• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemenuhan gizi yang optimal selama masa 1000 hari pertama kehidupan sangat penting dan merupakan titik kritis yang menentukan pertumbuhan, perkembangan, kesehatan dan kelangsungan hidup anak di masa yang akan datang (Bappenas 2012). Kegagalan menanggulangi masalah gizi pada periode 1000 hari pertama kehidupan akan menyebabkan dampak permanen tidak hanya pada pertumbuhan fisik, melainkan juga pada kognitif dan peningkatan risiko penyakit tidak menular di masa dewasa seperti diabetes melitus, hipertensi dan stroke.

Menurut WHO (2003; 2011), pemenuhan gizi yang paling sesuai untuk bayi sejak lahir hingga umur 6 bulan atau selama 180 hari dari gerakan 1000 hari pertama kehidupan adalah melalui praktek pemberian ASI eksklusif. Oleh karena itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk mendukung pemberian ASI eksklusif melalui pemberian makanan tambahan yang mengandung bahan pangan yang memiliki fungsi laktagogum untuk ibu menyusui, yang diintegrasikan dengan pendekatan perilaku melalui konseling menyusui.

Rangkaian penelitian yang telah dilakukan terbagi dalam 3 tahap. Pada tahap pertama dilakukan pembuatan tepung torbangun. Tepung torbangun merupakan bentuk bahan pangan setengah jadi agar lebih fleksibel untuk pengembangan produk pangan yang lebih beragam dengan sasaran pengguna tidak terbatas hanya suku Batak. Rendemen tepung torbangun yang dihasilkan sebesar 8 %, artinya bahwa tiap 1 kg daun torbangun segar akan menjadi 80 g tepung torbangun. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengolahan menjadi tepung torbangun membuat berat bahan menjadi sangat berkurang sehingga menghemat ruang dan mempermudah untuk penyimpanan dan pengangkutan. Jumlah daun torbangun segar yang umum dikonsumsi per hari oleh ibu dari masyarakat suku Batak pasca melahirkan adalah 120-150 g (Damanik 2009). Berdasarkan nilai rendemen tersebut, maka 120-150 g torbangun segar setara dengan 9.6-12 g tepung torbangun.

Kadar air pada bahan pangan mempunyai peran penting terhadap kerusakannya. Kadar air yang rendah memiliki daya simpan yang lebih lama (Muchtadi 2013). Kadar air setelah menjadi tepung torbangun sekitar 9%, jauh menjadi lebih kecil dibandingkan kadar air pada daun torbangun segar yaitu 92.5%. Dengan demikian maka tepung torbangun sebagai bentuk bahan pangan setengah jadi tidak hanya menjadi lebih fleksibel untuk pengembangan produk pangan yang lebih beragam tetapi dapat lebih lama disimpan dibandingkan dengan torbangun segar.

Efek laktagogum dari torbangun berdasarkan studi pada hewan coba oleh Silitonga (1993) dan Permana (2008) tampak dari peningkatan jumlah alveoli kelenjar mammae yang aktif dan proliferasi sel sekresi mammae setelah mengonsumsi sup torbangun. Sementara itu, Jayadepa (2011) dengan teknik in silico mensimulasikan mekanisme domperidone yaitu sediaan farmasi yang digunakan untuk meningkatkan produksi ASI dengan komponen aktif dari herbal dan beberapa tanaman yang digunakan sebagai laktagogum. Selanjutnya diuraikan

bahwa kompoen aktif kaempferol pada herbal atau tanaman tersebut memiliki mekanisme yang mirip dengan domperidone yaitu menghambat reseptor dopamine pada kelenjar pituari anterior sehingga memicu pelepasan hormon prolaktin.

Studi yang telah dilakukan tentang laktagogum dari torbangun belum menyimpulkan komponen bioaktif yang berkontribusi terhadap fungsi laktagogum torbangun. Polya (2003) menguraikan bahwa manfaat fungsional dari berbagai macam tumbuhan khususnya kelompok sayuran dikaitkan dengan komponen bioaktifnya. Pada penelitian ini, kaempferol sebagai senyawa flavonoid dipilih sebagai parameter komponen aktif pada tepung torbangun. Total flavonoid pada tepung torbangun yang dihasilkan adalah 1 mgQE/g dan kandungan kaempferol sebesar 9.64 mg/100 g. Kaempferol derivatif juga terdapat pada tepung torbangun yang dihasilkan.

Pada penelitian tahap ke-2 telah dilakukan pengembangan produk yang ditujukan sebagai makanan tambahan bagi ibu menyusui untuk memperbaiki asupan zat gizi ibu khususnya energi dan protein. Di samping itu, fungsi laktatogum yang dimiliki tepung torbangun dapat meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI sehingga produk tersebut juga potensial untuk mendukung pemberian ASI eksklusif karena salah satu faktor yang menjadi penghalang dalam pemberian ASI eksklusif adalah sekresi dan produksi ASI yang tidak optimal (Turkilkiyam 2011).

Produk makanan tambahan bagi ibu menyusui berbasis tepung torbangun memiliki sifat sensori yang dapat diterima oleh panelis. Panelis pada tahap pengembangan produk ini adalah ibu menyusui bukan dari suku Batak sehingga produk ini memiliki peluang untuk diterima oleh masyarakat di luar suku Batak.

Tiap 100 g produk mengandung energi 376 kkal dan protein sebesar 12.15%. Ibu yang sedang menyusui bayi usia hingga 6 bulan memerlukan tambahan angka kecukupan energi sebesar 330 kkal dan tambahan kecukupan protein 20 gram (Kemenkes 2013). Bila makanan tambahan fungsional yang dihasilkan ini diberikan sebagai makanan tambahan kepada ibu menyusui dengan berat per saji 33 g, maka kontribusi produk per saji terhadap pemenuhan tambahan energi untuk ibu yang sedang menyusui bayi umur hingga 6 bulan sebesar 38% dan pemenuhan tambahan protein sebesar 20%.

Sifat fisik dari produk makanan tambahan fungsional yang dihasilkan adalah memiliki indeks daya serap air 3.06 dan daya larut dalam air sebesar 76.96%. Tepung jagung merupakan bahan pangan yang terutama berkontribusi terhadap daya serap air dibandingkan bahan formula lainnnya. Kandungan pati tepung jagung memiliki kemampuan daya serap air yang tinggi (Marleni 2008).

Hasil analisis mikrobiologi menunjukkan hasil yang negatif untuk bakteri E.coli, Salmonella dan Staphylococus aureus. Nilai angka lempeng total yaitu <1.0 x 101 (koloni/gram) masih dalam batas toleransi yang diijinkan menurut SNI 01-4270-1996 untuk persyaratan serbuk instan yang terbuat dari susu bubuk dan sereal yang diijinkan yaitu maks. 5 x 105koloni/gram (BSN 1996).

Pada penelitian tahap ke-3, telah dilakukan kajian pengaruh pemberian makanan tambahan fungsional berbasis tepung torbangun pada ibu yang mendapat konseling menyusui terhadap pemberian ASI eksklusif dan pertumbuhan bayi. Konseling menyusui merupakan salah satu bentuk bantuan, dorongan dan dukungan yang ibu perlukan untuk lebih berhasil menyusui. Haideret al. (2010)

49 merekomendasikan perlunya teknik konseling digunakan untuk mendukung pemberian ASI eksklusif. Hal ini didasarkan pada hasil studi dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan di Bangladesh yang menunjukkan bahwa ada sejumlah pengetahuan, kepercayaan dan perilaku ibu dan anggota keluarga lainnya khususnya ayah dan nenek yang tidak mendukung untuk mempraktekkan perilaku menyusui eksklusif. Selanjutnya diungkapkan bahwa pengetahuan, kepercayaan dan perilaku tersebut dilakukan karena kurangnya kesadaran tentang manfaat dan risiko jika tidak mempraktekkan pemberian ASI seperti yang direkomendasikan.

Peraturan Pemerintah RI Nomor 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif Pasal 13 memuat bahwa informasi dan edukasi tentang ASI eksklusif kepada ibu dan/atau anggota keluarga dari bayi diberikan sejak pemeriksaan kehamilan sampai dengan periode pemberian ASI eksklusif selesai. Informasi dan edukasi ASI eksklusif dapat dilakukan melalui penyuluhan, konseling dan pendampingan, paling sedikit mengenai: 1) keuntungan dan keunggulan pemberian ASI; 2) gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui; 3) akibat negatif dari pemberian makanan botol secara parsial terhadap pemberian ASI; dan 4) kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tidak memberikan ASI (Kemensekneg 2012).

Pada penelitian ini, seluruh subjek penelitian diberikan konseling menyusui dengan frekuensi 2 kali sebelum melahirkan yaitu pada saat hamil trimester ke-3 dan 3 kali selama pemberian makanan tambahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konseling menyusui signifikan meningkatkan skor pengetahuan dan sikap responden tentang ASI ekslusif. Kelompok intervensi, rerata skor pengetahuan dari 59.1±22.4 menjadi 94.1±6.9, rerata skor sikap dari 65.8±11.4 menjadi 94.1± 8.8 (p<0.05). Kelompok kontrol, rerata skor pengetahuan dari 75.0±11.8 menjadi 94.4±7.2, rerata skor sikap dari 75.0±14.4 menjadi 94.4±11.0 (p<0.05).

Komposisi dan jumlah zat gizi dari produk yang dikembangkan yaitu karbohidrat, protein, dan lemak merupakan zat gizi makro yang sangat penting kontribusinya terhadap asupan zat gizi khususnya energi dan protein. Di samping itu, fungsi laktatogum komponen bioaktifnya dapat meningkatkan laju sekresi dan produksi ASI sehingga dapat mendukung program pemberian ASI eksklusif dan bayi yang disusui ibu akan bertumbuh secara optimal.

Pemberian makanan tambahan fungsional berbasis tepung torbangun berpengaruh signifikan terhadap waktu yang lebih singkat untuk mencapai kembali berat badan lahir bayi yaitu 5.1±1.4 hari untuk kelompok intervensi sedangkan kelompok kontrol 7.0±2.4 hari (p<0.05). Hasil penelitian ini didukung studi oleh Turkyilmaz et al. (2011) tentang penggunaan teh herbal yang mengandung laktagogum dari tanaman fenugreek. Studi tersebut menunjukkan bahwa bayi yang ibunya mengonsumsi teh herbal yang mengandung laktagogum dari tanaman fenugreek memerlukan waktu yang lebih singkat yaitu 6.7±3.2 hari untuk mencapai kembali berat badan lahir dibandingkan dengan kelompok plasebo dan kontrol masing-masing 7.3±2.7 hari dan 9.9±3.5 hari (p<0.05). Selanjutnya diuraikan bahwa pemberian teh herbal yang mengandung laktagogum tidak dapat menjelaskan pengaruh langsung terhadap waktu kembali mencapai BBL yang lebih singkat, tetapi hal tersebut kemungkinan dapat terjadi melalui peningkatan jumlah ASI pada minggu pertama.

Pemberian makanan tambahan fungsional berbasis tepung torbangun pada studi ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap frekuensi dan durasi menyusui dengan kelompok PMT tanpa torbangun. Namun, secara substansi, perbedaan rata-rata durasi menyusu per hari pada minggu pertama adalah 47.1 menit lebih lama pada kelompok PMT torbangun dibandingkan kelompok tanpa torbangun. Selisih waktu ini kemungkinan dapat dikaitkan dengan volume dan kandungan ASI sehingga waktu untuk mencapai kembali berat badan bayi lahir bayi dari ibu yang mendapat makanan tambahan dengan tepung torbangun menjadi lebih singkat.

Pertumbuhan lingkar kepala paling pesat pada 6 bulan pertama kehidupan, yaitu dari 34 cm saat lahir menjadi 44 cm pada umur 6 bulan. Manfaat pengukuran lingkar kepala terbatas pada umur 6 bulan pertama sampai umur 2 tahun karena pertumbuhan otak yang pesat pada periode tersebut. Lingkar kepala dipakai untuk menaksir pertumbuhan otak (Soetjiningsih 1999). Pada penelitian ini, pemberian makanan tambahan kepada ibu selama 30 hari menunjukkan perbedaan lingkar kepala bayi yang signifikan antar kedua kelompok perlakuan (p<0.05). Bayi yang ibunya mengonsumsi produk dengan tepung torbangun memiliki lingkar kepala yang lebih besar besar 1.7 cm dari lingkar kepala bayi yang ibunya mengonsumsi produk tanpa torbangun.

Keberhasilan praktek pemberian ASI ekslusif pada kelompok intervensi adalah 90% sedangkan pada kelompok kontrol adalah 80%. Sisanya yaitu sebanyak 10% bayi dari kelompok intervensi dan sebesar 20% dari kelompok kontrol gagal mendapatkan ASI ekslusif. Penyebab kegagalan praktek pemberian ASI eksklusif pada penelitian ini adalah karena pemberian air putih atau susu formula pada hari pertama setelah kelahiran bayi atau sebelum pemberian PMT kepada ibu. Alasan pemberiannya karena ASI yang keluar masih sangat sedikit dan bayi sering menangis. Li et al.(2008) melaporkan bahwa alasan yang paling sering diberikan ibu untuk berhenti menyusui antara bulan pertama dan bulan ke-2 adalah bayi mengalami kesulitan dalam mengisap dan pelekatan tidak sesuai; ASI saja tidak cukup lagi bagi bayi; dan ASI tidak cukup banyak. Haider et al. (2010) mengungkapkan bahwa faktor ASI belum keluar atau produksi ASI yang tidak mencukupi merupakan faktor yang paling umum untuk memberikan substitusi atau pengganti ASI sehingga terjadi kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif.

Keterbatasan penelitian ini mencakup tidak adanya 2 kelompok kontrol yang tidak mendapat konseling menyusui. Kelompok perlakuan yang direncanakan pada awal penelitian terdiri dari 4 kelompok perlakuan masing- masing dengan 10 orang subjek penelitian. Namun, kelompok perlakuan pada penelitian ini hanya terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok yang diberikan produk makanan tambahan dengan tepung torbangun dan kelompok yang diberikan produk makanan tambahan tanpa tepung torbangun. Ke-2 kelompok tersebut mendapat konseling menyusui, tidak ada 2 kelompok kontrol yang tidak mendapat konseling menyusui. Hal ini disebabkan keterbatasan subjek penelitian dengan kriteria inklusi dan pertimbangan waktu untuk mendapatkan 20 orang subjek penelitian sebagai 2 kelompok perlakuan yang tidak mendapat konseling menyusui membutuhkan waktu yang lebih lama.

51 Implikasi Hasil Penelitian

ASI adalah satu-satunya makanan yang mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi sejak lahir hingga umur 6 bulan. Penerima manfaat langsung dari studi ini adalah ibu menyusui dan bayi. Implikasi penelitian ini tidak hanya manfaat dari sisi gizi dan kesehatan untuk ibu menyusui dan bayi. Penelitian ini juga memiliki implikasi terhadap perekonomian melalui peningkatan nilai tambah dari pemanfaatan tanaman torbangun dan nilai ekonomis dari keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

Keberhasilan dari penelitian ini memiliki implikasi terhadap perlunya kesinambungan kebijakan PMT bagi ibu hamil yang telah dilakukan oleh pemerintah dilanjutkan dan diterapkan pada ibu menyusui dengan produk yang mengandung bahan pangan yang mempunyai khasiat laktagogum seperti tepung torbangun dan mengaplikasikan intervensinya dengan pendekatan aspek perilaku melalui konseling menyusui.

Produk makanan tambahan yang dihasilkan dari penelitian ini juga dapat dijadikan alternatif untuk makanan tambahan bagi ibu menyusui dalam kondisi darurat seperti bencana alam. Bentuk produk siap saji yang dikembangkan pada penelitian ini juga dapat menjadi suatu alternatif makanan tambahan untuk ibu menyusui yang bekerja di luar rumah.

Implikasi terhadap penelitian lebih lanjut yaitu perlunya kajian mekanisme laktagogum dari senyawa fitokimia dari tepung torbangun yang dihasilkan serta studi lanjut tentang umur simpan produk.

8 SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait