• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan dana dari pemerintah melalui kementerian kesehatan dalam membantu pemerintah daerah kabupaten/kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan melalui peningkatan kinerja psukesmas dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) dimanfaatkan sepenuhnya secara langsung oleh Puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat dan tidak dijadikan sumber pendapatan daerah sehingga tidak boleh disetorkan ke kas daerah. Pemanfaatan dana BOK harus berdasarkan hasil perencanaan yang disepakati dalam lokakarya mini Puskesmas yang diselenggarakan secara rutin (periodik bulanan/tahunan).

Dana BOK memiliki ruang lingkup kegiatannya sendiri, seperti ruang lingkup kegiatan di Puskesmas, dan ada juga ruang lingkup kegiatan di dinas kesehatan. Adapun ruang lingkupkegiatan dana BOK di Puskesmas yaitu :

1. Upaya kesehatan di Puskesmas 2. Kegiatan penunjang upaya kesehatan 3. Manajemen Puskesmas

4. Barang penunjang upaya kesehatan

Maksud dari adanya ruang lingkup tersebut adalah agar dana BOK dapat digunakan sesuai padatempatnya dan juga berfungsi sebagai batasan-batasan agar dana BOK dapat dimanfaatkansebagaimana mestinya.

80 1. Kegiatan Penunjang Upaya Kesehatan

Kegiatan Penunjang Upaya Kesehatan merupakan kegiatan dalam rangka mendukung upaya kesehatan dan penyelenggaran manajemen BOK di Puskesmas. Misalnya untuk kegiatan di Posyandu atau Poskesdes, rapat koordinasi dengan lintas sektor, tokoh masyarakat, tokoh agama dan/kader kader kesehatan, survey mawas diri (SMD) dan musyawarah masyarakat desa, penyuluhan kesehatan, studi banding antar Puskesmas, orientasi kader kesehatan dan/atau tokoh masyarakat serta kegiatan untuk kegiatan pengelolaan administrasi BOK.

Di Puskesmas Tanete sendiri diketahui bahwa semua kegiatan upaya penunjang kesehatan yang telah direncanakan di POA itu semuanya terlaksana dengan rutin dan tepat waktu.

Terkait dengan crosschek informan yang telah dilakukan untuk penggunaan dana BOK pada kegiatan penunjang upaya kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Tanete didapatkan bahwa di Poskesdes itu sumber dananya adalah dana BOK baik itu penyuluhan, kegiatan Poskesdes, kegiatan Posyandu, dan kelas ibu hamil.

2. Manajemen Puskesmas

Puskesmas merupakan unit pelayanan kesehatan tingkat pertama yang dalam melaksanakan kegiatannya Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program kegiatannya sehingga perlu didukung oleh kemampuan manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik demi

81

terselenggaranya pelayanan kesehatan di Puskesmas secara optimal, tepat sasaran, efisien dan efektif yang meliputi :

1. Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1)

2. Penggerakan Pelaksanaan (P2) Melalui lokakarya Mini Puskesmas 3. Pengawasan, Pengendalian Dan Penilaian (P3)

Pemanfaatan dana untuk kegiatan manajemen Puskesmas sebagaimana disebutkan sebelumnya yang dapat dibiayai dari BOK meliputi biaya pembelian ATK dan penggandaan bahan, biaya transportasi dan konsumsi untuk peserta rapat dalam rangka P1-P2-P3, biaya petugas untuk mengikuti orientasi manajemen BOK di kabupaten (meliputi biaya transportasi, akomodasi, dan uang saku), biaya transportasi dan/atau biaya pos untuk pengiriman laporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota, dan biaya transportasi dalam rangka konsultasi kegiatan BOK di lingkup atau wilayah dinas kesehatan kabupaten/kota.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Tanete, secara keseluruhan program pembiayaan dana BOK untuk kegiatan manajemen Puskesmas sebagaimana telah disebutkan diatas dapat dikatakan masih kurang baik, hal ini dikarenakan masih ada kegiatan yang pelaksanaannya belum dibiayai sepenuhnya oleh BOK seperti pada saat konsultasi laporan program ke Dinas Kesehatan, biaya transport yang ditanggung oleh dana BOK hanya satu kali sedangkan konsultasi dilakukan sebanyak tiga kali.

82

Setiap pembiayaan yang telah ditentukan pada petunjuk teknis Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tentunya ingin dilaksanakan dengan baik oleh pengelola dan pelaksana kegiatan program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), namun karena adanya berbagai kendala seperti keterlambatan pencairan dana serta keterbatasan dana yang telah dianggarkan oleh pemerintah sehingga menyebabkan pelaksanaan kegiatan masih belum maksimal. Keterlambatan pencairan dana BOK ini dipengaruhi oleh dua faktor lain : keterlambatan alokasi dari pemerintah pusat, dan kapasitas dari sumber daya manusia di Puskesmas dalam membuat Plan Of Action (POA). Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Mariane, Trisnantoro et al, 2011) ditiga Puskesmas di kabupaten Ende provinsi Nusa Tenggara Timur yang menyebutkan bahwa keterlambatan pencairan dana BOK disebabkan karena dana yang diterima di kabupaten dari pemerintah pusat terlambatan yang berdampak pada keterlambatan pendistribusian dana ke Puskesmas.

Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nurcahyani, 2011) keterlambatan dana BOK yang diterima oleh Puskesmas sebenarnya tidak terlalu berpengaruh pada pelaksanaan kegiatan di Puskesmas karena di beberapa Puskesmas adayang yang menggunakan dana pribadi atau dana lain.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, Perencanaan Tingkat Puskesmas atau yang biasa disingkat PTP merupakan salah satu bagian kegiatan kegiatan dari manajemen Puskesmas, dan dapat dikatakan sebagai otak

83

dari seluruh kegiatan yang ada di Puskesmas karena Perencanaan Tingkat Puskesmas merupakan proses kegiatan yang dilakukan Puskesmas untuk menyusun perencanaan kegiatan satu tahun kedepan dalam rangka meningkatkancakupan pelayanan dan program di Puskesmas.

Dari pengertian PTP yang disebutkan diatas, maka dapat dilihat bahwa PTP memegang kunci penting dari terselenggaranya program pelayanan kesehatan yang optimal di Puskesmas untuk satu tahun kedepannya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Gani, 2011) di 13 propinsi dan 39 kabupaten/kota didapatkan hasil bahwa hambatan dalam pengelolaan BOK tahun 2011 adalah kelengkapan SDM di Puskesmas (26,67%), dan sebanyak (18,89%) dipengaruhi oleh kemampuan Puskesmas dalam menyusun POA, hasil ini berdasarkan persepsi dari tim pengelola BOK kabupaten/kota. Keberadaan SDM menentukan kemampuan Puskesmas untuk merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang dibiayai dari BOK.

Oleh karena peranan PTP yang sangat penting tersebut, maka hendaknya pembiayaan untuk pelaksanaan kegiatan PTP lebih di perhatikan demi terselenggaranya perencanaan tingkat Puskesmas yang maksimal.

Namun kenyataan yang ada dilapangan lain dari pada yang diharapkan, Sebagaimana ungkapan dari informan yang telah disebutkan sebelumnya, biaya operasional untuk penyelenggaraan perencaaan tingkat Puskesmas yang seharusnya menggunakan dana BOK, oleh karena keterlambatan

84

cairnya dana sehingga mengakibatkan pengelola mengharuskan menggunakan dana kas dari Puskesmas, pengelola menggunakan dana Puskesmas untuk membiayai operasional untuk pelaksanaan PTP karena keterlabatan pencairan dana BOK tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak melaksanakan kegiatan PTP tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Asante, Anthony et al. 2006) bahwa untuk mengatasi dana yang terlambat turun maka pimpinan dalam suatu organisasi harus mencari pinjaman dana dari pihak lain yang berupa pinjaman/hutang.

Sistem peminjaman dana di psukesmas menyebabkan dilakukannya upaya penghematan biaya saat dilakukan operasional kegiatan dilapangan dan untuk memenuhi target waktu pengumpulan laporan dan pertanggungjawaban, beberapa Puskesmas hanya mengusahakan terpenuhinya pertanggungjawaban dari sisi administrasi sesuai dengan juknis yang ada tanpa memperhatikan sasaran utama dari kegiatan BOK yaitu masyarakat.

Terbatasnya anggaran BOK tersebut dapat dilihat pada wawancara dengan informan tentang penggunaan dana BOK untuk transportasi mengantar laporan dan transportasi untuk konsultasi BOK.

Dalam petunjuk teknis BOK poin manajemen Puskesmas disebutkan bahwa pemanfaatan dana untuk kegiatan manajemen Puskesmas pada poin (d) dan (e) disebutkan bahwa pembiayaan yang ditanggung oleh dana BOK untuk kegiatan manajemen Puskesmas adalah biaya transportasi untuk pengiriman laporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota, serta biaya

85

transportasi dalam rangka konsultasi kegiatan BOK dilingkup/wilayah dinas kesehatan kabupaten/kota.

Pembiayaan tersebut telah dilaksanakan atau direalisasikan di Puskesmas Tanete, namun dalam pelaksanaannya ada beberapa kebijakan dari dinas kesehatan kabupaten Bulukumba. Kebijakan tersebut yaitu berupa diberinya batasan untuk pembayaran transportasi pengelola dalam rangka konsultasi kegiatan BOK hanya satu kali dalam satu bulan.

Sementara berdasarkan hasil penelitian didapatkan fakta bahwa untuk konsultasi kegiatan BOK seperti konsultasi POA bukan hanya satu kali saja, bisa mencapai dua atau tiga kali baru bisa di acc.

Dengan diberinya batasan biaya transportasi untuk konsultasi, maka dapat disimpulkan bahwa hal tersebut terjadi karena kurangnya anggaran dana BOK yang dapat dimanfaatkan oleh Puskesmas Tanete, serta dikarenakan masih banyaknya program-program Puskesmas lainnya yang lebih membutuhkan biaya operasional sehingga anggaran yang ada dialihkan kepada program yang lebih membutuhkan.

Keterlambatan cairnya dana BOK tersebut juga bisa diakibatkan karena sistem yang digunakan untuk pencairan dana BOK didinas kesehatan kabupaten Bulukumba menggunakan sistem klaim, yaitu nanti setelah kegiatan dilaksanakan kemudian dibuat laporan pertanggungjawaban untuk pencairan dana tersebut. Hal ini sejalan dengan kajian literatur yang telah dilakukan oleh (Dewi, 2006) bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan BOK. Faktor yang

86

menghambat pelaksanaan kegiatan BOK diantaranya mekanisme pencairan dana BOK melalui tugas pambantuan yang dinilai kurang tepat sehingga dianggap menyulitkan dan mengakibatkan keterlambatan pencairan dana ke kabupaten dan Puskesmas.

Puskesmas Tanete tidak termasuk dalam daerah sulit/terpencil karena dapat diakses oleh kendaraan dengan lancar tanpa ada hambatan, oleh karena itu pengelola BOK Puskesmas dapat menerima dana BOK paling cepat 4 hari dan paling lambat 2 hari sebelum kegiatan dilaksanakan. Oleh karena menggunakan sistem klaim, banyak kegiatan yang mengalami hambatan.

Dalam buku “Pedoman Lokakarya Mini Puskesmas” yang diterbitkan oleh departemen kesehatan RI tahun 2006, pada BAB III tentang lokakarya mini tribulanan lintas sektor, disebutkan bahwa setelah melaksanakan penggalangan/peningkatan kerjasama lintas sektoral sebagai tindak lanjut semangat kerja sama dalam tim yang telah ditimbulkan dalam linskungan sektor-sektor yang bersangkutan perlu dipelihara dengan baik.

Disamping itu keberhasilan pembangunan kesehatan sangat memerlukan dukungan lintas sektor. Dimana kegiatan masing-masing sektor perlu dikoordinasikan sehingga dapat diperoleh hasil yang optimal. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan pelaksanaan kerjasama lintas sektoral dengan lokakarya mini yang diselenggarakan setiap tribulan disebut dengan lokakarya mini tribulanan.

87

Lokakarya mini tribulanan lintas sektor dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu lokakarya mini tribulanan tahap pertama merupakan lokakarya mini penggalangan tim pengorganisasian yang dilaksanakan untuk dapat terlaksananya rencana kegiatan sektoral yang terkait dengan kesehatan dan lokakarya mini tribulanan rutin yang merupakan tidak lanjut dari lokakarya penggalangan kerjasama lintas sektora yang telah dilakukan dan selanjutya dilakukan tiap tribulan secara tetap.

Dengan terlaksananya lokakrya mini tribulanan, maka dapat dikatakan pembangunan kesehatan masyarakat sudah optimal. Menurut informan lokakarya mini yang dilakukan juga merupakan salah satu bentuk pengawasan, pengendalian dan penilaian karena dalam kegiatan lokakarya mini yang dipimpin oleh kepala Puskesmas, dilaksanakan kegiatan evaluasi program yang telah dilaksanakan 1 bulan yang lau, kemudian dibuat juga perencanaan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan oleh masing-masing program untuk satu bulan kedepan dalam bentuk POA (Plan Of Action).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Tanete dapat disimpulkan bahwa bentuk kegiatan dari pengawasan, pengendalian, dan penilaian yang dilakukan di Puskesmas adaalah kepala Puskesmas melakukan kontrol pada setiap kegiatan yang diaksanakan, kontrol tersebut dalam bentuk pelaporan setiap kegiatan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Dasmar, 2013) bahwa pengawasan dan monitoring (pemantauan) yang dilakukan pada

88

program BOK oleh tim pengelola di setiap Puskesmas ditujukan agar dana BOK dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan sehingga dapat memberikan hasil seoptimal mungkin.

Untuk terselenggaranya proses pengendalian, pengawasan dan penilaian tersebut diperlukan instrumen yang sederhana, yakni instrumen yang telah dikembangkan di Puskesmas yaitu Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) dan penilaian/evaluasi kinerja Puskesmas sebagai pengganti dan stratifikasi.

3. Barang Penunjang Upaya Kesehatan

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas dan jaringannya maka maksimal 10% dari alokasi BOK di Puskesmas dapat dimanfaatkan untuk penyediaan barang penunjang upaya kesehatan, yang meliputi pemeliharaan ringan Puskesmas dan jaringannya, baran penunjang untuk tujuan penyuluhan, dan barang fisik yang tidak menimbulkan aset tetap.

Untuk penggunaan dan BOK pada kebutuhan barang penunjang upaya kesehatan secara keseluruhan belum dapat dikatakan baik, hai itu dikarenakan belum maksimalnya penggunaan dana BOK baik untuk pemeliharaan ringan, barang penunjang untuk tujuan penyuluhan, maupun barang fisik yang tidak menimbulkan aset tetap.

Dalam juknis BOK tahun 2017 disebutkan bahwa yang dimaksud pemeliharaan ringan adalah proses memelihara, merawat atau menjaga, dan/atau penggantian fasilitas Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes

89

dan Posyandu yang cukup menggunakan kemampuan teknis dan peralatan sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di Puskesmas Tanete penggunaan dana BOK pada pemeliharaan ringan Puskesmas diperoleh jawaban informan yang menyatakan bahwa untuk pemeliharaan ringan Puskesmas tidak menggunakan dana BOK walaupun sebenarnya tercantum di juknis. Hal itu dikarenakan terbatasnya anggaran dana BOK yang dapat digunakan oleh Puskesmas sehingga anggaran yang ada lebih diprioritaskan untuk membiayai operasional program yang lebih membutuhkan.

Jawaban lain yang didapatkan dari informan mengatakan bahwa pemeliharaan ringan telah dilaksanakan di Puskesmas Tanete dalam bentuk perbaikan gedung, tetapi pemeliharaan tersebut tidak menggunakan dana BOK melainkan menggunakan dana dari JKN.

Selanjutnya hasil penelitian pada barang penunjang untuk tujuan penyuluhan diketahui bahwa yang termasuk dalam barang penunjang untuk tujuan penyuluhan adalah seperti pengadaan poster, brosur, pamflet, baliho dan banner.

Kemudian untuk penggunaan dana BOK pada barang penunjang untuk tujuan penyuluhan di Puskesmas Tanete diketahui bahwa untuk penggunaan dana BOK pada barang penunjang untuk penyuluhan hanya digunakan untuk pembelian barang penunjang seperti baliho dan banner

90

karena untuk sebagian keperluan tersebut sudah ada disediakan dari dinas kesehatan seperti poster, pamflet, dan brosur.

Program ketiga untuk barang penunjang upaya kesehatan adalah barang fisik yang tidak menimbulkan aset tetap. Dalam petunjuk teknis BOK tahun 2017, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan aset tetap adalah barang yang dimiliki dan berwujud dengan masa manfaat lebih dari 12 bulan, memiliki nilai satuan minimum kapitalisasi (≥RP. 300.000), digunakan untuk kegiatan operasional pemerintah dan/atau dimanfaatkaan oleh masyarakat umum.

Dari pengertian aset tetap tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa yang masuk dalam barang fisik yang tidak menimbulkan aset tetap adalah barang yang diluar dari kriteria aset tetap itu sendiri yaitu barang berwujud dengan masa manfaat dibawah atau tidak lebih dari 12 bulan, memiliki nilai satuan maksimum kapitalisasi (≤Rp. 300.000).

Di Puskesmas Tanete sendiri diketahui bahwa penggunaan dana BOK untuk barang fisik yang tidak menimbulkan aset tetap tidak direalisasikan walaupun sebenarnya terlampir dalam juknis, karena menurut informasi dari kepala Puskesmas bahwa di Puskesmas Tanete hanya menggunakan dana BOK untuk keperluan program saja. Hal ini diperkuat dengan hasil ketiga estimasi persamaan regresi dalam penelitian yang dilakukan oleh (Septiyanti, 2013) yang menunjukkan realisasi dana BOK dimana dana tersebut lebih memfokuskan pada pelayanan kesehatan yang bersifat peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif), dapat meningkatkan

91

cakupan pelayanan kesehatan dan partisipasi masyarakat di bidang Gizi/KIA. Kondisi kesehatan dan gizi khususnya pada ibu hamil dan anak mempunyai peranan penting dalam menciptakan generasi sumber daya manusia yang berkualitas.

92 BAB VI PENUTUP

Dokumen terkait