• Tidak ada hasil yang ditemukan

RAJUNGAN YANG LAYAK DIKEMBANGKAN DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKEP

10. PEMBAHASAN UMUM

Wilayah perairan Kabupaten Pangkep memiliki potensi sumberdaya hayati yang produktif diantaranya ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang beserta berbagai jenis potensi sumberdaya perikanan yang hidup didalamnya, salah satu potensi sumberdaya yang dimaksudkan adalah rajungan. Sekarang ini rajungan menjadi primadona karena merupakan komoditi ekspor dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi, menjadi penyebab utama rajungan di eksploitasi secara intensif oleh nelayan baik siang maupun malam hari. Penangkapan intensif menimbulkan persoalan bagi ketersediaan rajungan, laju penangkapan lebih tinggi dibandingkan dengan laju rekruitmen akibatnya ketersediaan rajungan setiap tahunnya mengalami penurunan.

Capaian keilmuwan yang dapat ditampilkan sebagai bentuk kebaruan (novelty) adalah pola integrasi pemanfaatan sumberdaya rajungan secara berkelanjutan berbasis spasial distribusi fase pertumbuhan rajungan.

Untuk mencapai hal tersebut, maka seluruh komponen-komponen pemanfaatan sumberdaya rajungan yang dibutuhkan harus terpenuhi. Produksi lestari rajungan dengan pendekatan Equilibrium Schaefer diperoleh nilai effort optimal 696.679 trip dan produksi lestari 1.084.066,54 kg/tahun (1.084) ton/tahun. Tingkat pemanfaatan rajungan sampai tahun 2012 diperoleh sebesar 54,09 %, artinya masih tersedia 45,1 % potensi lestari rajungan yang dapat dimanfaatkan oleh nelayan. Seluruh potensi lestari rajungan harus jelas ukuran- ukuran yang dapat ditengkap. Hasil analisis ditetapkan ukuran rajungan betina yang boleh ditangkap adalah pada ukuran lebar karapas 10,6 cm, sedangkan rajungan jantan pada ukuran lebar karapas 9,55 cm. Ukuran lebar karapas ini dapat dijadikan persyaratan ukuran rajungan yang boleh di tangkap di perairan Kabupaten Pangkep. Sunarto (2012) mengatakan bahwa angka-angka ukuran pertama kali matang gonad dapat menjadi acuan untuk melakukan pembatasan ukuran penangkapan. Dengan demikian maka kelestarian sumberdaya rajungan dapat dipertahankan. Hasil analisis nisbah kelamin menunjukan bahwa jumlah rajungan betina lebih dominan dibandingkan dengan jenis jantan pada rajungan sehingga nisbah kelamin pada rajungan diduga tidak seimbang.

Hasil analisis pemijahan rajungan di perairan Kabupaten Pangkep terjadi sepanjang tahun, dan puncak musim berlangsung antara bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober dengan musim pemijahan tertinggi pada bulan Agustus. Anisah, (1998) mengatakan di perairan pantai Mandalle Pangkep puncak musim pemijahan pada bulan Agustus. Sedangkan hubungan lebar karapas dengan bobot jantan dan betina adalah allometrik negatif, artinya pertumbuhan lebar karapas lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan bobot pada rajungan. Laju mortalitas diperoleh nilai koefisien pertumbuhan yang semakin besar maka pertumbuhan akan semakin cepat sehingga akan lebih cepat mencapai L. Inv sehingga rajungan cepat mati. Rajungan jantan diperoleh hasil untuk nilai lebar karapas asimtotik L. Inv sebesar 186.38 mm, nilai koefisien pertumbuhan sebesar 1.5/tahun, nilai mortalitas total sebesar 2.53/tahun, nilai mortalitas alami sebesar 1.44/tahun, nilai mortalitas penangkapan sebesar 1.08/tahun, laju eksploitasi sebesar 0.42/tahun, dan Recruitment Pattern sebesar 20.27 %. Nilai koefisien pertumbuhan yang semakin besar maka pertumbuhan akan semakin cepat sehingga akan lebih cepat mencapai L.Inv sehingga rajungan akan cepat mati.

Hasil analisis laju eksploitasi (E) diperoleh nilai untuk rajungan betina 0,60, rajungan jantan 0,43. Berdasarkan kriteria dari Pauly et al. (1984), bahwa nilai laju pengusahaan yang rasional dan lestari di suatu perairan berada pada nilai E < 0,5 atau paling tinggi pada nilai E = 0,5. Untuk rajungan betina nilai mortalitas penangkapan lebih besar dibandingkan dengan nilai mortalitas alami, sehingga rajungan betina lebih banyak mati tertangkap dibandingkan dengan mati secara alami. Laju eksploitasi rajungan betina >50 %, nilai persentase keberhasilan Recruitment pattent ke dalam stok sebesar 17.45 %. Untuk rajungan jantan nilai laju eksploitasi, <50 %, belum mengalami kelebihan tangkap dan nilai recruitment pattern sebesar 20.27 %. Dengan demikian pemanfaatan rajungan harus tetap dijaga kelestariannya.

Untuk menjaga kelestarian sumberdaya rajungan, dibutuhkan alat tangkap yang ramah lingkungan. Hasil analisis terpilih alat tangkap gillnet dan bubu lipat. Penilaian ini menjadi pedoman bagi pengambil kebijakan khususnya pemerintah untuk menetapkan alat tangkap yang kayak untuk dikembangkan. Indeks musim penangkapan (IMP) selama lima tahun, terendah pada kisaran 106,459,94 % dan tertinggi pada bulan juni 152,53 %. Rata-rata indeks musim penangkapan rajungan dengan puncak musim terjadi pada bulan Juni dan September. Lokasi daerah penangkapan rajungan mencakup perairan pantai, sekitar pulau dan khususnya batas luar pulau-pulau di Kecamatan Liukang Tupabbiring dan Liukang Tupabbiring Utara. Untuk daerah penangkapan rajungan berdasarkan kriteria yang digunakan antara lain: a) daerah penangkapan rajungan dengan kriteria “Sesuai luas wilayah perairan daerah penangkapannya adalah 8.9131 ha, terletak pada kordinat (x) 119,3340782 (y) - 4,795765589; (x) 119,5333339 (y) -4,577981183; (x) 119,4860711 (y) - 4,635205014; (x) 119,4917813 (y) -4,698932738; (x) 119,4452481 (y) - 4,766209738;(x) 119,430269 (y) -4,93330032, b) daerah penangkapan rajungan dengan kriteria Cukup Sesuai luas wilayah perairan daerah penangkapannya adalah 109.164 ha terletak pada kordinat (x) 119,2729504 (y) -4,592693128; (x) 119,2641158 (y) -4,951483991.

Hasil analisis menunjukan bahwa waktu yang paling efektif untuk melakukan penangkapan rajungan adalah pada fase bulan purnama memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap produksi rajungan. Pada saat bulan purnama rajungan aktif mencari makanan karena perairan menjadi terang, pada bulan ini pula berat rajungan menjadi ringan jika dibandingkan pada waktu bulan gelap yang bobotnya lebih berat karena aktifitasnya lebih tinggi.

Susilo (1993) menyebutkan bahwa perbedaan fase bulan memberikan pengaruh nyata terhadap tingkah laku rajungan, yaitu ruaya dan makan. Fase bulan gelap, cahaya bulan yang masuk ke dalam perairan relatif tidak ada, sehingga perairan menjadi gelap. Hal ini mengakibatkan rajungan tidak melakukan ruaya serta aktivitas pemangsaannya berkurang. Hal tersebut ditunjukkan dengan perbedaan jumlah hasil tangkapan antara fase bulan gelap dan bulan terang, dimana rajungan cenderung lebih banyak tertangkap saat fase bulan terang, sedangkan fase bulan gelap rajungan lebih sedikit tertangkap. Selanjutnya Kangas (2000) mengatakan waktu yang paling baik untuk menangkap rajungan adalah malam hari saat fase bulan terang.

Pergerakan larva rajungan pasca pemijahan berlangsung dari titik produksi larva rajungan lepas pantai, di sekitar gugusan pulau Pabbiring dan gugusan

164

pulau-pulau Sangkarang, lepas pantai (off shore). Hasil analisis distribusi dan kelimpahan zoea, (zoea 1, zoea 2, zoea 3 dan zoea 4), dan beberapa kelompok organisme lainnya adalah Crustacea (udang), Cyclos, Skeletonema, Plankton (fitoplankton) dari jenis Nitzchia sp, Oscillatoria sp dan Lymbia. Secara spasial distribusi dan kepadatan zoea terbentuk 3 kelas yakni kelas kepadatan “Rendah”; kelas kepadatan “Sedang” dan kelas kepadatan “Tinggi”. Hasil analisis spasial dengan pendekatan kualitas perairan, diperoleh pendugaan distribusi rajungan untuk ukuran zoea dengan pendekatan kualitas perairan yakni suhu, salinitas, O2

dan pH, terbentuk 2 kelas kesesuaian diantaranya “Sesuai” luasnya 200.465,68 ha dan “Tidak Sesuai” 2.401,44 ha.

Untuk distribusi dan kelimpahan megalopa, terbentuk 3 kelas, untuk kelas kepadatan rendah, sedang dan tinggi. Disamping itu teridentifikasi berbagai jenis organisme selain megalopa, paling dominan adalah crustacea (udang), cyclos, skeletonema, plankton (fitoplankton) dari jenis nitzchia sp, oscillatoria sp dan lymbia. Hasil analisis kesesuaian areal perairan untuk megalopa, mengacu pada parameter kualitas perairan yakni suhu, salinitas, O2 dan pH, terbentuk 2 kelas

kesesuaian diantaranya “Sesuai” luasnya 176.86λ ha dan “Tidak Sesuai” luasnya 25.997 ha.

Hasil sampling rajungan muda menggunakan alat tangkap mini trawl, di sekitar perairan Kallaroang, tertangkap rajungan muda, sebanyak 25.455 ekor/bulan, atau rata-rata 107-208 ekor/hari. Hasil analisis kesesuaian areal perairan untuk rajungan muda terbentuk 2 kelas kesesuaian diantaranya “Sesuai” luasnya 193.724 ha dan “Tidak Sesuai” luasnya 91.430 ha. Wilayah perairan yang sesuai untuk rajungan muda masih dominan jika dibandingkan dengan yang tidak sesuai. Sedangkan hasil analisis kesesuaian areal perairan untuk rajungan dewasa, terbentuk 2 kelas kesesuaian diantaranya “Sesuai” dengan luas wilayah perairan 1λ8.28λ,14 ha dan “Tidak Sesuai” luasnya adalah 4.577,98 ha.

Pemanfaatan sumberdaya rajungan (P.pelagicus), diharapkan dapat berlangsung sepanjang waktu (berkelanjutan) oleh karena itu dibutuhkan suatu dukungan kebijakan dan strategis untuk memberikan proteksi pada pemanfaatan potensi rajungan tanpa batas dengan mendorong suatu alternatif pengelolaan sumberdaya rajungan. Hasil analisis di tetapkan posisi alternatif kebijakan pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus) secara berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkep berada pada kuadran I, yakni mendukung Strategi Agresif atau Growth Oriented Strategy.

Hasil analisis A’WOT menempatkan prioritas alternatif kebijakan pemanfaatan sumberdaya rajungan secara berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkep antara lain ditetapkan: 1) pengembangan mata pencaharian alternatif; 2) pelarangan penangkapan rajungan bertelur; 3) penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan; 4) pemanfaatan perikanan rajungan berbasis zonasi; 5) pengembangan budidaya rajungan; 6) pengembangan dan pemberian modal usaha; 7) restoking; dan 8) penegakan hukum.

Berdasarkan uraian diatas maka disusun skema pola integrasi pemanfaatan sumberdaya rajungan secara berkelanjutan berbasis spasial distribusi fase pertumbuhan rajungan, sebagaimana disajikan pada gambar berikut ini:

Gambar 53 Pola Integrasi pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus) secara berkelanjutan berbasis spasial distribusi fase pertumbuhan rajungan

Tabel 52 Penjelasan komponen pola integrasi pemanfaatan sumberdaya rajungan secara berkelanjutan berbasis spasial distribusi fase pertumbuhan rajungan di perairan Kabupaten Pangkep

Komponen Penjelasan

Biofisik Sumberdaya

a. Sumberdaya Rajungan Potensi jenis rajungan

b. Musim pemijahan Musim dimana terdapatnya telur-telur yang sudah dibuahi yang masih terbawa oleh induknya yang melekat pada lipatan abdomen bersama pleopodanya. Musim pemijahan rajungan terjadi sepanjang tahun dengan puncaknya terjadi pada bulan Agustus, musim Timur di bulan Mei, Juni, Juli, Agustus dan musim peralihan kedua di bulan September dan Oktober.

c. Fisika, kimia oseanografi Parameter kualitas perairan yang terdiri dari oksigen, suhu, salinitas dan pH yang sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan rajungan

d. Siklus hidup Fase pertumbuhan rajungan yang dimulai dari zoea, crable, megalopa, rajungan muda dan rajungan dewasa

e. Produksi lestari (Maksimum Sustainable Yield)

Hasil tangkapan maksimum lestari rajungan yaitu jumlah suatu tangkapan maksimum yang dapat dipanen dari sumberdaya rajungan tanpa mengganggu kelestarian rajungan. hasil analisisi diperoleh produksi lestari sebesar 1.084 ton/tahun dan effort sebesar 696.679 trip/tahun dan sampai tahun 2012 tingkat pemanfaatan 54,09 %

Pemanfaatan

a. Indeks musim penangkapan (IMP)

Nilai yang menjadi standar untuk menentukan bulan dalam setahun sebagai musim penangkapan rajungan. Musim penangkapan berlangsung pada bulan Mei, Juni. Juli, September, Oktober dan Desember dengan puncak musim penangkapan pada bulan Juni dan September

b. Waktu penangkapan Pasang surut pada Fase bulan purnama sebagai waktu yang efektif untuk menangkap rajungan

c. Pemanfaatan rajungan dewasa Proses, cara, perbuatan memanfaatkan sumberdaya hayati rajungan dewasa untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup nelayan

Tabel 52 lanjutan

Komponen Penjelasan

d. Penangkapan rajungan Kegiatan untuk memperoleh rajungan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.

e. Alat tangkap ramah lingkungan

Alat tangkap yang terdiri dari gillnet dan bubu yang ditetapkan berdasarkan pendekatan skoring yang dapat digunakan untuk menangkap rajungan

f. Kelestarian sumberdaya rajungan

Pemanfaatan sumberdaya rajungan yang dilakukan tanpa mengganggu kelestarian sumberdayakarena masih tersedia yang cukup besar untuk dimanfaatkan

Pengelolaan

a. Zonasi Suatu bentuk rekayasa teknik pemanfaatan ruang melalui penetapan batasbatas fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan daya dukung serta proses-proses ekologis yang berlangsung sebagai satu kesatuan dalam ekosistem pesisir

b. Pemetaan spasial Pemetaan atau visualisasi adalah pengungkapan suatu gagasan atau perasaan dengan menggunakan gambar, tulisan, peta, dan grafik. Peta adalah alat relasi yang menyediakan suatu informasi antar hubungan entitas yang dipetakan. Pemetaan merupakan sebuah proses yang memungkinkan seseorang mengenali elemen pengetahuan serta konfigurasi, dinamika, ketergantungan timbal balik dan interaksinya.

c. Konservasi rajungan Upaya perlindungan, pelestarian, dan pemanfaatan sumberdaya rajungan, termasuk ekosistem, jenis, dan genetik untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragaman sumber daya ikan.

d. Zoea Fase siklus hidup rajungan pasca telur-telur menetas, dan setelah beberapa hari kemudian menjadi larva (individu baru), distribusi dan sebarannya dalam perairan sangat ditentukan oleh arus dan arah arus

Tabel 52 lanjutan

Komponen Penjelasan

e. Megalopa Fase siklus hidup rajungan setelah tahap zoae ke tahap megalopa dengan bentuk organ tubuh yang lebih sempurna dari pada zoea, distribusi dan sebarannya dalam perairan masih ada pengaruh arus dan sudah mulai bergerak kedasar perairan

f. Rajungan muda Fase siklus hidup rajungan setelah tahap megalopa, juvenil dengan organ-organ tubuh sudah sempurna dan ukurannya masih anakan/kecil

g. Pemijahan Proses, cara, perbuatan melepaskan telur dan sperma untuk pembuahan rajungan; hal memijahkan rajungan; 2 pengembangbiakan rajungan; 3 tempat memijahkan rajungan. Pemijahan ada yakni pemijahan secara alami dan pemijahan secara buatan

h. Induk rajungan Rajungan dewasa dan telah mengalami tingkat kematangan gonad Hukum

a. Penegakan hukum Proses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan normatif atau melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dengan mendasarkan diri pada norma aturan hukum yang berlaku, berarti dia menjalankan atau menegakkan aturan hukum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya itu, penegakan hukum itu hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum itu, apabila diperlukan, aparatur penegak hukum itu diperkenankan untuk menggunakan daya paksa.

b. Pelarangan penangkapan rajungan bertelur

Suatu bentuk proteksi yang dilakukan untuk mengurangi/meniadakan laju penangkapan rajungan yang bertelur untuk mempertahan kelestarian sumberdaya rajungan

Tabel 52 lanjutan

Komponen Penjelasan

c. Penyusunan Perda Kegiatan penyusunan Peraturan Daerah sebagai Instrumen hukum dalam pemanfataan sumberdaya rajungan secara berkelanjutan

Ekonomi nelayan

a. Bantuan modal usaha Bantuan yang berupa uang di berikan oleh pemerintah untuk mengembangkan usaha baik nelayan maupun petani ikan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidupnya

b. Mata pencaharian alternatif Pekerjaan yang dapat dilakukan diluar pekerjaan utamanya berdasarkan potensi sumberdaya yang tersedia

c. Budidaya rajungan Kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan rajungan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.

d. Nelayan Orang yang secara aktif melakukan operasi penangkapan rajungan. nelayan pemilik: pemilik unit penangkapan yang turut aktif melakukan operasi penangkapan, sedang nelayan buruh/penggarap: orang yang aktif dalam operasi penangkapan tetapi tidak memiliki unit penangkapan

e. Petani ikan Orang yang secara aktif melakukan pemeliharaan atau pembesaran rajungan

f. Keberlanjutan usaha Kegiatan di bidang penangkapan rajungan dan lain-lainnya yang berlangsung terus menerus atau usaha tetap berkesinambungan atau berjalan