• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemanfaatan Sumberdaya Rajungan (Portunus Pelagicus) Secara Berkelanjutan Di Perairan Kabupaten Pangkajenne Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemanfaatan Sumberdaya Rajungan (Portunus Pelagicus) Secara Berkelanjutan Di Perairan Kabupaten Pangkajenne Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan"

Copied!
236
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA RAJUNGAN

(Portunus pelagicus)

SECARA BERKELANJUTAN

DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKAJENNE KEPULAUAN

PROVINSI SULAWESI SELATAN

I H S A N

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul: “Pemanfaatan sumberdaya rajungan (Portunus pelagicus) secara berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkajenne Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan” karya saya dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2015

Ihsan

(3)

RINGKASAN

IHSAN. 2015. Pemanfaatan Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicus) Secara Berkelanjutan di Perairan Kabupaten Pangkajenne Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh: EKO SRI WIYONO, SUGENG HARI WISUDO dan JOHN HALUAN.

Wilayah perairan Kabupaten Pangkep memiliki potensi sumberdaya hayati yang produktif diantaranya ekosistem mangrove, lamun dan terumbu karang beserta berbagai jenis organisme yang hidup didalamnya, salah satu potensi yang dimaksudkan adalah rajungan (P. pelagicus). Dalam penelitian ini, capaian keilmuwan yang ditampilkan (novelty) yaitu model integrasi pemanfaatan sumberdaya rajungan secara berkelanjutan berbasis spasial distribusi pertumbuhan di perairan Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan.

Hasil analisis nilai effort optimal rajungan diperoleh 696.679 trip dengan produksi lestari sebesar 1.084 ton/tahun. Tingkat pemanfaatan rajungan sampai tahun 2012 diperoleh sebesar 54,09 %, artinya masih tersedia 45,1 % potensi lestari rajungan yang dapat dieksploitasi oleh nelayan. Rajungan betina pertama kali matang gonad pada ukuran lebar karapas 106 mm, sedangkan rajungan jantan pada ukuran lebar karapas 95,5 mm. Nisbah kelamin menunjukkan bahwa jumlah rajungan betina lebih dominan dibandingkan dengan jenis jantan sehingga nisbah kelamin diduga tidak seimbang.

Hasil analisis pemijahan rajungan di perairan Kabupaten Pangkep terjadi pada bulan Mei, Juni, Juli, Agustus, September dan Oktober dengan puncak musim pemijahan pada bulan Agustus. Hubungan lebar karapas dengan bobot jantan dan betina adalah allometrik negatif artinya pertumbuhan lebar karapas lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan bobot pada rajungan. Laju eksploitasi (E) rajungan betina E>0,60, rajungan jantan sebesar E<0,43.

Musim penangkapan rajungan terjadi pada bulan Mei, Juni, Juli, September, Oktober dan November dan puncak musim berlangsung pada bulan Juni dan September dengan daerah penangkapan rajungan yang sesuai adalah 89.131,37 ha, cukup sesuai adalah 109.164,87 ha dan yang tidak sesuai adalah 4.577,56 ha. Waktu pasang surut yang paling efektif untuk menangkap rajungan adalah pasang surut pada fase bulan purnama, pada saat bulan purnama rajungan aktif mencari makanan karena perairan menjadi terang. Untuk menangkap rajungan digunakan gillnet dan bubu lipat sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan.

Hasil analisis zoea, secara spasial distribusi dan kepadatannya terbentuk kelas kepadatan rendah, sedang dan tinggi. Hasil analisis spasial dengan pendekatan kualitas perairan, diperoleh pendugaan distribusi rajungan untuk zoea terbentuk kelas “sesuai” luasnya 200.465,68 ha dan “tidak sesuai” luasnya 2.401,44 ha.

(4)

Hasil analisis rajungan muda menggunakan alat tangkap mini trawl, di perairan Kallaroang, tertangkap rajungan muda, sebanyak 25.455 ekor/bulan. Hasil analisis kesesuaian areal perairan untuk rajungan muda terbentuk kelas “sesuai” luasnya 193.724,03 ha dan “tidak sesuai” luasnya 91.430,88 ha.

Hasil analisis spasial distribusi rajungan dewasa ditetapkan kelas sesuai luasnya 89.131,37 ha; cukup sesuai 109.164,87 ha dan tidak sesuai luasnya 4.577,56 ha. Hasil analisis kesesuaian areal perairan untuk rajungan dewasa, kelas sesuai luasnya 198.289,14 ha dan tidak sesuai luasnya 4.577,98 ha. Jumlah hasil tangkapan rajungan dewasa untuk lokasi daerah penangkapan tersebut adalah 231.540 kg/tahun dengan rata-rata 19.295 kg/bulan.

Hasil analisis SWOT di tetapkan posisi alternatif kebijakan pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus) secara berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkep berada pada kuadran I, yakni mendukung Strategi Agresif atau Growth Oriented Strategiy.

Hasil analisis A’WOT alternatif strategi kebijakan pengembangan yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pemanfaatan perikanan rajungan secara berkelanjutan, ditetapkan antara lain: 1) Pengembangan mata pencaharian alternatif; 2) Pelarangan penangkapan rajungan bertelur; 3) Penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan; 4) Pemanfaatan perikanan rajungan berbasis zonasi; 5) Pengembangan budidaya rajungan; 6) Pengembangan dan pemberian modal usaha; 7) Restoking; dan 8) Penegakan hukum.

(5)

SUMMARY

IHSAN. 2015. The Utilization of Swimming Crab (Portunus pelagicus) Resources in Pangkajenne Kepulauan District Waters of South Sulawesi Province. Supervied by EKO SRI WIYONO, SUGENG HARI WISUDO and JOHN HALUAN.

Pangkajene Kepulauan (Pangkep) waters have a biological potential resources including mangrove, sea grass and coral reefs. Various types of organisms live in the waters, and give a significant role to the economic activity. One of the potential organisms in Pangkep are swimming crab (P. pelagicus). Since give a significant role to the economics, the management of swimming crap is lack. For this reason, this study were proposed to develop an alternatif management of swimming crab in Pangkep. The novelty of this research is to develop a sustainable integrated utilization model of swimming crab resource based on spatial distribution of growth phase of swimming crab in Pangkep waters, South Sulawesi.

The results of the study showed that the optimal effort of swimming crab were 696,679 trips/year and 1,084 tons/year. The utilization rate of swimming crab until 2012 was 54.09%, which means that there was still 45.1% of sustainable potential production which could be exploited. The other result of this study showed that female swimming crab gets firstly gonad maturity when it has width carapace size of 10.6 cm, conversely the male swimming crab reached firstly gonad maturaty in size 9.55 cm. Sex ratio analysis shows that the condition of sex ratio was unbalanced, that mean the number of female crabs is more than that of the male.

The swimming crabs spawning in Pangkep waters occurred during May – October, and reach the peak spawning season in August. The relationship between the width of carapace and the weight of male and female was allometric negative, which mean that the growth of carapace width was faster than the growth of the crab weight. The rate of exploitation (E) of female crabs was > 0.60, and that of male crabs was <0.43.

Based on the fishing season analysis, can be explain that the fishing season of swimming crab was on May, June, July, September, October and November and the peak season finished on June and September. The estimated of fishing area by ecological criteria showed that an “appropriate” fishing area were 89.131.37 hectares, “quite appropriate” area were 109.164.87 hectares and “inappropriate” area were 4.577.56 hectares. The most effective capture for swimming crabs was in the phase of the full moon when the swimming crab was actively looking for food. Gillnet and trap were the efective fishing gears for capture swimming crabs.

(6)

analysis of the waters area resulted an “appropriate” water about 176.869.17 hectares and "not appropriate" area about 25.997.95 hectares.

Based on sampling of young swimming crab by mini trawl fishing gear in around Kallaroang waters, showed that the young crab caught was 25.455/month. The results of the analysis of the suitability waters area for the young crabs showed that the area can be classified into two criteria namely “appropriate” about 193.724.03 hectares and "inappropriate" about 91.430.88 hectares.

The results of the analysis of the spatial distribution of adult swimming crabs determined the “appropriate” waters were about 89.131.37 hectares, “quite appropriate” about 10λ.164.87 hectares and “inappropriate” about 4.577.56. The analysis results of the suitability of the area for the waters of the adult crabs provided the “appropriate” waters were about 198.289.14 hectares and “inappropriate” waters about 4.577.98 hectares. The total catch of adult crabs from the fishing ground was 231.540 kg/year with average of 19.295 kg/month.

The result of SWOT analysis set the alternative resource utilization policy of swimming crab in Pangkep waters, placed on quadrant I, that mean “Aggressive Strategy” or “Growth Oriented Strategy”. Futhermore, the results of the analysis of A'WOT for alternative development policy strategies showed that the sustainable utilization of swimming crab can be realized through the following policies, i.e.: 1) The development of alternative livelihoods; 2) The prohibition of catching spawning crabs; 3) The use of environmentally friendly fishing gear; 4) The utilization of crab fishery-based zoning; 5) The development of crab cultivation; 6) The development and provision of venture capital; 7) The restoking; and 8) The law enforcement.

(7)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

(8)

PEMANFAATAN SUMBERDAYA RAJUNGAN

(Portunus pelagicus)

SECARA BERKELANJUTAN

DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKAJENNE KEPULAUAN

PROVINSI SULAWESI SELATAN

I H S A N

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor

pada

Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(9)

Ujian Tertutup

Penguji luar komisi:

1 Dr Ir Tri Wiji Nurani M Si

2 Dr Ir Ronny Irawan Wahyu M Phil

Ujian Terbuka Penguji luar komisi:

(10)
(11)
(12)
(13)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga disertasi ini telah berhasil diselesaikan dengan baik. Disertasi berjudul Pemanfaatan Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicus) secara Berkelanjutan di Perairan Kabupaten Pangkajenne Kepulauan Provinsi Sulawesi Selatan, disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Kabupaten Pangkep. Wilayah perairan yang menjadi lokasi penelitian, berada di perairan pantai Barat Selat Makassar Provinsi Sulawesi Selatan.

Disertasi ini menghasilkan suatu konsep pengelolaan perikanan rajungan yang didasarkan pada daya dukung potensi lestari sumberdaya perikanan rajungan yang tersedia, dengan penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan, indeks pola musim, daerah penangkapan rajungan dan waktu penangkapan yang efektif yang berbasis pada spasial fase pertumbuhan rajungan. Dalam pengelolaan perikanan rajungan dibutuhkan kebijakan alternatif untuk memberikan proteksi penangkapan rajungan yang berlebihan sehingga tercapai perikanan yang berkelanjutan. Hasil yang dicapai dalam penelitian tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, oleh karena itu ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1) Dr Eko Sri Wiyono S Pi M Si, Dr Ir Sugeng Hari Wisudo M Si dan Prof Dr Ir John Haluan, M Sc selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan dalam penulisan disertasi ini, semoga Allah SWT akan membalasnya dengan berkah dan pahala, amin-amin.

1) Dr Ir Tri Wiji Nurani M Si dan Dr Ir Ronny Irawan Wahyu M Phil sebagai dosen penguji di luar komisi pada ujian tertutup, yang telah memberikan saran-saran untuk penyempurnaan disertasi ini.

2) Prof Dr Ir H M Natsir Nessa MS dan Dr Ir Budy Wiryawan M Sc sebagai dosen penguji di luar komisi pada ujian terbuka yang telah memberikan saran-saran untuk penyempurnaan disertasi ini.

3) Dr Ir Budy Wiryawan M Sc selaku Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Prof Dr Ir Mulyono S. Baskoro M Sc selaku ketua Program Studi Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan disertasi ini.

4) Seluruh Dosen dan staf Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Institut Pertanian Bogor.

5) Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 6) Dekan Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

7) Kementerian Pendidikan Nasional yang telah memberikan beasiswa studi lanjut BPPS di Institut Pertanian Bogor.

8) Prof Dr H Masyur Ramli M Si selaku Ketua Pembina Yayasan Wakaf Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar

9) H Mukhtar Nurjaya SE M Si selaku Ketua Yayasan Wakaf Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar.

(14)

11) Dr Ir Asbar M Si selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu yang senantiasa memberikan dorongan semangat dan motivasi untuk menyelesaikan disertasi ini.

12) Prof Dr H Hambali Thalib SH MH selaku Kepala Lembaga Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya (LP2S) Universitas Muslim Indonesia Makassar. 13) Teman Sejawat Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Muslim Indonesia Makassar.

14) Kepala dan staf Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep.

15) Rekan mahasiswa Sistem dan Pemodelan Perikanan Tangkap dan Teknologi Perikanan Tangkap dan khususnya Angkatan tahun 2010/2011.

16) Ayahanda H Cotte Bin La Wara (Alm) dan ibunda Hj Yomming Binti H Abdul Hafid serta mertuaku ayahnda Abidin Santian dan ibunda Hj Sumiati (Alm) atas segala limpahan kasih sayang serta siraman iman yang diberikan kepada penulis hingga penyelesaian studi penulis.

17) Istriku tercinta Hj Sri Novyanti A Md, ananda Ahmad Raihan Ihsan dan Ahmad Dinejad Ihsan, Kakakku Nasmawati H Cotte A Md, Adinda Marlina H Cotte SE, ponakanku Misnawati Ners. St Hajar SE, Ilyas dan Imran yang selalu memberikan dukungan dan doa selama penulis menuntut ilmu, kalian penyemangatku untuk segera menyelesaikan studi di IPB, terima kasih. 18) Ibu Winda Indriani yang telah melakukan kerjasama dalam berbagai kegiatan

pengabdian masyarakat.

19) Ibu Muji Rahayu yang telah melakukan kerjasama dalam berbagai kegiatan pengabdian masyarakat.

20) Faisal H Saleng dan keluarga yang telah memberikan bantuan dan fasilitas pondokan dan kapal selama penelitian.

21) Para nelayan dan responden di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Pangkep.

22) Muh. Sulaiman, Muh Ridwan Adi Surya, Muh. Ilyas Rajamuddin, Syamsul Rijal, Didik Santoso, Dion Bawole, Ismawan Tallo, Chaliluddin, Catur Sarwanto, Yulia Eka Astiarini, Amirul Karman, Imran Taheran, Nurcholis Wahidin, Romie Jhonirie, Er Satriya Trikusuma, Salahuddin, Moh. Agung Nugraha, Chandra Saban, Muh. Ridwan Salin, Yar Johan, dan Ari Anggoro. 23) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyelesaian penyusunan disertasi ini.

Semoga disertasi ini memberikan manfaat, oleh karena itu kritik dan saran untuk penyempurnaan disertasi ini sangat kami harapkan.

Bogor, Mei 2015

(15)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR LAMPIRAN vii

DAFTAR ISTILAH viii

1. PENDAHULUAN 1

Latar belakang 1

Perumusan masalah 3

Tujuan penelitian 4

Manfaat penelitian 4

Kebaruan (novelty) 5

Kerangka pemikiran 5

2. METODOLOGI UMUM 7

Tempat dan waktu penelitian 7

Ruang lingkup penelitian 7

Bahan dan alat penelitian 8

Metode pengumpulan data 8

Tahapan penelitian 11

Analisis data 12

3. KERAGAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 23

Letak geografis 23

Luas wilayah 23

Penduduk 23

Potensi wilayah pesisir dan laut 24

Perikanan tangkap 25

4. KAJIAN POTENSI LESTARI DAN BIOLOGI POPULASI

RAJUNGAN DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKEP 30

Pendahuluan 30

Tujuan penelitian 31

Kebutuhan data dan metode analisis 31

Hasil dan pembahasan 35

Potensi lestari rajungan 35

Biologi populasi rajungan 44

Simpulan 53

5. ANALISIS POLA MUSIM DAN DAERAH PENANGKAPAN

RAJUNGAN DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKEP 54

Pendahuluan 54

Tujuan penelitian 55

Kebutuhan data dan metode analisis 55

Hasil dan pembahasan 56

Pola musim penangkapan rajungan 56

Daerah penangkapan rajungan 59

(16)

6. EFEKTIFITAS WAKTU PENANGKAPAN RAJUNGAN TERKAIT

PASANG SURUT DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKEP 63

Pendahuluan 63

Tujuan penelitian 65

Kebutuhan data dan metode analisis 65

Hasil dan pembahasan 66

Produksi rajungan berdasarkan pasang surut 68

Penangkapan rajungan yang efektif berdasarkan pasang surut 69

Simpulan 72

7. PEMILIHAN UNIT USAHA PERIKANAN TANGKAP RAJUNGAN YANG LAYAK DIKEMBANGKAN

DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKEP 73

Pendahuluan 73

Tujuan penelitian 74

Kebutuhan data dan metode analisis 75

Hasil dan pembahasan 77

Deskripsi alat tangkap 77

Analisis skoring usaha perikanan tangkap 81

Analisis gabungan aspek biologi, teknik, ekonomi dan sosial 87

Simpulan 88

8. PEMETAAN DISTRIBUSI RAJUNGAN DI PERAIRAN

KABUPATEN PANGKEP 89

Pendahuluan 89

Tujuan khusus 90

Kebutuhan data dan metode analisis 90

Hasil dan pembahasan 97

Distribusi spasial kualitas perairan 97

Pendugaan distribusi rajungan 104

Distribusi rajungan berdasarkan siklus hidup 110

Simpulan 116

9. STRATEGI KEBIJAKAN PEMANFAATAN PERIKANAN

RAJUNGAN DI PERAIRAN KABUPATEN PANGKEP 117

Pendahuluan 117

Tujuan penelitian 119

Kebutuhan data dan metode analisis 119

Hasil dan pembahasan 122

Identifikasi komponen SWOT 122

Matriks Internal/External Strategic Factor Analysis Summary

Komponen SWOT 128

Analisis Perumusan Alternatif Strategi 132

Alternatif strategi kebijakan pemanfaatan sumberdaya

rajungansecara berkelanjutan 134

Kebijakan, tujuan, program, dan pelaksanaan kegiatan 156

(17)

xvi

10.PEMBAHASAN UMUM 161

11.SIMPULAN DAN SARAN 169

Simpulan umum 169

Saran-saran 169

(18)

DAFTAR TABEL

1. Kategori, jenis dan metode yang digunakan dalam penelitian 9

2. Langkah-langkah analisis SWOT 20

3. Skala banding secara berpasangan (Skala angka Saaty) untuk memberi penilaian terhadap tingkat kepentingan satu elemen

dibandingkan dengan elemen lainnya 20

4. Nilai acak konsistensi 22

5. Jumlah alat penangkapan ikan yang dioperasikan

di perairan Kabupaten Pangkep 26

6. Jumlah armada penangkapan ikan yang dioperasikan

di perairan Kabupaten Pangkep 27

7. Produksi penangkapan ikan berdasarkan jenis alat tangkap

yang di operasikan di Kabupaten Pangkep 27

8. Produksi penangkapan ikan berdasarkan kecamatan

di Kabupaten Pangkep 28

9. Produksi (ton) dan nilai (Rp) perikanan tangkap di Kabupaten

Pangkep 28

10. Jumlah nelayan dan tingkat pendapatan nelayan perikanan

tangkap di Kabupaten Pangkep 29

11. Produksi aktual rajungan selama 5 tahun (2008-2012) 35 12. Deskripsi waktu penangkapan rajungan setiap bulan berdasarkan

wawancara dan pengamatan di wilayah perairan Kabupaten Pangkep 37 13. Jumlah trip upaya penangkapan rajungan selama 5 tahun

(2008-2012) 38

14. Hasil tangkapan perunit usaha (kg) masing-masing

alat tangkap rajungan 40

15. Produksi dan CPUE masing-masing unit alat tangkap rajungan 41 16. Nilai parameter biologi untuk rajungan di perairan

Kabupaten Pangkep 42

17. Hasil perhitungan bioekonomi rajungan model Equilibrium Schaefer 42 18. Nilai parameter pertumbuhan rajungan jantan dan betina di

di perairan Kabupaten Pangkep 50

19. Hasil analisis rata-rata untuk bulanan (RRBi) dan indek

musim penangkapan(IMP) rajungan 57

20. Musim dan Indeks Musim Penangkapan (IMP) (%) 57

21. Formulasi yang digunakan dalam analysis of variance (ANOVA) 66 22. Produksi rajungan setiap bulan terkait pasang surut pada setiap

fase bulan di perairan Kabupaten Pangkep 68

23. Produksi rajungan terkait pasang surut pada setiap kelompok

fase bulan di perairan Kabupaten Pangkep 70

24. Hasil analisis penilaian aspek biologi alat tangkap rajungan

di Kabupaten Pangkep 82

25. Standar penilaian aspek biologi untuk kriteria selektifitas

alat tangkap. 82

26. Nilai standardisasi aspek biologi usaha perikanan rajungan

(19)

xviii

27. Hasil analisis penilaian aspek teknik alat tangkap rajungan

di Kabupaten Pangkep 83

28. Nilai standardisasi aspek teknis usaha perikanan rajungan

di Kabupaten Pangkep 84

29. Hasil analisis penilaian aspek ekonomi alat tangkap rajungan

di Kabupaten Pangkep 85

30. Nilai standardisasi aspek ekonomis usaha perikanan rajungan

di Kabupaten Pangkep 85

31. Hasil analisis penilaian aspek sosial alat tangkap rajungan

di Kabupaten Pangkep 86

32. Nilai standardisasi aspek sosial usaha perikanan rajungan

di Kabupaten Pangkep 86

33. Hasil analisis penilaian aspek biologi, teknik, ekonomi dan sosial

alat tangkap rajungan di Kabupaten Pangkep 87

34. Nilai standardisasi aspek biologi, teknik, ekonomi dan sosial

usaha perikanan rajungan di Kabupaten Pangkep 88

35. Penentuan kategori kesesuaian area 95

36. Nilai Bobot matriks kesesuaian zoea 95

37. Nilai Bobot matriks kesesuaian megalopa 96

38. Nilai Bobot matriks kesesuaian rajungan mudah 96

39. Nilai Bobot matriks kesesuaian rajungan dewasa 96

40. Penentuan kategori kesesuaian area 97

41. Hasil analisis parameter kualitas perairan (nilai terendah

dan tertinggi) selama survey 97

42. Skala banding secara berpasangan (skala angka Saaty) untuk memberi penilaian terhadap tingkat kepentingan

satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya 121

43. Hasil identifikasi komponen dan faktor-faktor SWOT Pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus)

secara berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkep 123 44. Matriks IFAS pada pemanfaatan sumberdaya rajungan

(P. pelagicus) secara berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkep 129 45. Matriks EFAS pada pemanfaatan sumberdaya rajungan

(P. pelagicus) secara berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkep 131 46. Hasil analisis perumusan strategi SWOT pada pemanfaatan

sumberdaya rajungan (P. pelagicus) secara berkelanjutan

di perairan Kabupaten Pangkep 133

47. Hasil rumusan alternatif strategi SWOT 134

48. Nilai bobot (skor) dari masing-masing alternatif strategi kebijakan pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus)

di perairan Kabupaten Pangkep 138

49. Hasil identifikasi dan inventarisasi berbagai mata pencaharian alternatif di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten

Pangkep 140

50. Zona-zona dan luasan pada pengelolaan siklus hidup rajungan

di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pangkep 146

51. Alternatif kebijakan, tujuan dan program pengelolaan perikanan

(20)

52 Penjelasan komponen pola integrasi pemanfaatan sumberdaya rajungan secara berkelanjutan berbasis spasial distribusi fase

pertumbuhan rajungan di perairan Kabupaten Pangkep 165

DAFTAR GAMBAR

1. Kerangka pikir penelitian pemanfaatan sumberdaya rajungan

secara berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkep 7

2. Peta lokasi penelitian 7

3. Tahapan analisis penelitian 11

4. Proses penyusunan zona perlindungan dan pemanfaatan rajungan 18 5. Teknik pengukuran panjang dan lebar karapas rajungan 32 6. Produksi aktual rajungan selama 5 tahun (2008-2012) 36 7. Diagram jumlah trip upaya penangkapan rajungan selam 5

tahun (2008-2012) 39

8. Grafik Catch Perunit Effort standar (CPUE) standar selama

5 tahun (2008-2012) 41

9. Hubungan produksi (kg) dengan effort (trip) pada usaha

perikanan tangkap rajungan dengan Model Equilibrium Schaefer 43 10. Hubungan produksi (kg) dengan effort (unit) pada usaha

perikanan tangkap rajungan Model Equilibrium Schaefer 44 11. Distribusi frekwensi rajungan betina dan jantan yang tertangkap

di perairan Kabupaten Pangkep 48

12. Distribusi frekwensi gabungan rajungan betina dengan jantan

yang tertangkap diperairan Kabupaten Pangkep 48

13. Hubungan lebar karapas dengan bobot pada rajungan jantan

dan betina di perairan Kabupaten Pangkep 49

14. Grafik Von Bertalanffy rajungan betina (a), jantan

(b) di perairan Kabupaten Pangkep 51

15. Kurva pertumbuhan rajungan di perairan Kabupaten Pangkep 52 16. Pola musim penangkapan rajungan di Perairan Kabupaten

Pangkep 58

17. Peta daerah penangkapan rajungan di perairan Kabupaten Pangkep 60 18. Peta daerah penangkapan rajungan untuk nelayan andon

di perairan Kabupaten Pangkep 61

19. Produksi rajungan (kg) berdasarkan pasang surut setiap fase bulan 69 20. Persentasi jumlah hasil tangkapan (kg) terkait pasang surut

dengan kelompok fase bulan 71

21. Konstruksi alat tangkap bubu rajungan (a) tampak dari bagian samping dan (b) tampak bagian depan yang

di operasikan di perairan Kabupaten Pangkep 77

22. Alat tangkap gillnet rajungan yang dioperasikan

di perairan Kabupaten Pangkep 78

23. Konstruksi alat tangkap gillnet rajungan yang dioperasikan

di perairan Kabupaten Pangkep 79

24. Konstruksi alat tangkap mini trawl yang dioperasikan

(21)

xx

25. Peta lokasi sampling kegiatan pemetaan distribusi rajungan

di perairan Kabupaten Pangkep 91

26. Alat sampling zoea dan megalopa rajungan di perairan

Kabupaten Pangkep 92

27. Tahapan pemetaan siklus hidup rajungan berbasis zonasi

di perairan Kabupaten Pangkep 93

28. Peta sebaran oksigen terlarus (O2) di perairan Kabupaten Pangkep 98

29. Peta sebaran suhu ( 0C) permukaan laut di perairan Kabupaten

Pangkep 100

30. Peta sebaran salinitas (‰) di perairan Kabupaten Pangkep 102

31. Peta sebaran pH di perairan Kabupaten Pangkep 103

32. Peta kesesuaian areal perairan zoea di perairan Kabupaten Pangkep 104 33. Hasil identifikasi fase perkembangan zoea 1-2-3 dan 4

pada siklus hidup rajungan 105

34. Peta kesesuaian perairan megalopa di perairan

Kabupaten Pangkep 106

35. Fase megalopa yang ditemukan di perairan Kabupaten

Pangkep 106

36. Peta kesesuaian areal perairan untuk rajungan muda

di perairan Kabupaten Pangkep 107

37. Rajungan muda yang tertangkap dengan alat tangkap mini trawl

di sekitar perairan Kabupaten Pangkep 108

38. Peta hasil analisis kesesuaian perairan rajungan dewasa

di perairan Kabupaten Pangkep 109

39. Rajungan dewasa yang terdiri dari betina (a) dan jantan (b) yang

tangkap di perairan Kabupaten Pangkep 111

40. Distribusi dan sebaran zoea 112

41. Distribusi dan sebaran megalopa 113

42. Peta distribusi rajungan muda 115

43. Peta distribusi rajungan dewasa 116

44. Diagram cartesius penentuan matriks grand strategi SWOT dalam pemanfaatan sumberdaya rajungan

(P. pelagicus) secara berkelanjutan 132

45. Proses hierarki pemanfaatan sumberdaya rajungan

(P. pelagicus) secara berkelanjutan 135

46. Diagram hasil analisis untuk kriteria dalam pemanfaatan

sumberdaya rajungan (P. pelagicus) secara berkelanjutan 136 47. Rasio pembatas pemanfaatan sumberdaya rajungan

(P. pelagicus) secara berkelanjutan 137

48. Alternatif strategi kebijakan pemanfaatan sumberdaya

rajungan secara berkelanjutan 138

49. Persentase jumlah rajungan yang bertelur, dengan yang

tidak bertelur 142

50. Rajungan bertelur tertangkap nelayan selama penelitian 142 51. Peta pola ruang rencana zonasi wilayah pesisir dan

pulau-pulau kecil (kawasan konservasi di perairan

(22)

52. Peta pemanfaatan perikanan rajungan berbasis zonasi

di wilayah pesisir dan laut Kabupaten Pangkep 148

53 Pola integrasi pemanfaatan sumberdaya rajungan secara berkelanjutan berbasis spasial distribusi fase pertumbuhan

rajungan 164

DAFTAR LAMPIRAN

1. Skema analisis A’WOT untuk penentuan prioritas kebijakan

pengelolaan perikanan rajungan di perairan Kabupaten Pangkep 183 2. Kordinat zona daerah perlindungan rajungan (konservasi)

di perairan Kabupaten Pangkep 184

3. Kordinat zona daerah penangkapan rajungan di perairan

Kabupaten Pangkep 186

4. Hasil analisis kelimpahan zoea di perairan Kabupaten Pangkep 188 5. Hasil analisis kelimpahan megalopa di perairan Kabupaten

Pangkep 190

6. Dokumentasi selama penelitian berlangsung 192

7. Jenis-jenis plankton yang dimakan oleh rajungan 195

8. Rajungan muda yang tertangkap dengan alat tangkap mini trawl

di perairan Kabupaten Pangkep 199

9. Hasil pengukuran parameter kualitas air selama penelitian pada 42 stasiun lokasi pengamatan di perairan Kabupaten

Pangkep 200

10. Hasil tangkapan rajungan dewasa tertangkap dengan tiga alat

(23)

DAFTAR ISTILAH

Alat penangkapan ikan (API)

: Sarana dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap ikan.

Andon penangkapan ikan

: Kegiatan penangkapan ikan di laut yang dilakukan oleh nelayan dengan menggunakan kapal perikanan berukuran tidak lebih dari 30 (tiga puluh) grose tonnage (GT), dengan daerah penangkapan ikan sesuai SIPI Andon.

Allometrik negatif : Pertumbuhan lebar karapas lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan bobot pada rajungan.

Alokasi ruang : Distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah. Analisis kebijakan : Sebuah disiplin ilmu sosial terapan yang

menggunakan berbagai metode penelitian dan argument menghasilkan dan memindahkan informasi yang relevan dengan kebijakan sehingga dapat dimanfaatkan di tingkat politik dalam rangka memecahkan masalah kebijakan.

Aktivitas penangkapan

: Kegiatan menangkap ikan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap.

Aktivitas produksi : Kegiatan yang dilakukan untuk memproduksi hasil tangkapan dari unit penangkapan yang diusahakan. Bulan mati (bulan

gelap)

: Periode awal/akhir penanggalan pada bulan komariah ditunjukkan dengan tutupan bulan 1/8 atau kurang. Bulan purnama : Periode pertengahan bulan komariah, ditunjukan

dengan tutupan bulan penuh.

Bubu : Alat tangkap ikan yang termasuk kelompok

perangkap dan berukuran kecil. Bentuk bubu bermacam-macam, ada yang berbentuk kotak, silinder dan kerucut, bergantung pada jenis ikan yang menjadi sasaran tangkapan.

Carrying capacity : Batas kapasitas kemampuan daya dukung suatu daerah dalam mendukung suatu kondisi sumberdaya dan fenomena yang ada.

Catch per unit effort (CPUE)

: Hasil tangkapan persatuan upaya penangkapan yaitu hasil tangkapan ikan dalam jumlah atau berat yang diambil oleh suatu upaya penangkapan tertentu yang biasanya digunakan sebagai indeks dari kelimpahan relatif.

Daerah penangkapan ikan (rajungan)

: Suatu areal dimana terdapat banyak ikan (rajungan) di dalam perairan sehingga cukup baik mengoperasikan alat tangkap.

Daerah perlindungan laut (DPL)

(24)

Spawning ground : Daerah pemijahan

Ekosistem : Tatanan unsur sumber daya ikan dan lingkungannya, yang merupakan kesatuan utuh menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktifitas sumber daya ikan.

Fase bulan : Suatu bentuk bulan yang selalu mengalami perubahan jika dilihat dari permukaan bumi, dan fase bulan itu tergantung pada kedudukan bulan terhadap matahari dilihat dari bumi, sedangkan waktu dimana bulan terang dilihat dari bumi disebut bentuk fase. Eksplorasi : Penyelidikan sumberdaya alam dan hayati

Eksploitasi : Pengambilan atau penangkapan sumberdaya laut Feeding ground : Tempat mencari makanan organisma, misalnya

terumbu karang, padang lamun, dan hutan mangrove Food chain : Rantai makanan yaitu proses makan dan dimakan

dari mahluk hidup sehingga membentuk suatu rantai makanan.

Jaring insang : Salah satu alat penangkap ikan dari bahan jaring monofilamen atau multifilamen yang dibentuk menjadi empat persegi panjang, pada bagian atasnya dilengkapi dengan beberapa pelampung (floats) dan pada bagian bawahnya dilengkapi dengan beberapa pemberat (singker) sehingga dengan adanya dua gaya yang berlawanan memungkinkan jaring insang dapat dipasang di daerah penangkapan dalam keadaan tegak menghadang biota perairan.

Isometrik : Pertambahan panjang seimbang dengan pertambahan berat.

Kebijakan : Keputusan tetap’ yang dicirikan oleh konsisten dan pengulangan (repetitiveness) tingkah laku dari mereka yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut.

Kerusakan

lingkungan sumber daya ikan

: Suatu keadaan lingkungan sumber daya ikan di suatu lokasi perairan tertentu yang telah mengalami perubahan fisik, kimiawi dan hayati, sehingga tidak atau kurang berfungsi sebagai tempat hidup, mencari makan, berkembang biak atau berlindung ikan, karena telah mengalami gangguan sedemikian rupa sebagai akibat perbuatan seseorang atau badan hukum.

Kawasan pesisir : Bagian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memiliki fungsi tertentu yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk dipertahankan keberadaannya.

Konservasi : Perlindungan atau pengelolaan sumberdaya alam hayati

(25)

xxiv

perairan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

Kapal perikanan : Kapal, perahu atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, mendukung operasi penangkapan ikan, pembudidayaan ikan, pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitian/eksplorasi perikanan.

Kapal penangkap ikan

: Kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan, dan/atau mengawetkan.

Maximum Economic Yield (MEY)

: Produksi lestari secara ekonomi yang maksimum

Maximum

Sustainable Yield (MSY)

: Hasil tangkapan maksimum lestari yaitu jumlah suatu tangkapan maksimum yang dapat dipanen dari Suatu sumberdaya ikan tanpa mengganggu kelestarian.

Musim paceklik : Musim penangkapan dimana nelayan tidak bisa melaut karena kondisi perairan tidak mendukung untuk beroperasi dalam hal ini angin kencang dan gelombang besar berlangsung pada akhir bulan Desember – Maret.

Musim biasa : Musim penangkapan yang dilakukan sekitar bulan Agustus sampai dengan bulan November

Musim Puncak : Musim penangkapan yang dilakukan pada bulan April sampai dengan bulan Oktober.

Masyarakat : Masyarakat yang terdiri atas masyarakat hukum adat, masyarakat lokal, dan masyarakat tradisional yang bermukim di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Nelayan : Orang yang mata pencahariannya melakukan

penangkapan ikan

Nilai produksi : Berat produksi dikalikan dengan harga per satuan berat pada tingkat harga produsen, dinyatakan dalam ribuan rupiah. Nilai produksi per tahun merupakan pula pendapatan kotor usaha per tahun.

Nursery ground Tempat asuhan anakan biota, seperti hutan mangrove tempat asuhan udang atau terumbu karang tempat asuhan ikan dan biota lainnya

Open access : Akses terbuka untuk siapa saja.

Over exploited : Kondisi sumberdaya perikanan dimana produksi tahun terakhir sudah melebihi hasil tangkapan maksimum lestari.

Over fishing : Lebih tangkap, yaitu jumlah upaya penangkapan yang melebihi upaya maksimum.

(26)

Produksi : Mencakup semua hasil tangkapan ikan dari unit penangkapan yang diusahakan oleh RTP. Jumlah produksi yang dicacah tidak hanya yang dijual, tetapi termasuk juga yang dikonsumsi maupun yang diberikan kepada tenaga buruh. Berat produksi : berat basah sebelum dilakukan pengolahan.

Perencanaan : Suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil yang tersedia.

Perikanan : Segala kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan Pengelolaan wilayah

pesisir dan pulau-pulau kecil

: Suatu proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antar sektor, antara Pemerintah dan Pemerintah Daerah, antara ekosistem darat dan laut, serta antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perairan pesisir : Laut yang berbatasan dengan daratan meliputi

perairan sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau, estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau,dan laguna.

Pengelolaan perikanan

: Semua upaya, termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai kelangsungan produktivitas sumber daya hayati perairan dan tujuan yang telah disepakati.

Pelabuhan perikanan : Tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan di Indonesia.

(27)

xxvi

Pengolahan ikan : Perlakuan terhadap ikan sehingga berubah bentuk, baik dari segi fisik maupun unsur kimiawi di dalamnya dengan penerapan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah produk.

Pemijahan : Perkembangbiakan

Pengembangan : Kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan untuk memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

Pasang surut : Naiknya permukaan laut karena gaya tarik bulan dan matahari

pH : Nilai yang menunjukkan aktivitas ion hidrogen

dalam air (dalam keadaan molar) Produksi maksimum

lestari

: Hasil tangkapan yang dapat ditangkap tanpa mengganggu kelestarian sumberdaya karena masih tersedia yang cukup besar untuk dimanfaatkan. Rencana zonasi

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil

: Rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin. Ruang : Wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut, dan

ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan mahluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.

Scoring : Pembuatan skor pada setiap atribut.

Sole owner : Salah satu bentuk pengelolaan perikanan yang menganggap bahwa sumberdaya berada dalam satu kepemilikan sehingga dikelola agar selalu pada kondisi Maximum Economic Yield.

Stok : Besarnya sediaan sumberdaya yang dapat

diekploitasi atau angka yang menggambarkan suatu nilai dugaan besarnya biomas ikan berdasarkan kelompok jenis ikan dalam kurun waktu tertentu. Standardisasi : Upaya untuk menyamakan satuan agar perhitungan

jumlah upaya penangkapan dapat dilakukan. Stakeholder : Pemangku kepentingan.

Sumberdaya hayati : Sumberdaya yang berkenaan dengan makhluk hidup (biotik) merupakan sumberdaya yang terbarukan Sumberdaya ikan Potensi semua jenis ikan

Spawning ground : Daerah pemijahan

(28)

bromida dan iodida digantikan oleh klorida, dan semua bahan organik telah dioksidasi

Suhu : Ukuran kuantitatif terhadap temperatur; panas dan dingin, diukur dengan termometer

Trip penangkapan : Kegiatan operasi penangkapan yang dihitung sejak perahu/kapal meninggalkan pelabuhan atau tempat pendaratan menuju daerah penangkapan, melakukan penangkapan, dan kembali ke pelabuhan atau tempat pendaratan semula atau lainnya, untuk mendaratkan hasilnya. Banyaknya trip penangkapan dihitung dalam kurung waktu satu tahun terakhir.

Trawl : Suatu jaring kantong yang ditarik di belakang kapal dan kapal berjalan menyusuri permukaan, pertengahan, dan dasar perairan untuk menangkap ikan, rajungan, udang dan ikan demersal.

Unit penangkapan : Kesatuan teknis dalam operasi penangkapan yang terdiri dari perahu/kapal, alat tangkap dan perlengkapan lainnya.

Usaha perikanan : Kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem bisnis perikanan yang meliputi praproduksi, produksi, pengolahan dan pemasaran.

Wilayah pesisir : Daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut.

Zona : Ruang yang penggunaannya disepakati bersama

antara berbagai pemangku kepentingan dan telah ditetapkan status hukumnya.

(29)
(30)

1.

PENDAHULUAN

Latar belakang

Kekayaan sumberdaya perairan laut Indonesia sebagai negara kepulauan merupakan asset yang sangat potensial untuk kemajuan dan kemandirian bangsa, maka selayaknya pembangunan diarahkan pada pembangunan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, atau alokasi pembangunan sama dengan kawasan lainnya. Ditinjau dari aspek ekologi, sosial dan ekonomi, keberadaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki peran yang sangat besar dalam menjaga keseimbangan alam dan mendukung kehidupan manusia.

Wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang dimasudkan adalah Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan. Daerah ini dikenal julukan kabupaten tiga dimensi karena wilayahnya berada pada kordinat 4,400– 8,000 LS dan 1100 – 1130 BT, memiliki 3 (tiga) karakteristik wilayah, yakni pegunungan, dataran rendah, dan kepulauan. Luas wilayahnya 1.122,29 km2 daratan dan 17.100 km2 lautan. Batas wilayah di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Barru; di Selatan dengan Kabupaten Maros; di sebelah Barat dengan wilayah Provinsi Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Bali dan NTB; dan di sebelah Timur dengan Kabupaten Bone. Hal ini menjadikan Kabupaten Pangkep sebagai daerah yang kaya keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan dan dikelola untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep, 2010).

Kabupaten Pangkep terdiri dari enam kecamatan pesisir pantai dan empat kecamatan kepulauan. Jarak ibukota Kabupaten Pangkep dari ibukota Provinsi Sulawesi Selatan yaitu ±52 km. Kabupaten Pangkep terletak di pesisir pantai barat Sulawesi Selatan, memiliki wilayah kepulauan 117 pulau, 80 pulau berpenghuni. Luas pulau-pulaunya 351,5 km2, luas potensi ekosistem terumbu karang mencapai 36.000 km2 (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Pangkep, 2010).

Kabupaten Pangkep memiliki sumberdaya hayati yang melimpah baik di wilayah pesisir pantai, laut maupun pulau-pulau kecil. Kekayaan yang besar tersebut merupakan modal yang besar untuk membangun daerah serta untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan yang kehidupannya sangat tergantung dari sumberdaya hayati perikanan. Nikijuluw, (2002) menyatakan bahwa sumberdaya hayati perikanan sangat penting bagi pembangunan perikanan yang berbasis sumberdaya (Resource Based Development), tanpa sumberdaya hayati perikanan pembangunan perikanan tidak akan ada. Segala yang dilakukan dalam hubungannya dengan pembangunan perikanan, jika tidak mempertimbangkan keberadaan sumberdaya, maka pembangunan akan berhenti ditengah jalan.

(31)

2

yaitu Singapura dan Jepang sedangkan dalam bentuk olahan (kaleng) di ekspor ke Belanda.

Potensi sumberdaya rajungan (P. pelagicus). tidak tersebar merata di seluruh perairan Kabupaten Pangkep, dikarenakan perbedaan kondisi lingkungan perairan, dan pada umumnya menyebar di kecamatan pesisir pantai dan kecamatan kepulauan terdekat di Kabupaten Pangkep. Pemanfaatan sumberdaya rajungan dewasa ini sangat intensif karena permintaan selalu meningkat setiap tahun akibatnya turut memberikan tekanan kepada sumberdaya rajungan.

Beberapa permasalahan yang terjadi akibat pemanfaatan rajungan (P. pelagicus) secara intensif diantaranya adalah semakin menurunnya hasil tangkapan nelayan sehingga biaya operasional tidak tertutupi, adanya gejala ukuran rajungan (P. pelagicus) semakin kecil, waktu penangkapan semakin lama, daerah penangkapan rajungan kecenderungan semakin menjauh dari pantai, dan nelayan tidak lagi memilih hasil tangkapan yang ideal (rajungan dewasa), tetapi rajungan (P. pelagicus) yang bertelur juga ditangkap dengan alasan bahwa kalau mereka lepaskan ke laut maka nelayan lainnya yang akan menangkapnya, walaupun dia mengetahui bahwa rajungan (P. pelagicus) bertelur tidak boleh ditangkap. Demikian juga penggunaan alat tangkap seperti mini trawl, yang menangkap rajungan pada fase awal pertumbuhan diantaranya megalopa, dan rajungan muda yang di khawatirkan mengurangi rekruitmen rajungan (P. pelagicus) ke dalam perairan, dan masih terdapat alat tangkap lainnya yang secara tidak langsung mengganggu fase pertumbuhan rajungan adalah bagan tancap dan sero waring.

Di sepanjang wilayah perairan pantai Kabupaten Pangkep terdapat hamparan budidaya rumput laut disamping memberikan keuntungan pada rajungan juga menimbulkan kekhawatiran terutama pada fase-fase awal pertumbuhan mengalami kematian massal karena terjebak pada saat panen rumput laut dan petani rumput laut tanpa sengaja menangkap rajungan yang berukuran kecil karena menempel pada rumput laut yang di panen dan jumlahnya cukup banyak. Permasalahan ini dapat diatasi dengan menyampaikan kepada petani, pada saat panen rumput laut sebelum diangkat ke atas perahu, rumput lautnya dikibas-kibaskan terlebih dahulu agar larva rajungan (P. pelagicus) yang berukuran seperti zoea, megalopa dan rajungan muda terlepas, tetapi petani rumput laut terkadang tidak terlalu memperhatikan hal tersebut sehingga kematian massal rajungan pada fase pertumbuhan tetap tidak dapat dihindari.

Jafar (2011) mengatakan bahwa terjadinya fluktuasi terhadap tingkat produksi rajungan (P. pelagicus) dari tahun 2006-2010 merupakan salah satu gejala perubahan ukuran populasi rajungan yang disebabkan oleh banyaknya upaya penangkapan ataupun kemajuan teknologi alat tangkap, dan apabila penangkapan berlangsung secara terus menerus tanpa pengaturan dan pengendalian maka kapasitas pertumbuhan populasi suatu saat nanti tetap akan menurun, sehingga akan berbahaya terhadap kelestarian populasi rajungan.

(32)

Firman, (2008) mengatakan perbandingan kondisi aktual dan lestari lebih besar maka pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus) di Perairan Pangkep telah terjadi over fishing, hal ini terlihat dari jumlah unit alat tangkap dan jumlah effort aktual saat ini (2008).

Pemanfaatan yang tidak berkelanjutan, penggunaan alat tangkap yang tidak selektif, bahan peledak dan sianida adalah bukti tidak efektifnya pendekatan manajemen yang diterapkan. Akibatnya terjadi kerusakan sumberdaya hayati perikanan yang diindikasikan dengan menurunnya potensi dan keragaman jenis ikan dan non ikan. Kondisi yang demikian menyebabkan terjadinya penurunan kualitas dan kuantitas sumberdaya hayati perikanan di Kabupaten Pangkep.

Selanjutnya meningkatnya permintaan di pasar internasional mendorong berkembangnya industri rumah tangga (home industry) di wilayah pesisir pantai dan pulau-pulau di Kabupaten Pangkep dan merupakan salah satu pemicu meningkatnya penangkapan, disisi lain meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu upaya pengelolaan sumberdaya rajungan (P. pelagicus) harus diperbaiki, perlu adanya perbaikan sistem manajemen pengelolaan, peningkatan pemahaman dan kesadaran nelayan serta solusi mengatasi persoalan ekonomi nelayan. Untuk itu diperlukan suatu upaya mengalihkan kebiasaan buruk dengan pendekatan manajemen perikanan tangkap yang baik, sesuai potensi yang tersedia serta memberikan pendapatan secara maksimal.

Permasalahan yang telah di uraikan dalam pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus) adalah sebuah tantangan besar dan memerlukan solusi tepat, dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan rajungan (P. pelagicus), diantaranya dilakukan berdasarkan kesesuaian dan daya dukung potensi sumberdaya yang tersedia. Disamping itu perlunya memahami faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh pada dinamika sumberdaya dan dinamika daerah penangkapan rajungan. Sebagai upaya tersebut dilaksanakan penelitian pemanfaatan sumberdaya perikanan rajungan secara berkelanjutan, yang diharapkan menjadi solusi untuk mencapai sistem pemanfaatan sumberdaya yang berkeadilan dan berkelanjutan.

Perumusan masalah

(33)

4

akan menangkapnya, merupakan suatu permasalahan yang harus diselesaikan secara cepat dan akurat.

Permasalahan-permasalahan tersebut, diperlukan adanya suatu solusi yang tepat dalam rangka pemanfaatan sumberdaya rajungan secara berkelanjutan yang didasarkan atas daya dukung potensi lestari yang tersedia dan tidak memberikan dampak negatif pada sumberdaya rajungan (P. pelagicus) dan ekosistemnya sehingga penyediaan stok rajungan tetap berkesinambungan. Dengan demikian tercipta kontinyuitas usaha perikanan rajungan, olahan daging rajungan dan ekspor rajungan meningkat, yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan pendapatan dan taraf hidup masyarakat dan peningkatan pendapatan asli daerah. Berdasarkan sumber realitas tersebut, dirumuskan berbagai permasalahan dalam penelitian ini, yakni:

1. Bagaimana potensi lestari, dan biologi populasi rajungan (P. pelagicus), terhadap penangkapan?

2. Bagaimana pengaturan musim, daerah penangkapan dan efektifitas waktu penangkapan rajungan?

3. Bagaimana alat tangkap yang layak dioperasikan?

4. Bagaimana distribusi, kelimpahan, dan zona perairan yang sesuai untuk fase pertumbuhan rajungan (P. pelagicus) secara spasial?

5. Bagaimana alternatif kebijakan dan strategi pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus) secara berkelanjutan?

Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus) secara berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan beberapa hal antara lain:

1. Menduga potensi lestari atau maksimum sustainable yield (MSY) rajungan, dan menganalisis aspek biologi populasi rajungan.

2. Menganalisis pola musim penangkapan dan daerah penangkapan.

3. Menentukan efektifitas waktu penangkapan rajunganberdasarkan pasang surut 4. Memilih jenis-jenis alat tangkap rajunganyang layak untuk dikembangkan 5. Memetakan secara spasial distribusi rajungan dan pendugaan distribusi

rajungan berdasarkan kesesuaian perairan.

6. Merumuskan suatu alternatif kebijakan strategis pemanfaatan perikanan rajungan.

Manfaat penelitian

(34)

Kebaruan (novelty)

Capaian keilmuwan yang ditampilkan sebagai bentuk kebaruan (novelty) dari penelitian ini adalah pola integrasi pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus) secara berkelanjutan berbasis spasial distribusi fase pertumbuhan rajungan.

Kerangka pemikiran

Perairan Kabupaten Pangkep memiliki sumberdaya yang melimpah baik di wilayah pesisir pantai, laut maupun di perairan pulau-pulau kecil, salah satu diantara potensi tersebut adalah rajungan yang sejak lama sudah dimanfaatkan oleh masyarakat nelayan untuk memenuhi kebutuhannya.

Pengembangan ekonomi masyarakat harus diikuti dengan pemanfaatan sumberdaya hayati yang berbasis berkelanjutan, sehingga tercipta keseimbangan sumberdaya perikanan rajungan (P. pelagicus) dan menjamin kontinyuitas usaha perikanan rajungan yang dilakukan oleh nelayan. Jika hanya pengembangan ekonomi masyarakat ditonjolkan, kesejahteraan nelayan tidak berkesinambungan, dan basis keberlanjutan sumberdaya perikanan rajungan dipertahankan tanpa memperhatikan kepentingan ekonomi masyarakat maka yang terjadi adalah pelestarian sumberdaya hayati rajungan tidak akan pernah berjalan dengan baik karena sudah pasti masyarakat akan menjadi hambatan didalam proses pelestarian sumberdaya tersebut yang pada akhirnya kesejahteraan nelayan hanya menjadi impian. Pemanfaatan sumberdaya hayati perikanan rajungan diharapkan mendukung pembangunan ekonomi masyarakat khususnya di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, oleh karena itu masyarakat nelayan yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau, hendaknya mengelola sumberdaya secara bijaksana dan berkelanjutan.

(35)

6

(36)
[image:36.842.82.738.112.486.2]
(37)

2. METODOLOGI UMUM

Tempat dan waktu penelitian

[image:37.595.93.490.196.453.2]

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil Kabupaten Pangkep, pada bulan Agustus 2012 sampai Juni 2013. Lokasi penelitian disajikan pada gambar berikut ini:

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

Secara administasi lokasi penelitian mencakup 6 kecamatan di wilayah pesisir meliputi Kecamatan Mandalle, Sigeri, Ma’rang, Labakkang, Bungoro dan Pangkajene. Sedangkan 2 kecamatan di wilayah pulau-pulau kecil mencakup Kecamatan Liukang Tupabbiring dan Tupabbiring Utara. Sementara itu berdasarkan lokasi penelitian merupakan satu kesatuan yang memiliki kesamaan karakteristik wilayah baik dari segi ekologi, fisika, dan kimia oseanografi sehingga merupakan suatu wilayah yang tak terpisahkan. Dengan demikian lokasi penelitian yang ditetapkan bersifat homogen, tidak ada perbedaan karakter antara kecamatan yang satu dengan kecamatan yang lainnya.

Ruang lingkup penelitian

(38)

sumberdaya perikanan rajungan yang berkelanjutan. Persoalan lain adalah fase-fase siklus hidup rajungan sangat rentang dari kematian massal karena terjebak pada alat tangkap yang dipasang secara pasif di sekitar perairan pantai, oleh karena alat tangkap memiliki ukuran mata jaring yang sangat kecil, sehingga rajungan yang tertangkap masih sangat kecil dan belum ada nilai jualnya.

Permasalahan tersebut diharapkan tidak berlanjut, maka perlu dimanfaatkan secara baik dan benar yang didasarkan atas kondisi biogeofisik sumberdaya alam saat kini (existing condition), kesesuaian daya dukung potensi sumberdaya, penggunaan alat tangkap ramah lingkungan serta memperhatikan aspirasi, kondisi riil sosial dan ekonomi masyarakat setempat serta menyusun suatu kebijakan dan strategi yang tidak hanya berpihak pada sumberdaya dan lingkungan tetapi juga berpihak kepada masyarakat.

Kegiatan lain dalam penelitian ini adalah penentuan distribusi rajungan (P. pelagicus) berdasarkan spasial, kesesuaian kualitas perairan, penetapan zona perlindungan dan zona pemanfaatan rajungan (P. pelagicus) melalui analisis kesesuaian, terhadap siklus hidup rajungan yang terdiri dari: fase zoea, megalopa dan rajungan muda dan fase rajungan dewasa. Penentuan musim dan daerah penangkapan, efektifitas waktu penangkapan rajungan berdasarkan pasang surut dengan menggunakan kriteria 4 fase bulan, serta aspek biologi yang meliputi pertumbuhan, hubungan panjang berat. Selanjutnya dilakukan analisis A’WOT untuk menentukan kebijakan dan strategi pemanfaatan yang terintegrasi, oleh karena itu maka keluaran yang diharapkan adalah menghasilkan pemanfaatan perikanan tangkap rajungan, yang berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan.

Bahan dan alat penelitian

Bahan penelitian yang digunakan terdiri dari daftar kuisioner, rajungan (P. pelagicus) dan peta lokasi penelitian. Alat penelitian yang digunakan adalah perahu, alat tangkap rajungan (gillnet rajungan, bubu lipat, dan mini trawl), kamera digital, thermometer, GPS (global positioning system), salinometer, plankton net, mistar geser, pisau, timbangan elektrik, gunting/pisau pemotong, label, alat tulis menulis, DO meter, botol sampel, cold box, dan perekam suara, serta form isian pengamatan.

Metode pengumpulan data

(39)

10

[image:39.595.85.483.149.705.2]

berbagai pustaka yang ada, dengan berbagai laporan institusi terkait sesuai tujuan penelitian yang akan dicapai. Data sekunder yang dikumpulkan berupa data geofisik (iklim, fisiografi, topografi), data tabular dan data keruangan dalam bentuk peta.

Tabel 1 Kategori, jenis dan metode yang digunakan dalam penelitian

Kategori Jenis data Metode

Biofisik

Fisika oseanografi Kecepatan, pasang surut, arus, dan suhu

primer dan sekunder Kimia oseanografi Salinitas, oksigen dan pH primer dan

sekunder Biologi Panjang, lebar, berat rajungan, dan

jenis makanan yang dimakan setiap siklus rajungan (zoea, megalopa, rajungan muda dan rajungan dewasa)

primer dan sekunder

Alat tangkap Jenis dan jumlah alat menangkap rajungan dan lain-lain

sekunder dan primer Daerah

penangkapan rajungan

Kordinat (lokasi) pengoperasian setiap jenis alat tangkap, jenis dan ukuran rajungan yang tertangkap, produksi setiap alat tangkap, kualitas perairan (fisika dan kimia osenaografi)

data primer dan sekunder

Ekonomi

Aktivitas ekonomi Perikanan tangkap secara umum dan perikanan rajungan, industri

pengolahan, pendapatan dan tingkat kesejahteraan

sekunder dan primer

Potensi

sumberdaya hayati

Produksi sumberdaya rajungan selama 5 tahun

primer dan sekunder Infrastruktur Pelabuhan, industri pengolahan,

pendaratan ikan, pasar

sekunder

Sosial dan budaya Kebijakan

pemerintah Kabupaten

Undang-Undang, Peraturan Menteri dan aturan lainnya serta kebijakan Pemerintah Kabupaten Pangkep, dokumen perencanaan (RZWP3K) dan lain-lainnya

primer/sekunder

Hukum Pelanggaran hukum di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, upaya-upaya penanganan masalah hukum, konflik nelayan dan lain-lain

primer/sekunder

Pengumpulan data sekunder lainnya dilakukan melalui studi kepustakaan seperti laporan-laporan hasil survei, jurnal ilmiah dan publikasi-publikasi lainnya serta peta-peta yang tersedia.

(40)

 Peta kabupaten skala 1: 250.000 tahun terbaru, citra alos dan peta-peta thematik lainnya (skala 1: 50.000).

 Peta RZWP3K Kabupaten Pangkep kala 1:50.000

 Peta rupa bumi skala 1: 50.000 Badan Informasi Geospasial [BIG].  Peta bathymetri skala 1: 50.000 Badan Informasi Geospasial [BIG].

 Peta Lingkungan Pantai Indonesia skala 1: 500.000 dari [BIG] Badan Informasi Geospasial.

(2) Data tabular dalam bentuk laporan tahunan

 Laporan tahunan instansi atau kantor dinas-dinas terkait kabupaten

 Kabupaten Pangkep dalam angka tahun 2012

 Data kelembagaan terkait dengan pesisir: meliputi struktur pemerintahan mulai tingkat kabupaten sampai kelurahan, lembaga-lembaga masyarakat, koperasi, dan lain-lain.

 Kebijakan dan instansional terkait dengan pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi :

a. Laporan-laporan kebijakan dari instansi terkait.

b. Data-data instansional Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) II Kabupaten Pangkep

Metode pemilihan responden

Pemilihan responden dilakukan dengan cara purposive sampling yakni pemilihan secara sengaja dengan pertimbangan responden adalah pelaku memahami dengan baik persoalan yang dikaji antara lain pemerintah, swasta, masyarakat dan nelayan yang dapat memberikan informasi secara akurat, pengambil kebijakan dan sebagai pelaku. Dalam pengumpulan data, melakukan kegiatan wawancara menggunakan daftar kuesioner terhadap responden dari pejabat instansi dan lembaga pemerintah yang terkait atau responden yang memiliki keahlian khusus (pakar) dan responden yang merupakan tokoh kunci (key person) dan dianggap mempunyai kemampuan dan mengerti permasalahan terkait dengan perikanan tangkap rajungan, responden tersebut antara lain: Bappeda, Dinas Kelautan dan Perikanan, perguruan tinggi, badan statistik kabupaten, industry pengolahan, pengusaha atau pelaku bisnis rajungan, kelompok swadaya masyarakat dan lain-lain.

Responden yang dipilih untuk mewakili rumah tangga nelayan akan diambil di seluruh kecamatan pesisir, dan 2 kecamatan kepulauan yakni Liukang Tupabbiring dan Liukang Tupabiring Utara. Penentuan jumlah responden dari populasi rumah tangga nelayan ditentukan dengan persamaan yang dikemukakan oleh Slovin (1960); Sevilla et al., (1993) dengan kesalahan penelitian deskriptif sebesar 10 %, Ihsan (2000) yakni sebagai berikut:

n = N/1 + N . ( e2 )

dimana, n : ukuran sampel

N : ukuran populasi rumah tangga nelayan

(41)

12

penentuan prioritas kebijakan, disamping dilakukan berdasarkan pengamatan peneliti juga diambil beberapa responden pelaku perikanan juga responden yang mewakili pemerintah daerah, dinas terkait (kelautan dan perikanan), perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat (LSM)), tokoh masyarakat, dan para pengusaha yang terkait yang disesuaikan dengan jumlah responden yang tersedia di lokasi penelitian.

Tahapan penelitian

Dalam rangka pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus) di perairan Kabupaten Pangkep di perlukan informasi potensi lestari rajungan. Rajungan memiliki siklus hidup sebelum mencapai rajungan dewasa. Secara umum ada 4 fase siklus hidup rajungan diantaranya zoea, megalopa, rajungan muda dan rajungan dewasa.

[image:41.595.101.427.460.733.2]

Keempat fase-fase tersebut, terdapat fase yang sangat rentang dari kematian sehingga perlu di lakukan proteksi untuk menyelamatkan rajungan dari kepunahan. Salah satu pendekatan yang dilakukan untuk memberikan proteksi atau perlindungan rajungan pada fase zoea, megalopa dan rajungan muda adalah zonasi. Odum, (1989) mengatakan bahwa rencana zonasi merupakan implikasi spasial (keruangan) untuk kebijakan-kebijakan rencana strategis. Penyusunan zonasi ini dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan spasial, artinya suatu kawasan pesisir dan lautan hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan bagi kawasan pembangunan, namun juga menyediakan lahan bagi zona preservasi dan konservasi. Untuk fase rajungan dewasa perlu dilakukan penangkapan dengan menggunakan alat tangkap yang ramah lingkungan, pemanfaatan rajungan perlu disesuaikan dengan jumlah potensi yang tersedia. Untuk mengetahui tahapan analisis dalam penelitian ini disajikan sebagai berikut:

Gambar 3 Tahapan analisis penelitian

Analisis biofisik

Rajungan dewasa Zoea, megalopa dan

rajungan muda

Analisis potensi

Sumberadaya Produksi rajungan

Analisis daya dukung rajungan

Analisis alat tangkap ramah lingkungan

Daerah penangkapan rajungan Analisis parameter

fisik dan kimia oseanografi

Siklus hidup rajungan

Kebijakan dan strategi pengelolaan

Pemanfaatan sumberdaya periakanan rajungan secara berkelanjutan

Analisis zonasi

Rekruitman

Rajungan dewasa

A’WOT Potensi Sumberdaya

(42)

Analisis Data

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian pemanfaatan sumberdaya rajungan (P. pelagicus) secara berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan, dilakukan analisis data antara lain:

Analisis pendugaan potensi rajungan

Pendugaan potensi sumberdaya rajungan dilakukan dengan cara mengolah data hasil tangkapan utama dari 3 jenis alat tangkap yang dioperasikan dan upaya penangkapan. Parameter biologi digunakan untuk menduga konstanta-konstanta persamaan “surplus produksi”. Dari keempat metode tersebut diambil yang paling dapat diandalkan dan merupakan “best fit” dari pendekatan yang lain. Untuk menduga mengenai dinamika sumberdaya rajungan dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan “model surplus produksi”. Data yang digunakan berupa data hasil tangkap (cacth) dan upaya penangkapan (effort) dan pengolahan data melalui pendekatan Schaefer Ihsan (2000); Gigentika (2012). Perhitungan upaya penangkapan optimum, digunakan persamaan adalah sebagai berikut: a

f opt =

2 b

Sedangkan perhitungan nilai MSY ditempuh digunakan persamaan berikut ini: a2

MSY = 4 b

Analisis Biologi Rajungan a Hubungan panjang berat

Hubungan panjang (L) dan berat (W) rajungan (P. pelagicus) dilakukan dengan mengacu perhitungan hubungan panjang dan berat mengacu pada formulasi Effendie (1997); Fafioye and Oluajo (2005); Kalayci et al., (2007) yaitu:

W = a Lb dimana:

W = berat tubuh (g) L = panjang cagak (cm) a dan b = konstanta

(43)

14

Untuk menguji nilai b = 3 dilakukan uji t (t-test) pada α = 5 % (Sparre dan Venema 1999) dengan rumus:

di mana b adalah nilai hitung perbandingan panjang dan berat rajungan (P. pelagicus), S adalah standar deviasi, n adalah jumlah sampel. Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel (95 % = nyata), maka nilai b tersebut adalah tidak sama dengan 3 atau hubungan panjang dan berat rajungan (P. pelagicus) adalah allometrik positif ( b > 3) dan allometrik negative (b < 3). Namun jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka nilai tersebut adalah sama dengan 3 atau hubungan panjang dan berat rajungan simetris.

Untuk menguji nilai koefisien b pada masing-masing zona dilakukan dengan membandingkan nilai selang kepercayaan (b±sd) tersebut. Jika nilai selang kepercayaan (b±sd) masing-masing zona tidak saling bersinggungan maka nilai koefisien b berbeda dan jika nilai selang kepercayaan (b±sd) masing-masing zona saling bersinggungan maka nilai koefisien b tidak berbeda. b Komposisi ukuran

Komposisi ukuran sampel rajungan yang tertangkap di perairan Kabupaten Pangkep terlebih dahulu dianalisis dengan uji-t satu sampel untuk menguji apakah sampel adalah representasi dari populasi, kemudian dibuat kelas panjang untuk menentukan frekuensi ukuran. Selanjutnya dibuat grafik dengan menggunakan program microsoft exel 2007.

c Analisis parameter pertumbuhan

Untuk menduga pertumbuhan rajungan (P. pelagicus) terlebih dahulu ditentukan frekuensi panjang rajungan. Selanjutnya ditentukan kelompok umur rajungan dengan metode Tanaka. Hasil pengelompokan “cohort” terhadap data frekuensi panjang diperoleh panjang rata-rata dari tiap kelompok umur. Nilai panjang rata-

Gambar

Gambar 1. Kerangka  pikir  penelitian pemanfaatan sumberdaya rajungan secara berkelanjutan di perairan Kabupaten Pangkep
Gambar 2  Peta lokasi  penelitian
Tabel 1  Kategori, jenis dan metode yang digunakan dalam penelitian
Gambar 3 Tahapan analisis penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

tidak hanya dirasakan oleh dirinya, bahwa ketidakberuntungan tersebut juga dirasakan oleh orang lain dan kehidupan manusia tidak ada yang sempurna (Neff,

Kumpul perdana untuk pengarahan dan sosialisasi tiap bidang menunggu pengumuman selanjutnya.. Segera menghubungi kadep masing-masing bidang untuk pengarahan dan informasi

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada metode relatif dengan menggunakan perangkap yellow sticky trap pada area anorganik individu serangga yang diperoleh adalah

Unit Humas &amp; Marketing dan Customer Service RSIA Bunda Aliyah dipimpin oleh Manajer yang memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang kehumasan, pemasaran dan customer service,

Hasil belajar peserta didik pada kompetensi afektif diperoleh melalui lembar observasi yang di isi oleh observer pada pelaksanaan pembelajaran matematika

[r]

Melalui ragam media, citra perempuan ditampilkan dengan berbagai daya tarik feminitasnya, apakah itu tubuhnya yang langsing, suaranya yang merdu, pakaiannya yang modis dan up

Pada tahun ketiga program IbPE, UKM Lestari Jaya memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 25 orang, hal ini menunjukkan peningkatan yang signifikan sebesar 150 persen dibandingkan