• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI PUSKESMAS TANETE KECAMATAN BULUKUMPA KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2017 WAHYUNINGSIH K111 14 014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI PUSKESMAS TANETE KECAMATAN BULUKUMPA KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2017 WAHYUNINGSIH K111 14 014"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ii

SKRIPSI

IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI PUSKESMAS TANETE

KECAMATAN BULUKUMPA KABUPATEN BULUKUMBA

TAHUN 2017

WAHYUNINGSIH K111 14 014

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kesehatan masyarakat

DEPARTEMEN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2018

(2)

iii

(3)

iv

(4)

v RINGKASAN

Universitas Hasanuddin Fakultas Kesehatan Masyarakat Bagian Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Makassar, Mei 2018 WAHYUNINGSIH

K111 14 014

“IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL

KESEHATAN (BOK) DI PUSKESMAS TANETE KECAMATAN

BULUKUMPA KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2017”

(96 Halaman + 21 Singkatan + 4 Tabel + 9 Lampiran)

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai implementasi dari proses pelaksanaan program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang dilaksanakan di Puskesmas Tanete Kab. Bulukumba tahun 2017.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan pengumpulan data menggunakan triangulasi metode dan sumber yaitu wawancara mendalam, telaah dokumen dan observasi. Sumber informan ditentukan secara purposive sampling dengan jumlah informan 5 orang.

Berdasarkan hasil penelitian pada tahap kegiatan penunjang upaya kesehatan bisa dikatakan sudah berhasil karena semua kegiatan upaya penunjang kesehatan yang telah direncanakan di POA sudah terlaksana dengan rutin dan tepat waktu. Tahap kegiatan manajamen puskesmas masih didapatkan kendala seperti keterlambatan pencairan dana, kemudian kurangnya anggaran dana BOK.

Tahap barang penunjang upaya kesehatan penggunaan dana BOK masih belum maksimal, hal itu bisa terjadi dikarenakan terbatasnya anggaran dana BOK yang dapat dimanfaatkan oleh Puskesmas.

Penelitian ini menyarankan kepada pihak pengelola BOK harus lebih mengoptimalkan anggaran dana yang ada, sehingga semua program dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan aturan atau pedoman yang sudah ditentukan dan Puskesmas sangat perlu memanfaatkan forum lokakarya mini dengan baik untuk menyusun POA sehingga membantu memperlancar pencairan dana BOK.

Kata Kunci : Program BOK, Upaya Kesehatan, Manajemen, Puskesmas DAFTAR PUSTAKA : 32 (1996-2016)

(5)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah dan karunianya sehingga penulis mampu menyelesesaikan skripsi yang berjudul

“Implementasi Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) Di Puskesmas Tanete Kecamatan Bulukumpa Kabupaten Bulukumba Tahun 2017” dengan lancar dan tepat waktu. skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk untuk menyelesaikan pendidikan Strata-1 di Jurusan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih yang begitu dalam kepada Allah SWT yang senantiasa memberikan kesabaran dalam penelitian maupun penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih yang teristimewa kepada Ayahanda Agussalim serta ibunda Erniati atas segala pengorbanan, kasih sayang, dukungan, serta doa tiada henti hingga akhirnya penulis bisa menyelelesaikan skripsi ini.

Kepada adik-adikku tersayang Fauziah Ayu Pratiwi dan Bilqis Maulidya Agus, semoga kita menjadi anak-anak yang sukses dan berhasil, soleha, rendah hati dan selalu memanjatkan rasa syukur atas apa yang kita peroleh. Serta keluarga besar penulis atas segala kasih sayang, dukungan, pengorbanan dan doa restu selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

Penulis juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. H. Amran Razak, SE, M.Sc selaku pembimbing I dan Bapak

(6)

vii

Prof. Dr. H. Indar, SH, M.PH selaku pembimbing II yang dengan tulus, ikhlas dan penuh kesabaran telah meluangkan waktu dan pemikirannya untuk memberikan arahan kepada penulis mulai dari awal hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Prof. Dr. Drg. Andi Zulkifli Abdullah, M.Kes selaku dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin beserta seluruh staf atas segala kemudahan birokrasi serta administrasi selama penyusunan skripsi.

2. Prof. Sukri Palutturi, SKM.,M.Kes.,M.Sc.PH.,PhD sebagai penasehat akademik yang telah membimbing dan memberikan motivasi.

3. Bapak Dr. H. Muh. Alwi Arifin, M.Kes selaku ketua jurusan Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

4. Prof. Dr. dr. H. Muh. Syafar, MS, ibu Adelia U. Ady, SKM, MARS, dan Bapak Dian Saputra Marzuki, SKM, M.Kes selaku tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran serta waktunya demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin yang telah memberikan ilmu dan pengalaman, tentunya akan sangat bermanfaat untuk penulis kedepannya.

(7)

viii

6. Teman-teman HAPSC 2014 dan teman-teman “VAMPIR” yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas kebersamaan dan motivasinya selama ±4 tahun menjalani kegiatan kampus.

7. Serta semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan terima kasih.

Penulis menyadari akan kekurangan penulisan skripsi ini, oleh karena itu segala kritik maupun saran yang bersifat membangun sangat diharpkan agar kelak dikemudian hari dapat menghasilkan karya yang lebih baik. Pada akhirnya dengan segala kerendahan hati penulis mempersembahkan skripsi ini dengan harapan bisa memberikan manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Makassar, Mei 2018

Wahyuningsih

(8)

ix DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing... ii

Ringkasan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar Isi ... vii

Daftar Singkatan ... x

Daftar Tabel ... xi

Daftar Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Implementasi ... 10

B. Tinjauan Umum Tentang Program ... 19

C. Tinjauan Umum Tentang BOK ... 20

1. Defenisi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ... 20

2. Tujuan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ... 22

3. Sasaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ... 22

4. Kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) ... 22

5. Ruang Lingkup Kegiatan BOK di Puskesmas ... 24

a. Upaya Kesehatan Di Puskesmas ... 24

b. Kegiatan Penunjang Upaya Kesehatan ... 24

c. Manajemen Puskesmas ... 25

d. Barang Penunjang Upaya Kesehatan ... 26

(9)

x

e. Pengelolaan Dana BOK Di Puskesmas ... 27

D. Tinjauan Umum Variable Yang Diteliti ... 30

1. Kegiatan Penunjang Upaya Kesehatan ... 30

2. Manajemen Puskesmas ... 31

3. Barang Penunjang Upaya Kesehatan ... 35

E. Tabel Sintesa Penelitian ... 38

BAB III KERANGKA KONSEP A. Dasar Pemikiran Variabel Yang Diteliti ... 47

B. Kerangka Teori... 49

C. Kerangka Konsep ... 50

D. Defenisi Konseptual ... 51

BAB IV METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 53

B. Lokasi Penelitian ... 53

C. Informan Penelitian ... 53

D. Metode Pengumpulan Data ... 54

E. Instrumen Penelitian... 55

F. Validitas Data ... 55

G. Tekhnik Analisa Data ... 56

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum lokasi ... 58

B. Hasil penelitian... 59

1. Kegiatan Penunjang Upaya Kesehatan ... 60

2. Manajemen Puskesmas ... 61

a. Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1) ... 62

b. Penggerakan Pelaksanaan (P2) Melalui Lokakaryamini ... 67

c. Pengawasan Pengendalian Dan Penilaian ... 71

3. Barang Penunjang Upaya Kesehatan ... 73

a. Pemeliharaan Ringan Puskesmas ... 74

b. Barang Penunjang Untuk Tujuan Penyuluhan ... 75

(10)

xi

c. Barang Fisik Yang Tidak Menimbulkan Aset Tetap ... 77

C. Pembahasan ... 79

1. Kegiatan Penunjang Upaya Kesehatan ... 80

2. Manajemen Puskesmas ... 80

3. Barang Penunjang Upaya Kesehatan BAB VI PENUTUP ... 91

A. Kesimpulan ... 91

B. Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(11)

xii

DAFTAR SINGKATAN

BOK : Bantuan Operasional Kesehatan MDGs : Millenium Development Goals

APBN : Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah SPM : Standar Pelayanan Minimum

PMT : Pemberian Makanan Tambahan KIA : Kesehatan Ibu Dan Anak SMD : Survey Mawas Diri

MMD : Musyawarah Masyarakat Desa

P1 : Perencanaan

P2 : Penggerakan Pelaksanaan

P3 : Pengawasan, Pengendalian Dan Penilaian PTP : Perencanaan Tingkat Puskesmas

POA : Plan Of Action ATK : Alat Tulis Kantor

KIE : Komunikasi, Informasi Dan Edukasi LOKMIN : Lokakarya Mini

RPK : Rencana Pelaksanaan Kegiatan RUK : Rencana Usulan Kegiatan PWS : Pemantauan Wilayah Setempat BPP : Badan Penyantun Puskesmas

(12)

xiii

DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel Sintesa Penelitian

Tabel 2 Tabel Kegiatan Penunjang Upaya Kesehatan Di Puskesmas Tabel 3 Tabel Kode Informan

Tabel 4 Tabel Matriks Analisis Data Kualitatif

(13)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori Implementasi Kebijakan Gambar 2 Kerangka Konsep

(14)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara Lampiran 2 Penjelasan Penelitian

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Partisipan Lampiran 4 Daftar Kode Informan

Lampiran 5 Matriks Wawancara

Lampiran 6 Surat Izin Pengambilan Data Awal Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Lampiran 8 Surat Keterangan Selesai Penelitian Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional dalam rangka mewujudkan visi misi presiden yaitu meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya diselenggarakan upaya kesehatan perorangan dan paya kesehatan masyarakat dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, mengamanatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi daerah dalam pelaksanaan desentralisasi, diantaranya untuk meningkatkan pembangunan kesehatan, sehingga Pemerintah baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah dapat menyediakan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau dan berkualitas.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 298 ayat (7) menyebutkan belanja DAK diprioritaskan untuk mendanai kegiatan fisik dan dapat digunakan untuk kegiatan nonfisik. Tahun 2017 Pemerintah mengalokasikan anggaran DAK Bidang Kesehatan sebesar Rp.23.220.985.381.000,- (dua puluh tiga triliun dua ratus dua puluh miliar sembilan ratus delapan puluh lima juta tiga ratus delapan puluh satu ribu rupiah) terdiri dari DAK Fisik sebesar Rp.16.603.785.381.000,-, (enam

(16)

2

belas triliun enam ratus tiga miliar tujuh ratus delapan puluh lima juta tiga ratus delapan puluh satu ribu rupiah) dan DAK Nonfisik sebesar Rp.6.617.200.000.000,- (enam triliun enam ratus tujuh belas miliar dua ratus juta rupiah). Dengan meningkatnya anggaran DAK Bidang Kesehatan Tahun 2017 untuk kegiatan fisik dan nonfisik, diharapkan dapat mendukung pembangunan kesehatan di daerah yang sinergis dengan prioritas nasional.

(Permenkes, 2016).

Setiap puskesmas mempunyai dana yang diperlukan dalam melakukan pelayanan kesehatan, dana yang didapat bermacam-macam mulai dari pungutan retribusi hingga bantuan anggaran yang diberikan pemerintah kepada puskesmas itu sendiri

Beberapa masalah yang dihadapi oleh puskesmas antara lain ketersediaan dan distribusi tenaga kesehatan yang belum merata, ketersediaan peralatan kesehatan yang masih perlu d itingkatkan, keterbatasan obat-obatan dan logistik lainnya, keterbatasan biaya operasional untuk pelayanan kesehatan, manajemen puskesmas yang masih perlu dibenahi, serta kemampuan dan keterampilan tenaga kesehatan yang masih perlu ditingkatkan (Kemenkes 2010).

Isu keterbatasan biaya operasional untuk pelayanan kesehatan menjadi isu yang tidak pernah surut dari tahun ketahu. Beberapa pemerintah daerah khususnya kabupaten dan kota masih sangat terbatas dalam mencukupi kebutuhan biaya operasioal kesehatan di daerahnya (Harbianto dan Trisnantoro, 2004).

(17)

3

Pelayanan Bantuan Operasional Kesehatan merupakan salah satu program pemerintah melalui Kementerian Kesehatan. Sumber dana bantuan operasional kesehatan yaitu APBN melalui dana tugas bantuan kementerian kesehatan. Bantuan operasional kesehatan merupakan upaya pemerintah pusat dalam membantu pemerintah daerah untuk mencapai target nasional di bidang kesehatan yang menjadi tanggungjawab daerah. Bantuan operasional kesehatan merupakan biaya operasional yang dikhususkan untuk membantu puskesmas. Hal ini dikarenakan peran puskesmas sangat penting karena menjadi ujung tombak dalam upaya kesehatan di masyarakat dalam hal promotif dan preventif, peran puskesmas menurut fungsinya adalah sebagai berikut :

1. Pusat pemberdayaan masyarakat

2. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan 3. Pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer

4. Pusat pelayanan kesehatan perorangan primer

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) tahun 2017 dalam pemanfaatan mengalami perluasan bukan hanya untuk operasional puskesmas dan dukungan manajemen tetapi juga untuk peningkatan peran Dinas Kesehatan Kabupaten/kota sebagai fasilitas rujukan upaya kesehatan masyarakat sekunder termasuk Balai Kesehatan Masyarakat sebagai UPTnya serta untuk kegiatan peningkatan distribusi obat ke Puskesmas dan e-logistic di Kabupaten/kota. (Juknis BOK, 2017)

(18)

4

Millennium Development Goals (MDGs) adalah komitmen global yang harus diwujudkan oleh semua Negara pada tahun 2015, untuk mempercepat tujuan tersebut maka kementerian kesehatan menyalurkan dana operasional kesehatan (BOK) dalam membantu pemerintah kabupaten/kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai standar penilaian minimum (SPM) kesehatan dengan meningkatkan kinerja puskesmas dan jaringannya serta upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif (Makkasau 2012).

Pemerintah pusat melalui dana bantuan operasional kesehatan bermaksud untuk ,mendongkrak kinerja puskesmas dan jejaringnya, poskesdes dan posyandu. Dana ini diharapkan dapat membantu puskesmas dalam memperbaiki manajemen organisasi dan mengindetifikasi permasalahan dasar masyarakat. Beberapa program rutin puskesmas yang senantiasa harus digalakkan adalah lokakarya mini. Lokakarya mini ini bisa dilakukan puskesmas setiap bulan dan setiap tiga bulan. Dalam lokakarya mini ini diharapkan dapat mengevaluasi pelayanan baik kuratif, promotif dan preventif yang diberikan kepada masyarakat. Beberapa kegiatan evaluasi juga dimasukkan dalam lokakarya mini ini seperti kinerja bidan desa oleh bidan coordinator, evaluasi kinerja dokter oleh bidan desa atau evaluasi isi dan format laporan.

Program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) menganggarkan dana yang berbeda ditiap-tiap puskesmas, berdasarkan hasil riset pustaka pada tahun 2010 sebanyak 8,500 puskesmas yang menerima dana bantuan

(19)

5

operasional kesehatan (BOK), setiap puskesmas mendapat bantuan bervariasi antara Rp. 10.000.000,- hingga Rp, 20.000.000,-. Bantuan operasional kesehatan (BOK) sebesar Rp. 22.000.000,- untuk puskesmas wilayah timur dan Rp. 18.000.000,- untuk puskesmas wilayah barat. Pengecualian bagi puskesmas yang berada sekitar 303 puskesmas ditujuh kabupaten yang ada di wilayah Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, Maluku, dan Papua, pemerintah akan memberikan bantuann operasional kesehatan (BOK) sebesar Rp. 100.000.000,-. Puskesmas-puskesmas ditujuh wilayah tersebut dijadikan uji coba untuk mengetahui berapa banyak dana operasional yang dibutuhkan puskesmas agar kegiatannya optimal (Gobel, 2011).

Puskesmas Tanete dibangun pada tahun 1974, dengan luas wilayah 112,93 Km2 yang terdiri dari 10 Desa dan 3 Kelurahan yaitu Desa Sapobonto (7 dusun), Bonto Bulaeng (5 dusun), Batulohe (5 dusun), Bontominasa (5 dusun), Tibona (7 dusun) ,Balang Pesoang (5 dusun), Barugae (5 dusun), Ka mbuno (3 dusun), Balang Taroang (5 dusun), Baruga Riattang (3 Dusun) serta Kelurahan Tanete (2 lingkungan), Ballasaraja (3 Lingkungan) dan kelurahan Jawi –jawi (2 Lingkungan) (Profil Pukesmas Tanete Tahun 2016).

Dana BOK yang diluncurkan oleh pemerintah pusat pada tahun 2013 adalah sebesar 1,113 trilliun, jumlah ini mengalami peningkatan pada tahun 2014 yaitu sebesar 1,207 trilliun. Sementara alokasi dana BOK untuk puskemas Tanete Kabupaten Bulukumba tahun 2017 sebesar 149.000.000,00.

Namun meskipun demikian BOK tetap hanya berperan sebagai dana pendukung untuk membantu pemerintah daerah dalam menyelenggarakan

(20)

6

pembangunan kesehatan terutama dalam upaya promotif dan preventif.

Sehingga untuk itu pemerintah daerah harus tetap berkomitmen untuk meningkatkan alokasi anggaran kesehatan terutama dalam upaya promotif dan preventif.

Pengevaluasian yang dilakukan oleh (Dasmar, 2013) di Kabupaten Luwu

menunjukkan bahwa terjadi peningkatan cakupan lingkup program BOK tersebut, akan tetapi belum tercapai dengan target SPM 2015 dengan adanya beberapa masalah dalam pengoperasiannya. Hal ini sejalan dengan permasalahan pada program BOK di Pukesmas Tanete, Kabupaten Bulukumba. Dari hasil wawancara dengan salah satu pengelola BOK Puskesmas, mengatakan bahwa masih ada kendala dalam implementasi program ini diantaranya terlalu banyak dan rumitnya dokumen pertanggungjawaban yang harus dibuat sehingga sangat memberatkan bagi pengelola BOK yang belum terbiasa dengan sistem administrasi keuangan dan masih memiliki tugas pokok lain untuk dilaksanakan, keterlambatan turunnya dana, proses pencairan dana yang membutuhkan waktu lama, masih adanya kegiatan yang dianggap penting namun tidak tercantum dalam buku petunjuk dan tekhnis serta keterbatasan dana yang dialokasikan.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengevaluasi lebih lanjut tentang program Bantuan Operasional Kesehatan di Puskesmas Tanete Kabupaten Bulukumba.

(21)

7 B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi dari proses pemanfaatan dana kegiatan penunjang upaya kesehatan yang dilaksanakan di Puskesmas Tanete Kabupaten Bulukumba tahun 2017 ?

2. Bagaimana implementasi dari proses pemanfaatan dana dan program kegiatan manajemen yang dilaksanakan di Puskesmas Tanete Kabupaten Bulukumba tahun 2017 ?

3. Bagaimana implementasi dari proses pemanfaatan dana untuk pengadaan barang penunjang upaya kesehatan (seperti pemeliharaan ringan puskesmas dan jejaringnya, barang penunjang untuk tujuan penyuluhan, dan barang fisik yang tidak menimbulkan asset tetap) yang dilaksanakan di Puskesmas Tanete Kabupaten Bulukumba tahun 2017 ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Tujuan umum

Untuk memperoleh informasi mengenai implementasi dari proses pelaksanaan program Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang dilaksanakan di Puskesmas Tanete Kabupaten Bulukumba tahun 2017.

2. Tujuan khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

(22)

8

a. Untuk mengetahui pemanfaatan dana program pada kegiatan penunjang upaya kesehatan seperti kegiatan di poskesdes dan posyandu, rapat koordinasi dengan lintas sector, penyuluhan kesehatan.

b. Untuk mengetahui implementasi pelaksanaan program pada kegiatan manajemen puskesmas seperti perencanaan tingkat puskesmas, penggerakan pelaksanaan melalui lokakarya mini, dan pengawasan pengendalian penilaian.

c. Untuk mengetahui pelaksanaan program pembiayaan pada pengadaan barang penunjang upaya kesehatan seperti pemeliharaan ringan puskesmas dan jejaringnya, barang penunjang untuk tujuan penyuluhan, dan barang fisik yang tidak menimbulkan aset tetap.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain : 1. Intitusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi intansi yang berwenang dalam hal ini Puskesmas Tanete Kabupaten Bulukumba terhadap pencapaian pembiayaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

2. Ilmiah

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan atau bahan acuan bagi peneliti berikutnya.

(23)

9 3. Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi dan menambah wawasan mengenai evaluasi pelaksanaan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

(24)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Implementasi

Implementasi kebijakan merupakan suatu aktivitas yang paling penting.

Tetapi, tidak seperti anggapan bahwa kebijakan yang dibuat dapat terimplementasikan dengan sendiri- nya, seolah aktivitas implementasi tersebut menyangkut sesuatu yang tinggal jalan. Realita menunjukan, implementasi kebijakan itu sejak awal melibatkan sebuah proses rasional dan emosional yang teramat kompleks. Oleh sebab itu tidak terlalu salah jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan.

Implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Berikut ini adalah pengertian tentang implementasi menurut para ahli :

implementasi kebijakan adalah tindak lanjut terhadap keputusan kebijakan dasar yang telah dilegitimasikan ke dalam tindakan yang lebih operasional untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam kebijakan (Agustino, 2012).

Implementasi kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan (Agustino, 2012).

(25)

11

Sedangkan menurut (Nugroho, 2008) bahwa implementasi kebijakan adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Ketiga pendapat tersebut menunjukkan secara jelas bahwa tahapan implementasi kebijakan merupakan sebuah tahapan dimana individu, kelompok, organisasi, baik itu pemerintah maupun swasta serta masyarakat mengopersaionalisasikan tujuan dan sasaran yang telah digariskan dalam peraturan perundangan-undangan agar dapat diwujudkan secara nyata dalam kurun waktu tertentu.

Dari pengertian-pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata implementasi bermuara pada mekanisme suatu system. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa implementasi bukan sekedar aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

1. Teori Tentang Implementasi kebijakan George C. Edwards III

Model George C. Edwards III menilai bahwa implementasi kebijakan merupakan suatu proses yang bersifat dinamis, dimana dalam proses tersebut terdapat banyak faktor yang saling berinteraksi dan mempengaruhi implementasi kebijakan.

Menurut Edwards dalam Widodo (2010), setidaknya terdapat 4 (empat) faktor yang mempengaruhi keberhasilan maupun kegagalan dalam implementasi kebijakan. Keempat faktor tersebut adalah (1) komunikasi, (2) sumber daya, (3) disposisi/sikap, (4) dan struktur birokrasi. Keempat variabel tersebut juga saling berhubungan satu sama lain.

(26)

12

 Komunikasi

Menurut Schramm: “ komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang berarti umum (common) atau bersama. Apabila kita berkomunikasi, sebenarnya kita sedang berusaha menumbuhkan suatu kebersamaan dengan seseorang. Yaitu kita berusaha berbagi informasi, ide atau sikap. seperti dalam uraian ini, misalnya saya sedang berusaha berkomunikasi dengan pembaca untuk menyampaikan ide bahwa hakikat sebuah komunikasi sebenarnya adalah usaha membuat penerima atau pemberi komunikasi memiliki pengertian (pemahaman) yang sama terhadap pesan tertentu”.

Dalam sebuah model komunikasi sekurang-kurangnya didapati empat unsur utama yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel), dan penerima (the receiver) (wijaya, 2010).

Komunikasi kebijakan berarti proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan (policy maker) kepada pelaksana kebijakan (policy implementor). Informasi perlu disampaikan kepada pelaku kebijakan agar dapat memahami apa yang menjadi isi, tujuan, arah, kelompok sasaran (target group) kebijakan sehingga pelaku kebijakan dapat mempersiapkan hal-hal apa saja yang berhubungan dengan pelaksanaan agar proses implementasi kebijakan dapat berjalan efektif serta sesuai dengan tujuan kebijakan itu sendiri (Widodo, 2010).

Komunikasi dalam implementasi kebijakan mencakup beberapa dimensi penting sebagai berikut :

(27)

13

1. Dimensi Transformasi Informasi (Transmisition)

Dimensi transformasi menghendaki agar informasi tidak hanya disampaikan kepada pelaksana kebijakan tetapi juga kepada kelompok sasaran dan pihak yang terkait.

2. Dimensi Kejelasan Informasi (Clarity)

Dimensi kejelasan menghendaki agar informasi yang jelas dan mudah dipahami, selain itu untuk menghindari kesalahan.

3. Dimensi Konsistensi Informasi (Consistency)

Dimensi konsistensi menghendaki agar informasi yang disampaikan harus konsisten sehingga tidak menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan, kelompok sasaran maupun pihak terkait (Misroji, 2014).

 Sumber daya

Sumber daya memiliki peranan penting dalam implementasi kebijakan. Menurut Edward III dalam Widodo (2010) mengemukakan bahwa bagaimanapun jelas dan konsistensinya ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan jika para pelaksana yang bertanggungjawab untuk melaksanakan kebijakan kurang mempunyai sumber-sumber daya untuk melaksanakan secara efektif maka implementasi tersebut tidak akan berjalan dengan baik.

Berikut jenis-jenis sumber daya yang dibutuhkan dalam mendukung keberhasilan implementasi sebuah program adalah :

1. Sumber Daya Manusia (Human Resources)

(28)

14 2. Anggaran (Budgetary) 3. Fasilitas (Facility)

4. Informasi Dan Kewenangan (Information And Authority) 5. Kompetensi

 Disposisi/ sikap

Dissposisi yang dimaksudkan Edwards III adalah sikap, yakni para pelaksana kebijakan yang sangat berperan dalam upaya keberhasilan implementasi hingga sesuai dengan tujuan. Misalnya sikap jujur, komitmen, dan bertanggungjawab harus dimiliki oleh mereka. Sikap seperti ini akan dapat mengarahkan implementor tetap berada dalam track program yang telah digariskan. Tanggungjawab dan komitmen pelaksana juga akan membuat mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas, wewenang, fungsi, dan tanggungjawab sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan (Misroji, 2014).

Menurut Azwar (2013), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap dalam kehidupan sehari-hariadalah reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikapbelum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku (Mubarak et al, 2007).

Sikap terdiri dari beberapa tingkatan :

(29)

15

1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) maudan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.

2. Merespon (responding), yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah salah satu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing), yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.

4. Bertanggungjawab (responsible), yaitu bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Notoadmojo, 2010).

Selanjutnya, bentuk disposisi yang lain selain sikap adalah komitmen. Menurut Judge and Robbins (2007), komitmen adalah suatu keadaan dimana seorang individu memihak oranisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Sedangkan Mathisdan Jakson mendefinisikan komitmen organisasional sebagai derajat dimana karyawan percaya dan mau menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasinya (Sophia, 2008).

 Struktur birokrasi/ organisasi

Struktur birokrasi berkenaan dengan kesesuaian organisasi birokrasi yang menjadi penyelenggara implementasi kebijakan publik (Lestari, 2012).

(30)

16

Struktur organisasi yang bertugas mengimplementasikan kebijakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap implementasi kebijakan.

Salah satu dari aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang (standard operating procedures atau SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

Struktur organisasi yang terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, ini pada gilirannya menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel (Misroji, 2014).

2. Unsur-unsur Implementasi

Tachjan menjelaskan tentang unsur-unsur dari implementasi kebijakan yang mutlak harus ada yaitu:

1. Unsur pelaksana

Unsur pelaksana adalah implementor kebijakan yang diterangkan Dimock dalam Tachjan sebagai beri kut:

“Pelaksana kebijakan merupakan pihak-pihak yang menjalankan kebijakan yang terdiri dari penentuan tujuan dan sasaran organisasional, analisis serta perumusan kebijakan dan strategi organisasi, pengambilan keputusan, perencanaan, penyusunan program, pengorganisasian, penggerakkan manusia, pelaksanaan operasional, pengawasan serta penilaian. (Dimock, Tachjan, 2006)

2. Program yang dilaksanakan

(31)

17

Suatu kebijakan publik tidak mempunyai arti penting tanpa tindakan-tindakan riil yang dilakukan dengan program, kegiatan atau proyek. Menurut Terry dalam Tachjan program merupakan;

Suatu program dapat didefinisikan sebagai rencana komprehensif yang mencakup penggunaan masa depan sumber daya yang berbeda dalam pola terintegrasi dan membentuk urutan tindakan yang diperlukan dan jadwal waktu untuk setiap dalam rangka mencapai tujuan yang dinyatakan. Make up dari sebuah program dapat mencakup tujuan, kebijakan, prosedur, metode, standar dan anggaran.

(Terry,2006)

Program merupakan rencana yang bersifat komprehensif yang sudah menggambarkan sumber daya yang akan digunakan dan terpadu dalam satu kesatuan. Program tersebut menggambarkan sasaran, kebijakan, prosedur, metode, standar dan budjet. Pikiran yang serupa dikemukakan oleh Siagiaan, program harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Sasaran yang dikehendaki

b. Jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu

c. Besarnya biaya yang diperlukan beserta sumbernya d. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan

(32)

18

e. Tenaga kerja yang dibutuhkan baik ditinjau dari segi jumlahnya maupun dilihat dari sudut kualifikasi serta keahlian dan keterampilan yang diperlukan

Program dalam konteks implementasi kebijakan publik terdiri dari beberapa tahap yaitu:

a. Merancang bangun (design) program beserta perincian tugas dan perumusan tujuan yang jelas, penentuan ukuran prestasi yang jelas serta biaya dan waktu.

b. Melaksanakan (aplication) program dengan mendayagunakan struktur- struktur dan personalia, dana serta sumber-sumber lainnya, prosedur dan metode yang tepat.

c. Membangun sistem penjadwalan, monitoring dan sarana-sarana pengawasan yang tepat guna serta evaluasi (hasil) pelaksanaan kebijakan (Tachjan, 2006)

3. Target Group atau Kelompok Sasaran

Tachjan mendefinisikan bahwa: ”target group yaitu sekelompok orang atau organisasi dalam masyarakat yang akan menerima barang atau jasa yang akan dipengaruhi perilakunya oleh kebijakan”. (Tachjan, 2006)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan kelompok sasaran dalam konteks implementasi kebijakan bahwa karakteristik yang dimiliki oleh kelompok sasaran seperti: besaran kelompok, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman, usia serta

(33)

19

kondisi sosial ekonomi mempengaruhi terhadap efektivitas implementasi.

B. Tinjauan Umum Tentang Program

Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Program dapat dihasilkan melalui proses perencanaan program yang diorganisasikan secara sadar dan terus menerus untuk memilih alternative yang terbaik dalam mencapai tujuan (Priyono 2009).

Program adalah cara yang dipisahkan untuk mencapai tujuan. Dengan adanya program maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Hal ini mudah dipahami, karena program itu sendiri menjadi pedoman dalam rangka pelaksanaan program tersebut.

Program merupakan unsure pertama yang harus ada demi tercapainya kegiatan pelaksanaan karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek yang antara lain adalah :

a. Adanya tujuan yang ingin dicapai

b. Adanya kebijakan-kebijakan yang harus diambil dalam pencapaian tujuan itu

c. Adanya aturan-aturan yang dipegang dengan prosedur yang harus dilalui d. Adanya perkiraan anggaran yang perlu atau dibutuhkan

e. Adanya strategi dalam pelaksanaan

Sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan

(34)

20

karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu, sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relative lama. Pelaksanaan program terjadi dalam sebuah organisasi artinya harus melibatkan sekelompok orang.

Menurut Charles O. Jones, pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan, beberapa karakteristik tertentu yang dapat membantu seseorang untuk mengidentifikasi suatu aktivitas sebagai program atau tidak yaitu :

1. Program cenderung membutuhkan staf, misalnya untuk melaksanakan atau sebagai pelaku program

2. Program biasanya memiliki anggaran tersendiri, program kadang juga diindentifikasi melalui anggaran

3. Program memiliki identitas sendiri, yang bila berjalan secara efektif dapat diakui oleh publik.

Program terbaik di dunia adalah program yang didasarkan modelteoritis yang jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik (Jones, 1996).

C. Tinjauan Umum Tentang Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) 1. Defenisi Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) merupakan salah satu program unggulan Kementerian Kesehatan. BOK merupakan upaya pemerintah

(35)

21

untuk membantu daerah dalam mencapai target nasional bidang kesehatan yang menjadi kewenangan wajib daerah (Kemenkes 2012).

Badan Litbangkes Kemenkes RI mengatakan bahwa pemerintah menyadari jika sumber pembiayaan pemerintah daerah yang bersumber dari APBD dianggap tidak mencukupi untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat indonesia secara signifikan karena sebagian besar masih dibawah dari kesepakatan Bupati/ Walikota seluruh Indonesia yang menetapkan anggaran kesehatan daerah sebesar 10% dari APBD.

Selanjutnya di dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas maka diupayakan modal pembiayaan baru yang lebih menitikberatkan kepada pembiayaan langsung dari pusat ke pusat pelayanan kesehatan berbasis komunitas di tingkat puskesmas. Upaya pembiayaan ni diwujudkan melalui program Bantuan Operasional Kesehatan.

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah bantuan dana dari pemerintah melalui kementerian kesehatan dalam membantu pemerintahdaerah kabupaten/kota dalam melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang kesehatan menuju Millennium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan tahun 2015 melalui peningkatan kinerja puskesmas dan jaringannya serta pokesdes dan posyandu dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif (Kemenkes 2012).

(36)

22

2. Tujuan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Adapun tujuannya menurut buku petunjuk teknis Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) adalah :

a. Menyediakan dukungan biaya untuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat

b. Meningkatkan kualitas manajemen puskesmas, terutama dalam perencanaan tingkat puskesmas dan lokakarya mini puskesmas.

c. Meningkatkan upaya untuk menggerakkan potensi masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatannya.

d. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif yang dilakukan oleh puskesmas dan jaringannya serta poskesdes dan posyandu.

3. Sasaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Adapun sasaran dari Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) menurut (Kemenkes 2012) adalah :

a. Dinas Kesehatan Provinsi

b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

c. Puskesmas Dan Jaringannya (Puskesmas Pembantu Dan Puskesmas Keliling)

d. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) e. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

4. Kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Kebijakan operasional kesehatan dalam (Kemenkes 2012) yaitu :

(37)

23

a. Bantuan Operasional Kesehatan merupakan bantuan pemerintah pusat kepada masyarakat melalui puskesmas untuk memperoleh akses dan pemerataan pelayanan kesehatan bersifat promotif dan preventif.

b. Dana BOK yang tersedia di puskesmas dapat dimanfaatkan untuk mendukung kegiatan puskesmas dan jaringannya, termasuk poskesdes dan posyandu.

c. Dana BOK bukan merupakan dana utama oleh karena itu pemerintah daerah tetap berkewajiban menyediakan dana operasional yang tidak terbiayai melalui BOK.

d. Dana BOK dimanfaatkan sepenuhnya secara langsung oleh puskesmas untuk pelayanan kesehatan masyarakat dan tidak dijadikan sumber pendapatan daerah sehingga tidak boleh disetorkan ke atas daerah.

e. Pemanfaatan dana BOK harus berdasarkan hasil perencanaan yang disepakati dalam lokakarya mini puskesmas yang diselenggarakan secara rutin, periodic bulanan/tahunan sesuai kondisi wilayah puskesmas

f. Satuan biaya setiap jenis kegiatan pelayanan kesehatan yang dibiayai BOK mengacu pada ketentuan perda. Jika belum terdapat perda yang mengatur hal itu maka satuan biaya tersebut ditetapkan melalui peraturan bupati/walikota atas usulan dinas kesehatan kabupaten/kota.

g. Pelaksanaan kegiatan di puskesmas berpedoman pada prinsip keterpaduan, kewilayahan, efisien dan efektif.

(38)

24

5. Ruang Lingkup Kegiatan BOK di Puskesmas

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) utamanya digunakan untuk kegiatan upaya kesehatan yang bersifat promotif dan preventif di puskesmas dan jaringannya termasuk posyandu dan poskesdes, dalam rangka membantu pencapaian target SPM bidang kesehatan di kabupaten/kota guna mempercepat pencapaian target MDGs. Selain itu dana BOK juga dialokasikan untuk mendukung pelaksanaan manajemen BOK di dinas kesehatn Kabupaten/kota.

a. Upaya Kesehatan Di Puskesmas

Upaya kesehatan yang diselenggarakan puskesmas melalui dana BOK meliputi :

a. Kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga berencana b. Imunisasi

c. Perbaikan gizi masyarakat d. Promosi kesehatan

e. Kesehatan lingkungan f. Pengendalian penyakit

b. Kegiatan Penunjang Upaya Kesehatan

Kegiatan penunjuang upaya kesehatan merupakan kegiatan dalam rangka mendukung upaya kesehatan dan penyelenggaraan manajemen BOK di Puskesmas. Kegiatan penunjang upaya kesehatan antara lain : a. Kegiatan poskesdes dan posyandu

b. Pengelolaan administrasi BOK

(39)

25

c. Survey mawas diri (SMD) dan pendampingan musyawarah masyarakat desa (MMD)

d. Rapat koordinasi dengan lintas sector, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kader kesehatan

e. Orientasi kader kesehatan dan tokoh masyarakat f. Studi banding antar puskesmas

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang mendukung upaya kesehatan dan penyelenggaraan manajemen BOK di puskesmas, misalnya untuk kegiatandi posyandu atau poskesdes, rapat koordinasi dengan lintas sektor, tokoh masyarakat, tokoh agama atau kader kesehatan, penyuluhan kesehatan, studi banding antar puskesmas, orientasi kader kesehatan dan/atau tokoh masyarakat serta untuk kegiatan pengelolaan administrasi BOK.

c. Manajemen puskesmas

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan di puskesmas secara optimal, tepat sasaran, efisien, dan efektif perlu dilaksanakan manajemen puskesmas yang mencakup :

1. Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1)

Kegiatan perencanaan tingkat puskesmas yang dimaksud adalah penyusunan perencanaan kegiatan puskesmas yang akan dilaksanakan selama 1 tahun dan berbagai sumber daya termasuk salah satunya adalah BOK.

2. Penggerakan Pelaksanaan (P2) melalui lokakarya mini puskesmas

(40)

26

Lokakarya mini puskesmas merupakan penyusunan rencana kegiatan yang direncanakan selama 1 tahun menjadi kegiatan bulanan yang disepakati POA bulanan untuk dilaksanakan, termaukkegiatan-kegiatan yang akan dibiayai dari BOK.

3. Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3)

Penilaian pencapaian program dan kegiatan puskesmas dalam kurun waktu 1 tahun dari yang direncanakan tersebut diatas.

Pemanfaatan dana untuk kegiatan manajemen pukesmas sebagaimana disebutkan di atas yang dapat dibiayai BOK meliputi :

 Biaya pembelian ATK dan penggandaan bahan

 Biaya transportasi dan konsumsi untuk peserta rapat dalam rangka P1-P2-P3 sesuai dengan ketentuan yang berlaku

 Biaya petugas pukesmas untuk mengikuti orintasi manajemen

BOK di Kabupaten/kota (biaya transportasi, biaya akomodasi, dan uang saku) sesuai ketentuan yang berlaku

 Biaya transportasi dan biaya pos untuk pengiriman laporan ke dinas kesehatan kabupaten/kota

 Biaya transportasi dalam rangka konsultasi kegiatan BOK di

lingkup/wilayah dinas kesehatan kabupaten/kota d. Barang penunjang upaya kesehatan

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan di puskesmas dan jaringannya, maksimal 10% dari dana alokasi BOK dipuskesmas dapat dimanfaatkan untuk penyediaan barang penunjang upaya kesehatan di

(41)

27

puskesmas dan jaringannya serta poskesdes dan posyandu. Barang penunjang upaya kesehatan tersebut meliputi :

1) Pemeliharaan ringan puskesmas dan jaringannya serta poskesdes dan posyandu termasuk ongkos tukang

2) Barang penunjang untuk tujuan penyuluhan :

 Pencetakan/penggandaan media KIE

 Bahan untuk interaksi penyuluh kepada mayarakat

3) Barang fisik yang tidak menimbulkan aset tetap

Besaran alokasi barang penunjang upaya kesehatan maksimal 10%dari alokasi dana BOK di puskesmas

Dana BOK di puskesmas tidak boleh dimanfaatkan untuk : a) Upaya kuratif dan rehabilitatif

b) Gaji, uang lembur, insentif c) Pemeliharaan gedung d) Pemeliharaan kendaraan e) Biaya listrik, telepon dan air

f) Pengadaan obat, vaksin dan alat kesehatan g) Biaya transportasi rujukan pasien

e. Pengelolaan dana BOK di Puskesmas

Besaran alokasi dana untuk tiap kabupaten/kota ditetapkan berdasarkan SK menteri kesehatan, sementara alokasi dana per puskesmas ditetapkan berdasarkan SK kepala dinas kesehatan kabupaten/kota dengan memperhatikan situasi dan kondisi antara lain :

(42)

28 1. Jumlah penduduk

2. Luas wilayah 3. Kondisi geografis 4. Kesulitan wilayah 5. Cakupan program

6. Jumlah tenaga kesehatan di puskesmas dan jaringannya 7. Jumlah poskedes dan posyandu

8. Situasi dan kondisi yang ditentukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersangkutan dengan mempertimbangkan kearifan lokal.

Untuk dapat terselenggaranya kegiatan BOK di puskesma secara optimal, tepat sasaran, efiien, dan efektif perlu dilaksanakan kegiatan- kegiatan mencakup :

a. Tahap persiapan

1. Penyusunan RPK tahunan berdasarkan Rencana Usulan Kegiatan (RUK), dengan penyesuaian hasil pencapaian sampai dengan desember H-1, melihat ketersediaan sumber daya (tenaga, sarana, fasilitas)

2. Penyusunan RPK tahunan dilaksanakan padaawal bulan pertama tahun berjalan melalui lokakarya mini bulanan yang pertama untuk menyusun rencana kegiatan Puskesmas dalam 1 tahun, dengan mengundang seluruh staf termasuk puskesmas pembantu dan bidan di desa.

(43)

29

3. Output adalah RPK tahunan puskesmas b. Tahap pelaksanaan

Puskesmas menyusun perencanaan bulanan melalui lokakarya mini dengan tetap memperhatikan RPK tahunan kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan sesuai ruang lingkup kegiatan BOK

1. Lokakarya mini bulanan (lintas program) yang diselenggarakan setiap bulan, dengan mengundang seluruh staf termasuk puskesmas pembantu dan bidan di desa. Output adalah POA bulanan puskesmas

2. Lokakarya mini tribulan dielenggarakan setiap 3 bulan dengan mengundang camat, kepala desa, kader, dan sektor lain sesuai tema/topik. Output adalah kesepakatan kegiatan lintas sektor 3. Kegiatan lokakarya mini dilakukan untuk membahas capaian

program/kegiatan bulan sebelumnya yang dianalisis dengan menggunakan PWS dan merencanakan kegiatan bulan berikutnya 4. Kegiatan BOK dilakanakan sesuai dengan POA bulanan

puskesmas dan pemanfaatan dananya berdasarkan rencana kegiatan yang telah disetujui oleh tim pengelola BOK kabupaten/kota.

c. Tahap monitoring, Evaluasi, dan Penilaian kerja

(44)

30

1. Monitoring pencapaian program/kegiatan dan penyerapan keuanagn BOK dilakukan pada saat lokakarya mini bulanan dan tribulan

2. Pembinaan oleh kepala puskesmas, bidan koordinator dan pengelola program ke puskesmas pembantu, UKBM dan bidan di desa berdasarkan hasil lokakarya mini puskesmas

3. Penilaian kinerja puskesma dilaksanakan oleh pengelola program, dikoordinasikan oleh kepala puskesmas dan dilaksanakan pada akhir tahun, atau sesuai dengan kesepakatan/penetapan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota. Outputnya adalah dokumen penilaian kinerja puskesmas.

D. Tinjauan Umum Variable Yang Diteliti 1. Kegiatan Penunjang Upaya Kesehatan

Kegiatan penunjang upaya kesehatan merupakan kegiatan dalam rangka mendukung upaya kesehatan dan penyelenggaraan manajemen BOK di puskesmas, kegiatan penunjang upaya kesehatan antara lain :

No Kegiatan Pemanfaatan dana

1. Kegiatan di poskesdes dan poyandu 1. Biaya pembelian ATK 2. Biaya penggandaan 2. Pengelolaan administrasi BOK 1. Biaya pembelian ATK

2. Biaya penggandaan 3. Survey mawas diri (SMD) dan

pendampingan musyawarah masyarakat desa (MMD)

Transportasi petugas kesehatan dan kader kesehatn

4. Rapat koordinasi dengan lintas sector, tokoh masyarakat, tokoh agama, dan kader kesehatan

1. Transportasi peserta rapat

2. Konsumsi peserta rapat 5. Orientasi kader kesehatan dan tokoh 1. Transportasi peserta

(45)

31

masyarakat rapat

2. Konsumsi peserta rapat 6. Penyuluhan kesehatan pada

kelompok masyarakat

1. Transportasi petugas atau kader

2. Konsumsi penyuluhan 7. Studi banding antar puskesmas Transportasi petugas

(Kemenkes 2012).

Kegiatan ini merupakan kegiatan yang mendukung upaya kesehatan dan penyelenggaraan manajemen BOK di puskesmas, misalnya untuk kegiatan di posyandu atau poskesdes, rapat koordinasi dengan lintas sector, tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader kesehatan, survey mawas diri dan musyawarah masyarakat desa, penyuluhan kesehatan, studi banding antar puskesmas, orientasi kader kesehatan dan tokoh masyarakat serta untuk kegiatan pengelolaan administrasi BOK.

2. Manajemen Puskesmas

Manajemen adalah sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efisien (Robbins and Coulter, 2007).

Manajemen merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam mengatur sumber daya yang dimilkinya agar dapat dikelola secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan tersebut (Afif, 2012).

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehtan disuatu wilayah kerja, UPT tugasnya adalah menyelenggarakan sebagian tugas teknis dinas kesehatan pembangunan

(46)

32

kesehatan, maksudnya adalah penyelenggara upaya kesehatan (Adi, 2010).

Definisi lain dari puksesmas yaitu : puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan dijangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi tepat guna dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Kemenkes 2014).

Dari definisi manajemen dan puskesmas yang dijabarkan diatas, dapat disimpulkan manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien demi tercapainya tujuan puskesmas. Rangkain kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas akan membentuk fungsi-fungsi manajemen.

Untuk dapat terselenggaranya pelayanan kesehatan di puskesmas secara optimal, tepat sasaran, efisien dan efektif perlu dilaksanakan manajemen puskesmas yang mencakup :

a. Perencanaan Tingkat Puskesmas (P1)

Perencanaan tingkat puskesmas (PTP) adalah sebagai suatu proses kegiatan yang sistematis untuk menyusun atau mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskesmas pada tahun

(47)

33

berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan setempat.

Perencanaan kegiatan meliputi semua kegiatan yang tercakup dalam upaya kesehatan pokok puskesmas. Kegiatan yang diusulkan termasuk kegiatan diluar gedung puskesmas dengan tetap mempertimbangkan sumber daya yang ada. Rencana dapat dibedakan atas rencana sekali pakai dan rencana tetap atau berulang.

Hasil perencanaan puskesmas adalah rencana usulan kegiatan (RUK) tahun yang akan datang setelah dibahas bersama dengan Badan Penyantun Puskesmas (BPP). Setelah mendapat kejelasan dana alokasi kegiatan yang tersedia selanjutnya puskesmas membuat Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).

b. Penggerakan Pelaksanaan (P2) melalui Lokakarya Mini Puskesmas Lokakarya mini adalah bagian dari manajemen puskesmas yang merupakan kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan pengorganisasian kegiatan puskesmas baik lintas program maupun lintas sektor serta melaksanakan pemantauan dan perencanaan ulang.

Puskesmas melaksanakan serangkaian kegiatan yang merupakan penjabaran lebih rinci dari rencana pelaksanaan kegiatan, penyelenggaraan penggerakan pelaksaan puskesmas melalui instrumen lokakarya mini yang terdiri dari:

(48)

34

1. Lokakarya mini bulanan adalah alat untuk penggerakan pelaksanaan kegiatan bulanan dan juga monitoring bulanan kegiatan puskesmas dengan melibbatkan lintas program intern puskesmas

2. Lokakarya mini tribulan dilakukan sebagai penggerakan pelaksanaan dan monitoring kegiatan puskesmas dengan melibatkan lintas sektoral, Badan Penyantun Puskesmas dan mitra yang lain sebagai wujud tanggungjawab puskesmas perihal kegiatan

c. Pengawasan Pengendalian Penilaian (P3)

Pengawasan adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang sebenarnya tentang pelaksanaan tugas dan kegiatan, apakah sesuai dengan semestinya atau tidak.

Pengendalian adalah segala usaha atau kegiatan untuk mengendalikan atau menjamin dan mengarahkan agar suatu tugas atau pekerjaan berjalan dengan semestinya.

Penilaian adalah prosedur penilaian hasil kerja secara menyeluruh dengan cara sistematik dengan membandingkan kriteria atau tujuan yang telah ditetapkan guna mengambil keputusan. Penilaian hasil kegiatan menggunakan kriteria penilaian seperti penilaian pemantauan, tingkat kecukupan, efektifitas, efisiensi dan dampak.

(49)

35

Untuk terselenggaranya proses pengendalian, pengawasan dan penilaian diperlukan instrumen yang sederhana, instrumen yangtelah dikembangkan di puskesmas adalah :

1. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS)

2. Penilaian/ Evaluasi Kinerja Puskesmas sebagai pengganti dan stratifikasi.

3. Barang Penunjang Upaya Kesehatan

Penunjang adalah dana atau sarana yang akan memperlancar kegiatan yang akan dilaksanakan untuk upaya peningkatan (Afif, 2012)

Barang penunjang upaya kesehatan adalah segala sesuatu yang berwujud dan digunakan sebagai pendukung operasional pelayanan kesehatan promotif dan preventif yang dilakukan puskesmas dan jaringannya, poskesdes dan posyandu dan tidak untuk pembelian barang yang menimbulkan aset tetap.

Barang penunjang merupakan sumber daya fisik yang harus ada sebelum kegiatan dilaksanakan. Jika dibandingkan dengan kegiatan upaya kesehatan di puskesmas, barang penunjang merupakan sumber daya fisik berupa barang yang dibutuhkan atau barang pendukung demi tercapainya tujuan suatu program.

Barang penunjang upaya kesehatan terebut meliputi : 1. Pemeliharaan Ringan Puskesmas

Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein artinya merawat, menjaga, dan memelihara. Pemeliharaan adalah suatu

(50)

36

kombinai dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang atau memperbaikinya sampai suatu kondisi yang bisa diterima (Afif, 2012).

Pemeliharaan ringan adalah proses memelihara, menjaga atau merawat dan/atau penggantian fasilitas puskesmas dan jaringannya serta poskesdes dan posyandu yang cukup menggunakan kemampuan tekhnis dan peralatan sederhana.

2. Barang Penunjang Untuk Tujuan Penyuluhan

Yang dimaksud barang penunjang untuk tujuan penyuluhan artinya segala hal baik itu dana maupun sarana yang digunakan untuk meningkatkan presentase tercapainya tujuan suatu kegiatan penyuluhan, itulah yang dimaksudkan dengan barang penunjang pencetakan/penggandaan media KIE (seperti brosur, pamflet, leafet, dll), bahan untuk interaksi penyuluh kepada masyarakat seperti pembelian alat peraga untuk kepentingan penyuluhan (contohnya pembelian sabun pada kegiatan penyuluhan tentang PHBS).

3. Barang Fisik Yang Tidak Menimbulkan Aset Tetap

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari 12 bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan masyarakat umum.

Dalam juknis BOK tahun 2017 juga dijelaskan bahwa aset tetap adalah barang yang dimiliki dan berwujud dengan masa manfaat lebih dari12 bulan, memiliki nilai satuan minimum kapitalisasi (≥Rp.

(51)

37

300.000), digunakan untuk kegiatan operasional pemerintah dan/atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum (Kemenkes, 2012).

(52)

38

TABEL SINTESA PENELITIAN

“PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN”

No. Penulis/tahun Judul Tujuan Metode Variabel Hasil

1. Asmaripa Aini/

2012

PELAKSANAAN KEBIJAKAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DI KABUPATEN OGAN ILIR, SUMATERA SELATAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan program bantuan operasional kesehatan di kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan

Penelitian ini menggunakan metode analysis of policy

Tidak

menggunakan variable

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bantuan operasional kesehatan di Ogan ilir dilaksanakan sejak 2010 melalui bantuan sosial dan april 2011 melalui tugas pembantuan oleh dinas kesehatan.

Pengorganisasian BOK di Ogan Ilir mengacu pada petunjuk teknis dari kemenkes yaitu ada tim koordinasi, tim pengelola, dan tim pengelola

keuangan.

2. Kasman Makkasau/

2012

EFEKTIFITAS DAN EFISIENI

PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERAIONAL KESEHATAN DENGAN PENERAPAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan dana bantuan operasional kesehatan dengan

Penelitian ini menggunakan metode analytic hierarchy process (AHP)

Tidak

menggunakan variabel

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan model AHP, maka dapat dihasilkan suatu alternatif program pemanfaatan dana BOK di puskesmas yang sangat efektif. Dengan menggunakan model AHP

(53)

39 METODE ANALYTIC

HIERARCHY PROCESS

penerapan metode analytic hierarchy process

maka setiap program yang akan dilaksanakan

ditentukan prioritasnya dengan jelas.

3. Detty Kurnia, Hendrikus Triwibawantu Gedeona/ 2012

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI PUSKESMAS PAGARSIH, IBRAHIM ADJIE DAN PADASUKA KOTA BANDUNG

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi Kebijakan Bantuan Operaional Kesehatan Di Puskesmas Pagarsih, Ibrahim Adjie Dan Padasuka Dinas

Kesehatan Kota Bandung

Penelitian ini menggunkan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus

Tidak

menggunakan variable

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Kebijakan Bantuan Operaional Kesehatan Di Puskesmas Pagarsih, Ibrahim Adjie Dan Padasuka Dinas Kesehatan Kota Bandung belum terlaksana secara optimal.

4. Perdamaian Gulo/ 2015

IMPLEMENTASI PROGRAM BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI UPT

PUSKESMAS HILIDUHO KECAMATAN

Penelitian ini dilaksanakan untuk melihat gambaran pelaksanaan kegiatan BOK di UPT

Pukesmas Hiliduho

jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan desain kualitatif

Tidak

menggunakan variabel

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa pada tahap input meliputi SDM, Dana, Sarana prasarana.

Dari segi kuantitas SDM sudah mencukupi tetapi dari segi kualitas masih ditemukan pemanfaatan tenaga oleh kepala

(54)

40 HILIDUHO

KABUPATEN NIAS TAHUN 2015

kabupaten Nias melalui

pendekatan sistem dilihat dari input, proes, dan output.

puskesma belum maksimal dalam pelaksanaan

kegiatan.

5. Raindy

R.Modokaser/

2013

ANALISIS

IMPLEMENTASI KEGIATAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI PUSKESMAS TELING KOTA MANADO TAHUN 2013

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kegiatan Bantuan Operasional Kesehatan di Pukesmas Teling Atas Kota Manado tahun 2013

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam, penelusuran dokumen dan observasi

Tidak

menggunakan variable

Hasil dari penelitian ini adalah kegiatan BOK yang dilakukan di Pukesmas Teling Atas baik upaya kesehatan prioritas dan penunjang serta

pemanfaatan telah dilakukan berdasarkan petunjuk teknis dari kementerian kesehatan 2013, namun terdapat beberapa kegiatan yang tidak optimal. Beberapa kendala yang dihadapi yaitu kecukupan dana serta keterlambatan pencairan dana sehingga menghambat pelaksanaan kegiatan.

6. Andini Aridewi, Martha Irene Kartasurya,

ANALISIS

PEMANFAATAN BANTUAN

Penelitian Ini bertujuan untuk menjelaskan

Penelitian ini menggunakan metode

Tidak

menggunakan variabel

Hasil penelitian menunjukkan

Pada Puskesmas dengan

(55)

41 Ayun

Sriatmi/ 2013

OPERASIONAL KESEHATAN DALAM UPAYA

PENINGKATAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PUSKESMAS WILAYAH KERJA DINAS

KESEHATAN KABUPATEN KUDUS

pemanfaatan BOK dalam Upaya peningkatan KIA

Di Puskesmas Wilayah kerja Dinas

Kesehatan Kabupaten Kudus Tahun 2011

kualitatif dengan

membandingkan antara

Puskesmas serapan tinggi yang berhasil menekan kasus kematian ibu dan bayi dengan Puskesmas serapan rendah dan kurang berhasil

dalam menekan kasus kematian ibu dan bayi

serapan

Tinggi dan berhasil menekan kasus,

pemahaman tentang juknis BOK jelas, pelaksanaan kegiatan

Sesuai dengan laporan dan Dilaksanakan secara tim, ada

Keterlibatan pelaksana dalam

Penyusunan Plan of Action (POA)

Serta ada evaluasi pelaksanaan

kegiatan. Selain itu pada Puskesmas yang berhasil, pelaksana kegiatan juga menyusun

kelengkapan data pendukung

sehingga pembuatan laporan tidak

hanya dibebankan kepada Tim

Pengelola BOK Puskesmas.

Demi

Keberhasilan implementasi

(56)

42

Kebijakan pemanfaatan BOK untuk peningkatan kesehatan ibu

Dan anak, perlu penerapan fungsi

Manajemen yang benar di Puskesmas yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan

Evaluasi.

7. Anna Aprina Burdames, Alimin Maidin, Masni/ 2014

PELAKSANAAN KEBIJAKAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN DALAM CAKUPAN PROGRAM KIA (STUDI KASUS DI PUSKESSMAS RAWAT INAP KOYA BARAT

KOTA JAYAPURA)

Penelitian ini bertujuan mengetahui tahap

perencanaan, penyaluran, pemanfaatan, pengawasan, dan pelaporan dana BOK dalam cakupan program KIA

Jenis penelitian adalah kualitatif dengan

pendekatan studi kasus, penentuan informan dengan pusporsive sampling, jumlah informan sebanyak 18 orang

Hasil penelitian

menunjukan keterkaitan antara pengelola yaitu pemegang program KIA tidak mendapatkan kesepakatan dalam hal penentuan prioritas masalah yang harus diangkat

sebagai program unggulan yang cepat memberikan efek pada peningkatan cakupan KIA, dalam proses penyaluran dana yang tidak merata di program dan masih harus menyesuaikan dengan kegiatan prioritas karena masih banyak kegiatan yang harus

(57)

43

dilaksanakan melalui dana BOK dengan kata lain kegiatan ada tapi dana penunjang terbatas, untuk tahap pelaporan realisasi sudah sesuai tetapi program SPM belum mencapai target, serta penggunaan dana belum maksimal 8. Siti Nurul

Laeliyah, Mardiati Nadjib/ 2017

HUBUNGAN PEMANFAATAN DANA BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DENGAN

PENINGKATAN CAKUPAN KUNJUNGAN ANTENATAL K4 DI PUSKESMAS KOTA SERANG TAHUN 2014-2016

Untuk menganalisis hubungan pemanfaatan dana bantuan operasional kesehatan (bok) dengan

peningkatan cakupan kunjungan antenatal k4 di puskesmas kota serang tahun 2014-2016

Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan desain penelitian retrospektif.

Sumber data yang dipakai berupa data primer dan sekunder

Dana, kompetensi pegawai,

Hasil penelitian

menunjukkan bahwa semua Puskesmas kekurangan sumber daya manusia dan sarana prasarana dalam mengelola program KIA, ketersediaan dana

operasional untuk kegiatan preventif dan promotif dari APBD tidak ada dan hanya mengandalkan dana BOK, kurangnya pengawasan pencatatan pelaporan bidan, serta putusnya kontak dengan kader yang sudah dilatih sebagai efek pergantian kepala desa.

Referensi

Dokumen terkait

‘Estimated time of arrival,’ said the third, ‘four units.’ Mavic Chen looked towards the Black Dalek.. ‘I sincerely hope that there will be no

Dalam kajian ini, teks Sulalatus Salatin telah dimanfaatkan sebaik- baiknya oleh pengarang Melayu untuk cuba meletakkan dan mengangkat etnik Melayu Melaka setaraf dengan

A dalah suatu proses atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatkan tambahan pegawai yang melalui tahapan yang mencakup identifikasi dan evaluasi

Kemudian khusus untuk lembaga asuransi syariah, sejak bulan Februari 2008, Dewan Standar Akuntasi Keuangan (DSAK) telah mengeluarkan PSAK No. 111 yang memuat

Aplikasi Matode Inversi ABIC pada Data Geolistrik untuk Memetakan Area Prospek Energi Panas

Keyakinan normatif akan tindakan/perilaku merupakan komponen pengetahuan, dan merupakan pandangan orang lain yang mempengaruhi kehidupan seseorang yang bersifat keharusan atau

d) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 160 tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum 2006 dan Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini Pedoman

Pada saat suatu bagian lurus bertemu dengan bagian melengkung, jarak longitudinal antara lampu taxiway edge harus dikurangi secara progresif, sesuai dengan butir 9.23.3.5 dan