yang Berkualitas
32. Percepatan Pembangunan Infrastruktur
Pembangunan infrastruktur memiliki peran yang sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi, bahkan dalam pembangunan suatu wilayah pembangunan infrastruktur merupakan motor penggerak yang sangat kuat. Karena peran dan fungsinya yang sangat strategis tersebut, Pemerintah memberikan prioritas dan perhatian yang tinggi terhadap pembangunan infrastruktur.
Pembangunan infrastruktur sumber daya air merupakan salah satu perhatian Pemerintah, mengingat sangat vitalnya air dalam kehidupan manusia. Dalam kurun waktu tahun 2004 hingga tahun Juni 2009 telah diselesaikan pembangunan 9 buah waduk, antara lain: Waduk Keuliling di NAD, Waduk Ponre-Ponre di Sulsel, Waduk Panohan dan Lodan di Jateng, Waduk Kedung Brubus, Nipah dan Gonggang di Jatim, Waduk Tibu Kuning di NTB, dan Waduk Lokojane di NTT. Selain itu pada tahun 2009 Pemerintah telah memulai Waduk Jatigede di Provinsi Jawa Barat, yang merupakan sumber air irigasi di wilayah Cirebon dan Majalengka, serta sebagai
01 - 93 sumber air baku bagi daerah sekitarnya termasuk Kabupaten dan Kota Bandung. Dalam rangka mendukung upaya ketahanan pangan Pemerintah telah melakukan peningkatan jaringan irigasi seluas 453,98 ribu hektar, rehabilitasi jaringan irigasi seluas 1,32 juta hektar, dan jaringan rawa seluas 820,60 ribu hektar. Untuk mengurangi dampak bampak bencana banjir, Pemerintah akan menyelesaikan pembangunan sarana/prasarana pengendali banjir, misalnya penyelesaian pembangunan Banjir Kanal Timur (BKT) sepanjang 23,6 km dan revitalisasi Banjir Kanal Barat (BKB) di Provinsi DKI Jakarta. Untuk menjamin pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan, Pemerintah terus menerus mengembangkan institusi dan regulasi sesuai amanat Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, antara lain dengan pembentukan Dewan Sumber Daya Air Nasional melalui Keputusan Presiden No. 6 Tahun 2009 tentang Pembentukan Dewan Sumber Daya Air Nasional yang sebagian anggotanya berasal dari unsur non Pemerintah.
Dalam memenuhi kebutuhan terhadap pergerakan barang dan penumpang, Pemerintah berupaya meningkatkan kualitas dan pembangunan sarana dan prasarana transportasi. Pada awal bulan Juni 2009, Pemerintah telah dapat memfungsikan Jembatan Suramadu sepanjang 2.329,6 m yang merupakan jembatan terpanjang di Asia Tenggara. Jembatan Suramadu tersebut perlu dimaknai sebagai simbol dari pembangunan antar generasi, karena digagas semenjak Pemerintahan Presiden Soekarno, dan dirancang pada era Pemerintahan Presiden Soeharto, serta dimulai pembangunannya dalam kepemimpinan Presiden Megawati Soekarno Putri, yang pada akahirnya dapat diselesaikan dalam Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu. Dalam rangka mengurangi kesenjangan infrastruktur dengan negara tetangga, Pemerintah secara bertahap terus membangun jalan di kawasan perbatasan, daerah terpencil dan terisolir sepanjang kurang lebih 950 km yang salah satu diantaranya di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di kawasan Kalimantan. Pemerintah secara bertahap pula melakukan pembangunan sarana dan prasarana perkeretaapian sebagai moda transportasi masal yang telah menyelesaikan pembangunan jalur baru sepanjang kurang lebih 224,68 km serta pengadaan kereta klas ekonomi dan KRD/KRL sebanyak 196 unit termasuk di program
01 - 94
stimulus fiskal sebanyak 8 unit. Selain itu sebagai negara kepulauan, Pemerintah terus meningkatkan sarana dan prasara angkutan laut dan penyeberangan melalui pembangunan kapal penyeberangan 16 unit, pengoperasian kapal penyeberangan perintis pada 76 lintas dalam provinsi dan 8 lintas antar provinsi, dan pembangunan baru dan lanjutan sebanyak 71 unit dermaga penyeberangan. Dalam memenuhi kebutuhan transportasi udara, Pemerintah telah melakukan pengembangan 14 bandar udara dan penambahan 6 bandara yang melayani penerbangan umum, antara lain: Bandara Internasional Minangkabau, Abdurahman Saleh-Malang, Bandara Hasanuddin-Makassar, pembangunan Bandara Medan Baru, Lombok Baru, dan Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang.
Dalam kehidupan di abad 21 ini, energi termasuk listrik telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan pokok. Pemerintah secara serius melakukan upaya pemenuhan kebutuhan listrik baik untuk industri maupun rumah tangga melalui pembangunan pembangkit seperti Program Percepatan Pembangunan PLTU 10.000 MW serta pembangunan jaringan transmisi dan distribusinya, sehingga capaian rasio elektrifikasi sebesar 65,1 % dan rasio desa berlistrik sebesar 92,2 %. Selain itu Pemerintah terus melakukan pengembangan energi baru terbarukan melalui Program Listrik Perdesaan dengan memanfaatkan tenaga matahari, micro hydro, dan pemanfaatan biofuel. Upaya penyediaan bahan bakar gas akan ditingkatkan sebagai langkah konversi bahan bakar dari minyak ke gas, melalui pelaksanaan program pengalihan dari minyak tanah ke LPG, pembangunan pipa transmisi gas bumi Sumatera Selatan-Jawa Barat untuk mengalirkan gas ke Jawa dengan total kapasitas pipa antara 650-970 MMSCFD, termasuk pembangunan pipa distribusi rumah tangga sepanjang 463 km, serta pembangunan jaringan distribusi gas kota di Palembang dan Surabaya. Terkait dengan pengembangan efisiensi dan konservasi pemanfaatan energy telah dilakukan audit energy sebanyak 252 obyek dengan total potensi penghematan energi yang bisa diperoleh sebesar 653 GWh yang setara dengan penurunan emisi CO2 sebesar 588 kilo ton, pengembangan demand site management (DSM) guna mempengaruhi pola konsumsi energi terutama pada saat beban puncak, dan pengembangan desa mandiri energy (DME) sebanyak 424 desa yang terdiri dari 286 desa berbasis Non BNN (Bahan Bakar Nabati) dan 138 desa berbasis BNN.
01 - 95 Upaya penyediaan sarana telekomunikasi yang murah dan berkualitas telah menjadi tekad Pemerintah, melalui pengakhiran bentuk duopoli pada penyelenggaraan telekomunikasi Sambungan Langsung Internasional (SLI) dan Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ). Selain itu, secara kelembagaan Pemerintah selalu melakukan perkuatan Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) sebagai regulator di sektor telekomunikasi, yang hasilnya dapat kita rasakan dengan turunnya tarif seluler sebesar 90% dari US$ 0,15/min pada tahun 2005 menjadi US$ 0,015/min pada tahun 2008 yang merupakan tarif termurah di Asia. Terkait dengan pengurangan kesenjangan akses infrastruktur pos dan telematika, Pemerintah terus berupaya untuk memperbanyak penyediaan jasa pos cabang luar kota yang telah mencapai 2.350 kantor melalui Public Service Obligation (PSO), dan penyediaan jasa telekomunikasi di 24.051 desa serta jasa akses internet di 69 desa melalui program Universal Service Obligation (USO). Begitu juga dengan penyediaan jaringan radio dan televisi Pemerintah sebagai lembaga penyiaran publik, telah diselesaikan pengembangan infrastruktur penyiaran RRI di 138 kabupaten/kota blank spot yang tersebar di 28 provinsi; pembangunan pemancar TVRI di 6 lokasi terpencil, perbatasan, dan blank spot, serta secara nasional telah dilaksanakan migrasi sistem penyiaran dari analog ke digital melalui penetapan Digital Video Broadcasting (DVB) dan Digital Audio Broadcasting (DAB). Pemerintah terus memperhatikan dan memperluas pemanfaatan dan pengembangan teknologi informasi dan komunikasi melalui penyediaan jasa akses internet di beberapa kecamatan melalui community access point (CAP), Mobile CAP (MCAP) dan warung masyarakat informasi. Disisi lain Pemerintah juga terus meningkatkan kapasitas e-goverment melalui penyelesaian proyek percontohan e-government di Batam bekerja sama dengan Otorita Batam dan e-local government bekerja sama dengan Pemkab Minahasa Selatan, Pemprov Kalimantan Timur, Pemkot Magelang, dan Pemkab Solok.
Terkait dengan pembangunan perumahan, konstitusi kita menjamin setiap warga negara untuk memperoleh penghidupan yang layak, sehingga Pemerintah memberikan perhatian yang penuh terhadap pembangunan perumahan melalui pemberian subsidi rumah baru layak huni yang terdiri dari RsH Bersubsidi, RsH dan Rs Non
01 - 96
Subsidi, Rumah Khusus, serta Rumah Pasca Bencana sebanyak 1.122.287 unit, rumah susun sederhana sebanyak 31.510 unit, rumah susun milik sebanyak 2.633 unit, pembangunan rumah secara swadaya sebanyak 1.601.305 unit, serta peningkatan kualitas perumahan swadaya sebanyak 1.448.891 unit. Dalam upaya memenuhi kebutuhan air bersih, Pemerintah telah berhasil membangun sarana dan prasarana air minum dengan kapasitas 29.687 liter/detik untuk melayani kebutuhan air bersih sebanyak 11,07 juta jiwa. Selain itu, Pemerintah juga telah melakukan pembangunan sarana dan prasarana pengolahan air limbah di 280 kabupaten/kota, pengelolaan persampahan di 360 kabupaten/kota, dan pengembangan system drainase yang mencakup 3.887 hektar.
Dalam empat tahun terakhir, Pemerintah memprioritaskan reformasi sektoral dan lintas sektoral untuk mendorong peran serta swasta dalam pembangunan infrastruktur dengan mengedepankan prinsip kemitraan yang adil, terbuka, transparan, kompetitif, dan saling menguntungkan dalam kerangka Kerjasama Pemerintah dan Swasta (KPS). Selain itu, pembangunan infrastruktur juga dilakukan melalui kerja sama antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sejalan dengan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah, serta kerja sama antara Pemerintah dan masyarakat/komunitas.
Dalam upaya mendorong KPS, pada Maret 2009 Pemerintah telah menerbitkan buku Public Private Partnerships Infrastructure Project Indonesia sebagai upaya dalam memberikan informasi kepada dunia usaha atas proyek-proyek yang akan dikembangkan dengan skema KPS. Selain itu, pada tahun 2008 - 2009 ini sedang dilakukan revisi Kepres No. 67 tahun 2005 tentang Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Penyediaan Infrastruktur sebagai payung hukum untuk lebih menjamin kepastian pengembangan proyek dengan skema KPS dan memberikan keadilan bagi swasta yang memprakarsai proyek KPS. Hingga saat ini telah diterima 118 usulan proyek dengan skema KPS yang tersebar dari Propinsi Aceh hingga Papua.
Implementasi proyek KPS harus terus ditingkatkan, untuk itu pada bulan Februari 2009, Pemerintah meluncurkan Indonesia Infrastructure Financing Facility yang dikelola oleh PT. Sarana Multi Infrastruktur, Badan Usaha Milik Negara di bawah
01 - 97 Departemen Keuangan. Pada tataran operasional telah diselesaikan Perpres 36/2005 tentang Pengadaan Tanah dan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 38/2006 tentang Pengelolaan Resiko. Sementara itu juga telah disahkan UU Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian, UU Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, UU Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dan UU Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan yang mendukung peran KPS dalam infrastruktur terkait.
Dalam upaya penanganan lumpur Sidoarjo, Pemerintah melalui Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo (BPLS) telah membangun tanggul penahan lumpur pada batas Peta Area Terdampak sebagai penampung lumpur sebelum dialirkan ke Kali Porong dan untuk mencegah semakin meluasnya luapan lumpur. Relokasi infrastruktur juga menjadi prioritas utama Pemerintah, terutama relokasi jalan arteri Raya Porong. BPLS menyelesaikan sebagian besar (60 s/d 70%) pembebasan tanah dan 40% pekerjaan phisik untuk relokasi jalan arteri raya Porong, menyelesaikan 20% pembayaran jual-beli tanah di 3 Desa yang terendam luapan lumpur (Besuki, Pejarakan dan Kedung Cangkring). Selain itu, juga telah diselesaikan perkuatan/peninggian tanggul sepanjang 17 km, pemeliharaan Kali Porong sebagai media pengaliran lumpur, sekaligus penanganan/pengerukan endapan di muara sungai guna menjaga kelancaran pengaliran lumpur ke laut. Adapun penanganan masalah sosial-kemasyarakatan dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat korban lumpur Sidoarjo (pelatihan keterampilan), memberikan bantuan evakuasi, biaya kontrak sementara (1 tahun) dan jaminan hidup sementara (6 bulan).
33. Rehabilitasi dan Rekonstruksi di Wilayah Provinsi