• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Pamekasan Tahun 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Pamekasan Tahun 2013"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi

Kabupaten Pamekasan

Tahun 2013

Nomor Publikasi : 3528.003 Ukuran Buku : A4 (21 cm x 29 cm) Jumlah Halaman : vi + 54 Naskah : Tim Penyusun Penyunting : Tim Penyusun Diterbitkan Oleh :

Bappeda Kabupaten Pamekasan

Dicetak Oleh :

Bappeda Kabupaten Pamekasan

(3)
(4)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 iii

KATA PENGANTAR

Untuk mengukur keberhasilan program pembangunan yang telah disusun, perlu dilakukan evaluasi terhadap hasil atau tingkat pencapaian pembangunan yang telah dilaksanakan. Meskipun tidak semua kinerja pembangunan dapat diukur secara kuantitatif, namun antara kinerja yang terukur dan tidak terukur mempunyai keterkaitan yang erat.

Ukuran Indikator Pembangunan di Kabupaten Pamekasan merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) nomor 6 tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2012, ukuran Indikator Pembangunan dikembangkan lagi merujuk pada Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) nomor 54 tahun 2010, tentang Tatacara Peraturan Pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Indikator-indikator dalam Permendagri nomor 54 tahun 2010 sebanyak 246 indikator, yang terbagi menjadi 3 aspek, yakni Aspek Kesejahteraaan Masyarakat, Aspek Pelayanan Umum dan Aspek Daya Saing Daerah. Akan tetapi, karena keterbatasan data pendukung, tidak semua indikator dapat disajikan dalam publikasi ini.

Namun demikian, besar harapan Publikasi Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kabupaten Pamekasan ini dapat digunakan sebagai tolok ukur tingkat keberhasilan pembangunan atau sebagai evaluasi pemerintah daerah dalam memajukan Kabupaten Pamekasan dimasa mendatang. Ucapan terima kasih disampaikan kepada semua pihak, baik pemerintah daerah, swasta, dan masyarakat yang telah mendukung dalam penyediaan data. Kritik dan saran untuk kesempuranaan publikasi ini sangat diharapkan.

Pamekasan, November 2014 Kepala Bappeda Kabupaten Pamekasan,

Ir. Moh. Zainal Arifin, S.Sos., M.Si.

(5)

iv Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... DAFTAR ISI ... KONDISI UMUM ... I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1.2. Tujuan ...

II. INDIKATOR SOSIAL

2.1. Pendidikan

2.1.1. Angka Melek Huruf ... 2.1.2. Angka Rata-rata Lama Sekolah ... 2.1.3. Angka Partisipasi Sekolah ... 2.1.4. Angka Partisipasi Kasar ... 2.1.5. Angka Partisipasi Murni ... 2.1.6. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan ... 2.2. Kesehatan

2.2.1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi ... 2.2.2. Angka Harapan Hidup ... 2.2.3. Peserta KB Aktif ... 2.2.4. Persentase Balita Gizi Buruk ... 2.3. Ketenagakerjaan

2.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja ... 2.3.2. Rasio Penduduk Yang Bekerja ... 2.3.3. Tingkat Pengangguran dan Kesempatan Kerja ... 2.3.4. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan ... 2.4. Perumahan

2.4.1. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih ... 2.4.2. Rumah Tangga Pengguna Listrik ... 2.5. Olahraga ... 2.6. Keamanan ... iii iv vi 1 3 5 8 9 11 14 16 19 20 22 23 25 25 26 27 28 30 31 32

(6)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 v III. INDIKATOR EKONOMI

3.1. Produktivitas Total Daerah ... 3.2. Struktur Ekonomi ... 3.3. Pertumbuhan Ekonomi ... 3.4. Sumber Pertumbuhan Ekonomi ...

IV. INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT

4.1. Persentase Penduduk Diatas Garis Kemiskinan ... 4.2. Tingkat Pemerataan Pendapatan ... 4.3. Pembangunan Manusia ... 4.3.1. Status Pembangunan Manusia ... 4.3.2. Kecepatan Pencapaian Pembangunan Manusia ...

35 36 40 43 47 49 51 52 54

(7)

vi Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

KONDISI UMUM

Secara geografis wilayah Kabupaten Pamekasan terletak pada 113o 09’-113o58’ Bujur Timur dan 06o51’ - 07o31’ Lintang Selatan. Di sebelah utara dan selatan, wilayah Kabupaten Pamekasan berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan Selat Madura. Sedangkan di sebelah

barat berbatasan dengan

Kabupaten Sampang dan sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sumenep.

Dibandingkan tiga kabupaten lainnya di Pulau Madura, luas wilayah Kabupaten Pamekasan adalah yang terkecil, yakni sekitar 79.230 hektar, atau sekitar 1,71 persen dari total Iuas wilayah Provinsi Jawa Timur. Wilayah tertinggi di Kabupaten Pamekasan ± 350 meter dan terendah ± 6 meter dari permukaan laut. Wilayah Kabupaten Pamekasan sebagian besar merupakan wilayah bukan pesisir. Hanya terdapat 6 wilayah kecamatan yang mempunyai garis pantai, yaitu Kecamatan Tlanakan, Pademawu, Galis, Larangan, Batumarmar, dan Kecamatan Pasean. Sebanyak 23 desa merupakan daerah pesisir yang berhadapan dengan Selat Madura di wilayah selatan dan Laut Jawa di sebelah utara wilayah Pamekasan. Topografi desa yang berada di dataran berjumlah 124 desa dan 42 desa berada pada daerah punggung bukit/lereng bukit.

Secara administratif wilayah Kabupaten Pamekasan terbagi menjadi 13 kecamatan. Wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Pamekasan dibawah tingkat kecamatan terbagi menjadi 11 kelurahan dan 178 desa serta 1.112 dusun. Tiga kecamatan terluas adalah Kecamatan Batumarmar yang memiliki luas 12,25 persen total wilayah Kab. Pamekasan, kedua adalah Kecamatan Palengaan yang mencapai 11,17 persen, dan Kecamatan Pegantenan mencakup 10,86 persen.

(8)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 1

BAB I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Sebagaimana telah ditetapkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara, tujuan pembangunan nasional adalah untuk mewujudkan masyarakat adil makmur, baik material maupun spiritual berdasarkan Undang-undang Dasar 1945. Untuk merealisasikan tujuan tersebut, berbagai kebijakan telah dituangkan dalam Program Pembangunan Nasional (Propenas), baik melalui program jangka panjang maupun program jangka pendek.

Pada tahun 1999 melalui Undang-undang nomor 22 dan 25 tentang Otonomi Daerah, pemerintah daerah telah diberi wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan pembangunan daerahnya masing-masing. Dengan asumsi bahwa pemerintah daerah lebih mengetahui dan memahami kondisi, situasi, potensi dan kebutuhan spesifik daerahnya. Dengan demikian, perencanaan pembangunan oleh pemerintah daerah yang bersangkutan diharapkan akan lebih tepat sasaran. Dalam mendukung proses desentralisasi tersebut, pemerintah pusat telah meminta pemerintah daerah untuk menyusun Program Pembangunan Daerah (Propeda)-nya masing-masing sebagai pijakan umum bagi pembangunan daerah.

Dalam Propeda harusnya telah dicantumkan target atau sasaran pembangunan yang ingin dicapai pada suatu waktu tertentu. Penentuan target pembangunan tersebut tentunya harus melihat kondisi atau tingkat pencapaian sampai dengan saat ini, dan usaha atau program pembangunan yang akan dilakukan untuk merealisasikan target tersebut. Hal ini termaktub di dalam Visi Kabupaten Pamekasan yakni “Terwujudnya Pamekasan yang Agamis, Tentram, Maju, Mandiri dan Berkeadilan menuju Ridho Allah SWT”. Untuk mewujudkan visi tersebut, Pemerintah Kabupaten Pamekasan mempunyai misi yang dirumuskan dengan meningkatkan kualitas keimanan dan ketaqwaan dalam kehidupan masyarakat dengan kewajiban menjalankan keyakinan atau syariat agama bagi pemeluk-pemeluknya, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, meningkatkan pemperdayaan masyarakat dan penguatan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan potensi daerah, dan menegakkan supremasi hukum dan hak asasi manusia, serta mengoptimalkan penyelenggaraan pemerintahan yang mengutamakan pelayanan masyarakat, profesional dan bebas KKN (korupsi, kolusi dan nepotisme).

(9)

2 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

Dalam upaya mencapai keberhasilan pembangunan, rencana strategis Pemerintah Kabupaten Pamekasan adalah :

- Hubungan kemitraan antara Pemerintah Kabupaten dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).

- Tersedianya Aparatur Pemerintah Kabupaten Pamekasan dalam jumlah yang cukup memadai.

- Tersedianya fasilitas sarana dan prasarana pendukung pengelolaan Sumber Daya Potensi Daerah.

- Tersedianya sumber daya potensial yang dapat digali. guna menunjang peningkatan Pendapatan Asli Daerah.

- Adanya dukungan dari pemerintah informal atau tokoh masyarakat atau ulama, organisasi non pemerintah, Lembaga Swadaya Masyarakat dan Perguruan Tinggi Swasta.

- Adanya sikap masyarakat yang terbuka, kritis, dinamis dan partisipasi terhadap pembahasan sistem pemerintahan dan pembangunan.

- Adanya terobosan baru dalam rangka penggalian dan pengelolaan sumber pendapatan deaerah, potensi daerah secara optimal, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Rencana strategis dalam menjalankan misi untuk mewujudkan visi di atas, harusnya menjadi acuan bagi pemerintah dalam pelaksanaan program-program pembangunan di Kabupaten Pamekasan. Hal ini memerlukan suatu pengukuran berupa indikator evaluasi atas keberhasilan pembangunan atau Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Kabupaten Pamekasan. Secara kuantitatif diperlukan alat ukur keberhasilan pembangunan Kabupaten Pamekasan agar lebih memudahkan dalam mengevaluasi dan merencanakan pembangunan.

Sampai dengan tahun 2011, ukuran Indikator Pembangunan Daerah merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 tahun 2008. Menurut PP Nomor 6 tahun 2008 terdapat lebih seratus indikator sebagai Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pada tahun 2012, ukuran Indikator Pembangunan dikembangkan lagi merujuk Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tatacara Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

(10)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 3

2. Tujuan

Bertitik tolak dari latar belakang diatas, maka dipandang perlu untuk menganalisis angka-angka indikator pembangunan sebagai refleksi kinerja dari setiap indikator output dan outcome seluruh kegiatan pembangunan di Pamekasan. Hasil analisis tersebut diharapkan dapat menggambarkan secara umum tentang kondisi sosial ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pamekasan sampai dengan tahun 2013. Pencapaian program pembangunan yang dilakukan selama ini, dapat dijadikan bahan evaluasi dan perumusan kebijakan pembangunan dimasa yang akan datang, dalam kaitannya dengan program pembangunan berkelanjutan.

(11)
(12)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 5

BAB II. INDIKATOR SOSIAL

2.1. Pendidikan

2.1.1. Angka Melek Huruf

Pada Laporan Pembangunan Manusia (UNDP, 1990) terdapat tiga elemen esensial dalam konteks pembangunan manusia, yaitu: longetivity (umur panjang), knowledge (pengetahuan), dan decent living (hidup layak). Sebagai indeks komposit, Longetivity diwakili oleh indikator angka harapan hidup, knowledge diwakili oleh tingkat melek huruf dan tingkat dari jenjang pendidikan tertinggi, serta decent living diwakili oleh indikator GDP (Gross Domestic Product) per kapita.

Spesifik pada elemen pengetahuan, tingkat melek huruf menjadi indikator kunci dasar. Selain menjadi gambaran kasar terhadap akses pendidikan, melek huruf juga menjadi dasar bagi setiap manusia, agar dapat mempelajari dan mengetahui bagaimana upaya dalam meningkatkan kualitas hidupnya. Ini yang menjadikan indikator melek huruf, sebagai indikator paling esensial diantara indikator pembangunan manusia yang lain. Demikian pentingnya indikator ini untuk mengukur dimensi pengetahuan, maka dalam formulasi Human Development Index (HDI) indikator pengetahuan yang terdiri dari rata-rata lama sekolah dan melek huruf, tingkat melek huruf memiliki bobot yang lebih tinggi (2/3) dibanding rata-rata lama sekolah.

Tabel 1.

Perkembangan Angka Melek Huruf Kabupaten Pamekasan Tahun 2009 – 2013

No. Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1

Jumlah penduduk usia di atas 10 tahun yang bisa membaca dan menulis

525.770 541.184 554.281 577.248 599.034

2 Jumlah penduduk usia

10 tahun ke atas 655.492 669.451 677.440 685.486 693.648 3 Angka melek huruf

(Persen) 80,21 80,84 81,82 84,21 86,36

4 Angka buta Huruf

(Persen) 19,79 19,16 18,18 15,79 13,64

(13)

6 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Perlu diketahui bahwa sasaran pencapaian indikator melek huruf usia 10 tahun ke atas ini menjadi sasaran global dan nasional. Angka melek huruf penduduk berusia 10 tahun ke atas di Pamekasan, selama kurun waktu 2009-2013 terjadi peningkatan dari 80,21 persen di tahun 2009 menjadi 80,84 di tahun 2010 dan menjadi 81,82 persen di tahun 2011 dan 84,21 persen di tahun 2012. Pada tahun 2013 angka melek huruf 86,36 persen.

Capaian indikator ini pada tahun 2013, masih terpaut sebesar 8,64 persen di bawah target Pendidikan Untuk Semua (PUS) Tahun 2014. Demikian juga untuk mencapai target yang terdapat dalam RPJMN 2010-2014 Kemendiknas, diperlukan upaya yang lebih keras lagi, mengingat capaian Pamekasan pada tahun 2013 masih terpaut jauh yaitu sebesar 9,50 persen. Capaian melek huruf penduduk usia 10 tahun ke atas menurut jenis kelamin, secara umum laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Kalau dilihat menurut kelompok umur antara laki-laki dan perempuan, semakin tinggi kelompok umur semakin besar perbedaan capaian melek huruf antara laki-laki dan perempuan. Capaian melek huruf baik laki-laki maupun perempuan pada kelompok umur 10 tahun hingga 44 tahun sudah di atas 90 persen. Sedangkan pada kelompok usia 45 tahun ke atas capaian melek huruf di Pamekasan semakin rendah apalagi jika dilihat dari sisi gender. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa penduduk perempuan yang buta huruf lebih banyak dibanding penduduk laki-laki. Atau dengan kata lain penduduk yang belum melek huruf pada kelompok ini masih didominasi oleh kaum perempuan.

80,21 80,84 81,82 84,21 84,48 95,00 95,20 95,40 95,60 95,80 95,00 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Gambar 1.

Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Yang Melek Huruf Tahun 2009 - 2013

(14)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 7

Jika target melek huruf dalam RPJMN 2013 (95,40 persen) menjadi acuan, maka kelompok sasaran utama pemberantasan buta aksara di Pamekasan mesti lebih difokuskan pada kelompok usia 40 tahun ke atas yang capaiannya di bawah 95 persen kondisi demikian terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan.

Dibandingkan kabupaten lain di Madura, Kabupaten Pamekasan patut bersyukur mengingat pada tahun 2013 ini memiliki angka melek huruf tertinggi yaitu sebesar 86,36 persen dengan angka buta huruf terendah sebesar 13,64 persen. Angka ini hanya terpaut 5,11 persen poin dengan angka rata-rata Jawa Timur. Sedangkan Kabupaten Sampang merupakan kabupaten dengan angka buta huruf tertinggi di Madura yaitu sebesar 22,27 persen. Demikian juga dengan capaian melek hurufnya yang masih sekitar 77,73 persen.

Tabel 2.

Angka Melek Huruf dan Buta Huruf Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten Di Madura Tahun 2013

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Hal yang membanggakan ini tak lepas dari kerjasama dan partisipasi semua pihak di Pamekasan dalam menyukseskan salah satu predikat Pamekasan sebagai kota

Kabupaten

Angka Melek Huruf Angka Buta Huruf

L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Bangkalan 90,37 78,76 84,22 9,63 21,24 15,78 Sampang 87,00 69,09 77,73 13,00 30,91 22,27 Pamekasan 91,49 81,59 86,36 8,51 18,41 13,64 Sumenep 88,52 73,32 80,46 11,48 26,68 19,54 Jawa Timur 95,20 87,88 91,47 4,80 12,12 8,53 2,03 25,46 4,37 52,54 3,23 39,85 0 10 20 30 40 50 60 10-44 45+ Gambar 2.

Persentase Buta Huruf Menurut Kelompok Umur Di Pamekasan Tahun 2013

Laki-laki Perempuan Laki+Perempuan Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

(15)

8 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

pendidikan. Capaian ini tentunya harus terus dijaga dengan semakin mendekatkan program pendidikan dengan semua lapisan masyarakat.

2.1.2. Angka Rata-rata Lama Sekolah

Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Lamanya Sekolah atau Mean Years of Schooling (MYS) adalah sebuah angka yang menunjukkan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai dengan tingkat pendidikan terakhir. Angka rata-rata lama sekolah (MYS) merupakan kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yang diduduki. dan pendidikan yang ditamatkan. Tetapi, jumlah tahun bersekolah ini tidak mengindahkan kasus-kasus tidak naik kelas, putus sekolah yang kemudian melanjutkan kembali, dan masuk sekolah dasar di usia yang terlalu muda atau sebaliknya. Sehingga nilai dari jumlah tahun bersekolah menjadi terlalu tinggi kelebihan estimasi atau bahkan terlalu rendah (underestimate).

MYS bersama dengan angka melek huruf, merupakan salah satu variabel komposit indeks pembangunan manusia (IPM). Rata-rata lama sekolah merupakan gambaran secara sederhana pemenuhan penduduk terhadap akses pendidikan. Keterbandingan besaran rata-rata lama sekolah antar wilayah atau antar waktu, dapat mengetahui perbedaan atau perkembangan tingkat kualitas sumber daya manusia.

Gambar 3.

Rata-rata Lama Sekolah Di Pamekasan 2009-2013 (Tahun)

Berdasarkan rata-rata lama sekolah penduduk usia 10 tahun ke atas di Pamekasan, selama 2009-2013 terjadi peningkatan kualitas penduduk yaitu dari setara kelas 5-6

5,73

6,11

6,32 6,32 6,42

(16)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 9

tingkat sekolah dasar (belum lulus SD) di tahun 2009 meningkat menjadi setara kelas satu pada jenjang pendidikan SLTP di tahun 2013. Walaupun terjadi kenaikan, namun kenaikan tersebut relatif lambat, karena selama tahun 2009 - 2013 hanya terjadi peningkatan sebesar 0,69 persen atau rata-rata hanya terjadi kenaikan 0,14 persen poin per tahunnya. Pembangunan pendidikan di Pamekasan selama ini, membawa dampak peningkatan capaian pendidikan tertinggi penduduk yang memiliki rata-rata lama sekolah setara kelas 1 SLTP. Namun demikian pembangunan di bidang pencerdasan anak bangsa ini masih perlu lebih dipacu akselerasinya, sehingga mampu mencapai target Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam RPJMD 2009-2014 melalui program Wajar Dikdas 12 tahun (setara SLTA).

Walaupun bobot dalam formulasi IPM rata-rata lama sekolah lebih rendah dibandingkan melek huruf, namun dengan melakukan intervensi pada peningkatan rata-rata lama sekolah, tentunya akan memberi pengaruh pada pencapaian melek huruf. Bisa dipastikan wilayah dengan rata-rata lama sekolah yang tinggi, akan memiliki tingkat melek huruf yang tinggi pula.

2.1.3. Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah (APS) merupakan ukuran daya serap sistem pendidikan terhadap penduduk usia sekolah. Angka tersebut memperhitungkan adanya perubahan penduduk terutama usia muda. Ukuran yang banyak digunakan di sektor pendidikan seperti pertumbuhan jumlah murid lebih menunjukkan perubahan jumlah murid yang mampu ditampung di setiap jenjang sekolah. Sehingga, naiknya persentase jumlah murid tidak dapat diartikan sebagai semakin meningkatnya partisipasi sekolah. Kenaikan tersebut dapat pula dipengaruhi oleh semakin besarnya jumlah penduduk usia sekolah yang tidak diimbangi dengan bertambahnya infrastruktur sekolah serta peningkatan akses masuk sekolah sehingga partisipasi sekolah seharusnya tidak berubah atau malah semakin rendah.

Di Indonesia, proporsi penduduk muda semakin menurun akibat semakin rendahnya angka fertilitas. Penurunan ini akan menyebabkan semakin menurunnya jumlah anak-anak yang masuk sekolah dasar. Bila ukuran seperti perubahan jumlah murid digunakan, bisa jadi ditemukan penurunan jumlah murid di sekolah dasar dengan interpretasi terjadi penurunan partisipasi sekolah. Namun, bila menggunakan APS, maka akan ditemukan peningkatan partisipasi di tingkat SD yang disebabkan semakin

(17)

10 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

rendahnya jumlah penduduk usia SD. APS pendidikan dasar adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan 13-15 tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar atau sedang sekolah (SD-SLTP) per 1.000 penduduk usia pendidikan dasar.

Angka partisipasi sekolah di Pamekasan untuk anak usia 7-12 tahun dalam lima tahun terakhir (tahun 2009-2013) menunjukan nilai yang cenderung stabil pada kisaran angka 990 per 1.000 penduduk usia 7-12 tahun. Ini memberikan gambaran bahwa di Pamekasan dalam tiap 1.000 anak usia 7-12 tahun sekitar 10 anak diantaranya sedang tidak bersekolah. Kondisi ini tentunya memprihantinkan, meskipun biaya sekolah sudah dibantu oleh pemerintah melalui proram BOS namun ternyata masih ada anak usia 7-12 tahun yang tidak sekolah.

Tabel 3.

Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Pendidikan Dasar Kabupaten Pamekasan Tahun 2009 – 2013

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 SD/MI (7-12 tahun)

1.1. Usia 7-12 thn sedang sekolah 83.595 85.110 85.330 86.850 88.610 1.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 7-12 tahun 84.439 85.796 86.806 87.825 88.859

1.3. APS SD/MI per 1.000 990 992 983 989 997

2 SMP/MTs (13-15 tahun)

2.1. Jumlah murid usia 13-15 thn 41.861 41.497 42.082 44.633 45.236 2.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 13-15 tahun 46.358 47.102 47.658 48.221 48.788 2.3. APS SMP/MTs per 1.000 903 881 883 926 927

3 Pendidikan Dasar SD/MI-SMP/MTs (7-15 tahun)

3.1. Jumlah murid usia 7-15 thn 125.456 126.606 127.412 131.484 133.846 3.2. Jumlah penduduk kelompok

usia 7-15 tahun 130.797 132.898 134.464 136.046 137.647 3.3. APS Pendidikan Dasar per

1.000 959 953 948 966 972

Sementara itu angka partisipasi sekolah anak usia 13-15 tahun di Pamekasan dalam lima tahun terakhir (tahun 2009-2013) menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat. Pada tahun 2009 APS usia 13-15 tahun sebesar 903 dan terus meningkat hingga pada tahun 2013 menjadi 927 per 1.000 penduduk usia 13 - 15 tahun. Hal ini tentunya menjadi prestasi tersendiri mengingat pada saat ini sedang gencarnya program Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

(18)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 11

wajib belajar 9 tahun. Namun demikian masih perlu diperhatikan mengingat masih ada sekitar 73 anak per 1.000 anak usia 13-15 tahun yang tidak bersekolah.

Tabel 4.

Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten di Madura Tahun 2013

Gabungan APS usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun merupakan gambaran APS Pendidikan Dasar. Dalam lima tahun terakhir APS pendidkan dasar di Pamekasan menunjukkan nilai yang terus meningkat, walupun peningkatannya tidak tinggi. APS Pendidikan Dasar pada tahun 2009 sebesar 959 per 1.000 anak usia 7-15 tahun sedangkan pada tahun 2013 sebesar 972 per 1.000 anak usia 7-15 tahun. Dengan semakin meningkatnya APS pendidikan dasar maka program wajar 9 tahun akan segera tercapai.

Angka partisipasi sekolah pendidikan dasar (usia 7-15 tahun) tahun 2013 setiap kabupaten di Madura semuanya di atas 900 per 1.000. Beberapa kabupaten termasuk Pamekasan angka APS pendidikan dasarnya hampir mencapai 1.000 kondisi ini memberikan gambaran capaian APS untuk pendidikan dasar sudah baik.

2.1.4. Angka Partisipasi Kasar

Salah satu indikator kunci keberhasilan (Key Development Milestones) terhadap pemerataan serta perluasan akses pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) (lihat Renstra Depdiknas 2006-2010). Wujud pemerataan dan perluasan akses pendidikan dilakukan dengan cara memperluas daya tampung satuan pendidikan, memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang berbeda secara sosial, ekonomi, gender, geografis wilayah, dan tingkat kemampuan fisik serta intelektual. Kondisi ini dapat tercermin dari APK untuk setiap jenjang pendidikan.

APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA sederajat dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun (7-12 untuk SD sederajat, 13-15 untuk SLTP sederajat dan 16-18 untuk SLTA sederajat), berapapun

No. Kabupaten

SD/MI Usia 7-12 Thn SMP/MTs Usia 13-15 Thn Pendidikan Dasar 7-15 Thn L P L+P L P L+P L P L+P (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Kab. Bangkalan 98,79 97,21 98,01 83,77 80,90 82,46 91,28 89,06 90,17 2 Kab. Sampang 96,99 100 98,34 88,46 88,39 88,42 92,73 94,20 93,46 3 Kab. Pamekasan 99,46 100 99,72 93,53 91,51 92.72 96,50 95,76 97,22 4 Kab. Sumenep 98,05 98,92 98,50 95,33 86,69 90,95 96,69 92,81 94,84 Provinsi 98,85 99,28 99,06 92,01 93,79 92,87 95,43 96,54 95,98 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

(19)

12 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

usianya yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan.

Sasaran Nasional APK tahun 2013, terdapat dalam dokumen Rencana Strategis Kementerian Pendidikan Nasional 2010-2014. Sasaran APK SD (termasuk SDLB, MI, dan Paket A) sebesar 118,2 persen, SLTP/MTs/Paket B sebesar 103,90 persen, dan SLTA/SMK/MA/Paket C sebesar 79,0 persen.

Besaran APK SD di Pamekasan tahun 2013 adalah 106,07 persen, meningkat 0,36 persen bila dibandingkan dengan tahun 2012 (105,71 persen). Bila APK SD dalam Renstra Kemendiknas 2010-2014 digunakan sebagai dasar rujukan, maka capaian APK SD Pamekasan tahun 2013 belum mencapai sasaran dan terpaut sebesar 12,13 persen. Begitu halnya dengan APK SLTP, karena besarnya capaian APK SLTP Pamekasan tahun 2013 sebesar 96,49 persen masih terpaut 7,41 persen dengan Renstra Kemendiknas 2010-2014. Sementara untuk APK SLTA di Pamekasan tahun 2013 sebesar 55,96 persen, berada di bawah sasaran APK SLTA tahun 2013 dalam Renstra Kemendiknas 2010-2014 (terpaut 23,04 persen).

Berdasarkan data APK di Pamekasan tahun 2013, menunjukkan bahwa terdapat kaitan yang erat antara capaian APK pendidikan pada jenjang tertentu dengan jenjang di

104,97 108,78 102,19 105,71 106,07 91,68 88,58 96,05 100,25 96,49 62,34 59,19 53,55 65,08 55,96 0 20 40 60 80 100 120 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 4.

APK SD, SLTP, dan SLTA Pamekasan 2009-2013

APK SD APK SLTP APK SLTA

(20)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 13

atasnya. Dari hasil analisis ini dapat disimpulkan bahwa untuk mencapai peningkatan APK pada jenjang yang lebih tinggi, harus dimulai dengan program lebih nyata untuk peningkatan APK pada jenjang di bawahnya terlebih dahulu.

Tabel 5.

Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Di Pamekasan 2009-2013

No. Jenjang Pendidikan 2009 2010 2011 2012 2013

1 SD sederajat

1.1. Jumlah siswa yang bersekolah di

jenjang pendidikan SD/MI 77.225 93.329 88.707 92.840 94.253 1.2. Jumlah penduduk kelompok usia

7-12 tahun 73.569 85.796 86.806 87.825 88.859 1.3. APK SD/MI 104,97 108,78 102,19 105,71 106,07 2 SMP sederajat

2.1. Jumlah siswa yang bersekolah di

jenjang pendidikan SMP/MTs 36.864 41.723 45.776 48.342 47.076 2.2. Jumlah penduduk kelompok usia

13-15 tahun 40.209 47.102 47.658 48.221 48.788 2.3. APK SMP/MTs 91,68 88,58 96,05 100,25 96,49 3 SLTA sederajat

3.1.

Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan

SMA/MA/SMK

26.602 28.067 25.693 31.590 27.484

3.2. Jumlah penduduk kelompok usia

16-18 tahun 42.673 47.420 47.981 48.541 49.113 3.3. APK SMA/MA/SMK 62,34 59,19 53,55 65,08 55,96 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Sejak tahun 2009 hingga tahun 2013, APK SD di Pamekasan selalu di atas 100 persen. Kondisi ini memberikan gambaran bahwa banyak anak yang sekolah SD dengan umur di luar 7-12 tahun, dan diduga masih kurang dari 7 tahun. Tidak demikian dengan APK SLTP yang masih di bawah angka 100 persen kecuali pada tahun 2012 angkanya sempat mencapai 100 persen selama 2009-2013. Ini menunjukkan bahwa tidak semua lulusan SD melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SLTP. Hal yang menggembirakan, APK SLTP di Pamekasan pada tahun 2013 sudah di atas 95 persen, artinya hampir sebagian besar lulusan SD di Pamekasan bisa melanjutkan pendidikannya ke SLTP. Sementara APK SLTA cenderung lebih rendah, hal ini diduga banyak anak tamatan SLTP yang tidak melanjutkan ke jenjang SLTA. Tentunya banyak faktor yang menyebabkan kondisi tersebut yang perlu dicarikan solusinya guna lebih mendongkrak kualitas SDM di Pamekasan melalui pendidikan.

(21)

14 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

Capaian APK di Pamekasan untuk sekolah setingkat SD sepanjang tahun 2009-2013 tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 108,78 persen dan yang terendah pada tahun 2011 sebesar 102,19 persen. Untuk APK SMP tertinggi pada tahun 2012 sebesar 100,25 persen dan terendah pada tahun 2010 sebesar 88,58 persen. Sedangkan APK sekolah setingkat SMA yang tertinggi pada tahun 2012 sebesar 65,08 persen dan terendah terjadi pada tahun 2011 sebesar 53,55 persen.

Tabel 6.

Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Jenis Kelamin Di Pamekasan Tahun 2012-2013

No. Jenis Kelamin

APK SD (7-12 Thn) APK SLTP (13-15 Thn) APK SLTA (16-18 Th)

2012 2013 2012 2013 2012 2013

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

1. Laki-laki 105,43 104,51 96,71 93,06 77,05 68,62

2. Perempuan 105,97 107,74 104,59 101,65 53,46 42,98

APK Kabupaten 105,71 106,07 100,25 96,49 65,08 55,96 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Dari tabel di atas tampak bahwa perkembangan APK semua tingkatan mengalami fluktuasi antara tahun 2012 dan 2013. Namun jika diperhatikan dari sisi gender APK perempuan cenderung lebih rendah dibandingkan dengan kaum laki-laki seiring meningkatnya jenjang pendidikannya. Ini menunjukkan bahwa kaum perempuan usia 7-18 tahun di Pamekasan masih ada yang kurang mementingkan pendidikan buktinya semakin tinggi jenjang pendidikan, APK perempuan semakin lebih rendah dari laki-laki.

2.1.5. Angka Partisipasi Murni

Angka Partisipasi Murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. APM di suatu jenjang pendidikan didapat dengan membagi jumlah siswa atau penduduk usia sekolah yang sedang bersekolah dengan jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang sekolah tersebut. Seperti APK, APM juga merupakan indikator daya serap penduduk usia sekolah di setiap jenjang pendidikan. APM juga merupakan salah satu indikator tonggak kunci keberhasilan (Key Development Milestones) terhadap pemerataan serta perluasan akses pendidikan (Renstra Kemdiknas2010-2014). Sasaran APM di untuk SD ditetapkan sebesar 95,70 persen, SLTP sebesar 75,40 persen.

(22)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 15

Secara umum dalam lima tahun terakhir 2009-2013, terjadi peningkatan APM di Pamekasan untuk semua jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan SD, angka APM berfluktuasi pada tahun 2010 hingga 2012 mengalami penurunan, namun sejak tahun 2012 hingga tahun 2013 menunjukkan peningkatan. Sementara APM SLTP Pamekasan

antara tahun 2009-2013 juga menunjukan tren yang membentuk gelombang/gergaji. Pada tahun 2010 dan 2012 mengalami peningkatan mulai 71,69 persen pada tahun 2009 meningkat menjadi 77,48 persen pada tahun 2010. Selanjutnya turun menjadi 70,60 persen pada tahun 2011. Namun pada tahun 2012 meningkat kembali menjadi 77,90 persen dan akhirnya turun menjadi 76,60 persen pada tahun 2013. Demikian halnya untuk jenjang pendidikan SLTA, capaian APM Pamekasan tahun 2013 sebesar 49,18 persen, menurun 0,65 persen, bila dibandingkan APM tahun 2009 yang mencapai 49,73 persen.

Capaian APM Pamekasan jika diukur dengan sasaran Renstra Kemendiknas untuk SD hanya terpaut -0,08 persen, sedangkan untuk SLTP telah melampui sebesar 1,20 persen.

Tabel 8.

Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/PAKET A, SMP/MTs/PAKET B dan SMA/SMK/PAKET C Menurut Jenis Kelamin di Pamekasan Tahun 2012-2013

No Jenis Kelamin APM SD/MI/ Paket A APM SMP/MTs/ Paket B APM SMA/SMK/ Paket C 2012 2013 2012 2013 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Laki-laki 92,73 95,92 77,76 81,41 60,29 58,32 2. Perempuan 92,68 95,31 78,08 69,37 43,03 39,81 Kabupaten Pamekasan 92,70 95,62 77,90 76,60 51,54 49,18

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi dan BPS Provinsi Jawa Timur Tabel 7.

APM SD, SLTP, dan SLTA Pamekasan 2009-2013 dan Sasaran APM dalam Renstra Depdiknas (Persen)

Tahun SD SLTP SLTA (1) (2) (3) (4) 2009 95,13 71,69 49,73 2010 96,67 77,48 47,36 2011 93,28 70,60 43,74 2012 92,70 77,90 51,54 2013 95,62 76,60 49,18

(23)

16 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

Menarik jika APM ini dilihat dari sisi jenis kelamin. Hampir di semua jenjang pendidikan pada periode 2012-2013 APM laki-laki lebih tinggi dari pada kaum perempuan. Padahal dari sisi kuantitas kaum perempuan di Pamekasan lebih banyak dari laki-lakinya. Berdasarkan tabel di atas, tampak bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan maka perbedaan APM perempauan akan semakin besar jika dibandingkan dengan APM laki-laki. Ini menunjukkan bahwa minat kaum hawa dalam hal pendidikan lebih rendah dari kaum adam. Hal ini diduga dipengaruhi oleh masih adanya anggapan di masyarakat Pamekasan, untuk apa perempuan sekolah tinggi-tinggi toh akhirnya nanti akan ke dapur juga.

2.1.6. Angka Pendidikan Yang Ditamatkan

Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APT) adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah. APT bermanfaat untuk menunjukkan pencapaian pembangunan pendidikan di suatu daerah, juga berguna untuk melakukan perencanaan penawaran tenaga kerja, terutama untuk melihat kualifikasi pendidikan angkatan kerja di suatu wilayah. APT merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi, menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan.

Gambar 5.

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Usia 10 Tahun Keatas di Pamekasan, Tahun 2013

Tdk/Belum Sekolah; 14,71 Tidak Tamat SD; 20,35 Tamat SD Sederajat; 33,16 Tamat SLTP; 12,88 Tamat SLTA; 12,53 Tamat SMK Sederajat; 2,32 Tamat PT; 4,04

(24)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 17

Penduduk usia 10 tahun ke atas di Pamekasan tahun 2013 sebagian besar tamatan SD yaitu sebesar 33,16 persen dan yang menamatkan perguruan tinggi hanya sebesar 4,04 persen saja. Yang menjadi perhatian di sini adalah yang tidak punya ijazah sebesar 35,06 persen (tidak/belum sekolah dan tidak tamat SD), jadi sekitar lebih dari seperempat penduduk Pamekasan usia 10 tahun ke atas tidak memiliki ijazah. Tentunya hal ini menjadi perhatian yang serius untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada.

Tabel 9.

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Penduduk Umur 10 Tahun Ke Atas di Pamekasan Tahun 2009-2013 Uraian 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Laki-laki Tidak/belum Sekolah 11,90 11,46 9,38 7,93 9,69 Tidak Tamat SD 26,98 19,98 22,85 21,82 20,15 SD 30,27 34,31 31,86 35,22 32,36 SLTP 12,19 14,12 14,84 15,58 14,33 SMU 12,16 11,81 14,16 12,92 15,92 SMK 2,51 2,86 2,67 2,39 2,78 PT 3,99 5,45 4,23 4,12 4,76 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 N (jiwa) 317.702 321.915 325.911 329.917 333.981 Perempuan Tidak/belum Sekolah 22,83 22,67 22,11 18,44 19,38 Tidak Tamat SD 27,26 20,14 20,92 23,89 20,53 SD 27,07 34,18 32,03 33,51 33,91 SLTP 11,58 11,35 13,36 12,71 11,53 SMU 6,45 6,84 7,74 8,25 9,38 SMK 1,73 1,37 0,76 0,92 1,90 PT 3,08 3,45 3,08 2,27 3,37 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 N (jiwa) 337.790 347.536 351.529 355.569 359.667 Laki-laki + Perempuan Tidak/belum Sekolah 17,76 17,27 16,00 13,38 14,71 Tidak Tamat SD 27,13 20,06 21,84 22,89 20,35 SD 28,55 34,24 31,95 34,34 33,16 SLTP 11,86 12,69 14,07 14,10 12,88 SMU 9,10 9,23 10,82 10,50 12,53 SMK 2,09 2,09 1,68 1,63 2,32 PT 3,50 4,41 3,64 3,16 4,04 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 N (jiwa) 655.492 669.451 677.440 685.486 693.648

(25)

18 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

Perkembangan penduduk usia 10 tahun ke atas yang sudah menyelesaikan pendidikan SLTP ke atas tiap tahun terus mengalami peningkatan, pada tahun 2009 yang menamatkan pendidikan SLTP keatas sebesar 11,86 persen, meningkat menjadi 12,88 persen pada tahun 2013. Tamat SLTA/SMK sebesar 11,19 persen pada tahun 2009 menjadi 14,85 persen pada tahun 2013. Begitu pula untuk jenjang Perguruan Tinggi, pada tahun 2009 sebesar 3,50 persen menjadi 4,04 persen pada tahun 2013. Kondisi yang cukup baik ini diiringi pula oleh menurunnya persentase penduduk yang tidak punya ijazah, yaitu pada tahun 2009 penduduk yang tidak punya ijazah sebesar 44,89 persen menjadi 35,06 persen pada tahun 2013.

Bila dilihat per Kabupaten di Madura, Kabupaten Pamekasan merupakan daerah yang mempunyai persentase tertinggi penduduk yang berijazah perguruan tinggi (4,04 persen) dibandingkan kabupaten lainnya dan hanya terpaut 0,95 persen poin dengan angka rata-rata Jawa Timur. Sedangkan Kabupaten Sampang merupakan daerah yang mempunyai persentase tertinggi penduduk yang belum sekolah/tidak tamat SD (35,58 persen).

Walaupun jumlah penduduk Kabupaten Pamekasan paling sedikit dibandingkan kabupaten lain di Madura namun capaian pendidikan di Kabupaten ini termasuk relatif paling baik di antara tiga kabupaten yang ada di Pulau Garam. Tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk akan sangat berpengaruh terhadap angka IPM, karena akan mempengaruhi rata-rata lama sekolah yang merupakan komponen penyusun IPM.

Tabel 10.

Persentase Penduduk Usia 10 tahun Ke Atas Berdasar Ijazah Yang Dimiliki Menurut Kabupaten Di Madura Tahun 2013

No. Kabupaten Tdk/blm sekolah Tidak tamat SD SD SLTP SMU SMK PT Jumlah Penduduk (000) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) 1 Kab. Bangkalan 18,86 21,97 38,19 9,49 8,20 0,57 3,02 937,5 2 Kab. Sampang 24,78 30,80 28,51 8,69 5,10 0,23 1,89 913,5 3 Kab. Pamekasan 14,71 20,35 33,16 12,88 12,53 2,32 4,04 827,4 4 Kab. Sumenep 21,92 23,66 28,95 12,69 9,03 0,85 2,89 1.061,2

Provinsi Jawa Timur 7,63 20,53 29,87 17,69 13,71 5,57 4,99 38.363,2 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

(26)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 19

2.2. Kesehatan

Beberapa indikator yang digunakan untuk mengambarkan kondisi kesehatan masyarakat antara lain angka kelangsungan hidup bayi (AKHB), angka harapan hidup, peserta Keluarga Berencana Aktif dan persentase balita bergizi buruk.

2.2.1. Angka Kelangsungan Hidup Bayi

Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu daerah, terutama di sektor kesehatan. AKHB merupakan cermin ukuran dari angka kematian bayi yang dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 1 tahun dengan jumlah kelahiran hidup pada suatu tahun tertentu. Secara matematis AKHB = (1 - angka kematian bayi). Angka kematian bayi merupakan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama.

Tabel 11.

Angka Kematian Bayi (AKB) dan Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Di Pamekasan Tahun 2009 – 2013

No. Indikator 2009 2010 2011 2012 2013

1. Angka Kematian Bayi (AKB) 56,24 53,72 51,66 50,69 48,40

2. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) 943,76 946,28 948,34 949,31 951,60

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Angka kelangsungan hidup bayi dilihat dari data kematian per 1000 kelahiran hidup sekitar 952 pada tahun 2013. Data tersebut memberikan makna bahwa dari 1000 kelahiran hidup terdapat 952 bayi yang mencapai usia 1 tahun. Sementara angka kematian bayi pada tahun 2013 semakin menurun menjadi 48,40 per 1000 kelahiran hidup atau 4,8 persen pada tahun 2013. Dengan demikian angka kelangsungan hidup bayi berbanding terbalik dengan angka kematian bayi. Semakin rendah angka kematian bayi, maka semakin besar peluang kelangsungan hidup bayi.

Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu dari 4 kabupaten di Madura penyumbang hampir 50 persen dari total angka kematian bayi. Sebaran angka kelangsungan hidup bayi per kabupaten di Pulau Madura menunjukkan bahwa angka kelangsungan hidup terendah adalah Kabupaten Bangkalan. Jika dikaitkan dengan persentase penolong kelahiran oleh tenaga medis, nampaknya tidak selalu memberikan dampak positif terhadap angka kelangsungan hidup bayi.

(27)

20 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 Tabel 12.

Angka Kematian Bayi dan Persentase Ibu Bersalin Ditolong Tenaga Medis Menurut Kabupaten Di Madura Tahun 2009-2013

Kabupaten Angka Kematian Bayi Penolong Kelahiran Oleh Medis 2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) Kab. Bangkalan 56,91 55,69 54,22 54,56 53,21 55,34 48,43 66,87 73,71 78,36 Kab. Sampang 62,59 58,92 55,11 54,48 50,74 51,87 46,98 55,01 66,39 63,22 Kab. Pamekasan 56,24 53,72 51,66 50,69 48,40 68,38 75,70 85,68 84,57 84,33 Kab. Sumenep 50,95 49,85 48,47 48,42 47,18 61,34 55,98 65,18 72,99 70,51 Jawa Timur 31,41 29,99 29,24 28,31 27,69 86,34 88,78 90,70 93,13 93,95

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur 2.2.2. Angka Harapan Hidup

Keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan sosial ekonomi pada umumnya dapat dilihat dari peningkatan usia harapan hidup penduduk dari suatu wilayah. Meningkatnya perawatan kesehatan melalui Puskesmas, meningkatnya daya beli masyarakat akan meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan, mampu memenuhi kebutuhan gizi dan kalori, mampu mempunyai pendidikan yang lebih baik sehingga memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang memadai, yang pada gilirannya akan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memperpanjang usia harapan hidupnya

Definisi Angka Harapan Hidup (AHH) pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya. Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup rata-rata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Angka Harapan Hidup merupakan alat untuk mengevaluasi kinerja pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk pada umumnya, dan meningkatkan derajat kesehatan pada khususnya. Angka Harapan Hidup yang rendah di suatu daerah harus diikuti dengan program pembangunan kesehatan, dan program sosial lainnya termasuk kesehatan lingkungan, kecukupan gizi dan kalori termasuk program pemberantasan kemiskinan.

Idealnya Angka Harapan Hidup dihitung berdasarkan Angka Kematian Menurut Umur (Age Specific Death Rate/ASDR) yang datanya diperoleh dari catatan registrasi kematian secara bertahun-tahun sehingga dimungkinkan dibuat Tabel Kematian. Tetapi

(28)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 21

karena sistem registrasi penduduk di Indonesia belum berjalan dengan baik maka untuk menghitung Angka Harapan Hidup digunakan cara tidak langsung dengan program Mortpak Lite.

Dari hasil penghitungan yang dilakukan oleh BPS RI dengan metode tidak langsung, rata-rata AHH di Pamekasan selama 5 tahun terakhir (2009-2013) menunjukkan trend meningkat yaitu dari 63,59 di tahun 2009 menjadi 65,05 pada tahun 2013.

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Secara umum kabupaten-kabupaten di wilayah Madura memiliki usia harapan hidup yang lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata Provinsi Jawa Timur. AHH pada wilayah Madura pada tahun 2013 berkisar pada angka 63 hingga 65 tahun sedangkan angka rata-rata Provinsi Jawa Timur sudah mencapai 70 tahun. Wilayah yang memiliki usia harapan hidup yang relatif tinggi adalah Kabupaten Sumenep dan Kabupaten Pamekasan dengan AHH sudah di atas 65 tahun.

Tabel 13.

Angka Harapan Hidup Menurut Kabupaten di Madura Tahun 2009-2013

No. Kabupaten 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Kab. Bangkalan 63,16 63,32 63,48 63,64 63,81 2 Kab. Sampang 62,34 63,00 63,49 63,66 64,39 3 Kab. Pamekasan 63,59 63,99 64,39 64,56 65,05 4 Kab. Sumenep 64,53 64,71 64,89 65,10 65,25

Provinsi Jawa Timur 69,15 69,60 69,81 70,09 70,23

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur 58,00 60,00 62,00 64,00 66,00 68,00 70,00 72,00 2009 2010 2011 2012 2013 Gambar 6.

Angka Harapan Hidup Penduduk Menurut Kabupaten di Madura Tahun 2009-2013

Bangkalan Sampang Pamekasan

(29)

22 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

Secara posisi AHH penduduk Pamekasan di Pulau Madura relatif lebih baik dari pada AHH Kabupaten Bangkalan dan Kabupaten Sampang namun masih lebih rendah dari pada AHH Kabupaten Sumenep. Pada tahun 2013 AHH Kabupaten Pamekasan hanya terpaut 0,20 poin dengan AHH Kabupaten Sumenep. Artinya derajat kehidupan masyarakat Pamekasan secara umum lebih cepat membaik sehingga berpengaruh pada meningkatnya AHH secara signifikan.

2.2.3. Peserta KB Aktif

Dilihat dari persentase pasangan usia subur yang menjadi akseptor KB dalam tiga tahun terakhir terus meningkat dari 75,14 persen di tahun 2010 menjadi 81,64 persen pada tahun 2013. Sedangkan dari persentase KB aktif dalam tiga tahun terakhir berkisar pada angka 60 persen. Di sisi lain masih terdapat pasangan usia subur di Pamekasan yang tidak pernah ikut KB namun jumlahnya terus menurun dari 24,86 persen pada tahun 2010 turun menjadi 23,54 persen pada tahun 2011, turun kembali menjadi 22 persen pada tahun 2012 dan tahun 2013 tinggal 18,35 persen.

Tabel 14

Persentase PUS Menurut Penggunaan Cara/Alat KB Dan Kabupaten Di Madura Tahun 2013 2.2.4. 2.2.5. 2.2.6. 2.2.7. 2.2.8. 2.2.9. 2.2.10. 2.2.11. 2.2.12. 2.2.13. 2.2.14.

Sumber: BPS Provinsi Jawa Timur

Kalau dilihat Pasangan Usia Subur menurut kabupaten di Madura berdasarkan penggunaan alat/cara KB, pada tahun 2013 Kabupaten Bangkalan merupakan kabupaten tertinggi yang PUS nya tidak pernah menggunakan KB yaitu mencapai 37,29 persen. PUS yang sedang menggunakan KB/akseptor KB aktif tertinggi dicapai oleh Kabupaten Pamekasan yaitu sebesar 59,35 persen sedangkan Kabupaten Bangkalan akseptor KB aktifnya terendah yaitu sebesar 44,30 persen. Dilihat berdasarkan akseptor KB secara keseluruhan di Madura, Kabupaten Pamekasan berada di urutan tertinggi yaitu mencapai

No. Kabupaten Penggunaan Alat/Cara KB Sedang Menggunakan Tidak Menggunakan Tidak Pernah Menggunakan Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Kab. Bangkalan 44,30 18,41 37,29 100 2 Kab. Sampang 52,99 27,18 19,84 100 3 Kab. Pamekasan 59,35 22,29 18,35 100 4 Kab. Sumenep 45,55 20,43 34,02 100

(30)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 23

81,64 persen. Sedangkan Kabupaten Bangkalan memiliki akseptor KB terendah yaitu sebesar 62,71 persen.

2.2.4. Persentase Balita Gizi Buruk

Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Kondisi ini dilihat dari keadaan tubuh anak atau bayi berdasarkan berat badan menurut umur. Gizi buruk adalah bentuk terparah dari proses terjadinya kekurangan gizi menahun. Status gizi balita secara sederhana dapat diketahui dengan membandingkan antara berat badan menurut umur maupun menurut panjang badannya dengan rujukan (standar) yang telah ditetapkan. Apabila berat badan menurut umur sesuai dengan standar, anak disebut gizi baik. Kalau sedikit di bawah standar disebut gizi kurang. Apabila jauh di bawah standar dikatakan gizi buruk. WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu :

a. rendah = jika gizi kurang di bawah 10 % b. sedang = jika gizi kurang 10-19 % c. tinggi = jika gizi kurang 20-29 %

d. sangat tinggi = jika gizi kurang 30 % atau lebih

Tabel 15.

Persentase Status Gizi Balita Menurut Kabupaten Di Madura Tahun 2013

NO KABUPATEN GIZI BURUK GIZI

KURANG GIZI BAIK GIZI LEBIH JUMLAH

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 Kab. Bangkalan 3,61 27,71 63,86 4,82 100,00 2 Kab. Sampang 0,00 25,32 72,15 2,53 100,00 3 Kab. Pamekasan 0,00 15,00 85,00 0,00 100,00 4 Kab. Sumenep 8,64 23,46 64,20 3,70 100,00

Provinsi Jawa Timur 3,56 15,41 76,39 4,64 100,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur, Survei Prevalensi Gizi Balita 2013

Berdasarkan hasil Survei Prevalensi Gizi Balita tahun 2013 Kabupaten Pamekasan merupakan wilayah yang tertinggi persentase gizi baiknya di antara kabupaten lain di Madura yaitu sebesar 85 persen dan gizi kurangnya hanya sekitar 15 persen. Hal ini dimungkinkan oleh banyaknya program-program pro kesehatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Pamekasan sejalan dengan adanya pencanangan Rencana Aksi

(31)

24 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) tahun 2011-2015 oleh Pemprov Jawa Timur yang sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang berkeadilan yang terfokus pada penurunan kemiskinan dan kelaparan.

2.3. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Tenaga kerja adalah jumlah seluruh penduduk dalam usia kerja (15 tahun ke atas) dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa, jika ada permintaan terhadap tenaga mereka dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktifitas tersebut.

Tabel 16.

Indikator Ketenagakerjaan Kabupaten Pamekasan 2009-2013

Uraian 2009 2010 2011 2012 2013

(1) (3) (4) (5) (6) (7)

Jumlah Penduduk Usia Kerja (15 + Tahun ) 611.982 586.242 571.261 592.081 605.065 Angkatan Kerja 469.266 438.054 399.523 458.729 472.651 - Bekerja 459.019 422.583 387.964 448.177 462.290 - Pengangguran 10.247 15.471 11.559 10.552 10.361 Bukan Angkatan Kerja 142.716 148.188 171.738 133.352 132.414

- Sekolah 38.528 46.060 47.315 52.628 53.626

- Mengurus Rumah Tangga 77.970 74.736 105.949 59.762 55.918

- Lainnya 26.218 27.392 18.474 20.962 22.870

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 76,68 74,72 69,94 77,48 78,12 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 2,18 3,53 2,89 2,30 2,19 Tingkat Kesempatan Kerja 97,82 96,47 97,11 97,70 97,81

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan publikasi ILO (International Labour Organization), penduduk dapat dikelompokkan menjadi tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja dikatakan juga sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk usia 15 tahun atau lebih, seiring dengan program wajib belajar 9 tahun. Selanjutnya, tenaga kerja dibedakan menjadi: angkatan kerja dan bukan angkatan kerja (penduduk yang sebagian besar kegiatannya adalah bersekolah, mengurus rumah tangga, atau kegiatan lainnya selain bekerja). Angkatan kerja merupakan bagian penduduk yang sedang bekerja dan siap masuk pasar kerja, atau dapat dikatakan sebagai pekerja dan merupakan potensi penduduk yang akan masuk

(32)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 25

pasar kerja. Sedangkan, bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja ataupun mencari kerja.

2.3.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Angka yang sering digunakan untuk menyatakan jumlah angkatan kerja adalah TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja), yang merupakan rasio antara jumlah angkatan kerja dan jumlah tenaga kerja. TPAK dapat juga disebut sebagai indikator ekonomi dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itu makin tinggi angka TPAK suatu wilayah, mencerminkan semakin baik tingkat ekonomi masyarakatnya.

Berdasarkan data BPS Agustus 2013 (hasil Sakernas 2013), jumlah Penduduk Usia Kerja (penduduk 15 tahun ke atas) sebanyak 605.065 orang. Dari jumlah Penduduk Usia Kerja tersebut, angkatan kerjanya sebesar 78,12%. TPAK sebesar 78,12 % artinya dari 100 orang penduduk usia kerja, 78 orang diantaranya adalah angkatan kerja. Secara umum angka TPAK di Pamekasan sejak 5 tahun terakhir (tahun 2009 hingga tahun 2013) menunjukkan kecenderungan meningkat.

2.3.2. Rasio Penduduk Yang Bekerja

Gambaran situasi ketenagakerjaan secara nasional dapat diperoleh dari Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang dilaksanakan secara triwulanan sejak tahun 2011. Data ketenagakerjaan per triwulan pada umumnya dapat menjelaskan kondisi ketenagakerjaan yang bersifat musiman. Hal ini dikarenakan sebagian besar tenaga kerja di Pamekasan khususnya dan Indonesia pada umumnya masih bertumpu pada sektor Pertanian yang banyak dipengaruhi oleh perubahan iklim.

Pada triwulan ketiga 2013, situasi ketenagakerjaan di Pamekasan masih relatif membaik meskipun hubungan industrial antara pengusaha dan buruh belum harmonis, terutama dengan adanya tuntutan buruh yang terkait dengan penentuan upah minimum kabupaten (UMK), upah minimum sektoral (UMS) dan penghapusan sistem outsourching. Jumlah pekerja di Pamekasan pada Agustus 2013 tercatat sebanyak 462.290 orang atau meningkat 14.113 orang dibandingkan Agustus 2012. Sementara jumlah angkatan kerja di Pamekasan mengalami peningkatan 13.922 orang yaitu dari 458.729 orang tahun 2012 menjadi 472.651 orang pada tahun 2013. Dengan demikian peningkatan jumlah pekerja menjadi tidak begitu signifikan jika dibandingkan dengan peningkatan jumlah angkatan kerja. Hal ini dapat menggambarkan bahwa kompetisi di antara angkatan kerja semakin ketat.

(33)

26 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 Gambar 7.

Perkembangan Jumlah Angkatan Kerja dan dan Pekerja di Pamekasan Tahun 2009-2013 (Ribuan Orang)

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing.

Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Rasio penduduk yang bekerja pada tahun 2013 sebesar 97,81 persen yang berarti bahwa dari 100 orang jumlah angkatan kerja, terdapat 98 orang diantaranya terserap dalam lapangan pekerjaan yang tersedia. Jumlah tersebut mengalami peningkatan 0,11 persen poin dibandingkan tahun 2012.

2.3.3. Tingkat Pengangguran dan Kesempatan Kerja

Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 tahun ke atas) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Sedangkan pengangguran terbuka adalah mereka yang tidak mau bekerja karena mengharapkan pekerjaan yang

469,3 438,1 399,5 458,7 472,7 459,0 422,6 388,0 448,2 462,3 0,00 50,00 100,00 150,00 200,00 250,00 300,00 350,00 400,00 450,00 500,00 2009 2010 2011 2012 2013 Pekerja AK

(34)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 27

lebih baik (penganggur sukarela) maupun secara terpaksa mereka yang mau bekerja tetapi tidak memperoleh pekerjaan.

Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2013 yang diakukan oleh BPS Provinsi Jawa Timur, jumlah Angkatan Kerja di Pamekasan pada tahun 2013 mencapai sebanyak 472.651 orang atau bertambah sebesar 13.922 orang dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja tahun 2012 sebesar 458.729 orang.

Dari angkatan kerja, yang terserap dalam lapangan kerja sekitar 97,81 persen atau 462.290. Sementara pencari kerja yang tidak/belum terserap di pasar kerja atau Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 2,19 persen atau 10.361 orang pada tahun 2013, relatif lebih baik dibandingkan kondisi tahun 2012 yang mencapai 2,30 persen atau 10.552 orang. Penurunan TPT ini mengindikasikan bahwa pelaksanaan beberapa kebijakan dan program Pemerintah Kabupaten Pamekasan tahun 2013 mampu menekan meningkatnya jumlah penganggur bahkan menyerap angka pengangguran di Pamekasan.

Tingkat pengangguran terbuka (TPT) menurut kabupaten di Madura pada tahun 2013 berkisar antara 2,19 – 6,84 persen. TPT terendah terdapat pada Kabupaten Pamekasan (2,19 persen) dan tertinggi terdapat pada Kabupaten Bangkalan (6,84 persen). Angka TPT pada Kabupaten Pamekasan dan Kabupaten Sumenep berada di bawah rata-rata angka TPT Jawa Timur (4,33 persen).

Tabel 17.

Tingkat Pengannguran Terbuka Mnurut Kabupaten Di Madura Tahun 2013

Kabupaten 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kab. Bangkalan 5,01 5,79 3,91 5,32 6,84 Kab. Sampang 1,70 1,77 3,91 1,78 4,74 Kab. Pamekasan 2,18 3,53 2,89 2,30 2,19 Kab. Sumenep 2,27 1,89 3,71 1,19 2,55

Provinsi Jawa Timur 5,08 4,25 4,16 4,12 4,33

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

2.3.4. Partisipasi Angkatan Kerja Perempuan

Pada umumnya perempuan mempunyai peran ganda, yaitu selain aktif dalam kegiatan ekonomi juga berperan mengasuh anak-anak mereka. Oleh karena itu aktifitasnya dalam kegiatan ekonomi menjadi tidak penuh dibandingkan laki-laki yang kodratnya sebagai kepala keluarga berkewajiban mencari nafkah untuk keluarganya.

(35)

28 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

Seberapa besar peran perempuan dalam kegiatan ekonomi dapat dilihat dari besaran angka partisipasi angkatan kerja perempuan, yang merupakan persentase jumlah partisipasi angkatan kerja perempuan terhadap jumlah angkatan kerja perempuan.

Tabel 18.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Menurut Jenis Kelamin Tiap Kabupaten di Madura Tahun 2013

No. Kabupaten Laki-laki Perempuan Laki-laki dan

Perempuan (1) (2) (3) (4) (5) 1 Kab. Bangkalan 85,05 58,25 70,66 2 Kab. Sampang 87,00 59,06 72,37 3 Kab. Pamekasan 83,93 72,80 78,12 4 Kab. Sumenep 82,06 70,12 75,68

Provinsi Jawa Timur 85,02 55,56 69,92

Sumber: BPS Jawa Timur

Pada tahun 2013 (Hasil Sakernas, 2013), angka TPAK perempuan sebesar 72,80 yang berarti dari 100 penduduk usia kerja terdapat sekitar 73 orang aktif dalam kegiatan ekonomi (bekerja dan pencari kerja). Angka TPAK perempuan Pamekasan paling tinggi di wilayah Madura bahkan jauh di atas angka rata-rata Jawa Timur. Ini menunjukkan perempuan Pamekasan cukup banyak mengambil peran dalam membantu ekonomi keluarga. Dari tahun ke tahun angka TPAK perempuan mengalami peningkatan, sejalan dengan perkembangan teknologi dan pendidikan, di mana perempuan dapat mengoptimalkan perannya sehigga lebih produktif dan bermanfaat bagi keluarga dan lingkungannya.

2.4. Perumahan

2.4.1. Rumah Tangga Pengguna Air Bersih

Ketersediaan air bersih di rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menjadi sangat penting karena berdampak terhadap tingkat kesehatan. Semakin tinggi persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih, semakin baik kondisi kesehatan rumah tangga di daerah tersebut. Oleh sebab itu air yang diperlukan rumah tangga harus memenuhi syarat kesehatan, yaitu mencakup fisik, kimia dan bakteriologis. Penggunaan air yang tidak bersih dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit, antara lain: penyakit cholera, typhus, disentri dan penyakit kulit.

(36)

Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013 29

Sumber air yang masuk dalam kelompok air bersih adalah berasal dari, Air kemasan, ledeng, sumur bor/pompa,

sumur terlindung dan mata air terlindung. Penduduk yang memiliki akses air bersih di Pamekasan pada

tahun 2009-2013, mengalami

peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2009 sekitar 86 persen dan meningkat menjadi sekitar 98 persen di tahun 2013. Jadi dalam hal ini pada

tahun 2013 masih ada sekitar 2 persen rumahtangga yang masih memerlukan perhatian dalam pemenuhan akses air bersih.

Berdasarkan data Susenas 2013, akses penduduk terhadap air bersih setiap kabupaten di Pulau Madura bisa diperbandingkan posisinya. Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu kabupaten dengan akses masyarakat terhadap air bersih hampir mencapai 100 persen (97,98 persen). Diurutan kedua yaitu Kabupaten Bangkalan dengan 97,42 persen. Posisi kedua kabupaten ini bahkan lebih tinggi dari pada angka rata-rata Jawa Timur yang masih mencapai 92 persen.

Di Madura masih terdapat 2 (dua) kabupaten yang lebih dari 10 persen penduduknya masih mengkonsumsi air tidak bersih yaitu Kabupaten Sampang dan

Tabel 19.

Persentase Rumah Tangga Menggunakan Air Bersih Di Pamekasan Tahun 2009-2013 No. Tahun Persentase Rumah Tangga Menggunakan Air Bersih Jumlah Rumah Tangga 1. 2009 86,57 204.000 2. 2010 89,13 207.204 3. 2011 91,97 209.670 4. 2012 92,01 212.155 5. 2013 97,98 214.676

Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00

Gambar 8.

Persentase Rumahtangga Yang Menggunakan Air Bersih di Madura Tahun 2013

(37)

30 Analisis Indikator Makro Sosial Ekonomi Kab. Pamekasan, 2013

Tabel 20.

Persentase Rumah Tangga Menurut Sumber Penerangan Utama di Kab. Pamekasan Tahun 2009-2013

Sumber Penerangan 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (3) (4) (5) (6) Listrik (PLN & Non PLN) 99,12 99,56 99,85 99,92 100,00 Non Listrik 0,88 0,44 0,15 0,08 0,00 Sumber : BPS Provinsi Jawa Timur

Kabupaten Sumenep. Bahkan di Kabupaten Sampang masih terdapat sekitar seperempat persen penduduk yang mengkonsumsi air kurang layak minum.

2.4.2. Rumah Tangga Pengguna Listrik

Tersedianya fasilitas

perumahan yang lengkap

mempunyai kaitan pada kesehatan, pendidikan, bahkan produktifitas anggota rumah tangga. Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta

memajukan kesejahteraan

masyarakat. Tersedianya listrik

misalnya, dapat berpeluang memperpanjang waktu belajar anak sekolah dan membuka kesempatan anggota rumah tangga untuk berproduksi. Bila tenaga listrik telah dicapai pada suatu daerah atau wilayah maka kegiatan ekonomi dan kesejateraan pada daerah tersebut dapat meningkat. Saat ini ketersediaan energi listrik menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting untuk mendukung aktivitas rumah tangga, baik untuk keperluan penerangan maupun mengakses berbagai kebutuhan lain.

Semakin berkembangnya sektor kelistrikan akan sangat memberikan pengaruh pada perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Pamekasan. Pada lima tahun terakhir (2009–2013) persentase rumah tangga yang menggunakan penerangan listrik (PLN dan Non PLN) terus meningkat secara signifikan. Hingga tahun 2013 seluruh rumah tangga di Pamekasan sudah bisa menikmati listrik, walaupun tidak semuanya menjadi pelanggan PLN karena masih ada sebagian kecil penduduk yang menggunakan listrik melalui tetangga.

Data BPS hasil Susenas 2013 menunjukkan bahwa beberapa wilayah kabupaten di Madura masih ada yang belum terjangkau PLN, sehingga masih menggunakan petromak/aladin, pelita/sentir/obor, dan lainnya. Beberapa kabupaten yang rumahtangganya masih menggunakan penerangan non listrik, secara persentase sudah relatif kecil, antara lain Kabupaten Sumenep sebesar 0,64 persen, Kabupaten Sampang 0,62 persen dan Kabupaten Bangkalan sebesar 0,73 persen.

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran berbasis prezi dilakukan oleh 2 orang ahli materi, 2 orang ahli media, guru mata pelajaran geografi serta siswa SMA Negeri 1 Kubung kelas X IPS

Dalam melengkapi penulisan sampai dengan saat ini ini beberapa pihak telah memberikan masukan serta memberikan konstribusi yang positif, sehingga di dalam

Sedangkan menurut Soejono dalam Astuti (2009) menyebutkan bahwa cara untuk menuju kepuasan anggota koperasi dapat dinilai dari dua sudut pandang yaitu : keberhasilan koperasi dari

Hal tersebut terbukti dengan rendahnya tingkat pendidikan/ pengetahuan yang umumnya adalah SD bahkan tidak tamat dan terbatasnya peralatan khususnya alat takar/timbangan, dari

Sistem penghantaran kuasa elektrik kepada pengguna boleh dilakukan dalam dua sistem iaitu sistem AU atau sistem AT. Terangkan kebaikan dan keburukan kedua-dua sistem ini dalam

Berdasarkan hasil pemantauan BPS, dengan menggunakan penghitungan dan tahun dasar (2012 = 100), di Kota Manokwari pada bulan September 2016 terjadi deflasi sebesar -0,67 persen,

Pemberian profilaksis kotrimoksazol pada anak terinfeksi HIV dengan tanda atau gejala apa pun yang dapat menandai HIV adalah intervensi penting yang harus ditawarkan sebagai bagian

Pendekatan yang lebih membantu adalah dengan mengasumsikan bahwa user akan membutuhkan bantuan pada suatu waktu dan merancang bantuan (help) ini ke dalam system. • Ada empat