 76

(18)

53 Prosentase Optimal Kuat Patah Batu Bata ... 78

54 Nilai – nilai Berat Jenis ... 79

(19)

DAFTAR PERSAMAAN

Persamaan Halaman

1. Persamaan Kuat Tekan ………... 32

2. Persamaan Kuat Patah ………….………... 32

3. Persamaan Porositas ………..………... 33

4. Persamaan Susut Bakar ………...………... 34

5. Persamaan Berat Jenis ………... 34

6. Persamaan Kadar Air …..………... 37

7. Persamaan Berat Jenis toC .………. 38

8. Persamaan Berat Jenis 27,5oC ..……… 38

9. Persamaan Batas Plastis …..………... 41

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Perhitungan Kebutuhan Bahan ... 118

2 Pengujian Tanah Liat ... 122

3 Data Hasil Pengujian ... 148

4 Analisa Data Hasil SPSS 19 ... 168

5 Uji Linearitas dan Hipotesis ... 213

6 Proses Pembakaran Batu Bata ... 258

(21)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Batu bata merupakan salah satu komponen penting pembangunan perumahan yang memiliki fungsi untuk melindungi rumah dari suhu, hujan, maupun fungsi lainnya. Penggunaan batu bata dalam dunia konstruksi baik sebagai elemen struktur maupun non struktur belum dapat tergantikan. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya proyek konstruksi yang memanfaatkan batu bata sebagai dinding pada pembangunan gedung dan perumahan, pagar, saluran, dan pondasi.

Tanah liat menjadi bahan dasar dalam pembuatan batu bata yang memiliki sifat plastis dan susut kering. Sifat plastis pada tanah liat sangat penting untuk mempermudah dalam proses awal pembuatan batu bata. Apabila tanah liat yang dipakai terlalu plastis, maka akan mengakibatkan batu bata yang dibentuk mempunyai sifat kekuatan kering yang tinggi sehingga akan mempengaruhi kekuatan, memperbesar penyusutan, dan mempengaruhi hasil pembakaran batu bata yang sudah jadi.

Meningkatnya kebutuhan perumahan saat ini menyebabkan kebutuhan akan bahan bangunan semakin meningkat. Seperti diketahui bahan yang digunakan untuk bangunan terdiri dari bahan-bahan atap, dinding dan lantai. Kebutuhan masyarakat akan perumahan tidak pernah surut bahkan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dapat terlihat dari kenyataan bahwa perumahan yang dibuat selalu laku terjual. Bisa dilihat sepanjang periode 2010 – 2014, pertumbuhan rumah diperkirakan akan mencapai 3,54 juta rumah. Berdasarkan tabel 1.1 dapat dinyatakan bahwa kebutuhan pembangunan perumahan pada periode 2010 – 2014 akan mencapai 5,39 juta unit.

(22)

Tabel 1.1. Kebutuhan Pembangunan Perumahan 2010 – 2014

Sumber: http://andriakbar.blogspot.com.

Negara Indonesia adalah negara agraris, sehingga perubahan di bidang pertanian merupakan salah satu program utama yang terus – menerus ditingkatkan oleh pemerintah Indonesia mengingat sebagian besar masyarakat Indonesia bekerja di bidang pertanian. Peningkatan perubahan di bidang pertanian dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tetapi seiring dengan meningkatnya produksi pertanian (padi) timbul masalah baru, yaitu berlimpahnya limbah pertanian yang belum dimanfaatkan secara maksimal seperti sekam padi. Berdasarkan gambar 1.1 dinyatakan bahwa persentase peningkatan produksi padi dari tahun 2009 – 2011.

Gambar 1.1. Perkembangan produksi padi. (Sumber: http://www.scribd.com)

Sekam padi atau kulit padi adalah bagian terluar dari butir padi yang menjadi hasil sampingan saat proses penggilingan padi dilakukan sekitar 20 % dari bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15 % dari komposisi sekam adalah abu sekam padi yang dihasilkan saat sekam tersebut dibakar. Sekam padi

(23)

mengandung abu yang mempunyai kandungan silika yang tinggi dan selulosa yang menghasilkan karbon ketika terdekomposisi secara termal.

Abu sekam padi merupakan hasil dari sisa pembakaran sekam padi, Abu sekam padi merupakan salah satu bahan yang potensial digunakan di Indonesia karena produksi yang tinggi dan penyebaran yang luas. Bila abu sekam padi dibakar pada suhu terkontrol, abu sekam yang dihasilkan dari sisa pembakaran mempunyai sifat campuran yang tinggi karena mengandung silika. Selama proses perubahan sekam padi menjadi abu, pembakaran menghilangkan zat-zat organik dan meninggalkan sisa yang kaya akan silika. Perlakuan panas pada sekam menghasilkan perubahan struktur yang berpengaruh pada dua hal. Yaitu tingkat aktivitas campuran dan kehalusan butiran abunya.

Penelitian tentang abu sekam sendiri sudah pernah dilakukan oleh Masthura. (2010) yang berjudul “Karakterisasi Batu Bata Dengan Campuran Abu Sekam Padi”, dari penelitian ini didapatkan hasil-hasil yakni, telah dilakukan pembuatan batu bata lempung dengan campuran berupa abu sekam padi yang dicetak dengan cara pemadatan, pengeringan dan dibakar pada temperatur 800oC. Setelah umur pengeringan 7 hari, dilakukan pengujian karakteristik sifat sifat mekanik dan fisis benda uji seperti; kuat tekan, kuat patah, porositas, dan susut bakar. Batu bata dibuat dengan variasi campuran 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% abu sekam padi terhadap tanah lempung, dari hasil pengujian diperoleh hasil kuat tekan yaitu 5,68 MPa – 10,97 MPa, hasil pengujian kuat patah yaitu 0,53 MPa – 3,08 MPa, pengujian porositas yaitu 27,98% - 34,67% dan pengujian susut bakar yaitu 0,34% - 1,72%. Hasil ini menunjukkan bahwa batu bata dapat dibuat dengan memanfaatkan abu sekam padi pada campuran 5% - 20%.

Penelitian ini merupakan pengembang dari beberapa penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian-penelitian batu bata secara umum yaitu mengembangkan metode terbaru untuk bahan tambahan batu bata yang dapat meningkatkan waktu pembakaran. Titik berat fokus permasalahan pada penelitian ini adalah mempercepat proses pembakaran batu bata dengan penambahan abu sekam padi.

(24)

Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mencoba melakukan penelitian pada abu sekam padi sebagai campuran pada pembuatan batu bata sehingga pemanfaatan limbah dari pengolahan padi tidak terbuang sia – sia, tetapi akan memiliki nilai guna yang sangat tinggi dan sekaligus menambah kualitas batu bata yang diproduksi oleh masyarakat sendiri baik secara tradisional maupun modern, maka penulis merancang sebuah penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggantian Sebagian Tanah Liat dengan Abu Sekam Padi dan Lama Pembakaran Terhadap Karakteristik Fisis dan Mekanik Batu Bata”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :

1. Waktu pembakaran batu bata yang terlalu lama meningkatkan biaya produksi. 2. Limbah sekam padi yang masih berlimpah dan belum dimanfaatkan secara

maksimal.

3. Pemanfaatan limbah sekam padi menjadi abu sekam padi untuk bahan pengganti sebagian pembuatan batu bata.

4. Belum diketahui pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan mekanik batu bata.

5. Belum diketahui prosentase optimal penggantian sebagian abu sekam padi untuk mendapatkan lama pembakaran minimal dengan kekuatan batu bata yang dihasilkan memenuhi standar SII-0021-1978.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah serta agar masalah yang dikaji dalam penelitian ini menjadi terarah dan tidak melebar terlalu jauh maka dibuat batasan masalah sebagai berikut:

1. Pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap karakteristik mekanik dan fisis batu bata. Sifat mekanik batu bata yang ditinjau adalah kuat tekan, kuat patah. Sedangkan sifat fisis yang ditinjau adalah porositas, susut bakar dan berat jenis.

(25)

2. Variabel penelitian adalah presentase penggantian sebagian abu sekam padi dan lama pembakaran.

3. Abu sekam padi yang digunakan adalah dari sekam padi yang dibakar. 4. Variasi penggantian sebagian abu sekam padi yaitu 0%, 5%, 10%, 15% dan

20% terhadap volume batu bata.

5. Variasi lama pembakaran yaitu 12 jam, 18 jam, 24 jam, 30 jam.

6. Benda uji berupa batu bata merah yang terbuat dari tanah liat dengan dimensi 23 cm x 11 cm x 5 cm.

7. Tanah liat yang digunakan adalah tanah lempung alluvial yaitu lempung yang terdapat di persawahan dan tersebar diseluruh pulau Jawa.

8. Pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap karakteristik fisis dan mekanik batu bata.

9. Pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan mekanik batu bata 10.Prosentase optimal penggantian sebagian abu sekam padi untuk mendapatkan

karakterisik mekanik dan fisis yang sesuai dengan standar SII-0021-1978 pada batu bata dengan lama pembakaran minimal.

11.Tidak meninjau besarnya suhu pembakaran.

12.Tidak meninjau reaksi kimia pada saat pencampuran, pengadukan dan pembakaran.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang masalah tersebut maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap karakteristik fisis dan mekanik batu bata?

2. Adakah pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan mekanik batu bata?

3. Berapakah prosentase optimal penggantian sebagian abu sekam padi dengan lama pembakaran batu bata minimal untuk mencapai karakteristik fisis dan mekanik batu bata sesuai standar SII-0021-1978?

(26)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan pembatasan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap karakteristik fisis dan mekanik batu bata.

2. Untuk mengetahui pengaruh lama pembakaran terhadap karakteristik fisis dan mekanik batu bata.

3. Untuk mengetahui prosentase optimal penggantian sebagian abu sekam padi dengan lama pembakaran batu bata minimal untuk mencapai karakteristik fisis dan mekanik batu bata sesuai standar SII-0021-1978.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini begitu penting karena dapat menghasilkan informasi yang dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan informasi dalam bidang ilmu pengetahuan bahan bangunan pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap karakteristik fisis dan mekanik batu bata.

b. Memberikan informasi tentang pemanfaatan sekam padi sebagai bahan pengganti sebagian pembuatan bahan bangunan khususnya batu bata. c. Sebagai penelitian pengembang untuk penelitian lain yang relevan. d. Sebagai pendukung teori-teori penelitian sebelumnya.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi tentang pemanfaatan sekam padi menjadi abu sekam padi yang bisa dijadikan komoditas komersial.

b. Memberikan informasi tentang abu sekam padi yang bisa mempercepat lama pembakaran batu bata sehingga produksi batu bata lebih efisien. c. Memberikan alternatif konstruksi bangunan yang dapat mengurangi atau

memanfaatkan limbah padi serta memperoleh bata dengan mutu yang baik dan lama pembakaran yang minimal.

(27)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Tanah Liat

a. Definisi Tanah Liat

Tanah liat merupakan bahan dasar yang dipakai dalam pembuatan batu bata, dimana kegunaannya sangat menguntungkan bagi manusia karena bahannya yang mudah didapat dan pemakaian hasilnya yang sangat luas. Kira-kira 70% atau 80% dari kulit bumi terdiri dari batuan yang merupakan sumber tanah liat. Tanah liat banyak ditemukan di areal pertanian terutama persawahan.

Tanah liat memiliki sifat-sifat yang khas yaitu bila dalam keadaan basah akan mempunyai sifat plastis tetapi bila dalam keadaan kering akan menjadi keras, sedangkan bila dibakar akan menjadi padat dan kuat. Pada umumnya, masyarakat memanfaatkan tanah liat atau lempung ini sebagai bahan baku pembuatan bata dan gerabah. Berdasarkan tabel 2.1 dapat dilihat komposisi kimia tanah liat.

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Tanah Liat

No Unsur Kimia Jumlah (%)

1 SiO2 59,14 2 Al2O3 15,34 3 Fe2O3 + FeO 6,88 4 CaO 5,08 5 Na2O 3,84 6 MgO 3,49 7 K2O 1,13 8 H2O 1,15 9 TiO2 1,05 10 Lain – lain 2,9

(28)

b. Jenis – Jenis Tanah Liat (Lempung)

Jenis tanah yang dibentuk dari hasil pelapukan batuan tentunya berbeda antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya. Hal ini sangat dipengaruhi oleh jenis batuan yang membentuknya. Menurut susunannya, lapisan tanah terdiri atas lapisan tanah atas, lapisan tanah bawah, dan bahan induk tanah. (http://asihpujiariani.blogspot.com). 1) Lapisan atas

Lapisan atas merupakan lapisan yang terbentuk dari hasil pelapukan batuan dan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati. Lapisan itu merupakan tanah yang paling subur.

2) Lapisan tengah

Tanah lapisan terbentuk dari campuran antara hasil pelapukan batuan dan air. Lapisan tersebut terbentuk karena sebagian bahan lapisan atas terbawa oleh air dan mengendap. Lapisan ini biasa disebut tanah liat. 3) Lapisan bawah

Tanah lapisan bawah merupakan lapisan yang terdiri atas bongkahan-bongkahan batu. Di sela-sela bongkahan-bongkahan terdapat hasil pelapukan batuan. Jadi, masih ada batu yang belum melapuk secara sempurna. 4) Lapisan batuan induk

Lapisan batuan induk berupa bebatuan yang padat.

Tanah liat terbentuk dari partikel-partikel yang sangat kecil terutama dari mineral-mineral yang disebut Kaolinit, yaitu persenyawaan dari Oksida Alumina (Al2O3), dengan Oksida Silica (SiO2) dan Air (H2O).

Berdasarkan gambar 2.1 dapat dilihat lapisan – lapisan yang terdapat dalam tanah.

(29)

Gambar 2.1. Lapisan tanah. (Sumber:http://www.google.co.id) c. Sifat – Sifat Tanah Liat (Le mpung)

Tanah liat (lempung) mempunyai sifat – sifat fisis dan kimia yang penting, antara lain: (Daryanto, 1994) dalam Masthura (2010).

1) Plastisitas

Plastisitas atau keliatan tanah liat ditentukan oleh kehalusan partikel – partikel tanah liat. Kandungan plastisitas tanah liat bervariasi. Tergantung kehalusan dan kandungan lapisan airnya. Plastisitas berfungsi sebagai pengikat dalam proses pembentukan sehingga batu bata yang dibentuk tidak mengalami keretakan atau berubah bentuk. Tanah liat dengan plastisitas yang tinggi juga akan sukar dibentuk sehingga perlu ditambahkan bahan bahan yang lain.

2) Ke mampuan Bentuk

Tanah liat yang digunakan untuk membuat keramik, batu bata dan genteng harus memiliki kemampuan bentuk agar dapat berdiri tanpa mengalami perubahan bentuk baik pada waktu proses maupun setelah pembentukan. Tanah liat dikatakan memiliki daya kerja apabila mempunyai plastisitas dan kemampuan bentuk yang baik sehingga mudah dibentuk dan tetap mempertahankan bentuknya.

3) Daya Suspensi

Daya suspensi adalah sifat yang memungkinkan suatu bahan tetap dalam cairan. Flokulan merupakan suatu zat yang akan menyebabkan

(30)

butiran – butiran tanah liat berkumpul menjadi butiran yang lebih besar dan cepat mengendap, contohnya: magnesium sulfat. Deflokulan merupakan suatu zat yang akan mempertinggi daya suspensi (menghablur) sehingga butiran – butiran tanah liat tetap melayang, contohnya: waterglass/sodium silikat, dan sodium karbonat.

4) Penyusutan

Tanah liat untuk mengalami dua kali penyusutan, yakni susut kering (setelah mengalami proses pengeringan) dan susut bakar (setelah mengalami proses pembakaran). Penyusutan terjadi karena menguapnya air selaput pada permukaan dan air pembentuk atau air mekanis sehingga butiran – butiran tanah liat menjadi rapat. Pada dasarnya susut bakar dapat dianggap sebagai susut keseluruhan dari tanah liat sejak dibentuk, dikeringkan sampai dibakar. Persentase penyusutan yang dipersyaratkan untuk jenis tanah liat earthenware sebaiknya antara 10% - 15%. Tanah liat yang terlalu plastis pada umumnya memiliki persentase penyusutan lebih dari 15% sehingga mengalami resiko retak/pecah yang tinggi. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan pasir halus.

5) Suhu Bakar

Suhu bakar berkaitan langsung dengan suhu kematangan, yaitu kondisi benda yang telah mencapai kematangan pada suhu tertentu secara tepat tanpa mengalami perubahan bentuk, sehingga dapat dikatakan tanah liat tersebut memiliki kualitas kemampuan bakar. Dalam proses pembakaran tanah liat akan mengalami proses perubahan (ceramic change) pada suhu sekitar 600°C, dengan hilangnya air pembentuk dari bahan benda.

6) Warna Bakar

Warna bakar tanah liat dipengaruhi oleh zat/bahan yang terikat secara kimiawi pada kandungan tanah. Warna pada tanah liat disebabkan oleh zat yang mengotorinya, warna abu – abu sampai hitam mengandung zat arang dan sisa – sisa tumbuhan, warna merah disebabkan oleh

(31)

oksida besi (Fe). Perubahan warna batu bata merah dari keadaan mentah sampai setelah dibakar biasanya sulit dipastikan. Berdasarkan tabel 2.2 dapat dilihat perkiraan perubahan warna tanah liat mentah setelah proses pembakaran.

Tabel 2.2. Perkiraan Perubahan Warna Tanah Liat Setelah Proses Pembakaran

Warna tanah liat mentah Kemungkinan perubahan warna setelah dibakar 1. Merah

2. Kuning tua 3. Cokelat 4. Putih

5. Abu-abu ata hitam 6. Hijau

7. Merah, kuning, abu-abu tua

Merah atau cokelat

Kuning tua, cokelat atau merah Merah atau cokelat

Putih atau putih kekuningan Merah, kuning tua atau putih Merah

Pertama merah lalu krem, kuning tua atau kuning kehijauan pada saat melebur

(Hartono 1987: 24) dalam Masthura (2010)

7) Porositas

Porositas atau absorbsi adalah persentase penyerapan air oleh badan keramik atau batu bata. Persentase porositas ditentukan oleh jenis badan, kehalusan unsur badan, penambahan pasir, kepadatan dinding bahan, serta suhu bakarnya. Tanah liat poros biasanya fragile, artinya pada bentuk – bentuk tertentu bila mendapatkan sentakan agak keras akan mudah patah/pecah. Tanah liat earthenware umumnya mempunyai porositas paling tinggi sekitar 5% - 10% bila dibandingkan dengan stoneware atau porselin.

8) Kekuatan Ke ring

Kekuatan kering merupakan sifat tanah liat yang setelah dibentuk dan kondisisnya cukup kering mempunyai kekuatan yang stabil, tidak berubah bila diangkat untuk keperluan finishing, pengeringan serta penyusunan dalam pembakaran. Kekuatan kering dipengaruhi oleh

(32)

kehalusan butiran, jumlah air pembentuk, pencampuran dengan bahan lain dan teknik pembentukan.

9) Struktur Tanah

Struktur tanah merupakan perbandingan besar butiran – butiran tanah dengan bentuk butiran – butiran tersebut. Sifat liat, susut kering dan kekuatan kering sangat tergantung dari struktur tanah liatnya. Struktur tanah liat dibedakan dalam dua golongan yaitu tanah liat sebagai struktur halus dan pasir sebagai struktur kasar.

10)Slaking

Slaking merupakan sifat tanah liat yaitu dapat hancur dalam air menjadi butiran – butiran halus dalam waktu tertentu pada suhu udara biasa. Makin kurang daya ikat tanah liat semakin cepat hancurnya. Sifat slaking ini berhubungan dengan pelunakan tanah liat dan penyimpanannya. Tanah liat yang keras membutuhkan waktu lama untuk hancur, sedangkan tanah liat yang lunak membutuhkan waktu lebih cepat.

2. Batu Bata

a. Definisi Batu Bata

Batu bata adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperatur tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras seperti batu jika didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air.

Batu bata adalah salah satu unsur bangunan dalam pembuatan konstruksi bangunan yang terbuat dari tanah liat ditambah air dengan atau tanpa bahan campuran lain melalui beberapa tahap pengerjaan, seperti menggali, mengolah, mencetak, mengeringkan, membakar pada temperature tinggi hingga matang dan berubah warna, serta akan mengeras

(33)

seperti batu jika didinginkan hingga tidak dapat hancur lagi bila direndam dalam air. (Ramli, 2007) dalam Masthura (2010).

Batu bata mempunyai sifat-sifat fisika sebagai berikut (Van Flack, 1992) dalam Masthura (2010):

1) Merupakan senyawa logam dan non logam.

2) Senyawa ini mempunyai ikatan ionik dan/atau ikatan kovalen. Adanya ikatan ionik ini menyebabkan bahan keramik mempunyai stabilitas yang relatif tinggi dan tahan terhadap perubahan fisika dan kimia yang ekstrim.

3) Pada umumnya keramik bersifat isolator. Keramik seperti batubata lainnya bersifat isolator karena memiliki elektron bebas yang sedikit bahkan tidak ada. Elektron-elektron ini berbagi dengan atom-atom yang berdekatan membentuk ikatan kovalen atau perpindahan electron valensi dari kation ke anion membentuk ikatan ion.

4) Mempunyai modulus elastisitas yang tinggi. Modulus ini menyatakan tingkat kekakuan atau tegangan yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan regangan elastis. Keramik umumnya dianggap material yang getas dan tidak ulet. Sebelum dan sesudah perpatahan, deformasi plastis yang dialami mikrostruktur hanya sedikit bahkan tidak ada sama sekali. Kekuatan keramik pada tegangan kompresi sangat baik, sehingga pada perancangan barang-barang keramik diusahakan agar pemakaian gaya bersifat kompresif. Sebaliknya kekuatan tarik keramik tidak menyolok bahkan rendah karena pengaruh cacat permukaan.

Jika disesuaikan dengan bahan pembuatannya, secara umum batu bata digolongkan dalam 2 jenis:

1) Batu bata tanah liat

Batu bata yang terbuat dari tanah liat ini memiliki 2 kategori utama, yaitu bata biasa dan bata muka.

a) Bata biasa memiliki permukaan dan warna yang tidak menentu. Bata ini digunakan untuk dinding dan ditutup dengan semen. Bata biasa seringkali disebut dengan bata merah.

(34)

b) Bata muka memiliki permukaan yang baik, licin dan mempunyai warna atau corak yang sama. Meski digunakan untuk dinding juga, namun bata muka tidak perlu ditutup lagi dengan semen. Bata muka biasa disebut sebagai bata imitasi.

2) Batu bata pasir kapur

Sesuai dengan namanya, batu bata ini dibuat dari campuran kapur dan pasir dengan perbandingan 1:8 serta air yang ditekankan kedalam campuran sehingga membentuk bata yang sangat padat. Biasa digunakan untuk bagian dinding yang terendam air dan memerlukan kekuatan tinggi. Jika disesuaikan dengan cara pembuatannya, secara umum batu bata digolongkan dalam 2 jenis:

a) Batu bata konvensional

Batu bata ini dibuat dengan cara tradisional dan menggunakan alat-alat yang sederhana. Salah satu ciri dari batu bata konvensional adalah bentuk yang tidak selalu sama, tidak rapi dan bertekstur kasar. Ini dapat dipahami karena pembuatan batu bata konvensional menggunakan alat-alat yang sederhana dan lebih mengutamakan sumber daya manusia dalam pembuatannya.

b) Batu bata pres

Pembuatan batu-bata ini menggunakan bantuan mesin-mesin. Hasilnya adalah batu-bata yang memiliki tekstur halus, memiliki ukuran yang sama dan terlihat lebih rapi. Batu bata pres kerap dimanfaatkan sebagai bangunan pura di Bali. Tapi dewasa ini sudah banyak berkembang untuk membangun rumah. Harga batu bata pres atau sering disebut batu bata expose memang lebih mahal dibandingkan batu bata biasa.

b. Standar Batu Bata

Penilaian terhadap kualitas batu bata dengan campuran abu sekam padi batu bata harus memenuhi syarat-syarat batu bata merah. Adapun syarat-syarat batu bata sebagai bahan bangunan sesuai standar baku SII-0021-1978 yang meliputi:

(35)

1) Pandangan Luar

Batu bata merah harus mempunyai rusuk-rusuk yang tajam dan siku, bidang sisinya harus datar, tidak menunjukkan retak-retak dan perubahan bentuk yang berkelebihan, Bentuk lain yang disengaja karena pencetakan, diperbolehkan. Di samping syarat – syarat tersebut di atas, pembeli dan penjual dapat mengadakan perjanjian tersendiri. 2) Ukuran

Ukuran – ukuran panjang, lebar dan tebal dari bata merah ditentukan dan dinyatakan dalam perjanjian antara pembeli dan penjual (pembuat). Standar Bata Merah di Indonesia oleh Y.D.N.I (Yayasan Dana Normalisasi Indonesia) nomor 15-2094-1991 dalam Siswanti Zuraida (2012), menetapkan suatu ukuran standar untuk bata merah sebagai berikut:

a) Panjang 240 mm, lebar 115 mm dan tebal 52 mm b) Panjang 230 mm, lebar 110 mm dan tebal 50 mm

Penyimpangan terbesar, dari ukuran – ukuran seperti tersebut di atas ini ialah : untuk panjang maksimum 3%, lebar maksimum 4%, tebal maksimum 5%, (Yahya Ibahim, 2002) dalam Masthura (2010), tetapi antara bata – bata dengan ukuran – ukuran yang terbesar dan bata dengan ukuran – ukuran terkecil, selisih maksimum yang diperbolehkan ialah : untuk panjang 10 mm, lebar 5 mm, tebal 4 mm. 3) Kuat Tekan

Tabel 2.3. Kekuatan Tekan Rata-Rata Batu Bata (SII-0021,1978)

Kelas

Kekuatan Tekan Rata-Rata Batu Bata Koefisien Variasi Izin Kg/cm2 N/mm2 25 50 100 150 200 250 25 50 100 150 200 250 2,5 5,0 10 15 20 25 25% 22% 22% 15% 15% 15% (http://digilib.petra.ac.id dalam Siswanti Zuraida, 2012)

(36)

4) Kadar Garam

Benda – benda percobaan tidak boleh menunjukkan tanda – tanda yang menurut hasil pengujian dinyatakan membahayakan. Hasil pengujian dinyatakan dengan kata – kata :

a) Tidak membahayakan

b) Ada kemungkinan membahayakan c) Membahayakan

5) Porositas (Penyerapan)

Menurut Yudha Romadhona (2007) dalam Masthura (2010) Penyerapan, disyaratkan tidak melebihi dari 20%, dan berat jenis batu bata normal berkisar antara 1,8 – 2,6 gr/cm3.

c. Proses Pembuatan Batu Bata

Proses pembuatan batu bata melalui beberapa tahapan, meliputi penggalian bahan mentah, pengolahan bahan, pembentukan, pengeringan, pembakaran, pendinginan, dan pemilihan (seleksi). Adapun tahap-tahap pembuatan batu bata, yaitu sebagai berikut; (Suwardono, 2002) dalam Masthura (2010).

1) Penggalian Bahan Mentah

Penggalian bahan mentah batu bata merah sebaiknya dicarikan tanah yang tidak terlalu plastis, melainkan tanah yang mengandung sedikit pasir untuk menghindari penyusutan. Penggalian tanah dilakukan dengan menggunakan alat tradisional, berupa cangkul. Penggalian dilakukan pada tanah lapisan paling atas kira-kira setebal 40 – 50 cm, sebelumnya tanah dibersihkan dari akar pohon, plastik, daun, dan sebagainya agar tidak ikut terbawa. Kemudian menggali sampai ke bawah sedalam 1,5 – 2,5 meter atau tergantung kondisi tanah. Tanah yang sudah digali dikumpulkan dan disimpan pada tempat yang terlindungi. Semakin lama tanah liat disimpan, maka akan semakin baik karena menjadi lapuk. Tahap tersebut dimaksudkan untuk membusukkan organisme yang ada dalam tanah liat.

(37)

2) Pengolahan Bahan Mentah

Tanah liat sebelum dibuat batu bata merah harus dicampur secara merata yang disebut dengan pekerjaan pelumatan. Pekerjaan pelumatan dilakukan secara manual dengan cara diinjak-injak oleh orang atau hewan dalam keadaan basah dengan kaki atau diaduk dengan tangan. Bahan campuran yang ditambahkan pada saat pengolahan harus benar-benar menyatu dengan tanah liat secara merata. Bahan mentah yang sudah jadi ini sebelum dibentuk dengan cetakan, terlebih dahulu dibiarkan selama 2 sampai 3 hari dengan tujuan memberi kesempatan partikel-partikel tanah liat untuk menyerap air agar menjadi lebih stabil, sehingga apabila dibentuk akan terjadi penyusutan yang merata.

3) Pembentukan Batu Bata

Bahan mentah yang telah dibiarkan 2 – 3 hari dan sudah mempunyai sifat plastisitas sesuai rencana, kemudian dibentuk dengan alat cetak yang terbuat dari kayu atau kaca sesuai ukuran standar NI 15-2094-1991 atau SII-0021-78. Supaya tanah liat tidak menempel pada cetakan, maka cetakan kayu atau kaca tersebut dibasahi air terlebih dahulu. Lantai dasar pencetakan batu bata merah permukaannya harus rata dan ditaburi abu sekam padi. Langkah awal pencetakan batu bata yaitu letakkan cetakan pada lantai dasar pencetakan, kemudian tanah liat yang telah siap dilemparkan pada bingkai cetakan dengan tangan sambil ditekan-tekan ingat tanah liat memenuhi segala sudut ruangan pada bingkai cetakan. Selanjutnya cetakan diangkat dan batu bata mentah hasil dari cetakan dibiarkan begitu saja agar terkena sinar matahari. Batu bata mentah tersebut kemudian dikumpulkan pada tempat yang terlindung untuk diangin-anginkan. Pembentukan ini sebaiknya dilakukan sambil berdiri, untuk itu maka cetakan ditaruh di atas meja besar. Apabila penguletan dilakukan dengan mesin (streng press), maka ujung mesin tersebut dipasang mulut (die) sebagai cetakan yang akan membentuk bata, dari mulut die akan keluar kolom

(38)

lempung yang berbentuk parallel epipedum, dengan pertolongan kawat pemotong tersebut dipotong sesuai dengan ukuran bata yang dikehendaki.

4) Pengeringan Batu Bata

Pengeringan batu bata yang dibuat secara tradisional, proses pengeringannya mengandalkan kemampuan alam. Proses pengeringan batu bata akan lebih baik bila berlangsung secara bertahap agar panas dari sinar matahari tidak jatuh secara langsung, maka perlu dipasang penutup plastik. Apabila proses pengeringan terlalu cepat dalam artian panas sinar matahari terlalu menyengat akan mengakibatkan retakan – retakan pada batu bata nantinya. Batu bata yang sudah berumur satu hari dari masa pencetakan kemudian dibalik. Setelah cukup kering, batu batatersebut ditumpuk menyilang satu sama lain agar terkena angin. Proses pengeringan batu bata memerlukan waktu dua hari jika kondisi cuacanya baik. Sedangkan pada kondisi udara lembab, maka proses pengeringan batu bata sekurang – kurangnya satu minggu. 5) Pembakaran Batu Bata

Pembakaran yang dilakukan tidak hanya bertujuan untuk mencapai suhu yang dinginkan, melainkan juga memperhatikan kecepatan pembakaran untuk mencapai suhu tersebut serta kecepatan untuk mencapai pendinginan. Selama proses pembakaran terjadi perubahan fisika dan kimia serta mineralogy dari tanah liat tersebut. Proses pembakaran batu bata harus berjalan seimbang dengan kenaikan suhu dan kecepatan suhu, ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan, yaitu : (Suwardono, 2002) dalam Masthura (2010).

a) Tahap pertama adalah penguapan (pengeringan), yaitu pengeluaran air pembentuk, terjadi hingga temperatur kira – kira 120°C. b) Tahap oksidasi, terjadi pembakaran sisa – sisa tumbuhan (karbon)

yang terdapat di dalam tanah liat. Proses ini berlangsung pada temperatur 650 – 800°C.

(39)

c) Tahap pembakaran penuh yakni bata dibakar hingga matang dan terjadi vitrifikasi hingga menjadi bata padat. Temperatur matang bervariasi antara 920 – 1020°C tergantung pada sifat tanah liat yang dipakai.

d) Tahap penahanan yakni penahanan temperatur selama 1 – 2 jam, pada tahap 1, 2 dan 3 kenaikan temperatur harus perlahan – lahan, agar tidak terjadi kerugian pada batanya. Antara lain : pecah – pecah, noda hitam pada bata, pengembangan, dan lain – lain. Berdasarkan gambar 2.2 dapat dinyatakan pada gambar (a) diperlihatkan bahwa partikel tanah liat sebelum dibakar mempunyai dua permukaan terpisah yang berdekatan. Setelah terbakar, butir-butir mempunyai satu batas, seperti yang diperlihatkan pada gambar (b) Gaya gerak untuk pembakaran adalah pengurangan luas permukaan (yang berarti pengurangan energi permukaaan).

Gambar 2.2. Proses Pembakaran Pada Pembuatan Batu Bata Sumber : Van Vlack (1992) dalam Masthura (2010) Faktor-faktor yang menentukan proses dan mekanisme pembakaran antara lain jenis bahan, komposisi, bahan pengotornya dan ukuran partikel. Proses pembakaran dapat berlangsung apabila:

(1)Adanya transfer energi materi diantara butiran yang disebut proses difusi.

(2)Adanya sumber energi yang daat mengaktifkan transfer materi, energi tersebut digunakan untuk menggerakkan butiran hingga terjadi kontak dan ikatan sempurna. Difusi adalah aktivitas termal

(40)

yang berarti bahwa terdapat energi minimum yang dibutuhkan untuk pergerakan atom atau ion dalam mencapai energi yang sama. 6) Pemilihan (Seleksi) Batu Bata

Bata yang telah dibakar kemudian didinginkan, dibongkar dari dalam tungku. Pembongkaran ini biasanya dapat dilakukan bila temperature telah cukup rendah, di bawah 50°C. Bata tersebut dipilih, biasanya kriteria untuk pemilihan batu bata adalah sebagai berikut :

a) Kematangan bata mudah dibedakan dengan warnanya : (1) Hitam, terlalu matang.

(2) Merah, matang.

(3) Abu – abu/cream, masih mentah. b) Bunyi dan warnanya

c) Ukuran bata terlalu kecil atau terlalu besar. Kriteria yang baik dengan sendirinya harus disesuaikan dengan standar yang berlaku. d. Karakteristik

Untuk mengetahui sifat dan kemampuan suatu material maka perlu dilakukan pengujian dan analisis. Beberapa jenis pengujian dan analisis yang dibahas untuk keperluan penelitian ini antara lain: pengujian sifat fisis (porositas, berat jenis dan susut bakar), pengujian sifat mekanik (kuat tekan dan kuat patah).

1) Kuat Tekan (Compresive Strength)

Kuat tekan suatu material didefenisikan sebagai kemampuan material dalam menahan beban atau gaya mekanis sebagai kemampuan material dalam menahan beban atau gaya mekanis sampai terjadinya kegagalan

(failure). (E.P.Popov, 1995) dalam Masthura (2010). 2) Kuat Patah (Bending Strength)

Kekuatan Patah sering juga disebut dengan Modulus of Rapture (MOR) yang menyatakan ukuran ketahanan material terhadap tekanan mekanis dan tekanan panas (thermal Stress) selama penggunaannya. Kekuatan patah ini berkaitan dengan komposisi, struktur material, pori-pori, dan ukuran butiran. Ada dua cara pengujian untuk

(41)

menentukan kekuatan bahan yang berdasarkan tumpuan, yaitu tiga titik tumpu (three point bending) dan empat titik tumpu (four point bending). Dalam hal ini di batasi hanya pada pengujian tiga titik tumpu saja. (ASTM C. 170-90) dalam Masthura (2010).

3) Porositas

Porositas dapat didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah volume lubang-lubang kosong yang dimiliki oleh zat padat (volume kosong) dengan jumlah dari volume zat padat yang ditempati oleh zat padat. Porositas pada suatu material dinyatakan dalam persen (%) rongga fraksi volume dari suatu rongga yang ada dalam material tersebut. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0% sampai dengan 90% tergantung dari jenis dan aplikasi material tersebut. Semakin banyak porositas yang terdapat pada benda uji maka semakin rendah kekuatannya, begitu pula sebaliknya. Van Flack (1992) dalam Masthura (2010).

4) Susut Bakar

Susut Bakar adalah perubahan dimensi atau volume bahan yang telah dibakar. Salah satu parameter yang menunjukkan terjadinya proses sintering adalah penyusutan akibat adanya perubahan mikrostruktur (butir atau batas butir). Persamaan yang dipakai untuk menentukan besarnya susut bakar adalah: Anwar Dharma (2007) dalam Masthura (2010).

5) Berat jenis

Berat jenis adalah perbandingan relatif antara massa jenis sebuah zat dengan massa jenis air murni. Air murni bermassa jenis 1 g/cm³ atau 1000 kg/m³. (Wikipedia).

3. Air

Untuk pembuatan batu bata perlu bahan air, agar tanah liat mempunyai sifat plastis yang sangat diperlukan di dalam pembentukannya, bila susut bakar dan susut keringnya terlalu tinggi. Air yang digunakan untuk tujuan ini harus mempunyai syarat – syarat sebagai berikut :

(42)

a. Air cukup banyak dan kontinyu sepanjang tahun. Kadar air untuk tanah liat kira – kira 30%.

b. Air harus tidak sadah tidak mengandung garam yang larut di dalam air, seperti garam dapur.

c. Air cukup bersih, tidak mengandung bibit penyakit. 4. Abu Sekam Padi

Sekam padi merupakan salah satu limbah dari produk pertanian. Sekam padi atau kulit padi adalah bagian terluar dari butir padi yang menjadi hasil sampingan saaat proses penggilingan padi dilakukan sekitar 20 % dari bobot padi adalah sekam padi dan kurang lebih 15 % dari komposisi sekam adalah abu sekam padi yang dihasilkan saat sekam tersebut dibakar. Sekam padi mengandung abu yang mempunyai kandungan silica yang tinggi dan selulosa yang menghasilkan karbon ketika terdekomposisi secara termal.

Dalam proses penanganan pascapanen dan pengolahan hasil pertanian akan dihasilkan produk utama, produk samping dan sisa atau limbah. Pada tanaman padi produk utamanya adalah beras, produk samping berupa menir dan bekatul dan limbah padi berupa jerami dan sekam. Proses penghancuran limbah secara alami berlangsung secara lambat sehingga tidak saja mengganggu estetika, tetapi dapat menimbulkan dampak polusi yang mencemari lingkungan dan kesehatan manusia.

Limbah dapat diproses menjadi produk industri, energi, bahan bangunan, farmasi dan bahan kimia. Pada saat ini limbah padi sudah banyak dimanfaatkan misalnya saja jerami untuk media tumbuh jamur merang, sekam untuk membakar tembikar, abu gosok, alas kandang dan campuran pada pembuatan batu bata. Namun demikian, pemanfaatan limbah masih perlu ditingkatkan lagi untuk memberi nilai tambah dan daya guna sehingga lebih bermanfaat bagi manusia. Pada gambar 2.3 dapat dilihat contoh sekam padi.

(43)

Gambar 2.3. Sekam Padi (Sumber: http://etd.eprints.ums.ac.id)

Abu sekam padi merupakan hasil dari sisa pembakaran sekam padi, Abu sekam padi merupakan salah satu bahan yang potensial digunakan di Indonesia karena produksi yang tinggi dan penyebaran yang luas. Bila abu sekam padi dibakar pada suhu terkontrol, abu sekam yang dihasilkan dari sisa pembakaran mempunyai sifat pozzolan yang tinggi karena mengandung silika. Berdasarkan gambar 2.4 dapat dilihat contoh abu sekam padi.

Gambar 2.4. Abu Sekam Padi (Sumber: http://www.google.co.id)

Selama proses perubahan sekam padi menjadi abu, pembakaran memghilangkan zat-zat organik dan meninggalkan sisa yang kaya akan silika. Perlakuan panas pada sekam menghasilkan perubahan struktur yang berpengaruh pada dua hal yaitu tingkat aktivitas pozzolan dan kehalusan

(44)

butiran abunya. Berdasarkan tabel 2.4 dapat dilihat komposisi kimia abu sekam padi.

Tabel 2.4. Komposisi Kimia Abu Sekam Padi

No Komponen Jumlah

(dalam % berat kering)

1 SiO2 86,90 – 97,30 2 K2O 0,58 – 2,50 3 Na2O 0,01 – 1,75 4 CaO 0,20 – 1,50 5 MgO 0,12 – 1,96 6 Fe2O3 0,01 – 0,54 7 P2O5 0,20 – 2,85 8 SO3 0,10 – 1,13 9 Cl 0,01 – 0,42

(Sumber: Rina Wardany) dalam Masthura (2010)

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dan dijadikan referensi pada penelitian ini diantaranya :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Masthura (2010), yang berjudul “Karakterisasi Batu Bata Dengan Campuran Abu Sekam Padi”. Dari penelitian ini didapatkan hasil-hasil yakni, Telah dilakukan pembuatan batu bata lempung dengan campuran berupa abu sekam padi yang dicetak dengan cara pemadatan, pengeringan dan dibakar pada temperatur 800oC. Setelah umur pengeringan 7 hari, dilakukan pengujian karakteristik sifat sifat mekanik dan fisis benda uji seperti; Kuat tekan, kuat patah, porositas, dan susut bakar. Batu bata dibuat dengan variasi campuran 0%, 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% abu sekam padi terhadap tanah lempung. Dari hasil pengujian diperoleh hasil kuat tekan yaitu 5,68 MPa – 10,97 MPa, hasil pengujian kuat patah yaitu 0,53

(45)

MPa – 3,08 MPa, pengujian porositas yaitu 27,98% - 34,67% dan pengujian susut bakar yaitu 0,34% - 1,72%. Hasil ini menunjukkan bahwa batu bata dapat dibuat dengan memanfaatkan abu sekam padi pada campuran 5% - 20%. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Khairul Lakum C (2010). Penelitian ini

berjudul “Pe manfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Campuran Untuk Peningkatan Kekuatan Beton”, dari penelitian ini didapatkan hasil – hasil yakni, dalam penelitian ini, abu sekam padi digunakan sebagai pengganti sebagian semen dalam pembuatan beton. Kadar abu sekam padi yang dipergunakan adalah 5%,10%,15%,20%, dan 25% dari jumlah semen. Benda uji dibuat dengan komposisi campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil, untuk pembuatan beton normal, dan penambahan abu sekam padi untuk pembuatan beton dengan campuran abu sekam padi. Pengujian yang dilakukan terhadap beton, meliputi pengujian kuat tekan, porositas, dan penyerapan air, dan dari hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan abu sekam padi dengan kadar 5% dan 10% dari jumlah semen, akan dapat meningkatkan kuat tekan beton sebesar 28,48% dan 47,25%, dari kuat tekan beton normal. Selain itu pemanfaatan abu sekam padi dengan kadar 5% dan 10% pada pembuatan beton, juga akan memperkecil porositas dan penyerapan air oleh beton, dari hasil penelitian penyerapan air berkurang 1,6% dan 2,42% dari beton normal.dan porositas beton berkurang sebesar 2,65% dan 6,22% dari beton normal.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Christiawan dan Seno Darmanto (2008), dengan judul “Perlakuan Bahan Bata Merah Berserat Abu Sekam Padi”. Melalui penelitian tersebut diketahui bahwa penambahan serat alam (abu sekam padi) pada pada campuran cenderung meningkatkan produksi bata sehubungan kenaikan volume campuran. Bata berserat alam mempunyai massa relatif lebih rendah dibandingkan dengan bata tanah liat murni. Di sisi lain kenaikan kadar serat alam dalam spesimen bata akan meningkatkan penyusutan bata yang ditandai dengan dimensi spesimen yang berkurang. Dan kuat tekan bata dengan pengisi serat alam abu sekam padi cenderung menurun dibandingkan dengan kuat tekan spesimen bata tanah liat murni.

(46)

4. Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian tentang abu sekam sendiri sudah pernah dilakukan oleh. Muntohar, A, S. dan B. Hantoro (2001) dalam Ridwan Hadi Rianto (2007). Penelitian ini berjudul “Pengaruh Abu Sekam Terhadap Proses Stabilisasi Tanah Le mpung”, dari penelitian ini didapatkan hasil-hasil yakni, abu sekam dapat mengurangi kembang susut dari tanah lempung dengan melihat penurunan indeks plastis-nya dari 41,25% menjadi 0,96% pada kadar abu sekam 12-12,5 %, Potensi kembang susutnya sendiri menurun dari 19,23 % menjadi 0,019 %, nilai CBR tanah meningkat dari 3,03% menjadi 16,3% pada kadar abu sekam 6-12.5%, friksi internalnya meningkat dari 5,36 menjadi 23,85, kohesi tanahnya meningkat dari 54.32 kN/m2 menjadi 157,19 kN/m2, peningkatan parameter geser akibat CBR menjadi 4.131 kN/m2 dari yang sebelumnya 391,12 kN/m2, pada kadar abu sekam 6-10%, penurunan konsolidasi mengecil, yaitu dari 0,03 menjadi 0,006. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Herina, F. S. (2000) dalam Ridwan Hadi Rianto (2007) yang berjudul “Kajian Pemanfaatan Abu Sekam Padi Sebagai Bahan Stabilisasi Tanah Fondasi Ekspansif Untuk Bangunan Sederhana”. Dari penelitian ini didapatkan hasil-hasil sebagai berikut: a. Abu sekam padi yang mengandung silikat tinggi dapat bersifat sementasi

jika dicampur dengan kapur dan air, dengan memeksimalkan sifat ini diharapkan abu sekam dapat mengendalikan ketidak stabilan tanah ekspansif dengan mengikat mineral penyebab ekspansinya (montmorillonite).

b. Komposisi campuran 5% abu sekam + kapur dan 95% tanah asli memberikan kadar air optimum 27,42%, dan berat isi 0,55 gr/cm3

c. Melalui tahapan campuran yang benar komposisi 5% bahan stabilisator mampu meningkatkan kestabilan dan daya dukung fondasi.

d. Campuran dengan komposisi 15% bahan stabilisator menunjukkan hasil yang sedikit berbeda dengan komposisi 5%.

(47)

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian dalam kajian pustaka, diuraikan kerangka berfikir “Pengaruh Penggantian Sebagian Tanah Liat dengan Abu Sekam Padi dan Lama Pembakaran Terhadap Karakteristik Fisis dan Mekanik Batu Bata” yaitu penggantian sebagian abu sekam padi dengan berbagai variasi yang digunakan sebagai bahan pengganti sebagian dalam pembuatan batu bata diduga berpengaruh terhadap lama pembakaran. Selain itu ditinjau pula pengaruhnya pada karakteristik mekanik batu bata yaitu kuat tekan, kuat patah dan fisis yang ditinjau adalah porositas, susut bakar dan berat jenis.

Maka dari uraian diatas ditentukan variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian ini. Sebagai variabel bebasnya adalah variasi penggantian sebagian abu sekam padi, dan lama pembakaran. Sedangkan variabel terikatnya adalah karakteristik mekanik batu bata, meliputi kuat tekan, kuat patah, dan fisis adalah porositas, susut bakar dan berat jenis. Berdasarkan gambar 2.5 dapat dilihat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat.

Keterangan:

X1 : variabel bebas (variasi penggantian sebagian abu sekam padi) X2 : variabel bebas (lama pembakaran batu bata)

Y : variabel terikat (karakteristik mekanik dan fisis batu bata)

D. Hipotesis

1. Penggantian sebagian abu sekam padi berpengaruh terhadap karakteristik mekanik dan fisis batu bata.

Gambar 2.5. Paradigma Penelitian

X2 X1

(48)

2. Lama pembakaran berpengaruh terhadap karakteristik mekanik dan fisis batu bata.

3. Dapat diketahui prosentase penggantian sebagian abu sekam padi yang optimal dengan lama pembakaran minimal untuk mencapai karakteristik mekanik dan fisis batu bata yang sesuai standar.

(49)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Dalam melakukan penelitian diperlukan tempat penelitian untuk memperoleh data-data yang mendukung tercapainya tujuan penelitian. Penelitian tentang pengaruh penggantian sebagian abu sekam padi terhadap lama pembakaran batu bata dilaksanakan dibeberapa tempat, yaitu:

a. Pengujian bahan dilakukan di laboratorium PTB FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Pengujian porositas dilakukan di laboratorium PTB FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

c. Pengukuran berat jenis dilakukan di laboratorium PTB FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

d. Pembuatan benda uji dilaksanakan di perusahaan pembuatan batu bata Pak Hartadi Desa Baki RT 03/05, Sukoharjo, Surakarta.

e. Pengukuran susut bakar dilaksanakan di perusahaan pembuatan batu bata Pak Hartadi Desa Baki RT 03/05, Sukoharjo, Surakarta

f. Pengujian kuat tekan batu bata dilaksanakan di laboratorium PTB FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

g. Pengujian kuat patah batu bata dilaksanakan di laboratorium PTB FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari tahun 2012. Berdasarkan gambar 3.1 dapat dilihat alokasi waktu kegiatan penelitian yang penulis lakukan.

(50)

Jenis Kegiatan

Bulan

Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1. Persiapan penelitian

2. Penulisan proposal skripsi

3. Seminar proposal 4. Revisi proposal 5. Perijinan penelitian 6. Pelaksanaan penelitian 7. Analisis data 8. Penulisan laporan/skripsi

9. Pelaksanaan ujian skripsi dan

revisi

Gambar 3.1. Alokasi Waktu Kegiatan Penelitian

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2010) Pengertian populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah batu bata dengan dimensi 23 cm x 11 cm x 5 cm dan variasi penggantian sebagian abu sekam padi.

2. Sampel

Sampel yaitu sebagian dari populasi yang sifat dan cirinya akan diselidiki dan dianggap mewakili seluruh populasi (Sugiyono, 2010). Adapun jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini 360 buah benda uji berupa batu bata dengan variasi penggantian sebagian abu sekam padi 0%, 5%, 10%, 15% dan 20% serta lama pembakaran 12 jam, 18 jam, 24 jam, dan 30 jam. Seluruh populasi dijadikan sampel. Berdasarkan tabel 3.1 dapat dinyatakan bahwa penelitian ini disebut penelitian populasi karena semua anggota dijadikan sampel.

(51)

Tabel 3.1. Rincian Sampel Benda Uji

Waktu Pembakaran

Prosentase Abu Sekam Padi Jumlah Sampel

0% 5% 10% 15% 20%

12 Jam 18 buah 18 buah 18 buah 18 buah 18 buah 90 buah 18 Jam 18 buah 18 buah 18 buah 18 buah 18 buah 90 buah 24 Jam 18 buah 18 buah 18 buah 18 buah 18 buah 90 buah 30 Jam 18 buah 18 buah 18 buah 18 buah 18 buah 90 buah

Total Sampel 360 buah

C. Teknik Pengumpulan Data 1. Sumbe r Data

Sumber data dalam pelaksanaan penelitian ini dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil eksperimen dan pengamatan di laboratorium. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data hasil uji bahan, data hasil uji sifat fisis yang meliputi porositas, susut bakar dan berat jenis, data hasil uji sifat mekanik yang meliputi kuat tekan dan kuat patah.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari referensi dan informasi penunjang yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data dari SII-0021-1978 tentang bata merah tentang standar baku batu bata, laporan hasil penelitian yang sudah ada, definisi tanah liat, air, abu sekam padi dan batu bata serta proses pembuatan batu bata.

Data yang dipergunakan untuk analisis hasil peneilitian adalah data primer, sedangkan data sekunder dipergunakan untuk menunjang analisis data. 2. Teknik Mendapatkan Data

Data – data diperoleh dari hasil pengujian yang dicatat dan digunakan sebagai bahan masukan dalam pembahasan, analisa data dan laporan

(52)

penelitian. Analisa data adalah cara untuk mengolah angka, menguji hipotesis, dan untuk memperoleh kesimpulan.

a. Hasil Uji Kuat Tekan Batu Bata dengan Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi

Untuk data uji kuat tekan batu bata dengan penggantian sebagian abu sekam padi, peneliti menyajikan dalam bentuk analisis data statistik. Adapun analisis data yang dipakai adalah uji normalitas dan linearitas. Persamaan kuat tekan : E.P.Popov (1995) dalam Masthura (2010).

P

σ= P/A (1) dengan:

σ = Tekanan (Pa) P = Beban maksimum (N) A = Luas bidang permukaan (m2)

b. Hasil Uji Kuat Patah Batu Bata dengan Penggantian Sebagian Abu Sekam Padi

Untuk data uji kuat patah batu bata dengan penggantian sebagian abu sekam padi, peneliti menyajikan dalam bentuk analisis data statistik. Adapun data yang dipakai adalah analisis regresi.

Kekuatan patah sampel berbentuk balok dihitung dengan persamaan berikut: (ASTM C. 170-90) dalam Masthura (2010).

P

Bs = : ō (2) dengan :

Gambar

Gambar 1.1. Perkembangan produksi padi.
Gambar 2.2. Proses Pembakaran Pada Pembuatan Batu Bata  Sumber : Van Vlack (1992) dalam Masthura (2010)  Faktor-faktor  yang  menentukan  proses  dan  mekanisme  pembakaran  antara  lain  jenis  bahan,  komposisi,  bahan  pengotornya  dan  ukuran  partikel
Gambar 2.4. Abu Sekam Padi  (Sumber: http://www.google.co.id)
Gambar 2.5. Paradigma Penelitian   X2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini dilakukan analisis angka keamanan lereng pada suatu tanah asli yang telah diberikan tambahan ampas kelapa sawit dengan variasi persentasi terhadap berat tanah

Kesimpulan yang diambil berdasarkan Uji Coba yang dilakukan dari penelitian tugas akhir Rancang Bangun Sistem Informasi Akademik Berbasis web pada Universitas

ditinggalkannya sesudah dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya. Jadi pernikahan yang sah menyebabkan laki- laki dan perempuan akan dapat

Bahwa yang dimaksud dengan waktu damai adalah saat atau waktu melakukan kegiatan meninggalkan kesatuan tersebut, Negara RI tidak dalam keadaan darurat perang

Mengetahui kelemahan yang ada pada sistem pendataan surat di PDA Surakarta, maka diperlukan pengembangan sistem informasi administrasi pengelolaan surat di

Dari berberapa penjabaran definisi konseptual di atas yang telah dipaparka satu persatu dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam penelitian ini akan dibahas apakah terapi

Variabel yang positif terhadap kepuasan kerja yaitu tipe pekerjaan itu sendiri, gaji/bayaran, kesempatan dapat promosi, atasan mereka dan rekan kerja dapat terpenuhi

reduksi fase gas dari silikon tetraklorida adalah reaksi yang sangat spontan pada suhu. ruangan, sehingga secara praktek kemungkinan silikon tetraklorida akan