• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. METODE PENELITIAN

III.3. Populasi dan sampel Penelitian

III.3. Populasi dan sampel penelitian 1. Populasi target

Anggota keluarga pasien skizofrenik.

2. Populasi terjangkau

Anggota keluarga yang membawa pasien skizofrenik berobat ke Instalasi Rawat Jalan BLUD RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara periode 10 Maret 2015 – 30 Juni 2015.

3. Sampel penelitian

Anggota keluarga yang membawa pasien skizofrenik berobat ke Instalasi Rawat Jalan BLUD RSJ Prof. Dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

4. Cara pengambilan sampel

Non probability sampling jenis consecutive sampling, yaitu semua subyek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian ini sampai jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.22

36 III.4. Besar Sampel

Besar sampel yang digunakan untuk penelitian ini adalah:23 n1 = n2 = �𝑧𝑧𝑧𝑧 �2𝑃𝑃𝑃𝑃+ 𝑧𝑧𝑧𝑧 �𝑃𝑃1𝑃𝑃1+ 𝑃𝑃2𝑃𝑃2

𝑃𝑃1−𝑃𝑃22

= �1,96 √2𝑥𝑥 0,43𝑥𝑥 0,57+0,84 √0,58𝑥𝑥 0,42+0,28 𝑥𝑥 0,72

0,58−0,282

= 41,5 = 50

Keterangan :

Zα = deviat baku α = 1,96 Zβ = deviat baku β = 0,84

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya = 28%

= 0,28

Q2 = 1 – P2 = 1 – 0,28 = 0,72

P1 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan judgement Peneliti = 58 % = 0,58

Q1 = 1 – P1 = 1 – 0,58 = 0,42

P1 – P2 = selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,58 – 0,28 = 0,3

P = proporsi total = (P1 + P2 ) / 2 = (0,58 + 0,28) / 2

= 0,43

Q = 1 – P = 1 – 0,43 = 0,57

Kesimpulan :

Perhitungan besar sampel yang memberikan jumlah besar sampel minimal untuk studi ini masing-masing kelompok 50 subjek, dengan demikian besar sampel untuk studi ini ditetapkan sebanyak 100 subjek.

37 III.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusi : Anggota keluarga

1. Anggota keluarga yang merawat pasien skizofrenik dan tinggal serumah dengan pasien dan berinteraksi dengan pasien sekurang- kurangnya 10 jam perminggu dalam waktu minimal selama 6 bulan.

2. Berusia antara 18 - 60 tahun 3. Pendidikan minimal SMP 4. Bersedia ikut dalam studi

Pasien skizofrenik :

1. Pasien skizofrenik yang memenuhi kriteria diagnosis PPDGJ III 2. Telah memasuki fase stabil pengobatan

3. Berusia 20-40 tahun 4. Memiliki kartu BPJS gratis

Kriteria eksklusi :

1. Keluarga pasien skizofrenik yang menderita gangguan psikiatri 2. Keluarga pasien skizofrenik yang memiliki riwayat penyakit

medis yang tidak memungkinkan untuk mengasuh/merawat pasien skizofrenik (misalnya : stroke, dll)

III.6. Persetujuan setelah penjelasan/Informed Consent

Semua subyek akan diminta mengisi persetujuan secara tertulis untuk ikut serta dalam penelitian ini setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas.

III.7. Etika Penelitian

Penelitian ini sudah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

38 III.8. Cara Kerja

• Penelitian ini dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

• Keluarga pasien dan pasien skizofrenik yang memenuhi kriteria inklusi mengisi persetujuan secara tertulis setelah mendapatkan penjelasan yang terperinci dan jelas, dan bersedia untuk ikut serta dalam penelitian.

• Selanjutnya keluarga pasien skizofrenik diminta untuk mengisi kuesioner Stigma Items dari Schedule for clinical Assessment In Neuro Psychiatry (SI dari SCAN) untuk menilai stigma yang dialami oleh keluarga yang merawat pasien skizofrenik, kemudian akan dilanjutkan mengisi kuesioner Family questionnaire untuk menilai expressed emotion keluarga pasien skizofrenik.

• Pemeriksaan dilakukan secara self report dengan cara mengisi kuesioner yang diberikan kepada keluarga pasien.

• Setelah semua data terkumpul akan dilakukan pengolahan dan analisis data serta disajikan dalam bentuk tabel.

39 status perkawinan, pekerjaan, pendidikan,

40 III.10. Identifikasi variabel skizofrenia

Variabel bebas : Stigma keluarga pasien skizofrenik dan karakteristik demografik

Variabel tergantung : Expressed emotion keluarga yang dinilai dengan skala FQ

III.11. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur dan cara ukur

4 Fase stabil fase pengobatan dimana pasien telah recovery.24 Pasien telah melewati fase

PANSS Fase ini ditandai oleh semua skor PANSS adalah 3,24

Ordinal

41

6 Jenis kelamin laki-laki dan perempuan 7 Umur lamanya hidup sejak

lahir yang

10 Pekerjaan Kegiatan yang ditujukan untuk

III.12. Analisis dan penyajian data

Setelah data dikumpulkan, dilakukan pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut : (1) Editing, merupakan langkah untuk meneliti kelengkapan data yang diperoleh melalui wawancara ; (2) Koding, adalah usaha untuk mengklasifikasikan jawaban yang ada menurut jenisnya; (3) Tabulasi, adalah kegiatan memasukkan data-data hasil penelitian ke dalam tabel berdasrkan variable yang diteliti; (4) Analisis data, adalah pengolahan dan analisis statistik dari data yang diperoleh dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan alat bantu program

42

Statistical Package for Social Sciences (SPSS). Untuk mengetahui karakteristik sosiodemografik yaitu umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status perkawinan, pekerjaan yang berhubungan dengan stigma pada keluarga pasien skizofrenik digunakan uji Chi Square. Kriteria untuk signifikansi ada tidaknya hubungan yang bermakna adalah dengan menggunakan nilai p < 0,05.22

43

BAB IV. HASIL PENELITIAN

Sebanyak 100 subjek keluarga pasien skizofrenik Instalasi Rawat Jalan di RSJ Prof.dr. M. Ildrem Provinsi Sumatera Utara, diikutsertakan dalam studi ini. Pemilihan sampel secara consecutive sampling periode 1 Maret 2015 – 30 Juni 2015.

Tabel 4.1. Karakteristik demografik subjek penelitian

Karakteristik demografik Jumlah ( n = 100 ) % Umur ( tahun )

- 18 - 30 7 7

- 31 - 40 13 13

- 41 - 50 21 21

- 51 - 60 59 59

Jenis Kelamin

- Laki-laki 27 27

- Perempuan 73 73

Status Perkawinan

- Kawin 80 80

- Tidak Kawin 20 20

Pekerjaan

- Bekerja 79 79

- Tidak Bekerja 21 21

Pendidikan

- SMP 38 38

- SMA 38 38

- PT 24 24

Hubungan dengan pasien

- Ayah kandung 12 12

- Ibu kandung 34 34

- Suami/ istri 22 22

- Saudara kandung 24 24

- Anak/ Saudara lain 8 8

44

Tabel 4.1. Memperlihatkan bahwa kelompok umur yang paling banyak adalah pada kelompok umur 51 – 60 tahun sebanyak 59 orang yaitu 59%, berjenis kelamin perempuan sebanyak 73 orang yaitu 73%, yang kawin sebanyak 80 orang yaitu 80%, yang bekerja sebanyak 79 orang yaitu 79%, dan tingkat pendidikan SMP dan SMA sebanyak 38 orang yaitu 38%, ibu kandung sebanyak 34 orang yaitu 34%

Tabel 4.2. Stigma items pada keluarga pasien skizofrenik

Stigma Items Jumlah (n=100) %

Ringan 50 50

Berat 50 50

Total 100 100

Tabel 4.2. memperlihatkan bahwa stigma pada keluarga skizofrenik yang diikutsertakan pada studi ini adalah stigma ringan sebanyak 50 orang yaitu 50%, dan stigma berat sebanyak 50 orang yaitu 50%.

45

Tabel 4.3. Distribusi karakteristik demografik berdasarkan kelompok subjek penelitian

6 Hubungan dengan

pasien

Ket :* uji Kolmogorov Smirnov, ** uji Chi Square

Pada tabel 4.3. memperlihatkan bahwa pada kelompok umur 18-30 tahun stigma ringan sebanyak 4 orang yaitu 8%; pada kelompok umur 31-40 tahun paling banyak dijumpai stigma berat sebanyak 7 orang yaitu 14%; pada kelompok umur 41 – 50 tahun paling banyak dijumpai stigma ringan sebanyak 15 orang yaitu 30%; pada kelompok umur 51-60 tahun stigma berat sebanyak 34 orang yaitu 68%.

46

Pada kelompok jenis kelamin memperlihatkan stigma berat pada kelompok jenis kelamin laki-laki sebanyak 32 orang yaitu 64%; dan stigma ringan pada kelompok jenis kelamin perempuan sebanyak 39 yaitu 78%.

Pada kelompok status perkawinan memperlihatkan bahwa pada kelompok status perkawinan yang kawin paling banyak dijumpai stigma berat sebanyak 41 orang yaitu 82%; dan kelompok yang tidak kawin paling banyak dijumpai stigma ringan sebanyak 11 orang yaitu 22%.

Pada kelompok status pekerjaan memperlihatkan bahwa pada kelompok pekerjaan yang bekerja paling banyak dijumpai stigma ringan sebanyak 40 orang yaitu 80%; dan kelompok yang tidak bekerja paling banyak dijumpai stigma berat sebanyak 11 orang yaitu 22%.

Pada kelompok pendidikan memperlihatkan bahwa pada kelompok pendidikan dengan tingkat pendidikan SMP paling banyak dijumpai stigma berat sebanyak 22 orang yaitu 44%; tingkat SMA paling banyak stigma ringan sebanyak 20 orang yaitu 40%; dan tingkat PT paling banyak stigma ringan sebanyak 14 orang yaitu 28%.

Pada kelompok hubungan dengan pasien memperlihatkan bahwa pada kelompok ayah kandung paling banyak dijumpai stigma berat 8 orang yaitu 16%; kelompok ibu kandung dijumpai stigma berat sebanyak 18 orang yaitu 36%; kelompok suami/istri dijumpai stigma ringan dan berat sebanyak 10 orang yaitu 2%, kelompok saudara kandung dijumpai stigma ringan sebanyak 16 orang yaitu 32%; kelompok anak/saudara lain dijumpai stigma ringan dan berat sebanyak 4 orang yaitu 8%.

47

Tabel 4.4. Expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik

Skor EE Jumlah (n=100) %

Rendah ( ≤ 23 ) 43 43

Tinggi ( > 23 ) 57 57

Total 100 100

Tabel 4.4. memperlihatkan bahwa expressed emotion pada keluarga skizofrenik yang memiliki expressed emotion rendah sebanyak 43 orang yaitu 43% dan yang memiliki expressed emotion tinggi sebanyak 57 orang yaitu 57%.

Tabel 4.5. Hubungan antara stigma dengan expressed emotion Expressed

Emotion

Stigma Items Total (%) p OR 95% CI Ringan Berat

n (%) n (%)

Rendah 39 (78) 4 (22) 43 (43) 0,0001 40.773 12.022-138.286 Tinggi 11 (8) 46 (92) 57 (57)

Total (%) 50 (100) 50 (100) 100 (100)

Tabel 4.5. Dari semua subjek yang mengalami stigma berat 46 orang yaitu 92% memiliki expressed emotion tinggi sedangkan dari semua subjek yang mengalami stigma ringan hanya 11 orang yaitu 8% yang mengalami expressed emotion rendah. Dari hasil uji Chi-Square terdapat hubungan bermakna antara stigma dengan expressed emotion yaitu sebesar p = 0,0001 (p<0,05). Kekuatan hubungan/Odd ratio (R) yaitu 40.773 dengan IK 95% (12.022-138.286). Artinya, subjek yang mengalami expressed emotion tinggi 40.773 kali untuk mengalami stigma berat, atau probabilitas pasien yang mengalami expressed emotion tinggi mengalami stigma berat adalah 46%.

48

a. Komponen Expressed Emotion : Critical comment (CC)

Tabel.4.6 Perbedaan Critical comment (CC) berdasarkan karakteristik demografik pada stigma ringan

Ket: *: uji Kruskal Wallis, **:uji Mann-Whitney U, ***:uji t-independent

Dari tabel 4.6 memperlihatkan Critical comment (CC) komponen dari expressed emotion pada stigma ringan didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 51-60 tahun yaitu 3.36±2.039, jenis kelamin perempuan yaitu 3.46±1.519, status perkawinan tidak kawin yaitu 3.73±1.421, pendidikan SMP yaitu 3.69±2.056, pada yang tidak bekerja 3.40±2.011, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah ayah yaitu 3.75±2.630, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna berdasarkan umur, jenis kelamin, Karakteristik demografik Critical comment (CC) p

n Mean SD Median

49

status perkawinan, pendidikan, status pekerjaan dan hubungan keluarga dengan pasien.

Tabel. 4.7 Perbedaan Critical comment (CC) berdasarkan karakteristik demografik pada stigma berat

Karakteristik demografik Critical comment (CC) p n Mean SD Median

Ket: *: uji Kruskal Wallis, **:uji Mann-Whitney U, ***:uji t-independent

Dari tabel 4.7 memperlihatkan Critical comment (CC) komponen dari expressed emotion pada stigma berat didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 51-60 tahun yaitu 5.68±2.039, jenis kelamin perempuan yaitu 5.94±1.922, status perkawinan kawin yaitu 5.98±1.877, pendidikan SMA yaitu 5.78±2.102 pada yang tidak bekerja 6±1.549, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah ibu yaitu 6.28±1.674, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna berdasarkan umur, jenis kelaamin, status perkawinan, pendidikan, status pekerjaan dan hubungan keluarga dengan pasien.

50

b. Komponen Expressed Emotion : Emotional Over Involvement (EOI) Tabel. 4.8 Perbedaan Emotional Over Involvement (EOI) berdasarkan karakteristik demografik pada stigma ringan

Ket: *: uji Kruskal Wallis, **:uji Mann-Whitney U, ***:uji t-independent,****, : uji One-way Annova

Dari tabel 4.8 memperlihatkan Emotional Over Involvement (EOI) komponen dari expressed emotion pada stigma ringan didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 51-60 tahun yaitu 6.40±2.039, jenis kelamin perempuan yaitu 6.23±2.212, status perkawinan tidak kawin yaitu 6.82±2.442, pendidikan SMP yaitu 7.12±2.604, pada yang tidak bekerja 7.50±2.273, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah ibu yaitu 6.94±2.380, didapatkan perbedaan yang bermakna rata-rata EOI berdasarkan pekerjaan, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna Karakteristik demografik Emotional Over Involvement (EOI) p

n Mean SD Median Min-max

51

EOI berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan dan hubungan dengan pasien.

Tabel. 4.9 Perbedaan Emotional Over Involvement (EOI) berdasarkan karakteristik demografik pada stigma berat

Ket: *: uji Kruskal Wallis, **:uji Mann-Whitney U, ***:uji t-independent

Dari tabel 4.9 memperlihatkan Emotional Over Involvement (EOI) komponen dari expressed emotion pada stigma berat didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 31-40 tahun yaitu 9.43±2.507, jenis kelamin perempuan yaitu 10.06±2.752, status perkawinan tidak kawin yaitu 10.67±3.464, pendidikan Perguruan Tinggi yaitu 10.10±3.143, pada yang tidak bekerja 11.36±3.585, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah saudara kandung yaitu 10.30±2.584, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna EOI berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.

Karakteristik demografik Emotional Over Involvement (EOI) p n Mean SD Median Min-max

52

BAB V. PEMBAHASAN

Studi “ Hubungan antara stigma dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik” merupakan studi analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional. Tujuan umum pada studi adalah untuk mengetahui hubungan antara stigma dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang datang ke Instalasi Rawat Jalan RSJ Prof.Dr.M.Ildrem Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan karakteristik demografik dari sampel studi, ditemukan paling banyak adalah kelompok umur 51 – 60 tahun sebanyak 59 orang yaitu 59%. Dimana umur menunjukkan kematangan seseorang dalam berfikir dan akan lebih banyak mengambil alih dalam merawat.25

Pada studi ini dijumpai paling banyak berjenis kelamin perempuan yaitu 73 orang (73%). Hal ini sesuai dengan budaya masyarakat Indonesia yang umumnya menempatkan perempuan untuk mengurus rumah tangga termasuk anggota keluarga yang sakit, sedangkan laki-laki untuk mencari nafkah. 9,25 Perempuan dalam perannya seorang ibu lebih memiliki perasaan dan naluri lebih peka. Seorang ibu yang selama 9 bulan mengandung memiliki kedekatan emosional yang lebih dibandingkan keluarga lain sehingga lebih bersedia merawat.25

Pada studi ini dijumpai jenis kelamin perempuan dengan stigma ringan sebanyak 39 orang (78%). Hal ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Philips dan kawan-kawan, tahun 2002 di China, dimana keluarga pasien skizofrenik dengan jenis kelamin perempuan lebih mempunyai stigma ringan daripada anggota keluarga dengan jenis kelamin laki-laki. Responden perempuan dilaporkan mempunyai efek yang lebih besar pada stigma dibandingkan responden laki-laki. Ibu-ibu dan istri-istri lebih tegang menghadapi konsequensi negatif dari stigma pada kehidupan sosial dan emosional anggota keluarga dengan gangguan mental dibandingkan ayah dan suami.12

53

Lebih dari setengah subjek kawin dan bekerja pada studi ini, yaitu 80 (80%) untuk subjek yang kawin dan 79 (79%) untuk subjek yang bekerja.

Pada studi didapatkan bahwa paling banyak pada kelompok dengan tingkat pendidikan SMP dan SMA sebanyak 38 orang yaitu 38%.Tingkat pendidikan merupakan variabel yang dapat memodulasi stigma yang dialami oleh keluarga. Dalam studi sebelumnya, pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki stigma yang lebih ringan daripada tingkat pendidikan yang lebih rendah. Hal ini dijelaskan oleh fakta mengenai penyakit skizofrenik dan sumber daya sosial, memungkinkan mereka untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik bagi pasien skizofrenik.26

Dalam hal hubungan keluarga yang menjadi pengasuh pasien pada studi ini lebih banyak ditemukan ibu kandung yaitu 34 (34%). Hal ini mungkin dikarenakan berkaitannya dengan budaya pola asuh keluarga di Indonesia. Dimana anak yang belum mandiri, masih menjadi tanggung jawab orang tua, sampai berapapun umur anak tersebut. 25

Pada studi analisis multivariat oleh Girma dan kawan-kawan tahun 2014 di Etiopia mengatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara karakteristik demografik seperti umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku dan pendidikan dengan stigma.8

Studi ini memperlihatkan bahwa expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik yang memiliki expressed emotion rendah sebanyak 43 orang yaitu 43% dan yang memiliki expressed emotion tinggi sebanyak 57 orang yaitu 57%. Studi ini juga sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Nuralita dan kawan-kawan tahun 2015 di Medan, dimana dijumpai expressed emotion yang tinggi sebanyak 73 orang (73%) pada keluarga pasien skizofrenik. Expressed emotion yang tinggi juga dijumpai pada studi yang dilakukan oleh Darwin tahun 2013 di Jakarta, studi Carra tahun 2012 di Italia, dan studi Aquilera pada tahun 2010 di Amerika, dimana expressed emotion yang tinggi berhubungan dengan tingkat

54

pengetahuan pengasuh mengenai skizofrenia, dan juga dipengaruhi oleh sosial budaya setempat.5,9,27

Pada studi ini juga menunjukkan terdapatnya hubungan yang bermakna antara stigma dengan expressed emotion (p = 0,001). Kekuatan hubungan/Odd ratio (R) yaitu 40.773 dengan IK 95% (12.022-138.286).

Artinya subjek yang mengalami expressed emotion tinggi 40.773 kali untuk mengalami stigma berat, atau probabilitas pasien yang mengalami expressed emotion tinggi akan mengalami stigma berat adalah 46%.

Studi ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Philips dan kawan-kawan tahun 2002 di China, yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara stigma dengan expressed emotion pada keluarga pasien skizofrenik. Expressed emotion telah dinilai sebagai konstruk primer terhadap kekambuhan pasien, dan expressed emotion juga berhubungan dengan kontruks yang lain, contohnya stigma. Stigma yang mengarah pada sikap sosial yang negatif yang ditujukan terhadap individu dan keluarga, kemungkinan akan berlanjut pada hubungan yang tertekan di dalam keluarga dan dengan demikian dapat memperbesar tingkat expressed emotion di dalam keluarga. Sebaliknya, tingkat expressed emotion anggota keluarga dapat mempengaruhi persepsi dan respons mereka terhadap stigma. Dimana kedua hal ini memberikan pengaruh terhadap peningkatan kepatuhan pengobatan dan hasil akhir pasien skizofrenik.12 Stigma, sebagai sikap sosial yang negatif diarahkan terhadap individu dan keluarga, kemungkinan menyebabkan stres lebih lanjut dalam hubungan keluarga dan dengan demikian memperbesar tingginya tingkat expressed emotion yang diungkapkan oleh keluarga.12

Pada studi ini memperlihatkan Critical comment (CC) komponen dari expressed emotion pada stigma ringan didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 51-60 tahun yaitu 3.36±2.039, jenis kelamin perempuan yaitu 3.46±1.519, status perkawinan tidak kawin yaitu 3.73±1.421, pendidikan SMP yaitu 3.69±2.056, pada yang tidak bekerja 3.40±2.011, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah ayah kandung yaitu 3.75±2.630, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna berdasarkan

55

umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, status pekerjaan dan hubungan keluarga dengan pasien.

Studi ini juga memperlihatkan Critical Comment (CC) komponen dari expressed emotion pada stigma berat didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 51-60 tahun yaitu 5.68±2.039, jenis kelamin perempuan yaitu 5.94±1.922, status perkawinan kawin yaitu 5.98±1.877, pendidikan SMA yaitu 5.78±2.102 pada yang tidak bekerja 6±1.549, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah ibu yaitu 6.28±1.674, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, status pekerjaan dan hubungan keluarga dengan pasien.

Pada studi ini memperlihatkan Emotional Over Involvement (EOI) komponen dari expressed emotion pada stigma ringan didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 51-60 tahun yaitu 6.40±2.039, jenis kelamin perempuan yaitu 6.23±2.212, status perkawinan tidak kawin yaitu 6.82±2.442, pendidikan SMP yaitu 7.12±2.604, pada yang tidak bekerja 7.50±2.273, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah ibu yaitu 6.94±2.380, didapatkan perbedaan yang bermakna rata-rata EOI berdasarkan pekerjaan, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna EOI berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan dan hubungan dengan pasien.

Studi ini juga memperlihatkan Emotional Over Involvement (EOI) komponen dari expressed emotion pada stigma berat didapatkan rata-rata tertinggi pada umur 31-40 tahun yaitu 9.43±2.507, jenis kelamin perempuan yaitu 10.06±2.752, status perkawinan tidak kawin yaitu 10.67±3.464, pendidikan Perguruan Tinggi yaitu 10.10±3.143, pada yang tidak bekerja 11.36±3.585, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah saudara kandung yaitu 10.30±2.584, namun tidak didapatkan perbedaan bermakna EOI berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan dan hubungan dengan pasien.

Keterbatasan dalam studi ini adalah tidak mengukur seberapa sering kekambuhan pasien, aktifitas pasien, dan adanya edukasi terhadap

56

keluarga dimana hal ini juga dapat memberikan pengaruh terhadap stigma di dalam keluarga. Tetapi di dalam studi ini mampu menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara stigma dan expressed emotion, dan hubungan antara stigma dengan faktor demografik, sehingga dengan diketahuinya stigma yang dialami oleh keluarga ini dapat mengurangi expressed emotion keluarga guna mencapai keberhasilan terapi dan mencegah kekambuhan.

57

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1 Kesimpulan

• Karakteristik demografik subjek penelitian terbanyak adalah kelompok umur 51 – 60 tahun, jenis kelamin perempuan, kawin , bekerja, tingkat pendidikan SMP dan SMA dan hubungan dengan pasien terbanyak adalah ibu kandung.

• Stigma pada keluarga skizofrenik yang diikutsertakan pada studi ini adalah stigma ringan sebanyak 50 orang yaitu 50%, dan stigma berat sebanyak 50 orang yaitu 50%.

• Karakteristik demografik pada kelompok subjek penelitian dengan stigma ringan dan berat terbanyak adalah kelompok umur 51-60 tahun, perempuan, kawin, bekerja, SMA, dan hubungan dengan pasien terbanyak adalah ibu kandung.

• Dijumpai expressed emotion rendah sebanyak 43 orang dan yang memiliki expressed emotion tinggi sebanyak 57 orang.

• Terdapat hubungan yang bermakna antara stigma items dengan expressed emotion (p = 0,001). Kekuatan hubungan / Odd ratio (R) yaitu 40.773 dengan IK 95% (12.022-138.286) yang artinya, subjek yang mengalami expressed emotion tinggi 40.773 kali untuk mengalami stigma berat, atau probabilitas pasien yang mengalami expressed emotion tinggi mengalami stigma berat adalah 46%

• CCpada stigma ringan yang terbanyak pada umur 51-60 tahun, perempuan, tidak kawin, SMP, tidak bekerja dan hubungan keluarga dengan pasien adalah ayah kandung. Tidak terdapat hubungan bermakna berdasarkan karakteristik demografik.

• CC pada stigma berat yang terbanyak pada umur 51-60 tahun, perempuan, kawin, SMA, tidak bekerja, dan hubungan keluarga

58

dengan pasien adalah ibu kandung, namun tidak terdapat hubungan bermakna berdasarkan karakteristik demografik.

• EOI pada stigma ringan yang terbanyak terdapat pada umur 51-60 tahun, perempuan, tidak kawin, SMP, tidak bekerja dan hubungan keluarga dengan pasien adalah ibu kandung. Terdapat perbedaan bermakna antara EOI berdasarkan pekerjaan, namun tidak terdapat perbedaan bermakna EOI berdasarkan umur, jenis kelamin, status perkawinan, pendidikan dan hubungan keluarga dengan pasien.

• EOI pada stigma berat yang terbanyak terdapat pada umur 31-40 tahun, perempuan, tidak kawin, PT, tidak bekerja, dan hubungan keluarga dengan pasien adalah saudara kandung, namun tidak terdapat perbedaan bermakna berdasarkan karakteristik demografik.

VI.2 Saran

1. Diharapkan para klinisi tidak hanya memfokuskan perhatian terhadap pasien skizofrenik saja, tetapi hendaknya juga memeberikan perhatian terhadap anggota keluarga pasien yang bertindak sebagai pengasuh pasien skizofrenik.

2. Dari studi ini dapat diketahui bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara stigma dengan expressed emotion, oleh sebab itu hendaknya anggota keluarga pasien hendaknya juga mendapat edukasi mengenai perjalanan penyakit dan pengobatan pada pasien skizofrenik, sehingga kekambuhan dapat dicegah, kesuksesan pengobatan dapat tercapai dan diharapkan stigma dan expressed emotion mereka sebagai pengasuh dapat berkurang.

3. Diharapkan bagi penulis berikutnya studi ini dapat menjadi bahan acuan atau sejenisnya untuk meneliti faktor-faktor lain yang berhubungan dengan stigma yang tidak diteliti dalam studi ini seperti pengetahuan mengenai skizofrenia, aktifitas pasien, faktor budaya, dan sikap keluarga serta masyarakat terhadap pasien.

59

DAFTAR RUJUKAN

1. Ren Z, et al. A cross-sectional study on perception of stigma by Chinese schizophrenia patients. Neuropsychiatric Disease and Treatment 2014:10 535-40

2. Sadock BJ, Sadock VA. Schizophrenia. In: Kaplan & Sadock’s synopsis of psychiatry. 10thed. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins; 2007.

3. Song Y, Liu D, Chen Y, He G. Using focus groups to design a

3. Song Y, Liu D, Chen Y, He G. Using focus groups to design a

Dokumen terkait