• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

D. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar

3. Tahapan Perkembangan Anak

Piaget dalam Rita Izzaty (2013:109) mengatakan bahwa, anak antara usia 5-12 tahun, konsep anak tentang keadilan sudah mulai berkembang dan berubah. Perilaku moral banyak dipengaruhi pola asuh orang tua dan perilaku moral orang sekitar.

Koherlberg dalam Rita Izzaty (2013:109) mengatakan bahwa, tahapan moral anak terdiri atas tiga tahapan, yaitu pra konvensional (mengikuti aturan moral dengan penilaian baik buruk yang ditetapkan oleh orang sekitarnya), konvensional (mengikuti peraturan atau moral yang berlaku untuk menggambil hati orang lain di sekitar anak), dan pasca konvensional (berlangsung saat si anak mulai mengikuti moral sesuai dengan kata hati mereka). Dalam hal ini perkembangan moral termasuk nilai-nilai agama merupakan hal penting dalam membentuk sikap dan kepribadian anak.

b. Tahapan Perkembangan Fisik (usia 6-12 tahun)

Rita Izzaty (2013:103) berpendapat bahwa, perkembangan fisik anak pada usia 6-12 tahun sangat dipengaruhi oleh kesehatan gizi, imunisasi, kematangan emosi, dan kematangan seks pada anak. Kenaikan tinggi badan anak di usia 6-12 tahun adalah 2-3 inch. Rata-rata anak perempuan di usia 6-12 tahun memiliki tinggi badan 58 inch dan anak laki-laki 6-12 tahun memiliki rata-rata tinggi badan 57,5 inch.

Kenaikan berat badan anak pada usia ini lebih bervariasi dari pada kenaikan tinggi badan, berkisar antara 3-5 pon per tahun. Rata-rata anak perempuan 11 tahun memiliki berat badan 88,5 dan untuk laki-laki 85,5 pon.

Perbandingan tubuh anak dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi melebar dan rata, bibir berisi, hidung menjadi lebih besar dan berbentuk, leher menjadi lebih panjang dan dada melebar. Cirianak Sekolah Dasar di usia ini masih kurang memperhatikan penampilan mereka. Kecenderungan untuk berpakaian seperti teman-temannya tanpa memperdulikan pantas atau tidaknya akan menambah kesederhanaan dalam berpenampilan.

Selama masa anak-anak akhir (10-11 tahun) jaringan lemak berkembang lebih cepat daripada jaringan otot yang perkembangannya melejit pada awal pubertas.Pada permulaan pubertas seorang anak sudah mempunyai 22 gigi tetap dan keempat gigi terakhir yang disebut gigi kebijaksanaan muncul selama masa remaja.

c. Tahapan Perkembangan Kognitif

Jean Piagetdalam Rita Izzaty (2013:104) mengatakan bahwa, anak Sekolah Dasar memasuki tahap oprasional konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang konkret. Anak masih menerapkan logika berpikir pada barang-barang konkret, belum bersifat abstrak. Pada masa ini anak sudah dapat memecahkan masalah.

Ciri kognitif anak usia 7 tahun: suka mengulang pelajaran, butuh akhir tugas yang jelas (dilengkapi tugas), suka bekerja secara bertahap, suka bekerja sendiri, suka dibacakan, suka menghapus agar tulisannya terlihat sempurna, dan ingin menemukan bagaimana suatu benda dapat bekerja (rasa ingin tahu).

Ciri kognitif anak usia 8 tahun: suka kegiatan berkelompok, suka menghasilkan sesuatu, sering bekerja dengan keras dan kuat, mulai mahir dalam keterampilan dasar, mulai merasakan kemampuan dan keterampilan yang ia miliki, serta bertambahnya kemampuan anak dalam melakukan operasi kongkret.

Ciri-ciri kognitif anak usia 9 tahun: senang menghasilkan sesuatu dan mengkoreksi diri sendiri, mulai mengenal dunia luas, mulai sedikit berimajinasi, rasa ingin tahu secara intelektual, mampu beradaptasi dengan lingkungan, serta bermasalah dengan kondisi abstrak (angka-angka, periode waktu, dan ruang).

Ciri kognitif anak usia 10 tahun: daya ingat cukup produktif, kemampuan akan hal abstrak meningkat, menyukai aturan-aturan dan

hal-hal yang masuk akal, mengklasifikasikan dan mengumpulkan hal-hal-hal-hal yang disukai, suka menyusun, mampu berkonsentrasi dengan baik, bisa membaca dengan konsentrasi lebih lama, sudah mampu menyelesaikan masalah dengan baik, serta bangga dengan perolehan hasil akademiknya.

Ciri kognitif anak usia 11 tahun: suka tugas baru dan berpengalaman untuk memperbaiki atau merefleksikan tugas, dapat berpikir abstrak, mahir memberikan alasan, dapat membangun dan memodifikasi aturan, memusatkan perhatian pada pengembangan, memandang dunia dari berbagai segi serta suka berargumentasi.

Ciri kognitif anak usia 12 tahun: kemampuan memahami hal yang abstrak meningkat, muncul kemampuan pada keterampilan atau area tertentu, melihat dua sisi dari sebuah argument, tertarik hal baru seperti politik dan keadilan sosial, serta meneliti dan mempelajari keterampilan sebelumnya dengan meningkatkan disiplin dan pengorganisasian.

d. Tahapan Perkembangan Emosi

Rita Izzaty (2013:110) berpendapat bahwa, tahapan perkembangan emosi anak terdiri dari dua tahapan, yaitu: perkembangan emosi masa kanak-kanak akhir (usia 6-10 tahun) dan perkembangan emosi masa remaja awal (usia 11-13 tahun).

Tahapan perkembangan emosi masa kanak-kanak akhir (usia 6-10 tahun), kuatnya emosi anak akan merugikan penyesuaian sosial anak. Seorang anak dengan kondisi keluarga yang kurang atau tidak bahagia

memungkinkan terjadinya tekanan perasaan atau emosi.Emosi yang nyata, misalnya mudah takut, cemburu, irihati, dan pemarah, yang sering disebut dengan emosi yang tidak menyenangkan atau unpleasantemotion yang merugikan perkembangan emosi anak pada tahapan emosi selanjutnya.

Sebaliknya, emosi yang menyenangkan atau pleasant emotion seperti kasih sayang, kebahagiaan, rasa ingin tahu, suka cita, dan kegembiraan tidak saja membantu perkembangan emosi anak pada tahapan perkembangan emosi selanjutnya, tetapi juga sesuatu yang penting dan dibutuhkan oleh perkembangan emosi anak.

Ciri-ciri emosi masa kanak-kanak akhir: emosi anak berlangsung relatif lebih singkat hanya beberapa menit dan tiba-tiba, emosi anak kuat dan hebat, emosi anak mudah berubah, emosi anak akan nampak berulang-ulang, respon emosi anak berbeda-beda, emosi anak dapat diketahui dan dideteksi gejala tingkah lakunya, emosi anak mengalami perubahannya dan kekuatannya, perubahan-perubahan dalam ungkapan-ungkapan emosional.

Pola emosi pada kanak-kanak akhir pada masa ini anak cenderung memiliki emosi berupa amarah, takut, cemburu, iri hati, sedih, gembira, dan kasih sayang. Faktor-faktor penyebab meningginya emosi antara lain: keadaan fisik, saat ia sakit atau lelah ia cenderung lebih rewel, serta keadaan lingkungandan sosial anak yang bentuknya beragam.

Rosenbaum dan Lewis dalam Rita Izzaty(2013:111)menyatakan bahwa, faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak pada masa

remaja awal (usia 11-13 tahun) yaitu perubahan hormon yang signifikan. Pengalaman lingkungan anak akan memberikan kontribusi lebih pada perkembangan emosi remaja daripada perubahan hormonal. Pengalaman lingkungan ini misalnya, pergaulan anak, masalah-masalah baik dalam keluarga, sekolah, masyarakat, serta faktor sosial lainnya.

Rita Izzaty (2013:110) berpendapat bahwa, ada enam reaksi yang ditunjukkan remaja terhadap frustasi, yaitu: agresi, pengalihan emosi, regresi, withdrawl, kompensasi, dan frustasi pendorong. Pada masa ini anak sudah mulai mengenal adanya emosi cinta. Tahapan-tahapan perkembangan emosi cinta remaja:

1) Crush: awal masa remaja anak mulai memuja orang lain yang lebih tua dari jenis seks yang sama, cinta tersebut hanya bersifat mengagumi atau memuja.

2) Hero worshipping: sama dengan crush, cinta ini bersifat pemujaan yang ditunjukan pada orang lain yang lebih tua namun dari jenis kelamin yang berbeda.

3) Boy crazy and girl crazy: cinta ini ditujukan pada teman sebaya, tidak hanya satu orang tetapi pada semua remaja dan lawan jenisnya.

4) Puppy love (cinta monyet): cinta remaja pada satu orang saja, tetapi sifatnya masih berpindah-pindah.

e. Tahapan Perkembangan Bahasa

Dalam tahapan ini anak mulai memahami bahwa berbicara merupakansalah satu bentuk berkomunikasi yang menjadi sarana penting untuk memperoleh tempat didalam kelompok. Kemampuan anak dalam memperbaiki kemampuannya berbicara dapat berasal dari orang tua, media massa seperti televisi atau radio, serta guru-guru di sekolah.

Dokumen terkait