• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendidikan yang semakin tinggi pada wanita dan tuntutan ekonomi yang semakin meningkat mengakibatkan meningkatnya partisipasi wanita di bidang ketenagakerjaan. Wanita bekerja di sektor formal atau informal. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas 2009) menjelaskan ciri-ciri kegiatan sektor informal, yaitu : manajemen sederhana, tidak memerlukan izin usaha, modal rendah, padat karya, tingkat produktivitas rendah, tingkat pendidikan formal biasanya rendah, penggunaan teknologi sederhana, sebagian besar pekerja adalah keluarga dan pemilik usaha oleh keluarga, mudahnya keluar masuk usaha, dan kurangnya dukungan dan pengakuan pemerintah. Di sisi lain, pekerja sektor formal dicerminkan oleh pekerja manajerial (white collar) yang terdiri dari tenaga professional, teknisi dan sejenisnya, tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan, tenaga tata usaha dan sejenisnya, tenaga usaha penjualan, tenaga usaha di bidang jasa.

Pada penelitian ini lebih dari separuh suami dan istri masuk dalam kategori usia 31-40 tahun, dimana lebih dari sepertiga istri memiliki lama pendidikan pada kisaran 13-16 tahun sedangkan suami hanya 10-12 tahun. Istri dengan jenis pekerjaan formal didominasi dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta sedangkan istri dengan jenis pekerjaan informal didominasi dengan wiraswasta. Hampir separuh suami bekerja sebagai karyawan swasta dan seperempatnya bekerja sebagai wiraswasta. Karakteristik pekerjaan istri yang memiliki perbedaan yang nyata adalah jumlah pindah kerja dan lama perjalanan ke tempat kerja. Istri yang bekerja di sektor formal menempuh perjalanan ke tempat kerja lebih lama daripada istri yang bekerja di sektor informal. Hal ini dikarenakan istri yang bekerja di sektor informal dapat memilih sendiri tempat kerjanya sehingga dimungkinkan untuk bekerja dekat dengan rumah sedangkan istri dengan jenis pekerjaan formal yang mayoritas karyawan swasta harus bekerja sesaui dengan tempat kerjanya yang biasanya jauh dari sektor perumahan.

Jumlah pindah kerja lebih tinggi dialami oleh istri yang bekerja di sektor informal daripada istri di sektor formal. Waktu kerja dan tugas dalam pekerjaan yang fleksibel memungkinkan pekerja informal cenderung lebih sering berpindah kerja, selain itu jenis pekerjaan formal yang cenderung menggunakan kontrak dan menghasilkan pendapatan yang tetap dan lebih tinggi menyebabkan pekerja lebih memilih untuk tidak berpindah kerja. Rata-rata jam kerja istri adalah 7.6 jam/hari. Jam kerja istri di sektor formal maupun informal tidak berbeda nyata. Jam kerja bagi para pekerja di sektor swasta telah diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Pada Pasal 77 ayat 1, UU No.13 tahun 2003 menyebutkan bahwa setiap pengusaha wajib untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem. Kedua sistem tersebut yaitu untuk karyawan yang bekerja 6 hari dalam seminggu, jam kerjanya adalah 7 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu. Karyawan dengan 5 hari kerja dalam 1 minggu, kewajiban bekerja mereka 8 jam dalam 1 hari dan 40 jam dalam 1 minggu.

Keluarga dengan istri yang bekerja di sektor formal memiliki kualitas perkawinan, kebahagiaan perkawinan, kepuasan perkawinan, dan kualitas

54

lingkungan pengasuhan yang lebih baik dibandingkan keluarga dengan istri yang bekerja di sektor informal. Aspek kebahagiaan perkawinan yang berbeda secara nyata antara pekerja di sektor formal dan informal adalah aspek ekonomi, komunikasi dengan keluarga pasangan, pengasuhan anak, dan hubungan intim sedangkan pada kepuasan perkawinan adalah aspek ekonomi dan pengasuhan anak. Pada aspek ekonomi kebahagiaan perkawinan, hampir seluruh item memiliki rata-rata capaian yang tinggi diantaranya istri tidak bersitegang mengenai uang untuk makanan, pakaian, perawatan, dan pengobatan. Rata-rata pendapatan yang lebih besar pada keluarga dengan jenis pekerjaan formal memungkinkan ia memiliki kualitas perkawinan yang lebih baik dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal dimana beberapa studi mengaitkan status pekerjaan dan pendapatan berhubungan positif terhadap kepuasan pernikahan (Zeitlin et al. 1995). Pada dimensi kepuasan perkawinan, aspek dengan capaian terendah adalah aspek cinta dan hubugan intim dimana capaian rata-rata tingkat kesenangan jika pasangan mengungkapkan kepuasan sex hanya mencapai 58.6 persen, hal ini menunjukkan masih banyak responden yang tidak merasakan kesenangan jika pasangan mengungkapkan kepuasan sex.

Pada variabel kualitas lingkungan pengasuhan anak, sebaran komponen dengan capaian tertinggi terdapat pada stimulasi akademik, stimulasi Bahasa , dan pengorganisasian lingkungan, sedangkan komponen dengan capaian skor terendah adalah lingkungan fisik, stimulasi belajar, dan penerimaan. Pendapatan yang tinggi membuat keluarga dapat memberikan fasilitas yang baik bagi anggota keluarga terutama anak, dan Papalia, Olds, dan Fieldman (2009) menyatakan bahwa keluarga yang miskin akan cenderung menerapkan pengasuhan yang negatif. Kemiskinan akan menghambat keluarga dalam menyediakan fasilitas untuk menstimulasi anak. Hal ini ditunjukkan pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa berdasarkan rata-rata capaian skor komponen penyediaan mainan untuk anak lebih besar pada istri dengan jenis pekerjaan formal dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal, hasil ini juga mendukung hasil lainnya yang menunjukkan bahwa berdasarkan uji beda stimulasi belajar dan stimulasi bahasa lebih baik dilakukan pada anak dengan ibu berjenis pekerjaan formal dibandingkan ibu dengan jenis pekerjaan informal. Selain itu, pendidikan istri dengan jenis pekerjaan formal yang lebih baik mengakibatkan terbentuknya kualitas lingkungan pengasuhan yang lebih baik.

Pendidikan istri berhubungan positif dengan kualitas lingkungan pengasuhan anak, kualitas perkawinan, dan pendapatan per kapita, yang artinya semakin tinggi pendidikan istri maka akan semakin baik kualitas lingkungan pengasuhan anak, kualitas perkawinan, dan pendapatan per kapita yang dimiliki oleh keluarga. Sejalan dengan penilitian Elmanora et al. (2012) dan Hastuti et al. (2011) yang menunjukkan bahwa ibu yang pendidikan tinggi memiliki hubungan positif signifikan dengan pengasuhan, pendidikan dapat meningkatkan pengetahuan ibu dalam mengasuh anak-anaknya. Pada hasil ditunjukkan bahwa istri dengan jenis pekerjaan formal yang memiliki pendidikan yang lebih baik dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal lebih aktif berbicara, berbicara bebas dan terbuka, lebih memperhatikan dan merangsang perkembangan anak, lebih menghargai anak dengan menyimpan hasil karya anak disuatu tempat dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal.

55 Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kualitas perkawinan, pendidikan istri, lama pernikahan memiliki pengaruh positif signifikan terhadap kualitas lingkungan pengasuhan anak, yang berarti semakin baik kualitas perkawinan dan pendidikan istri, dan semakin lama pernikahan suami-istri maka akan meningkatkan kualitas lingkungan pengasuhan anak. Lama pernikahan yang lebih lama dapat membuat ibu memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih banyak dalam peran domestik dibandingkan ibu dengan lama pernikahan yang lebih pendek sehingga kualitas lingkungan pengasuhan anak yang diberikan dapat lebih baik.

Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan pada penelitan selanjutnya dapat melihat kualitas perkawinan dari persepsi suami juga, karena dalam penelitian ini masih terbatas dari persepsi istri. Selain itu, penelitian ini hanya mengambil contoh istri bekerja dengan lokasi tempat tinggal di perkotaan, sehingga diharapkan penelitian selanjutnya metnambahkan istri bekerja dengan lokasi tempat tinggal di pedesaan sehingga dapat dilakukan uji beda kualitas perkawinan dan kualitas lingkungan pengasuhan antara istri yang tinggal di kota dengan di desa. Penelitian ini belum menganalisis dukungan sosial dan kelompok sosial ekonomi keluarga karena kedua hal tersebut dapat mempengaruhi kualitas lingkungan pengasuhan dan perkawinan yang dimiliki oleh keluarga.

SIMPULAN

Keluarga dengan istri bekerjadengan jenis pekerjaan formal memiliki pendidikan (istri dan suami), pendapatan (istri, suami, dan per kapita) yang lebih tinggi dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Namun, keluarga dengan jenis istri berjenis pekerjaan informal memiliki usia (suami, istri, dan anak terakhir), lama pernikahan, dan besar keluarga yang lebih tinggi dibandingkan dengan istri berjenis pekerjaan formal.

Kualitas perkawinan memiliki rataan capaian yang cukup tinggi dimana pada dimensi kebahagiaan perkawinan aspek yang paling tinggi berada pada aspek komitmen perkawinan dan terendah pada aspek kepribadian pasangan, sedangkan pada dimensi kepuasan perkawinan, aspek dengan capaian tertinggi berada pada aspek ekonomi dan terendah pada aspek cinta dan hubungan intim.

Pada anak usia 0-36 bulan, dimensi dengan sebaran contoh terbanyak pada kategori tinggi adalah dimensi keterlibatan ibu dan pada anak usia 4-6 tahun adalah dimensi stimulasi akademik. Berdasarkan kualitas, kebahagiaan, dan kepuasan perkawinan, dan kualitas lingkungan pengasuhan, istri dengan jenis pekerjaan formal lebih baik dibandingkan istri dengan jenis pekerjaan informal. Kualitas lingkungan pengasuhan anak berhubungan positif signifikan dengan kualitas perkawinan, pendidikan istri, dan lama jam kerja. Berdasarkan hasil uji pengaruh, kualitas perkawinan, pendidikan istri, dan besar keluarga merupakan variabel yang mempengaruhi kualitas lingkungan pengasuhan.

56

SARAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah agar dapat melaksanakan kebijakan terkait pendidikan perempuan, dan memberikan program peningkatan kualitas lingkungan pengasuhan anak khusus ibu, dan memberi kebijakan terkait peran ayah yang harus memiliki kontribusi lebih pada pengasuhan

2. Perusahaan swasta agar memberikan kebijakan ramah keluarga terutama untuk keluarga yang masih memiliki anak kecil

3. LSM dan perguruan tinggi memberikan pelatihan untuk meningkatkan atau mengembangkan kemampuan istri yang bekerja di sektor informal sehingga dapat meningkatkan pendapatan

4. Keluarga baik suami dan istri dapat lebih mengungkapkan cintanya kepada pasangan dan dapat bekerja sama dalam melaksanakan tugas keluarga baik di sektor domestik dan publik.

Dokumen terkait