• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penghapusan Diskriminasi dalam Berbagai Bentuk

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 39-43)

DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN 35 – 1 BAGIAN KEENAM PENUTUP

9. Penghapusan Diskriminasi dalam Berbagai Bentuk

Diskriminasi merupakan suatu bentuk ketidakadilan yang secara tegas dilarang berdasarkan UUD 1945. Keberpihakan negara terhadap pelaksanaan hak asasi manusia diwujudkan dalam kerangka peraturan perundang-undangan yang secara jelas dan tegas melarang praktek-praktek perlakuan diskriminatif dan pelanggaran HAM untuk selanjutnya dilaksanakan penegakan hukum secara konsisten. Pengetahuan dasar dan konsep pemahaman HAM sangat penting sebagai dasar penegakan HAM dalam kehidupan berbangsa dan bernegara baik untuk setiap individu masyarakat dan aparat Pemerintah dalam menjalankan tugasnya masing-masing.

Selama kurun waktu 2004-2009, upaya menghapus praktek- praktek diskriminasi dan pelanggaran HAM perlu ditingkatkan sinkronisasinya karena masih banyaknya peraturan perundang- undangan yang bertentangan dengan pelaksanaan hak-hak dasar masyarakat, terutama pasca otonomi daerah. Di samping itu masih banyak perangkat peraturan perundang-undangan nasional yang belum sejalan dengan ratifikasi konvensi internasional di bidang HAM.

Dalam kaitan dengan penegakan HAM, Pemerintah masih menghadapi kasus-kasus HAM yang belum terselesaikan proses hukumnya. Hal tersebut dikarenakan masih adanya perbedaan persepsi antara masyarakat terutama korban dengan penyelenggara negara, dimana kebijakan di bidang HAM belum dapat secara optimal ditindaklanjuti oleh aparat pelaksana di lapangan karena minimnya pengetahuan dan pemahaman dari aparat penegak hukum mengenai bentuk-bentuk pelanggaran HAM dan perlakuan diskriminatif.

Untuk itu langkah-langkah yang telah dilakukan dalam kurun waktu 2004 – 2009 antara lain terlindunginya perempuan yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), banyak

01 - 19 penyelesaian kasus KDRT yang terungkap baik pada tingkat pusat dan daerah, dengan ditetapkannya peraturan pelaksanaan tentang penyelenggaraan dan kerjasama pemulihan korban kekerasan dalam rumah tangga dan konsep dalam Sistem Penanganan Peradilan Pidana Terpadu (SPPT) yang terintegasi dalam amandemen KUHAP sebagai upaya untuk mewujudkan penghapusan diskriminatif terhadap perempuan. Selanjutnya upaya penghapusan diskriminasi terhadap tenaga kerja Indonesia, walaupun sangat kompleks pelaksanaannya, terus dilakukan antara lain perbaikan di bidang pelayanan, penempatan dan perlindungan terhadap TKI dengan memantapkan pengaturan mengenai penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri. Terkait upaya penghapusan tindak diskriminatif ras tertentu telah dihapuskan pensyaratan Surat Keterangan Berkewarganegaraan RI (SKBRI) dan ditetapkannya undang-undang tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis, dimana setiap warga negara bersamaan kedudukan di depan hukum dan hak atas perlindungan atas segala bentuk tindak diskriminasi ras dan etnis.

Di bidang perlindungan saksi dan korban, juga telah ditetapkan Undang-undang No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban yang memberikan hak dan bantuan untuk memberikan rasa aman dan perlakuan yang tidak diskriminatif. Selanjutnya ditetapkannya peraturan tentang Undang-undang tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang (PTPPO) yang memuat sanksi yang jelas dan tegas, antara lain jaminan perlindungan dan pelayanan pemulihan fisik dan psikis korban dan mekanisme ganti rugi dari pelaku perdagangan orang. Terkait penyelenggaraan hak-hak dasar warga negara yang bersentuhan dengan pelayanan publik, berbagai upaya terus dilakukan melalui langkah-langkah peningkatan pelayanan dan meminimalisasi bentuk perlakuan diskriminatif di bidang pelayanan publik antara lain penyederhanaan persyaratan, prosedur serta peningkatan transparansi pelayanan publik dan keterbukaan transparansi dan informasi. 10. Penghormatan, Pengakuan dan Penegakan atas Hukum

dan HAM

Pemerintahan Kabinet Indonesia Bersatu Tahun 2004 − 2009 telah menghasilkan beberapa perubahan menuju perbaikan dalam

01 - 20

upaya pemberantasan korupsi yang merupakan salah satu prioritas dalam rangka penegakan hukum. Berbagai rencana aksi diluncurkan sejak tahun 2004 seperti Rencana Aksi Nasional Hak Asasi Manusia (RAN-HAM), Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN-PK), Rencana Aksi Program Nasional Bagi Anak Indonesia (PNBAI) dan Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD- PK).

Pada tahun 2009, Kejaksaan RI telah mengeluarkan website jaringan teknologi informasi pelayanan kepada masyarakat terutama tentang proses penanganan kasus/perkara yang sedang berjalan di Kejaksaan Agung. Selama kurun waktu tahun 2004-2009, pencapaian penanganan korupsi di Indonesia telah memperlihatkan hasil yang cukup menggembirakan. Hal ini ditunjukkan dengan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia mengalami peningkatan dari 1,9 pada 2004 menjadi 2,6 pada 2008. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari kerja keras Pemerintah melalui upaya pemberantasan korupsi yang bersifat preventif melalui beberapa kegiatan, antara lain melalui Konsultasi dan Kampanye Publik Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi (RAN PK). Selain itu KPK juga telah melakukan Pendidikan Anti Korupsi untuk Pelajar dan Mahasiswa melalui training of trainer (TOT) yang telah berlangsung mulai tahun 2005.

Langkah represif juga dilakukan oleh instansi/lembaga penegak hukum terhadap tindak pidana korupsi. Selama kurun waktu tahun 2007, Kejaksaan telah menyelesaikan penyidikan perkara tindak pidana korupsi sebanyak 388 perkara dari 1.649 perkara, selanjutnya telah masuk ke tahap penuntutan ke pengadilan negeri sebanyak 661 perkara dan telah diselesaikan sejumlah 625 perkara.

Terkait penanganan perkara Tindak Pidana Korupsi mulai tahun 2004 sampai dengan April 2009, telah dilakukan kegiatan penuntutan oleh Kejaksaan sebagai berikut: tahun 2004 sebanyak 460, tahun 2005 sebanyak 542, tahun 2006 sebanyak 515, tahun 2007 sebanyak 512, tahun 2008 sebanyak 1114, dan sampai dengan bulan April 2009 sebanyak 327 penuntutan.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2005 dan tahun 2006 telah melakukan penyelidikan terhadap 31 dan 36 kasus

01 - 21 korupsi. Sepanjang tahun 2007, KPK telah melakukan penyidikan terhadap 29 perkara serta pada tahun 2008 sampai dengan bulan Mei 2009 KPK telah melakukan penyidikan terhadap 23 perkara yang terdiri atas 7 perkara sisa tahun 2007 dan 16 perkara baru. Selain itu telah dihasilkan sebanyak 21 perkara yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap (putusan Inkracht). Sedangkan mulai tahun 2008 sampai dengan Juni 2009 telah dilakukan penanganan perkara dengan perincian: penyelidikan 276 kasus, penyidikan 142 perkara, penuntutan 115 perkara dan eksekusi 88 perkara.

Terkait dengan penanganan perkara pidana umum yang merupakan wewenang Kejaksaan untuk melakukan penyidikan dan penuntutan, sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2009 telah ditindaklanjuti perkara ke Pengadilan Negeri dengan perincian sebagai berikut: tahun 2004 sebanyak 74.615 perkara, tahun 2005 sebanyak 86.941 perkara, tahun 2006 sebanyak 81.335 perkara, tahun 2007 sebanyak 97.689 perkara, tahun 2008 sebanyak 114.195 perkara, dan sampai dengan bulan Maret 2009 sebanyak 25.809 perkara.

Dalam rangka pemberian landasan hukum yang lebih kuat dalam pemberian perlindungan HAM dilakukan pengesahan PP Nomor 9 Tahun 2008 mengenai Tata Cara Dan Mekanisme Layanan Terpadu Bagi Saksi Dan/Atau Korban Tindak Pidana Perdagangan Orang.

Sebagai salah satu negara anggota PBB dan penandatangan beberapa konvensi internasional yang terkait dengan perlindungan HAM, Indonesia telah menyampaikan laporan kondisi penghormatan dan pelaksanaan HAM di Indonesia kepada Dewan HAM PBB pada bulan April 2008 serta pada bulan Mei 2008 menyampaikan laporan pelaksanaan Convention Against Torture (CAT).

Dalam rangka mengungkap kebenaran dan penyebab terjadinya pelanggaran berat HAM sebelum dan setelah penentuan pendapat di Timor Leste pada September 1999, pada bulan Agustus 2005 telah dibentuk Komisi Kebenaran dan Persahabatan (KKP) atau Commission of Truth and Friendship Indonesia-Timor Leste. Dalam pelaksanaan rencana aksi nasional (RAN) HAM saat ini telah terbentuk 436 komisi yang bertanggung jawab atas implementasi

01 - 22

RAN-HAM di tingkat provinsi dan kota. Untuk menunjang komisi tersebut, Departemen Hukum dan HAM telah membentuk profil HAM yang berisi implementasi norma dan standar HAM serta program strategis RAN-HAM yang dilaksanakan oleh seluruh anggota kepanitiaan RAN-HAM. Di samping itu, mekanisme serta prosedur pengumpulan dan pengolahan data HAM sedang dibangun dalam pembentukan data base HAM dengan memanfaatkan jejaring yang ada pada kepanitiaan RAN HAM.

Untuk menunjang upaya penghormatan, pengakuan dan penegakan hukum dan HAM, langkah-langkah yang terus dilakukan adalah sebagai berikut : melanjutkan upaya preventif dan tindakan represif penanganan perkara untuk meningkatkan penegakan hukum dan perlindungan serta penegakan HAM; melanjutkan upaya pelaksanaan pemberantasan korupsi melalui upaya pencegahan dan tindakan represif dengan peningkatan strategi pengimplementasian Konvensi Anti Korupsi; melanjutkan serta meningkatkan pengintegrasian hak asasi manusia di bidang sosial, ekonomi budaya serta sosial politik ke dalam lembaga pemerintah sesuai bidangnya masing-masing dalam rangka penegakan HAM; memperbaiki sistem perekrutan, seleksi, promosi, pelatihan aparat penegak hukum dan lembaga peradilan; melakukan perbaikan sistem penggajian, dan jaminan sosial bagi aparat penegak hukum; meningkatkan profesionalisme, serta integritas dan kejujuran dalam penegakan hukum; dan penguatan peraturan perundangan untuk mendukung pemberantasan TPK seperti Revisi UU Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi; Revisi UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan TPK; dan Pembentukan UU Pengadilan Tipikor.

11. Peningkatan Kualitas Kehidupan dan Peran Perempuan

Dalam dokumen Lampiran Pidato Kenegaraan Presiden RI (Halaman 39-43)