• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas Serta Pemuda dan Olah Raga

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 102-105)

yang Berkualitas

29. Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Kecil Berkualitas Serta Pemuda dan Olah Raga

Pembangunan keluarga kecil berkualitas dalam tahun 2004—2009 terus didorong. Upaya mengendalikan pertumbuhan penduduk tersebut dipertahankan sebagai langkah penting dalam mencapai pembangunan berkelanjutan serta untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas penduduk melalui perwujudan keluarga kecil yang berkualitas.

Permasalahan yang dihadapi adalah masih tingginya angka kelahiran; kurangnya pengetahuan dan kesadaran pasangan usia subur dan remaja tentang hak-hak dan kesehatan reproduksi; masih rendahnya median usia kawin pertama perempuan; rendahnya partisipasi pria dalam ber-KB; masih kurang maksimalnya akses dan kualitas pelayanan KB; masih lemahnya ekonomi dan ketahanan keluarga; dan menurunnya kapasitas kelembagaan Program KB di daerah. Langkah kebijakan yang diambil antara lain mengendalikan pertumbuhan penduduk serta meningkatkan keluarga kecil berkualitas dengan mengendalikan tingkat kelahiran penduduk; meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi remaja dalam rangka menyiapkan kehidupan berkeluarga yang lebih baik, serta pendewasaan usia perkawinan; meningkatkan pemberdayaan dan ketahanan keluarga dalam kemampuan pengasuhan dan penumbuhkembangan anak, serta peningkatan pendapatan keluarga; dan memperkuat kelembagaan dan jejaring pelayanan KB.

01 - 82

Dengan upaya-upaya pokok tersebut, laju pertumbuhan penduduk dapat diturunkan dari sekitar 1,34 persen pada tahun 2000- 2005 (data Sensus 2000 dan Supas 2005) menjadi sekitar 1,27 persen pada tahun 2005-2010 (Proyeksi Penduduk Indonesia 2005- 2025 berdasarkan Supas 2005). Berdasarkan hasil SDKI 2007 (setelah direvisi), angka kelahiran total (Total Fertility Rate/TFR) secara nasional menjadi sekitar 2,4 anak per perempuan usia reproduksi. Penurunan TFR antara lain didorong oleh meningkatnya median usia kawin pertama perempuan dari sekitar 19,2 tahun (SDKI 2003), menjadi 19,8 tahun menurut SDKI 2007; dan meningkatnya prevalensi pemakaian kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) dari 60,3 persen (SDKI 2002/03) menjadi 61,4 persen (SDKI 2007). Peningkatan CPR karena peningkatan jumlah peserta KB aktif dari sekitar 24,0 juta peserta pada tahun 2005, menjadi sekitar 25,6 juta peserta pada tahun 2008, dan diperkirakan akan meningkat menjadi 26,1 juta peserta pada tahun 2009. Pencapaian peserta KB baru juga meningkat dari sekitar 4,2 juta peserta pada tahun 2005 menjadi sekitar 6,7 juta peserta pada tahun 2008, dan pada akhir tahun 2009 setidaknya tetap sekitar 6,7 juta peserta.

Pembangunan kependudukan ke depan akan dilanjutkan dengan Revitalisasi Program KB, antara lain melalui peningkatan akses dan kualitas pelayanan KB, terutama bagi rakyat miskin dan rentan lainnya; peningkatan kualitas kesehatan reproduksi remaja; peningkatan intensifikasi advokasi dan KIE Program KB Nasional; peningkatan kemampuan keluarga dalam pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak; dan peningkatan kompetensi petugas pelaksana dan pengelola program KB.

Pembangunan pemuda dan olahraga memiliki peran penting dalam upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pemuda sebagai bagian terbesar dari penduduk merupakan generasi penerus dan pelaku pembangunan di masa depan. Sementara itu, pembangunan olahraga nasional merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan masyarakat untuk menunjang terciptanya SDM berkualitas.

Permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan pemuda dan olahraga, di antaranya masih rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat partisipasi angkatan kerja pemuda,

01 - 83 belum serasinya kebijakan kepemudaan di tingkat nasional dan daerah, rendahnya kemampuan iptek dan kewirausahaan pemuda, turunnya kualitas moral dan etika, maraknya masalah-masalah sosial di kalangan pemuda seperti kriminalitas, premanisme, NAPZA, dan HIV/AIDS, rendahnya budaya olahraga masyarakat dan prestasi olahraga di berbagai kejuaraan internasional, lemahnya kelembagaan dan manajemen pembinaan olahraga, belum meratanya pembangunan sarana dan prasarana olahraga di klub, sekolah, dan perguruan tinggi, masih rendahnya penghargaan dan kesejahteraan bagi atlet dan mantan atlet, pelatih dan tenaga keolahragaan yang berprestasi, dan kurangnya pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi olahraga.

Untuk itu, kebijakan pembangunan pemuda diarahkan untuk peningkatan partisipasi pemuda dalam berbagai bidang pembangunan, peningkatan kepemimpinan dan kepeloporan pemuda, perwujudan kebijakan kepemudaan yang serasi di berbagai bidang pembangunan, peningkatan pendidikan dan keterampilan bagi pemuda, peningkatan upaya pembinaan moral dan etika pemuda dan perlindungan segenap generasi muda dari masalah penyalahgunaan NAPZA, minuman keras, penyebaran penyakit HIV/AIDS, pornografi dan pornoaksi. Kebijakan pembangunan olahraga diarahkan untuk peningkatan prestasi olahraga dan pengembangan budaya olahraga, perwujudan kebijakan dan manajemen olahraga secara terpadu dan berkelanjutan, dan pemberdayaan iptek dan industri olahraga.

Hasil yang dicapai pembangunan pemuda dan olahraga di antaranya adalah disusunnya Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Kepemudaan dan dilaksanakannya percepatan penetapan RUU tentang Kepemudaan menjadi Undang-Undang, meningkatnya Angka Partisipasi Sekolah (APS) pemuda, meningkatnya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pemuda, dilaksanakannya pelatihan kepemimpinan pemuda, dioptimalkannya peran 1.500 orang sarjana penggerak pembangunan di perdesaan (SP3), dilaksanakannya Bakti Pemuda Antarprovinsi (BPAP)/Pertukaran Pemuda Antarprovinsi (PPAP) bagi 3.104 orang dan antarnegara bagi 191 orang, terselenggaranya Festival Internasional Pemuda dan Olahraga Bahari (FIPOB) tahun 2006 di Sulawesi Selatan, tahun

01 - 84

2007 di Sumatera Barat, dan tahun 2008 di Sulawesi Utara, disahkannya UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional beserta dengan peraturan pelaksanaannya, dicapainya prestasi di beberapa cabang olahraga internasional, seperti di kejuaraan Asian Games 2006 di Doha, SEA Games 2007 di Thailand, Para Games 2007 di Thailand, Olimpiade ke-29 tahun 2008 di Beijing, Thomas dam Uber Cup di Jakarta tahun 2008, terselenggaranya kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XVII di Kalimantan Timur tahun 2008.

Dengan berbagai kemajuan yang dicapai pada kurun waktu tersebut, dan untuk mengatasi permasalahan dan tantangan utama yang masih dan akan dihadapi, maka tindak lanjut yang diperlukan antara lain mempercepat penetapan RUU Pembangunan Kepemudaan menjadi UU tentang Kepemudaan, meningkatkan akses dan kesempatan pemuda untuk memperoleh pendidikan dan kesempatan kerja, meningkatkan kewirausahaan, kepeloporan, kepemimpinan, dan kecakapan hidup pemuda, melaksanakan sosialisasi UU No. 3 Tahun 2005 tentang Sistem Keolahragaan Nasional dan peraturan pelaksanaannya, meningkatkan budaya dan prestasi olahraga secara berjenjang termasuk pemanduan bakat, pembibitan dan pengembangan bakat, memberdayakan dan mengembangkan iptek dan industri dalam pembangunan olahraga, dan pemberian penghargaan dan kesejahteraan terhadap pelaku olahraga yang berprestasi.

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 102-105)