• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

B. Pembahasan

Penelitian ini diawali dengan melakukan observasi dan wawancara tentang kegiatan pembelajaran IPS Sejarah di kelas IV A SDN Sinduadi 1 Sleman. Dari hasil observasi dan wawancara peneliti dengan guru kelas ditemukan bahwa guru masih menggunakan metode ceramah yang membuat siswa bosan dan tidak memperhatikan guru saat menjelaskan tentang materi pembelajaran. Banyaknya materi yang harus di pelajari oleh siswa membuat siswa kesulitan mengingat materi yang diajarkan oleh guru, akibatnya prestasi belajar siswa di mata pelajaran IPS rendah (dibawah KKM: 75). Hal tersebut selaras dengan Subakti (2010:3) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran sejarah masih banyak guru menggunakan paradigma konvensional, yaitu paradigma “guru menjelaskanmurid mendengarkan”. Metode pembelajaran sejarah semacam ini telah menjadikan pelajaran sejarah membosankan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara maka peneliti berkolaborasi dengan guru kelas IV A SDN Sinduadi 1 Sleman untuk meningkatkan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode Mind Mapping dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Sejarah) untuk siswa kelas IV A SDN Sinduadi 1 Sleman. Dari observasi yang peneliti lakukan didapatkan data awal sebagai berikut: siswa yang tuntas sebanyak 5 siswa (14,71%) dan siswa yang belum tuntas sebanyak 29 siswa (85,29%). Oleh karena itu peneliti dan guru kelas IV A SDN Sinduadi 1 Sleman bekerja sama untuk

meningkatkan proses belajar mengajar dengan menggunakan metode Mind Mapping. Penggunaan metode Mind Mapping diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV A SDN Sinduadi 1 Sleman.

Siklus I pertemuan I dilaksanakan pada Kamis 27 Oktober 2016 pukul 07.00-08.10 WIB dan siklus I pertemuan II dilaksanakan pada Jumat 28 Oktober 2016 pukul 07.00-08.10 WIB, materi yang dibahas adalah peninggalan-peninggalan sejarah di Indonesia menggunakan metode Mind Mapping. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti pada siklus I, proses pembelajaran sudah sesuai dengan skenario pembelajaran yang tercantum dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran.

Langkah-langkah guru dalam proses belajar mengajar berlangsung adalah 1) guru memberikan arahan, apersepsi serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran hari ini kepada siswa, 2) guru membimbing siswa dalam memahami materi peninggalan-peninggalan bersejarah di Indonesia menggunakan metode Mind Mapping, 3) guru dan siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan tanya jawab, 4) guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, 6) guru membimbing siswa dalam membuat Mind Map tentang peninggalan-peninggalan bersejarah di Indonesia, 7) guru membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran hari ini.

Pada siklus I guru belum maksimal dalam mengkondisikan keadaan siswa dalam kegiatan berkelompok. Hal tersebut berdampak

pada beberapa siswa di kelompok deret meja belakang cenderung lebih suka mengganggu temannya saat kelompok lain sedang berdiskusi, yang berdampak pada kurangnya konsentrasi kelompok lain saat berdiskusi dan mengerjakan tugas.

Secara umum, siswa terlihat antusias dalam mengikuti pembelajaran IPS menggunakan metode Mind Mapping dalam materi peninggalan-peninggalan bersejarah di Indonesia. Banyak siswa menunjukkan perhatian dan keaktifan mereka dalam menjawab dan mengerjakan tugas-tugas baik individu maupun kelompok. Hal tersebut selaras dengan pendapat Nancy (2008:15) mengatakan bahwa mind mapping membantu siswa dalam menggali gagasan, mengorganisasikan, mengembangkan, dan mengkomunikasikan gagasan mereka. Mind mapping memudahkan siswa dalam melihat koneksi, pola, dan hubungan suatu kumpulan informasi. Mind mapping membantu siswa dalam mengembangkan kosakata dan menonjolkan gagasan penting dari suatu topik. Mind mapping meningkatkan interaksi sosial anak dan memudahkan anak bekerja dalam kelompok besar maupun kelompok kecil.

Berikut hasil prestasi belajar siswa pada siklus I pertemuan I, siswa yang tuntas sebanyak 6 siswa (17,65%) dengan rata-rata 66,61 dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 28 siswa (82,35%) dan terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I pertemuan II, siswa yang tuntas sebanyak 13 siswa (38,24%) dengan rata-rata 72,50 dan siswa yang tidak

tuntas menjadi 21 siswa (61,76%). Dari data tersebut dapat dilihat adanya kenaikan rata-rata dan jumlah siswa yang tuntas dari siklus I pertemuan I hingga siklus I pertemuan II dengan kegiatan pembelajaran yang menggunakan metode Mind Mapping. Hal ini sejalan dengan pendapat Windura (2008:16) yang mengatakan bahwaMind mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak kiri dengan otak kanan. Metode mind mapping ini membantu siswa agar dapat meningkatkan daya ingatnya hingga 78%.Namun siswa yang tuntas belum mencapai 75% dari total keseluruhan siswa kelas IV A, oleh karenanya peneliti dan guru sepakat untuk melanjutkan penelitian dengan melaksanakan siklus II yang terdiri dari 2 kali tatap muka (4 x 35 menit). Siklus II pertemuan I dilaksanakan pada Kamis 3 November 2016 pukul 07.00-08.10 WIB dan pertemuan II dilaksanakan pada Jumat 4 November 2016 pukul 07.00-08.10 WIB. Materi pembelajaran yang dibahas adalah pahlawan pergerakan kemerdekaan Indonesia dengan menggunakan metode Mind Mapping. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran siklus II yang dilaksanakan oleh guru adalah sebagai berikut: 1) guru memberikan arahan, apersepsi serta tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dalam pembelajaran hari ini kepada siswa, 2) guru membimbing siswa dalam memahami materi pahlawan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia menggunakan metode Mind Mapping, 3) guru dan siswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan tanya jawab, 4) guru

membimbing siswa dalam kegiatan diskusi kelompok, 6) guru membimbing siswa dalam membuat Mind Map tentang Pahlawan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia, 7) guru membimbing siswa dalam menyimpulkan pembelajaran hari ini.

Pada pelaksanaan siklus II proses pembelajaran menggunakan metode Mind Mapping sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I, siswa yang mengganggu temannya dan tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, pada siklus II mulai antusias dan semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru. Pada siklus II siswa mulai aktif dalam kegiatan tanya jawab maupun diskusi dalam kelompok masing-masing. Hal tersebut memberikan dampak pada prestasi belajar siswa yang semakin meningkat.

Pada siklus II pertemuan I siswa yang tuntas sebanyak sebanyak 20 siswa (58,82%) dengan rata-rata 77,35 dan siswa yang belum tuntas sebanyak 14 siswa (41,18%) dan terjadi peningkatan pada siklus II pertemuan II dengan siswa yang tuntas sebanyak 32 siswa (94,12%) dengan rata-rata 92,05 dan siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa (5,88%). Karena lebih dari 75% siswa sudah mencapai KKM yang telah ditetapkan maka penelitian dihentikan di siklus II pertemuan II.

Berdasarkan prestasi belajar yang terus meningkat dari kondisi awal, siklus I hingga siklus II, dapat dikatakan bahwa penggunaan metode Mind Mapping dapat meningkatkan proses pembelajaran. Hal

tersebut selaras dengan pendapat Windura (2008:16) Mind mapping merupakan teknik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak kiri dengan otak kanan. Metode mind mapping ini membantu siswa agar dapat meningkatkan daya ingatnya hingga 78%. Dari hasil yang diperoleh siswa juga telah membuktikan bahwa tindakan perbaikan yang telah direncanakan setelah siklus I telah berhasil dan 94% siswa kelas IV A SDN Sinduadi 1 Sleman telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal.

Dokumen terkait