• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental laboratoris yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengungkapkan suatu gejala atau pengaruh yang timbul akibat adanya perlakuan tertentu. Penelitian ini untuk melihat kemungkinan adanya pengaruh antara beberapa kelompok penelitian dengan cara memberikan perlakuan kepada satu atau lebih kelompok penelitian, kemudian hasil dari kelompok yang diberi perlakuan tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol.

5.1 Nilai dimensi Model Fisiologis dari Cetakan Elastomer Tanpa Penyemprotan, dengan Penyemprotan Rebusan Daun Sirih 25% dan Larutan Sodium Hipoklorit 0,5%

Dimensi diukur dengan menggunakan kaliper digital Krisbow Brand Model KW 06-422 (200mm x 8”) dengan ketelitian 0,01 mm. Nilai yang diperoleh dari pengukuran dimensi sampel yaitu dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi pada sampel kelompok A, yaitu kelompok tanpa penyemprotan larutan desinfektan dilihat dari buko lingual yang terkecil 6,323 mm dan yang terbesar 6,347 mm, dilihat dari okluso gingival yang terkecil 8,013 mm dan yang terbesar 8,033 mm, serta dilihat dari interpreparasi yang terkecil 28,263 mm dan yang terbesar 28,277 mm. Nilai dimensi sampel pada kelompok B yaitu kelompok yang disemprot dengan rebusan daun sirih 25% dilihat dari buko lingual yang terkecil 6,307 mm dan yang terbesar 6,317 mm, dilihat dari okluso gingival yang terkecil 7,983 mm dan yang terbesar 8,010 mm, serta dilihat dari interpreparasi yang terkecil 28,160 mm dan yang terbesar 28,187 mm. Nilai dimensi sampel pada kelompok C yaitu kelompok yang disemprot dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% dilihat dari buko lingual yang terkecil 6,300 mm dan yang terbesar 6,327 mm, dilihat dari okluso gingival yang terkecil 7,983 mm dan yang terbesar 8,007 mm, serta dilihat dari interpreparasi yang

terkecil 28,150 mm dan yang terbesar 28,183 mm. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh penggunaan metode dan peralatan yang sederhana seperti kaliper digital ataupun cara manipulasi elastomer yang masih manual dengan glass plate dan semen spatula. Semestinya digunakan pengukuran dengan mikroskop serta pistol pengaduk (mixing gun) ataupun mesin pengaduk untuk mengaduk elastomer. Oleh karena itu, terjadi human error di dalamnya serta tidak mencapai tingkat keakuratan yang lebih tinggi.

Nilai rerata dan simpangan baku kelompok A dilihat dari buko lingual adalah 6,333 ± 0,007, dilihat dari okluso gingival 8,025 ± 0,006 dan dilihat dari interpreparasi 28,268± 0,006. Nilai rerata dan simpangan baku kelompok B dilihat dari buko lingual adalah 6,312 ± 0,004, dilihat dari okluso gingival 7,998 ± 0,008 dan dilihat dari interpreparasi 28,172 ±0,010. Nilai rerata dan simpangan baku kelompok C dilihat dari buko lingual adalah 6,311 ± 0,009, dilihat dari okluso gingival 7,996 ± 0,008 dan dilihat dari interpreparasi 28,168 ± 0,010. Hal ini menunjukkan dimensi kelompok A paling tinggi dibandingkan dengan kelompok lain sedangkan kelompok C paling rendah dibandingkan dengan kelompok lain baik dilihat dari buko lingual, okluso gingival maupun interpreparasi. Perbedaan ini berlaku karena bahan cetak silikon adisi yang hidrofilik cenderung mempunyai

wettability yang tinggi. Sifat wettability yang tinggi membuat bahan cetak tersebut

menyerap larutan desinfektan sehingga menjadikannya lebih mudah untuk mengalami perubahan dimensi apabila didesinfeksi.2 Oleh karena itu, bahan cetak yang bersifat hidrofilik akan menyerap air saat didesinfeksi dengan desinfektan dan akan mengalami ekspansi ke segala arah baik buko lingual, okluso gingival, maupun interpreparasi.6,30,48 Semakin besar ekspansi bahan cetak maka ukuran model fisiologis akan semakin kecil.20 Selain daripada itu, faktor lain dapat mempengaruhi adalah setting ekspansi dari gipsum yang digunakan untuk mengisi hasil cetakan.1 Ekspansi gipsum dapat dideteksi saat perubahan hemihidrat menjadi dihidrat saat proses setting. Saat proses ini berlangsung terjadi mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi tergambar sebagai suatu pertumbuhan berlebihan dari kristal-kristal nukleus kristalisasi. Berdasarkan keterkaitan kristal-kristal dihidrat, kristal tumbuh

dari nuklei dapat berikatan ataupun menghalangi pertumbuhan kristal yang berdekatan. Bila proses ini diulangi oleh ribuan kristal selama pertumbuhan, suatu tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi yang menghasilkan ekspansi pada model.31,37

Persentase perubahan dimensi dapat dihitung dengan mengurangkan ukuran model induk dengan dimensi model fisiologis lalu dikali 100 dan dibagi ukuran model induk.53,54 Rerata dan standar deviasi persentase perubahan dimensi sampel pada kelompok kontrol yaitu tanpa penyemprotan larutan desinfektan (A) dilihat dari buko lingual adalah -0,054 ± 0,118, dilihat dari okluso gingival -0,056 ± 0,072 dan dilihat dari interpreparasi -0,063± 0,023. Rerata dan standar deviasi persentase perubahan dimensi sampel pada kelompok penyemprotan rebusan daun sirih 25% (B) dilihat dari buko lingual adalah 0,287 ± 0,067, dilihat dari okluso gingival 0,278 ± 0,099 dan dilihat dari interpreparasi 0,278 ± 0,035. Rerata dan standar deviasi persentase perubahan dimensi sampel pada kelompok penyemprotan larutan sodium hipoklorit 0,5% (C) dilihat dari buko lingual adalah 0,294 ± 0,137, dilihat dari okluso gingival 0,294 ± 0,102 dan dilihat dari interpreparasi 0,290 ± 0,037. Menurut ketentuan spesifikasi ADA no 19, persentase perubahan dimensi model fisiologis dari cetakan elastomer tanpa penyemprotan, dengan penyemprotan rebusan daun sirih 25% dan larutan sodium hipoklorit 0,5% baik dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi masih dalam batasan yang dapat ditolerir (kurang dari 0,5%).

5.2 Pengaruh Penyemprotan Rebusan Daun Sirih 25% pada Cetakan Elastomer terhadap Perubahan Dimensi Model Fisiologis

Sebelum dilakukan pengujian dengan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh penyemprotan rebusan daun sirih 25% pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui bahwa data kelompok A dan B adalah normal. Hasil uji normalitas kelompok A dan B dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparsi diperoleh tingkat signifikansi p > 0,05

hal ini berarti data kelompok A dan B yang diperoleh normal.

Setelah dilakukan uji Saphiro-Wilk, dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas data dan diperoleh hasil uji homogenitas dilihat dari bukolingual menunjukkan nilai 3,487 dengan tingkat signifikansi p = 0,078 (p > 0,05), dilihat dari okluso gingival 0,556 dengan tingkat signifikansi p = 0,466 (p > 0,05) dan dilihat dari interpreparasi 2,695 dengan tingkat signifikansi p = 0,118 (p > 0,05). Nilai tersebut menunjukkan data yang diperoleh homogen. Setelah uji homogenitas, kemudian dilakukan uji t tidak berpasangan. Hasil uji dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi menunjukkan signifikansi p = 0,0001 (p < 0,05) pada perubahan dimensi. Nilai ini menunjukkan adanya pengaruh penyemprotan rebusan daun sirih 25% pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis.

Persentase perubahan dimensi dibandingkan dengan model induk dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi kelompok A adalah -0,054%, - 0,056% dan -0,063% dan kelompok B adalah 0,287%, 0,278% dan 0,278%. Menurut ketentuan spesifikasi ADA no 19, persentase perubahan dimensi baik dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi masih dalam batasan yang dapat ditolerir ( kurang dari 0,5%). Walaupun hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan ada pengaruh, namun nilai persentase perubahan dimensi model fisiologis yang didapat dari cetakan elastomer yang disemprot dengan rebusan daun sirih 25% dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi menunjukkan nilai yang masih kurang dari 0,5% sehingga dapat diartikan perubahan dimensi yang terjadi masih dapat ditolerir sesuai dengan spesifikasi ADA no 19. Perubahan dimensi suatu hasil cetakan yang nilainya kurang dari 0,5% dianggap masih belum cukup untuk menghasilkan suatu distorsi atau pengaruh yang besar pada pembuatan gigi tiruan atau restorasi yang akan dibuat.16

Persentase perubahan dimensi dibandingkan dengan model induk kelompok A (tanpa penyemprotan) dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi menunjukkan nilai negatif, hal ini disebabkan karena terdapat setting ekspansi dari gipsum. Ekspansi gipsum dapat dideteksi saat perubahan hemihidrat menjadi dihidrat saat proses setting. Saat proses ini berlangsung terjadi mekanisme kristalisasi. Proses

kristalisasi tergambar sebagai suatu pertumbuhan berlebihan dari kristal-kristal nukleus kristalisasi. Berdasarkan keterkaitan kristal-kristal dihidrat, kristal tumbuh dari nuklei dapat berikatan ataupun menghalangi pertumbuhan kristal yang berdekatan. Bila proses ini diulangi oleh ribuan kristal selama pertumbuhan, suatu tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi yang menghasilkan ekspansi pada model fisiologis sehingga ukuran model fisiologis lebih besar dibandingkan model induk, walaupun persentase perubahan dimensi yang terjadi masih dapat ditolerir.31,37

Persentase perubahan dimensi dibandingkan dengan model induk kelompok B (penyemprotan rebusan daun sirih 25%) dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi menunjukkan nilai positif disebabkan karena ekspansi dari bahan cetak elastomer (model mengecil) yang tidak diimbangi dengan setting ekspansi dari gipsum. Bahan cetak silikon adisi yang hidrofilik cenderung mempunyai wettability yang tinggi. Sifat wettability yang tinggi membuat bahan cetak tersebut menyerap larutan desinfektan sehingga menjadikannya lebih mudah untuk mengalami perubahan dimensi apabila didesinfeksi.2 Oleh karena itu, bahan cetak yang bersifat hidrofilik akan menyerap air saat didesinfeksi dengan desinfektan dan akan mengalami ekspansi ke segala arah baik buko lingual, okluso gingival, maupun interpreparasi.6,30,48 Semakin besar ekspansi bahan cetak maka ukuran model fisiologis akan semakin kecil.20 Selain itu pada model juga terjadi ekspansi gipsum yang dapat dideteksi saat perubahan hemihidrat menjadi dihidrat saat proses setting. Saat proses ini berlangsung terjadi mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi tergambar sebagai suatu pertumbuhan berlebihan dari kristal-kristal nukleus kristalisasi. Berdasarkan keterkaitan kristal-kristal dihidrat, kristal tumbuh dari nuklei dapat berikatan ataupun menghalangi pertumbuhan kristal yang berdekatan. Bila proses ini diulangi oleh ribuan kristal selama pertumbuhan, suatu tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi yang menghasilkan ekspansi pada model fisiologis. 31,37 Ekspansi dari bahan cetak elastomer (model mengecil) yang tidak diimbangi dengan

setting ekspansi dari gipsum menyebabkan ukuran model fisiologis lebih kecil

dibandingkan model induk, walaupun persentase perubahan dimensi yang terjadi masih dapat ditolerir.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Affandi A (2009) dan Sari RDAN dkk (2013) yang menunjukkan terdapat perubahan dimensi signifikan cetakan elastomer dan alginat yang disemprot infusa daun sirih 25%.8,24 Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Hasanah NY dkk (2014) yang menyatakan penyemprotan larutan daun sirih 80% pada bahan cetak alginat tidak menyebabkan perubahan dimensi yang signifikan jika dibandingkan dengan bahan cetak tanpa penyemprotan.19 Hal ini disebabkan karena penelitian Hasanah NY dkk menggunakan bahan cetak alginat.

5.3 Pengaruh Penyemprotan Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% pada Cetakan Elastomer terhadap Perubahan Dimensi Model Fisiologis

Sebelum dilakukan pengujian dengan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui pengaruh penyemprotan larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui bahwa data kelompok A dan C adalah normal. Hasil uji normalitas kelompok A dan C dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparsi diperoleh tingkat signifikansi p > 0,05 hal ini berarti data kelompok A dan C yang diperoleh normal.

Setelah dilakukan uji Saphiro-Wilk, dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas data dan diperoleh hasil uji homogenitas dilihat dari bukolingual menunjukkan nilai 0,176 dengan tingkat signifikansi p = 0,680 ( p > 0,05), dilihat dari okluso gingival 1,423 dengan tingkat signifikansi p = 0,248 ( p > 0,05) dan dilihat dari interpreparasi 3,650 dengan tingkat signifikansi p = 0,072 ( p > 0,05). Nilai tersebut menunjukkan data yang diperoleh homogen. Setelah uji homogenitas, kemudian dilakukan uji t tidak berpasangan. Hasil uji dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi menunjukkan signifikansi p = 0,0001 (p < 0,05) pada perubahan dimensi. Nilai ini menunjukkan adanya pengaruh penyemprotan larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis.

Persentase perubahan dimensi dibandingkan dengan model induk dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi kelompok A adalah -0,054%, -0,056% dan -0,063% dan kelompok C adalah 0,294%, 0,294% dan 0,290%. Menurut ketentuan spesifikasi ADA no 19, persentase perubahan dimensi baik dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi masih dalam batasan yang dapat ditolerir ( kurang dari 0,5%). Walaupun hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan ada pengaruh, namun nilai persentase perubahan dimensi model fisiologis yang didapat dari cetakan elastomer yang disemprot dengan larutan sodium hipoklorit 0,5% dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi menunjukkan nilai yang masih kurang dari 0,5% sehingga dapat diartikan perubahan dimensi yang terjadi masih dapat ditolerir sesuai dengan spesifikasi ADA no 19. Perubahan dimensi suatu hasil cetakan yang nilainya kurang dari 0,5% dianggap masih belum cukup untuk menghasilkan suatu distorsi atau pengaruh yang besar pada pembuatan gigi tiruan atau restorasi yang akan dibuat.16

Persentase perubahan dimensi dibandingkan dengan model induk kelompok A (tanpa penyemprotan) dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi menunjukkan nilai negatif, hal ini disebabkan karena terdapat setting ekspansi dari gipsum. Ekspansi gipsum dapat dideteksi saat perubahan hemihidrat menjadi dihidrat saat proses setting. Saat proses ini berlangsung terjadi mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi tergambar sebagai suatu pertumbuhan berlebihan dari kristal-kristal nukleus kristalisasi. Berdasarkan keterkaitan kristal-kristal dihidrat, kristal tumbuh dari nuklei dapat berikatan ataupun menghalangi pertumbuhan kristal yang berdekatan. Bila proses ini diulangi oleh ribuan kristal selama pertumbuhan, suatu tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi yang menghasilkan ekspansi pada model fisiologis sehingga ukuran model fisiologis lebih besar dibandingkan model induk, walaupun persentase perubahan dimensi yang terjadi masih dapat ditolerir.31,37

Persentase perubahan dimensi dibandingkan dengan model induk kelompok C (penyemprotan larutan sodium hipoklorit 0,5%) dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparasi menunjukkan nilai positif disebabkan karena ekspansi dari bahan cetak elastomer (model mengecil) yang tidak diimbangi dengan setting

ekspansi dari gipsum. Bahan cetak silikon adisi yang hidrofilik cenderung mempunyai wettability yang tinggi. Sifat wettability yang tinggi membuat bahan cetak tersebut menyerap larutan desinfektan sehingga menjadikannya lebih mudah untuk mengalami perubahan dimensi apabila didesinfeksi.2 Oleh karena itu, bahan cetak yang bersifat hidrofilik akan menyerap air saat didesinfeksi dengan desinfektan dan akan mengalami ekspansi ke segala arah baik buko lingual, okluso gingival, maupun interpreparasi.6,30,48 Semakin besar ekspansi bahan cetak maka ukuran model fisiologis akan semakin kecil.20 Selain itu pada model juga terjadi ekspansi gipsum yang dapat dideteksi saat perubahan hemihidrat menjadi dihidrat saat proses setting. Saat proses ini berlangsung terjadi mekanisme kristalisasi. Proses kristalisasi tergambar sebagai suatu pertumbuhan berlebihan dari kristal-kristal nukleus kristalisasi. Berdasarkan keterkaitan kristal-kristal dihidrat, kristal tumbuh dari nuklei dapat berikatan ataupun menghalangi pertumbuhan kristal yang berdekatan. Bila proses ini diulangi oleh ribuan kristal selama pertumbuhan, suatu tekanan atau dorongan keluar dapat terjadi yang menghasilkan ekspansi pada model fisiologis. 31,37 Ekspansi dari bahan cetak elastomer (model mengecil) yang tidak diimbangi dengan

setting ekspansi dari gipsum menyebabkan ukuran model fisiologis lebih kecil

dibandingkan model induk, walaupun persentase perubahan dimensi yang terjadi masih dapat ditolerir.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Silva dkk (2004) dimana perubahan dimensi cetakan silikon yang direndam dalam larutan sodium hipoklorit 1% tidak signifikan.6 Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan penelitian Oderinu OH (2007) menyimpulkan bahwa penggunaan sodium hipoklorit 1% dengan teknik penyemprotan selama 10 menit pada alginat tidak terdapat perubahan dimensi yang signifikan pada model.20 Hal ini disebabkan karena penelitian Silva dkk menggunakan bahan cetak silikon kondensasi, penelitian Oderinu OH menggunakan bahan cetak alginat sedangkan penelitian ini menggunakan bahan cetak silikon adisi. Hal ini juga disebabkan karena penelitian Silva dkk dan penelitian Oderinu OH menggunakan sodium hipoklorit 1% sedangkan penelitian ini menggunakan sodium hipoklorit 0,5%. Saber FS dkk (2010) dalam penelitiannya menyatakan pada cetakan

silikon yang disemprot larutan sodium hipoklorit 5,25% perubahan dimensinya masih dalam batasan yang dapat ditolerir, hal ini sesuai dengan hasil penelitian ini.16 Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Ongo TA dkk (2014) yang menyatakan terdapat perbedaan yang signifikan pada stabilitas dimensi cetakan yang disemprot dengan sodium hipoklorit 0,5% pada bahan cetak elastomer.2

5.4 Perbedaan Pengaruh antara Penyemprotan Rebusan Daun Sirih 25% dan Larutan Sodium Hipoklorit 0,5% pada Cetakan Elastomer terhadap Perubahan Dimensi Model Fisiologis

Sebelum dilakukan pengujian dengan uji t tidak berpasangan untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara penyemprotan rebusan daun sirih 25% dan larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data dengan menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui bahwa data kelompok B dan C adalah normal. Hasil uji normalitas kelompok B dan C dilihat dari buko lingual, okluso gingival dan interpreparsi diperoleh tingkat signifikansi p > 0,05 hal ini berarti data kelompok B dan C yang diperoleh normal.

Setelah dilakukan uji Saphiro-Wilk, dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas data dan diperoleh hasil uji homogenitas dilihat dari bukolingual menunjukkan nilai 4,227 dengan tingkat signifikansi p = 0,055 ( p > 0,05), dilihat dari okluso gingival 0,102 dengan tingkat signifikansi p = 0,753 ( p > 0,05) dan dilihat dari interpreparasi 0,072 dengan tingkat signifikansi p = 0,792 ( p > 0,05). Nilai tersebut menunjukkan data yang diperoleh homogen. Setelah uji homogenitas, kemudian dilakukan uji t tidak berpasangan. Hasil uji dilihat dari buko lingual menunjukkan signifikansi p = 0,897 (p > 0,05), okluso gingival menunjukkan signifikansi p = 0,723 (p > 0,05) dan interpreparasi menunjukkan signifikansi p = 0,448 (p > 0,05) pada perubahan dimensi. Nilai ini menunjukkan tidak ada perbedaan pengaruh antara penyemprotan rebusan daun sirih 25% dan larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis.

Menurut Merchant dkk (2004) dan Ongko DP (2012) larutan sodium hipoklorit 0,5% dapat digunakan untuk mendesinfeksi bahan cetak karena mengandung senyawa klorin yang tergolong golongan halogen (intermediate level

disinfectant).6,23,35,40 Sari RDAN dkk (2013) melakukan penelitian tentang penggunaan rebusan (infusa) daun sirih 25% pada bahan cetak, dimana kandungan kavikol dari sirih yang lima kali lebih kuat dari fenol (intermediate level disinfectant) yang menyebabkan daun sirih terkenal sebagai desinfektan.7,8

Walaupun uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan, terdapat perbedaan nilai dimensi kelompok dengan penyemprotan rebusan daun sirih 25% dan larutan sodium hipoklorit 0,5%. Hal ini mungkin disebabkan rebusan (infusa) daun sirih mengandung fenol, dimana dalam hal komposisi larutan desinfektan fenol dapat menguap sehingga rebusan (infusa) daun sirih yang diserap bahan cetak berkurang.7 Berkurangnya rebusan (infusa) daun sirih yang diserap bahan cetak menyebabkan kelompok B (rebusan daun sirih 25%) mempunyai nilai persentase perubahan dimensi yang lebih kecil dibandingkan kelompok C (larutan sodium hipoklorit 0,5%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan rebusan (infusa) daun sirih 25% dapat menggantikan larutan sodium hipoklorit 0,5% sebagai bahan desinfeksi yang terbuat dari olahan bahan alami untuk bahan cetak elastomer. Rebusan (infusa) daun sirih 25% ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk mendesinfeksi hasil cetakan elastomer karena tidak terdapat perbedaan pengaruh antara penyemprotan rebusan (infusa) daun sirih 25% dan larutan sodium hipoklorit 0,5% pada cetakan elastomer terhadap perubahan dimensi model fisiologis.

Kelemahan pada penelitian ini yang dapat mempengaruhi dimensi bahan cetak elastomer adalah teknik manipulasi elastomer yang dilakukan secara manual sehingga tidak dapat dikendalikan secara sempurna. Penelitian ini hanya menggunakan metode dan peralatan yang sederhana seperti penggunaan kaliper digital ataupun pengadukan elastomer yang masih menggunakan glass plate dan spatula semen. Kelemahan lain

dari penelitian ini adalah pada penelitian dilakukan pencetakan pada model induk berbentuk 2 mahkota yang telah dipreparasi terbuat dari stainless steel. Hal ini tentu saja akan berbeda hasilnya apabila penelitian dilakukan pencetakan pada gigi yang dipreparasi di dalam rongga mulut pasien dimana terdapat jaringan keras, jaringan lunak, saliva dan cairan sulkular serta temperatur rongga mulut yang dapat mempengaruhi hasil penelitian.

Dokumen terkait