• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

4.3. Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks komposit yang terdiri dari indeks kesehatan, indeks pendidikan dan indeks daya beli. Indeks kesehatan diukur melalui rata-rata angka harapan hidup, indeks pendidikan diukur dari rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf, dan indeks daya beli diukur dari tingkat kehidupan yang layak (kesejahteraan) secara keseluruhan.

a. Angka Harapan Hidup

Salah satu ukuran kesehatan masyarakat adalah dengan memantau kemampuan untuk bertahan hidup lebih lama yang diukur dengan indikator harapan hidup pada saat lahir (life expectancy at birth/eo). Angka eo untuk tingkat provinsi yang disajikan merupakan hasil penghitungan secara tidak langsung (indirect technique) dengan menggunakan paket program Mortpack berdasarkan data rata jumlah anak lahir hidup dan rata-rata jumlah anak masih hidup menurut kelompok umur ibu 15–49 tahun, dengan sumber data BPS hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) dan mencermati trend hasil Sensus Penduduk.

b. Tingkat Pendidikan

Untuk mencermati keberhasilan tingkat pendidikan dapat diukur melalui dua indikator, yaitu angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah. Angka melek huruf adalah persentase penduduk usia 15 tahun ke atas yang bisa membaca dan menulis huruf latin atau huruf lainnya terhadap jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih. Indikator ini diberi bobot dua per tiga. Bobot sepertiga sisanya diberikan pada indikator rata-rata lamanya sekolah (Mean Years of Schooling/MYS), yaitu rata-rata jumlah tahun yang telah dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas di seluruh jenjang pendidikan formal yang pernah dijalani. Indikator ini dihitung dari variabel pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan tingkat pendidikan yang sedang diduduki. Sumber data yang digunakan untuk penghitungan indikator pendidikan adalah Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh BPS.

52 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

c. Standar Hidup Layak (Purchasing Power Parity/PPP)

Dari aspek kemampuan ekonomi, Standar hidup layak merupakan komponen penting agar IPM lebih komprehensif. Berbeda dengan UNDP (United Nation Development Program) yang menggunakan GDP riil perkapita yang disesuaikan untuk mengukur standar hidup layak, BPS dalam menghitung standar hidup layak menggunakan rata-rata pengeluaran perkapita riil yang disesuaikan dengan formula Atkinson.

Susenas menjadi sumber data utama yang digunakan untuk menghitung formula ini. Masing-masing komponen tersebut terlebih dahulu dihitung indeksnya sehingga bernilai antara 0 (keadaan terburuk) dan 1 (keadaan terbaik). Untuk mempermudah makna, indeks tersebut dinyatakan dalam ratusan (dikalikan 100).

UNDP membagi status Pembangunan Manusia ke dalam empat kategori sebagai berikut :

- Rendah : bila angka IPM < 50 - Menengah Bawah : bila angka 50 <= IPM < 66 - Menengah Atas : bila angka 66 <= IPM < 89 - Tinggi : bila angka IPM >= 90

4.3.1. Status Pembangunan Manusia

Keberhasilan pemerintah daerah dalam upaya membangun kualitas hidup penduduknya terpotret dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dari angka IPM diketahui keterbandingan/posisi pembangunan manusia antar kabupaten/kota di Jawa Timur dari sisi kesehatan, pendidikan dan daya beli. Data IPM ini menginspirasi Pemerintah Daerah untuk menentukan prioritas program pembangunan manusia di wilayahnya.

Status pembangunan manusia di Kabupaten Pamekasan dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan oleh angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terus mengalami peningkatan selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2009, IPM Kabupaten Pamekasan sebesar 63,81 dan terus meningkat hingga mencapai 67,17 pada tahun 2013. Capaian ini mengantarkan status pembangunan manusia Kabupaten Pamekasan berada pada level Menengah Atas.

Dibandingkan kabupaten lain di wilayah Madura, IPM Pamekasan merupakan yang tertinggi sejak dua tahun terakhir. Pada tahun 2013 Angka IPM Bangkalan 66,19, Sampang 62,39, dan Kabupaten Sumenep 66,89. Namun jika dibandingkan rata-rata Jawa Timur,

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 53 IPM Pamekasan masih lebih rendah. Rata-rata IPM Jawa Timur pada tahun 2013 mencapai 73,54. Kabupaten Pamekasan berada pada urutan 31 dari 38 Kabupaten/Kota di Jawa Timur.

Jika memperhatikan komponen indeks penyusunnya, kontribusi tertinggi terhadap IPM tahun 2013 disumbang oleh Indeks Pendidikan yakni sebesar 70,59 persen. Tertinggi kedua disumbang Indeks Kesehatan (66,98%), dan yang ketiga adalah Indeks Daya Beli dengan besaran indeks 63,92 persen. Penghitungan ketiga indeks diatas didasarkan pada empat indikator yang dibandingkan dengan besaran indikator standar UNDP.

Pada tahun 2013, Angka Harapan Hidup (AHH) Kabupaten Pamekasan sebesar 65,2 tahun, artinya bahwa setiap bayi yang lahir pada tahun 2013 diperkirakan akan bisa bertahan hidup sampai usia sekitar 65 tahun. Angka Harapan Hidup yang ideal menurut standar UNDP adalah 85 tahun. Sedangkan Angka Melek Huruf penduduk usia 15 tahun keatas mencapai 84,48 persen (Standar UNDP=100 persen) dan rata-rata lama sekolah baru mencapai 6,42 tahun dari 15 tahun yang distandarkan UNDP.

Tabel 29.

Komponen Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Pamekasan, 2009-2013 Tahun Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks PPP IPM 2009 64,31 66,21 60,91 63,81 2010 64,98 67,47 61,35 64,60 2011 65,65 68,58 62,21 65,48 2012 66,32 70,18 63,03 66,51 2013 66,98 70,59 63,92 67,17 Standar UNDP 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kab. Pamekasan 56 58 60 62 64 66 68 2011 2012 2013 Gambar 15.

Indeks Pembangunan Manusia Wilayah Madura Tahun 2011-2013

Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Sumber : BPS Kab. Pamekasan

54 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 Indikator terakhir adalah pengeluaran perkapita riil yang distandarkan (PPP). Indikator ini mempunyai kontribusi paling kecil terhadap IPM Kabupaten Pamekasan. Pada tahun 2013, Pengeluaran perkapita riil yang di sesuaikan sebesar Rp. 636.610 (Standar UNDP = Rp. 732.700 perkapita)

4.3.2. Kecepatan Pencapaian Pembangunan Manusia

Keberhasilan pembangunan manusia suatu wilayah tidak hanya dilihat besaran nilai IPM-nya, namun dapat dilihat juga dari kemampuan/kecepatan untuk mendekatkan angka IPM ke kondisi ideal (IPM=100). Rasio kesenjangan pencapaian IPM antara jarak yang sudah ditempuh dengan yang harus ditempuh pada kondisi ideal, menghasilkan reduksi shortfall. Artinya reduksi shortfall menggambarkan kepekaan terhadap stimulus yang berkaitan dengan pembangunan manusia. Semakin tinggi nilai reduksi shortfall, semakin cepat pembangunan manusia di suatu wilayah dalam suatu periode.

Selama lima tahun terakhir kecepatan pembangunan manusia di Pulau Madura cukup fluktuatif. Hal ini terlihat dari angka reduksi shortfall tiap kabupaten dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Sampai dengan tahun 2011 Kabupaten Sampang merupakan kabupaten dengan pencapaian pembangunan manusia yang paling cepat. Namun sejak tahun 2012, kecepatan pencapaian pembangunan manusia Kabupaten Sampang dapat dilampaui oleh Kabupaten Pamekasan. Demikian juga pada tahun 2013, Kabupaten Pamekasan masih tetap yang tercepat diantara tiga kabupaten lain di Pulau Madura. Jika mengacu pada pencapaian IPM selama dua tahun terakhir, maka Pamekasan dapat diprediksi akan mencapai tingkat IPM ideal (=100) sekitar 16,8 tahun lagi.

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 16.

Reduksi Shortfall Menurut Kabupaten di Wilayah Madura Tahun 2009-2013

Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Sumber : BPS Kabupaten Pamekasan

Dokumen terkait