• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi “ Hubungan antara stigma dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik” merupakan studi analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional. Tujuan umum pada studi adalah untuk mengetahui hubungan antara stigma dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang datang ke Instalasi Rawat Jalan RSJ Prof.Dr.M.Ildrem Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan karakteristik demografik dari sampel studi, ditemukan paling banyak adalah kelompok umur 51 – 60 tahun sebanyak 59 orang yaitu 59%. Dimana umur menunjukkan kematangan seseorang dalam berfikir dan akan lebih banyak mengambil alih dalam merawat.25

Pada studi ini dijumpai paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 73 orang (73%). Hal ini sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia yang umumnya menempatkan perempuan untuk mengurus rumah tangga termasuk anggota keluarga yang sakit, sedangkan laki-laki untuk mencari nafkah. 9,25 Perempuan dalam perannya seorang ibu lebih memiliki perasaan dan naluri lebih peka. Seorang ibu yang selama 9 bulan mengandung memiliki kedekatan emosional yang lebih dibandingkan keluarga lain sehingga lebih bersedia merawat.25

Pada studi ini dijumpai jenis kelamin perempuan dengan stigma ringan sebanyak 39 orang (78%). Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Philips dan kawan-kawan, tahun 2002 di China, dimana keluarga pasien skizofrenik dengan jenis kelamin perempuan lebih mempunyai stigma ringan daripada anggota keluarga dengan jenis kelamin laki-laki. Responden perempuan dilaporkan mempunyai efek yang lebih besar pada stigma dibandingkan responden laki-laki. Ibu-ibu dan istri-istri lebih tegang menghadapi konsequensi negatif dari stigma pada kehidupan sosial dan emosional anggota keluarga dengan gangguan mental dibandingkan ayah dan suami.12

53

Lebih dari setengah subjek kawin dan bekerja pada studi ini, yaitu 80 (80%) untuk subjek yang kawin dan 79 (79%) untuk subjek yang bekerja.

Pada studi didapatkan bahwa paling banyak pada kelompok dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA sebanyak 38 orang yaitu 38%.Tingkat pendidikan merupakan variabel yang dapat memodulasi stigma yang dialami oleh keluarga. Dalam studi sebelumnya, pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki stigma yang lebih ringan daripada tingkat pendidikan yang lebih rendah. Hal ini dijelaskan oleh fakta mengenai penyakit skizofrenik dan sumber daya sosial, memungkinkan mereka untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik bagi pasien skizofrenik.26

Dalam hal hubungan keluarga yang menjadi pengasuh pasien pada studi ini lebih banyak ditemukan ibu kandung yaitu 34 (34%). Hal ini mungkin dikarenakan berkaitannya dengan budaya pola asuh keluarga di Indonesia. Dimana anak yang belum mandiri, masih menjadi tanggung jawab orang tua, sampai berapapun umur anak tersebut. 25

Pada studi analisis multivariat oleh Girma dan kawan-kawan tahun 2014 di Etiopia mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik demografik seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku dan pendidikan dengan stigma.8

Studi ini memperlihatkan bahwa expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang memiliki expressed emotion rendah sebanyak 43 orang yaitu 43% dan yang memiliki expressed emotion tinggi sebanyak 57 orang yaitu 57%. Studi ini juga sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Nuralita dan kawan-kawan tahun 2015 di Medan, dimana dijumpai expressed emotion yang tinggi sebanyak 73 orang (73%) pada keluarga pasien skizofrenik. Expressed emotion yang tinggi juga dijumpai pada studi yang dilakukan oleh Darwin tahun 2013 di Jakarta, studi Carra tahun 2012 di Italia, dan studi Aquilera pada tahun 2010 di Amerika, dimana expressed emotion yang tinggi berhubungan dengan tingkat

54

pengetahuan pengasuh mengenai skizofrenia, dan juga dipengaruhi oleh sosial budaya setempat.5,9,27

Pada studi ini juga menunjukkan terdapatnya hubungan yang bermakna antara stigma dengan expressed emotion (p = 0,001). Kekuatan hubungan/Odd ratio (R) yaitu 40.773 dengan IK 95% (12.022-138.286).

Artinya subjek yang mengalami expressed emotion tinggi 40.773 kali untuk mengalami stigma berat, atau probabilitas pasien yang mengalami expressed emotion tinggi akan mengalami stigma berat adalah 46%.

Studi ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Philips dan kawan-kawan tahun 2002 di China, yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara stigma dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik. Expressed emotion telah dinilai sebagai konstruk primer terhadap kekambuhan pasien, dan expressed emotion juga berhubungan dengan kontruks yang lain, contohnya stigma. Stigma yang mengarah pada sikap sosial yang negatif yang ditujukan terhadap individu dan keluarga, kemungkinan akan berlanjut pada hubungan yang tertekan di dalam keluarga dan dengan demikian dapat memperbesar tingkat expressed emotion di dalam keluarga. Sebaliknya, tingkat expressed emotion anggota keluarga dapat mempengaruhi persepsi dan respons mereka terhadap stigma. Dimana kedua hal ini memberikan pengaruh terhadap peningkatan kepatuhan pengobatan dan hasil akhir pasien skizofrenik.12 Stigma, sebagai sikap sosial yang negatif diarahkan terhadap individu dan keluarga, kemungkinan menyebabkan stres lebih lanjut dalam hubungan keluarga dan dengan demikian memperbesar tingginya tingkat expressed emotion yang diungkapkan oleh keluarga.12

Pada studi ini memperlihatkan Critical comment (CC) komponen dari expressed emotion pada stigma ringan didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 51-60 tahun yaitu 3.36±2.039, jenis kelamin perempuan yaitu 3.46±1.519, status perkawinan tidak kawin yaitu 3.73±1.421, pendidikan SMP yaitu 3.69±2.056, pada yang tidak bekerja 3.40±2.011, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah ayah kandung yaitu 3.75±2.630, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna berdasarkan

55

umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, status pekerjaan dan hubungan keluarga dengan pasien.

Studi ini juga memperlihatkan Critical Comment (CC) komponen dari expressed emotion pada stigma berat didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 51-60 tahun yaitu 5.68±2.039, jenis kelamin perempuan yaitu 5.94±1.922, status perkawinan kawin yaitu 5.98±1.877, pendidikan SMA yaitu 5.78±2.102 pada yang tidak bekerja 6±1.549, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah ibu yaitu 6.28±1.674, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, status pekerjaan dan hubungan keluarga dengan pasien.

Pada studi ini memperlihatkan Emotional Over Involvement (EOI) komponen dari expressed emotion pada stigma ringan didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 51-60 tahun yaitu 6.40±2.039, jenis kelamin perempuan yaitu 6.23±2.212, status perkawinan tidak kawin yaitu 6.82±2.442, pendidikan SMP yaitu 7.12±2.604, pada yang tidak bekerja 7.50±2.273, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah ibu yaitu 6.94±2.380, didapatkan perbedaan yang bermakna rata-rata EOI berdasarkan pekerjaan, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna EOI berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan dan hubungan dengan pasien.

Studi ini juga memperlihatkan Emotional Over Involvement (EOI) komponen dari expressed emotion pada stigma berat didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 31-40 tahun yaitu 9.43±2.507, jenis kelamin perempuan yaitu 10.06±2.752, status perkawinan tidak kawin yaitu 10.67±3.464, pendidikan Perguruan Tinggi yaitu 10.10±3.143, pada yang tidak bekerja 11.36±3.585, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah saudara kandung yaitu 10.30±2.584, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna EOI berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.

Keterbatasan dalam studi ini adalah tidak mengukur seberapa sering kekambuhan pasien, aktifitas pasien, dan adanya edukasi terhadap

56

keluarga dimana hal ini juga dapat memberikan pengaruh terhadap stigma di dalam keluarga. Tetapi di dalam studi ini mampu menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara stigma dan expressed emotion, dan hubungan antara stigma dengan faktor demografik, sehingga dengan diketahuinya stigma yang dialami oleh keluarga ini dapat mengurangi expressed emotion keluarga guna mencapai keberhasilan terapi dan mencegah kekambuhan.

57

Dokumen terkait