• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pasal 45A ayat (2) huruf c Undang-undang tentang PERATUN, mengatur pembatasan upaya hukum kasasi terhadap perkara TUN tertentu, yaitu perkara TUN yang obyek gugatannya berupa keputusan pejabat daerah yang jangkauan keputusannya berlaku di wilayah daerah yang bersangkutan.

Keputusan TUN yang berupa keputusan pejabat daerah dapat atau tidak dapat diajukan kasasi, kriterinya adalah :

1. Tidak dapat diajukan kasasi apabila keputusan pejabat daerah yang materi muatannya sebagai pelaksanaan desentralisasi wewenang yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah. Kewenangan desentralisasi biasanya diatur lebih lanjut dalam peraturan daerah (PERDA). 2. Dapat diajukan kasasi apabila keputusan pejabat daerah

yang materi muatannya sebagai pelaksanaan dekonsentrasi wewenang, yaitu dalam rangka melaksanakan wewenang pemerintah pusat.

3. Dapat diajukan kasasi apabila keputusan pejabat daerah dalam rangka tugas perbantuan (medebewind).

4. Harus dikirim ke Mahkamah Agung, apabila keputusan pejabat daerah yang jangkauan berlakunya masuk dalam wilayah abu-abu (gray area), Dalam hal ini Mahkamah Agung yang menentukan perkaranya dapat atau tidak diajukan kasasi.

Untuk menentukan keputusan pejabat daerah masuk dalam wilayah abu-abu (gray area) :

a. Keputusan pejabat daerah tersebut sebagai pelaksanaan desentralisasi wewenang akan tetapi jangkauan berlakunya meluas sampai ke luar wilayah kewenangannya (melintas masuk teritorial/wilayah kewenangan pemerintah pusat atau kewenangan pemerintah daerah yang lain, oleh akibat :

1) Tumpang tindih kewenangan (locus materiae) antara kewenangan pemerintah pusat dengan kewenangan pemerintah daerah lainnya atau sebaliknya).

tertentu yang diurus secara bersama yang bersifat lintas sektoral (antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah atau antar propinsi dan/atau antar kabupaten/kota.

b. Keputusan Pejabat daerah yang bersifat derivatif (turunan) dari peraturan yang berlaku secara nasional sehingga jangkauan berlakunya keputusan TUN tersebut tidak hanya terbatas dalam wilayah daerah yang bersangkutan, akan tetapi sudah ke luar wilayah daerah tersebut, dan masih ada kaitan dengan peraturan yang bersifat nasional.

5. Apabila sudah pasti keputusan pejabat daerah tersebut jangkauan berlakunya hanya di wilayah daerah yang bersangkutan, ketua Pengadilan TUN atau ketua PT.TUN sebagai pengadilan tingkat pertama, atas permohonan pihak yang berperkara wajib menerbitkan surat keterangan disertai pertimbangan yang ”logis-yuridis” yang menyatakan terhadap perkaranya tidak memenuhi syarat-syarat formal untuk diajukan kasasi. Selanjutnya berkas perkaranya tidak dikirimkan ke Mahkamah Agung.

6. Pernyataan bahwa perkara tidak memenuhi syarat formal untuk diajukan kasasi yang dibuat oleh ketua PTUN atau ketua PT.TUN sebagai pengadilan tingkat pertama, dituangkan dalam bentuk SURAT KETERANGAN dan tidak dalam bentuk PENETAPAN, karena hanya merupakan tindakan administrasi (manajemen peradilan) dan bukan tindakan yudisial.

7. Apabila ketua PTUN atau ketua PT.TUN sebagai pengadilan tingkat pertama meskipun sudah mengetahui dengan pasti bahwa keputusan pejabat daerah tersebut jangkauan berlakunya hanya di wilayah daerah yang bersangkutan, akan tetapi tetap saja meneruskan berkas perkaranya ke Mahkamah Agung, maka dalam rangka pengawasan, Mahkamah Agung berkewajiban melakukan tindakan korektif dengan cara menerbitkan PENETAPAN yang menyatakan terhadap perkaranya tidak dapat diajukan kasasi, selanjutnya terhadap berkas perkaranya dikembalikan ke PTUN atau ke PT.TUN sebagai pengadilan tingkat pertama yang memutus perkara.

AA. TITIK SINGGUNG WEWENANG PERADILAN

1. TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN TUN

DENGAN PENGADILAN NEGERI

a. Eksekusi.

Terdapat titik singgung antara Pengadilan TUN dengan Pengadilan Negeri berkaitan dengan penetapan eksekusi yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negari.

Kasusnya adalah, pada saat eksekusi akan dilaksanakan pihak ketiga (termohon eksekusi) berkeberatan, kemudian mengajukan gugatan ke Pengadilan TUN dan mohon agar Pengadilan TUN menunda pelaksanaan eksekusi tersebut berdasarkan Pasal 67 Undang-undang tentang PERATUN.

Pengadilan TUN tidak berwenang mengadili sengketa yang obyek sengketanya penetapan eksekusi yang dikeluarkan oleh Ketua Pengadilan Negeri, karena penetapan eksekusi tersebut ditetapkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan (Pasal 2 huruf e Undang-undang tentang PERATUN).

b. Sertipikat Tanah.

1) Suatu bidang tanah diterbitkan dua sertipikat, yaitu atas nama A dan B, akibatnya timbul sengketa, yaitu A menggugat kantor pertanahan atas terbitnya sertipikat atas nama B ke Pengadilan TUN, dan B menggugat A ke Pengadilan Negeri tentang kepemilikan.

Kedua perkara tersebut tidak dapat berjalan secara bersamaan, karena sertipikat adalah tanda bukti kepemilikan/hak atas tanah, maka sebelum seseorang mengajukan gugatan tentang keabsahan sertipikat ke Pengadilan TUN, sepanjang masih dipersoalkan tentang kepemilikan/hak atas tanah yang bersangkutan, terlebih dahulu harus dibuktikan secara hukum siapa sebenarnya yang mempunyai kepemilikan/hak atas tanah tersebut.

Dengan demikian, Pengadilan TUN harus menyatakan tidak berwenang dan tidak dapat mengadili perkaranya (di-NO).

2) Apabila yang dipersoalkan oleh Penggugat bukan tentang kepemilikan atas tanah, melainkan prosedur penerbitan sertipikat oleh kantor pertanahan yang mengandung cacat yuridis, karena diterbitkan secara bertentangan dengan aturan hukum yang menjadi dasar penerbitan sertipikat atau bertentangan dengan AAUPB, maka Hakim TUN harus jeli dengan melihat objectum litis yang menjadi dasar gugatan. Dalam hal yang demikian sesuai praktek dan yurisprudensi, Pengadilan TUN berwenang untuk memeriksa perkaranya.

2. TITIK SINGGUNG ANTARA PENGADILAN TUN

DENGAN PENGADILAN NIAGA.

Menurut Pasal 67 ayat (1) UUK, kurator bertugas melakukan pengurusan dan/atau pemberesan harta pailit. Tugas ini antara lain dengan membuat catatan harta pailit (Pasal 91 ayat (1) UUK) dan catatan nama-nama serta alamat kreditur disertai jumlah dan sifat piutang (Pasal 93 UUK) dan catatan tersebut dilaporkan dalam rapat pencocokan piutang, (Pasal 115 ayat (1) UUK) yang diketuai Hakim Pengawas (Pasal 77 (1) UUK). Apabila rapat verifikasi sudah selesai maka kurator melaporkan keadaan harta pailit (Pasal 133 ayat (1) UUK). Kurator melakukan penjualan harta pailit di muka umum (lelang), atau penjualan dilakukan di bawah tangan atas ijin Hakim Pengawas (Pasal 171 ayat (1) UUK).

Dalam proses penjualan harta pailit yang dilakukan oleh kantor lelang bisa timbul gugatan terhadap kantor lelang yang diajukan ke Pengadilan TUN dimana Penggugat minta agar keputusan lelang dibatalkan disertai permintaan penangguhan pelaksanaan lelang.

PTUN tidak berwenang menangguhkan pelaksanaan penjualan di muka umum (lelang) atas harta pailit yang

dilaksanakan oleh kantor lelang atas permintaan kurator atau kreditur pemegang hak tanggungan, karena mengenai kepailitan telah menjadi kompetensi absolut dari Pengadilan Niaga sebagai pengadilan khusus di Peradilan Umum.

Demikian pula dalam hal penjualan lelang oleh kantor lelang atas permintaan kurator atau kreditur pemegang hak tanggungan untuk memenuhi ketentuan Pasal 57 ayat (1) dan Pasal 56 ayat (1) UUK.

Di samping itu, telah menjadi yurisprudensi tetap bahwa Pengadilan TUN tidak berwenang mengadili gugatan terhadap kantor lelang yang menyangkut penjualan lelang sebagai pelaksanaan putusan (eksekusi) perkara perdata yang dilakukan atas perintah Ketua Pengadilan Negeri.

AB. ASAS-ASAS UMUM PERADILAN YANG BAIK

1. Menjunjung tinggi hak seseorang untuk mendapat putusan (right to a decision);

2. Setiap orang berhak mengajukan perkara sepanjang mempunyai kepentingan (no interest, no action).

3. Larangan menolak untuk mengadili kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.

4. Putusan harus dijatuhkan dalam waktu yang pantas dan tidak terlalu lama.

5. Asas imparsialitas (tidak memihak).

6. Asas kesempatan untuk membela diri (Audi et Alteram Partem).

7. Asas obyektivitas (no bias), tidak ada kepentingan pribadi-pribadi atau pihak lain.

8. Menjunjung tinggi prinsip “nemo judex in rex sua” yaitu Hakim tidak boleh mengadili perkara dimana ia terlibat dalam perkara a quo.

9. Penalaran hukum (legal reasoning) yang jelas dalam isi putusan.

10. Akuntabilitas (dapat dipertanggungjawabkan). 11. Transparansi (keterbukaan).

12. Kepastian hukum dan konsistensi. 13. Menjunjung hak-hak asasi manusia.

AC. KARAKTERISTIK HUKUM ACARA PERADILAN TUN

Karakteristik Hukum Acara di Pengadilan TUN adalah : 1. Dalam proses pemeriksaan di persidangan, Peranan Hakim

aktif (dominus litis). Peranan Hakim yang aktif tersebut, karena Hakim dibebani tugas untuk mencari kebenaran materiil. Di dalam ketentuan hukum acara, peranan Hakim yang aktif tersebut dapat ditemukan pada ketentuan Pasal 63 ayat (2) butir a, b, Pasal 80 ayat (1), Pasal 85, Pasal 95 ayat (1), dan Pasal 103 ayat (1) Undang-undang Tentang PERATUN.

2. Dalam sengketa TUN, kedudukan antara Penggugat dengan Tergugat tidak seimbang. Ketidakseimbangannya karena Penggugat sebagai orang atau badan hukum perdata diasumsikan dalam posisi yang lebih lemah dibandingkan Tergugat selaku pemegang kekuasaan publik. Untuk menyeimbangkannya diperlukan asas kompensasi dengan cara memberikan kemudahan-kemudahan kepada Penggugat. Antara lain pada saat pembuktian, apabila alat bukti yang diperlukan dalam proses persidangan tidak dimiliki oleh Penggugat akan tetapi berada di pihak Tergugat atau pihak lain, maka Penggugat dapat memohon kepada Hakim / Majelis Hakim yang memeriksa perkaranya. Selanjutnya atas dasar kewenangan yang dimiliki Hakim / Majelis Hakim dapat meminta alat bukti tersebut untuk diajukan di persidangan.

3. Asas pembuktian yang mengarah pada sistem pembuktian bebas terbatas (vrij bewijs). Pengertian bebas terbatas, karena menurut sistem hukum acara peradilan TUN, Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian, beserta penilaian pembuktian. Untuk sahnya pembuktian, diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan Hakim. Mengenai alat-alat bukti yang dapat dipergunakan oleh Hakim di dalam pembuktian terbatas, yaitu hanya meliputi :

b. Keterangan ahli. c. Keterangan saksi.

d. Pengakuan para pihak, dan e. Pengetahuan Hakim.

4. Gugatan tidak menunda pelaksanaan Keputusan TUN yang digugat. Hal ini sebagai konsekuensi berlakunya asas

praesumptio iustae causa (asas praduga rechtmatige) terhadap suatu Keputusan TUN. Asas preasumptio iustae causa mempunyai makna bahwa suatu Keputusan TUN harus selalu dianggap benar sampai dengan dibuktikan sebaliknya. Oleh karena itu suatu Keputusan TUN senantiasa harus dapat dilaksanakan. Dalam hal-hal tertentu, oleh ketentuan hukum acara ada pengecualian terhadap berlakunya asas tersebut, yaitu terhadap Keputusan TUN yang digugat dapat diajukan permohonan penundaan pelaksanaannya apabila terdapat keadaan yang sangat mendesak yang mengakibatkan kepentingan Penggugat akan sangat dirugikan jika Keputusan TUN yang digugat itu tetap dilaksanakan, serta bukan merupakan kepentingan umum dalam rangka pembangunan mengharuskan dilaksanakannya keputusan tersebut.

5. Putusan Hakim tidak boleh bersifat ultra petita (melebihi tuntutan Penggugat), akan tetapi reformatio in peius

dimungkinkan. Yang dimaksud dengan reformatio in peius

ialah suatu diktum putusan yang justru tidak menguntungkan Penggugat. Contoh putusan yang bersifat

reformatio in peius ialah dalam kasus kepegawaian, Penggugat mohon agar Keputusan TUN yang digugat berupa penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun (jenis hukuman disiplin sedang) dinyatakan batal atau tidak sah, tetapi oleh Hakim dinyatakan dalam diktum putusannya, Keputusan TUN yang digugat dibatalkan dan diperintahkan kepada Tergugat agar menerbitkan Keputusan TUN yang baru berupa pemberhentian tidak atas permohonan Penggugat, sebab fakta pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Penggugat terbukti jenis pelanggaran disiplin berat.

6. Putusan Pengadilan bersifat erga omnes. Berbeda dengan sengketa perdata, dimana putusan Hakim perdata hanya mengikat terhadap pihak-pihak yang berperkara, sedangkan putusan Pengadilan TUN tidak hanya mengikat pihak-pihak yang bersengketa, akan tetapi berlaku juga terhadap pihak-pihak yang terkait di luar pihak yang bersengketa.

7. Seseorang atau badan hukum perdata untuk dapat mengajukan gugatan harus mempunyai kepentingan yang dirugikan sebagai akibat terbitnya suatu Keputusan TUN. Dengan demikian tanpa ada kepentingannya yang dirugikan oleh terbitnya suatu Keputusan TUN tidak akan melahirkan hak untuk menggugat bagi seseorang atau badan hukum perdata tersebut, maka berlakulah asas “tanpa ada kepentingan tidak akan melahirkan gugatan (poin d’interet, poin d’action)”.

8. Dalam proses pemeriksaan gugatan di Pengadilan TUN dikenal beberapa tahapan yaitu antara lain tahap penelitian administrasi, tahap proses dissmissal, tahap pemeriksaan persiapan, dan tahap persidangan terbuka untuk umum. 9. Tidak mengenal putusan verstek, karena Hakim bersifat

aktif di dalam pemeriksaan persidangan untuk menemukan kebenaran materiil dengan cara mencari bukti-bukti yang relevan di dalam memutus perkaranya, sehingga Hakim tetap dapat memutus perkaranya tanpa kehadiran Tergugat.

10. Tidak mengenal gugatan rekonpensi, karena obyek gugatan dalam sengketa TUN adalah Keputusan TUN yang diterbitkan oleh Tergugat berdasarkan wewenang yang ada padanya atau yang dilimpahkan kepadanya, yang digugat oleh orang atau badan hukum perdata.

PENGADILAAN TUN (LOKASI) (ALAMAT)

SURAT KUASA UNTUK MEMBAYAR Nomor : …./G/Tahun/PTUN-(Lokasi)

PENGGUGAT : TERGUGAT :

Telah membayar uang muka/panjar biaya Perkara sebesar Rp. ………

Terdaftar dengan Nomor Register Perkara : Jakarta ,. ……….. No. …………/G/………./PTUN-(lokasi) Mengetahui KASIR, Panitera/Sekretaris Tanggal : ……….. Lembar I : Penggugat Lembar II : Berkas

Lembar III : Bendaharawan ( ……… ) (………)

Catatan :

SKUM Banding, Kasasi dan PK sesuai Pemohon.

Contoh:

Banding : Pembanding : ... Terbanding : ...

Kasasi : Pemohon Kasasi : ... Termohon Kasasi : ...

R E S U M E G U G A T A N

Nomor : ……../G.TUN/2005/PTUN.(lokasi) I. TENTANG SUBYEK GUGATAN :

1. TERGUGAT :

PIHAK SENDIRI :  KUASA  SURAT KUASA  METERAI  LEGALISIR WAARMERKING a. N a m a : ... b. Kewarganegaraan : ... c. Tempat Tinggal : ... d. Pekerjaan : ... 2. TERGUGAT : a. Nama Jabatan : ... b. Tempat Kedudukan : ... c. Dihilangkan

II. TENTANG OBYEK GUGATAN : UNSUR-UNSUR KEPT. TUN :

 TERTULIS  INDIVIDUAL

 TINGKAT HUKUM-TUN  FINAL

 KONKRIT  AKIBAT HUKUM III. TENTANG ALASAN-ALASAN GUGATAN :

KEPUTUSAN TUN YANG BERSANGKUTAN BERTENTANGAN DENGAN :

a. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU : b. ASAS-ASAS UMUM PEMERINTAHAN YANG BAIK : IV. TENTANG TUNTUTAN GUGATAN :

1. PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN : 2. PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN DAN GANTI RUGI : 3. PEMBATALAN KEPUTUSAN TUN, GATI RUGI DAN REHABILITASI :

V. PENELITIAN GUGATAN : UNSUR-UNSUR KEPT. TUN :

1. TENGGANG WAKTU  MASIH  LEWAT MENGGUGAT

2. KOMPETENSI  MASUK  KELUAR 3. UPAYA BANDING ADM  TIDAK ADA  ADA 4. KUMULTIF  SUBYEK  OBYEK 5. LAIN-LAIN PENDAPAT

VI. PENDAPAT :

A. PAN-MUD-PERKARA B. WAKIL PANITERA C. PANITERA

VII. CATATAN PENDAPAT KETUA :

Form.: Penetapan Lolos Dissmissal

P E N E T A P A N

Nomor : …../PEN-DIS/TAHUN/PTUN (NAMA PENGADILAN) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Kami, Ketua Pengadilan TUN di ……… telah membaca surat gugatan Penggugat tertanggal ……….. yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan TUN ………. tanggal ………, Nomor Register Perkara : ……./G/TAHUN/PTUN (nama pengadilan)

Dalam perkara antara :

Nama : ... Kewarganegaraan : ... Pekerjaan : ... Tempat Tinggal : ... ... ... Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : ... tanggal ... Untuk selanjutnya disebut sebagai ... PENGGUGAT

M E L A W A N :

Nama Jabatan : ... Tempat Kedudukan : ... ... Untuk selanjutnya disebut sebagai ... TERGUGAT Menimbang, bahwa setelah diadakan penelitian dalam Rapat Permusyawaratan, ternyata bahwa gugatan a quo tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 62 ayat (1) huruf a sampai dengan e Undang-undang tentang PERATUN.

Menimbang, bahwa oleh karenanya terhadap gugatan tersebut dapat dilanjutkan pemeriksaannya dengan Acara Biasa dan perlu ditunjuk Majelis Hakim yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan gugatan tersebut.

Ditetapkan di : ... Pada tanggal : ... PENGADILAN TUN (LOKASI)

KETUA, _______________________ NIP :

Form. : Penetapan Acara Cepat

P E N E T A P A N

Nomor : …../PEN-DIS/TAHUN/PTUN (NAMA PENGADILAN) DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Kami, Ketua Pengadilan TUN di ……… telah membaca surat gugatan Penggugat tertanggal ……….. yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan TUN ………. tanggal …………, Nomor Register Perkara : ……./G/TAHUN/PTUN (nama pengadilan)

Dalam perkara antara :

Nama : ... Kewarganegaraan : ... Pekerjaan : ... Tempat Tinggal : ... ... ... Berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor : ... tanggal ... Untuk selanjutnya disebut sebagai ... PENGGUGAT

M E L A W A N :

Nama Jabatan : ... Tempat Kedudukan : ... ... Untuk selanjutnya disebut sebagai ... TERGUGAT Menimbang, bahwa setelah diadakan penelitian dalam Rapat Permusyawaratan, ternyata bahwa gugatan a quo tidak memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 62 ayat (1) huruf a sampai dengan e Undang-undang tentang PERATUN.

Menimbang, bahwa oleh karenanya terhadap gugatan tersebut dapat dilanjutkan pemeriksaannya dengan Acara Cepat dan perlu ditunjuk Hakim Tunggal yang memeriksa, memutus dan menyelesaikan gugatan tersebut.

Ditetapkan di : ... Pada tanggal : ... PENGADILAN TUN (LOKASI)

KETUA,

_________________________ NIP :

Form. : Penetapan Penunjukan Majelis Hakim

P E N E T A P A N

Nomor : …../PEN/TAHUN/PTUN (LOKASI)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Kami, Ketua Pengadilan TUN di ……… telah membaca :

1. Surat gugatan Penggugat tertanggal ... yang didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan TUN (LOKASI) pada tanggal ……….. dengan register Nomor : …../G/TAHUN/PTUN-(LOKASI).

2. Surat Penetapan Ketua Pengadilan TUN ………. tentang lolos Dismissal Nomor : Nomor : …../PEN-DIS/TAHUN/PTUN-(LOKASI) tanggal ... yang diajukan oleh :

Nama : ... Kewarganegaraan : ... Pekerjaan : ... Tempat Tinggal : ... Menimbang, bahwa untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini dengan Acara Biasa perlu ditunjuk Majelis Hakim yang susunannya sebagaimana tersebut di bawah ini :

Memperhatikan Pasal 133, dan 134 Undang-undang tentang PERATUN. M E N E T A P K A N :

Menunjuk : 1. ……….. sebagai Hakim Ketua : 2. ……….. sebagai Hakim Anggota : 3. ……….. sebagai Hakim Anggota Untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini.

Ditetapkan di : ... Pada tanggal : ... PENGADILAN TUN (LOKASI)

KETUA, ______________________ NIP :

Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan TUN tersebut di atas, untuk mendampingi Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini, perlu ditunjuk Panitera Pengganti sebagaimana di bawah ini :

Memperhatikan Pasal 137 jo. 138 Undang-undang tentang PERATUN. Menunjuk : ……… sebagai Panitera Pengganti.

PENGADILAN TUN (LOKASI) P A N I T E R A,

_________________________ NIP :

P E N E T A P A N

Nomor : …../PEN/TAHUN/PTUN (LOKASI)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Kami, Ketua Pengadilan TUN di ……… telah membaca :

1. Surat gugatan Penggugat tertanggal ... yang di daftarkan di Kepaniteraan Pengadilan TUN (LOKASI) pada tanggal ………… ……….. dengan register Nomor : …../G/TAHUN/PTUN-(LOKASI)

2. Surat Penetapan Ketua Pengadilan TUN ………. tentang lolos Dismissal Nomor : Nomor : …../PEN-DIS/TAHUN/PTUN-(LOKASI) tanggal ... yang diajukan oleh :

Nama : ... Kewarganegaraan : ... Pekerjaan : ... Tempat Tinggal : ... ... Menimbang, bahwa untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini dengan Acara Cepat perlu ditunjuk Hakim Tunggal sebagai tersebut di bawah ini :

Memperhatikan Pasal 133 dan 134 Undang-undang tentang PERATUN. M E N E T A P K A N :

Menunjuk : ……….. sebagai Hakim Tunggal Untuk memeriksa dan memutus perkara gugatan ini.

Ditetapkan di : ... Pada tanggal : ... PENGADILAN TUN (LOKASI)

KETUA, ________________________ NIP :

Berdasarkan Penetapan Ketua Pengadilan TUN tersebut di atas, untuk mendampingi Hakim Tunggal yang memeriksa perkara ini, perlu ditunjuk Panitera Pengganti sebagaimana di bawah ini :

Memperhatikan Pasal 137 jo. 138 Undang-undang tentang PERATUN.

Menunjuk : ……… sebagai PANITERA PENGGANTI.

PENGADILAN TUN (LOKASI) P A N I T E R A, _________________________ NIP :

P E N E T A P A N

Nomor : …../PEN-HS/TAHUN/PTUN-(LOKASI)

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Kami, Ketua Majelis Hakim Pengadilan TUN (lokasi), membaca :

- Surat Gugatan Penggugat tertanggal ……… yang telah didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan TUN Jakarta pada tanggal ………… dengan register Nomor... - Surat Penetapan Ketua Pengadilan TUN (lokasi) tentang Penunjukan Majelis Hakim tertanggal

………… Nomor ... Dalam perkara antara :

Nama : ... Kewarganegaraan : ... Pekerjaan : ... Tempat Tinggal : ... Untuk selanjutnya disebut sebagai ... PENGGUGAT;

M E L A W A N :

Nama Jabatan : ... Tempat Kedudukan : ... Untuk selanjutnya disebut sebagai ... TERGUGAT;

Menimbang, bahwa mengenai hari Pemeriksaan Persiapan dalam perkara tersebut, perlu ditetapkan.

Memperhatikan : Ketentuan dari Pasal 58 ayat (3) dan (4), Pasal 63, Pasal 34 dan Pasal 65 Undang-undang tentang PERATUN.

M E N E T A P K A N

Memerintahkan untuk memanggil kedua belah pihak untuk menghadap Majelis Hakim dalam pemeriksaan persiapan Pengadilan TUN (lokasi), ……… , Pada :

Hari : ... Tanggal : ... Jam : ... Dengan membawa surat-surat bukti/saksi yang perlu didengar/diajukan dalam Pemeriksaan Perkara Persidangan tersebut.

Menetapkan, bahwa tenggang waktu untuk memanggil kedua belah pihak dengan waktu pemeriksaan persiapan paling sedikit 6 (enam) hari.

Pemeriksaan Persiapan Dilakukan oleh Hakim :

___________________ NIP : ………

Ditetapkan di : ………

Pada tanggal : ……. PENGADILAN TATA USAHA NEGARA (LOKASI)

HAKIM KETUA MAJELIS, ___________________ NIP : ………

S U R A T P A N G G I L A N

Nomor : .../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….

Kami, Panitera Pengganti Pengadilan TUN (lokasi), atas nama Panitera Pengadilan TUN (Lokasi), dan berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Nomor : …………../PEN-HS/……../PTUN.(lokasi), tertanggal ……….., dan sesuai dengan Pasal 63 Undang-undang Tentang PERATUN, memanggil :

Nama Jabatan : ... Berkedudukan : ...

Sebagai Pihak TERGUGAT;

Agar datang menghadap Hakim Ketua Majelis Pengadilan TUN (lokasi), dalam perkara Nomor : ………./G/PTUN-(LOKASI)/…………., untuk didengar keterangannya dalam acara Pemeriksaan Persiapan pada :

Hari : ... Tanggal : ... Jam : ... Tempat : ... Sehubungan dengan gugatan yang diajukan oleh :

Nama : ... Kewarganegaraan : ... Pekerjaan : ... Tempat Tinggal : ...

Sebagai Pihak PENGGUGAT; ………,……….. PANITERA PENGGANTI, _____________________ NIP ………. Catatan : ... ... ...

Pasal 63 UU tentang PERATUN Pemeriksaan Persiapan : Form A.

S U R A T P A N G G I L A N

Nomor : .../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….

Kami, Panitera Pengganti Pengadilan TUN (lokasi), atas nama Panitera Pengadilan TUN (Lokasi), dan berdasarkan Penetapan Ketua Majelis Nomor : …………../PEN-HS/……../PTUN.(lokasi), tertanggal ……….., dan sesuai dengan Pasal 63 Undang-undang tentang PERATUN, memanggil :

Nama : ... Kewarganegaraan : ... Pekerjaan : ... Tempat Tinggal : ...

Sebagai Pihak PENGGUGAT;

Agar datang menghadap Hakim Ketua Majelis Pengadilan TUN (lokasi), dalam perkara Nomor : ………./G/PTUN-(LOKASI)/…………., untuk didengar keterangannya dalam acara Pemeriksaan Persiapan pada :

Hari : ... Tanggal : ... Jam : ... Tempat : ... Sehubungan dengan gugatan yang saudara ajukan terhadap :

Nama Jabatan : ... Tempat Kedudukan : ...

Selaku Pihak TERGUGAT ;

…………, ……….. PANITERA PENGGANTI,

_____________________ NIP ………. *) Memberikan Kuasa kepada Yth. :

... ... ...

Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 UU tentang PERATUN Persidangan : Form A.

S U R A T P A N G G I L A N

Nomor : .../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….

Kami, Panitera/Panitera Pengganti Pengadilan TUN di ……… berdasarkan perintah Hakim Ketua Majelis dalam persidangan tanggal ……….... sesuai dengan Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 Undang-undang tentang PERATUN, memanggil :

Nama : ... Kewarganegaraan : ... Pekerjaan : ... Tempat Tinggal : ...

Selaku Pihak PENGGUGAT; L a w a n

Nama Jabatan : ... Tempat Kedudukan : ...

Selaku Pihak TERGUGAT;

Dalam perkara Nomor : ... agar hadir pada persidangan perkara tersebut, dengan membawa bukti-bukti dan saksi-saksi yang diperlukan pada :

Hari : ... Tanggal : ... Jam : ... Tempat : Gedung Pengadilan TUN(LOKASI)

Jalan ... di ... ……….., 20…… Panitera/Panitera Pengganti, _____________________ NIP ……….

Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 UU tentang PERATUN Persidangan : Form B.

S U R A T P A N G G I L A N

Nomor : .../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….

Kami, Panitera/Panitera Pengganti Pengadilan TUN di ……… berdasarkan perintah Hakim Ketua Majelis dalam persidangan tanggal ……….... sesuai dengan Pasal 59 ayat (4) Pasal 65 Undang-undang Tentang PERATUN, memanggil:

Nama Jabatan : ... Tempat Kedudukan : ...

Selaku Pihak TERGUGAT, L a w a n

Nama : ... Kewarganegaraan : ... Pekerjaan : ... Tempat Tinggal : ...

Selaku Pihak PENGGUGAT; Dalam perkara Nomor :

agar hadir pada persidangan perkara tersebut, dengan membawa bukti-bukti dan saksi-saksi yang diperlukan pada :

Hari : ... Tanggal : ... Jam : ... Tempat : Gedung Pengadilan TUN ...

Jalan ... di ... Panggilan ini dilakukan dengan surat tercatat dan bersama ini disampaikan pula Salinan Gugatan dalam perkara tersebut, dengan pemberitahuan bahwa gugatan dijawab secara tertulis.

……….., 20…… Panitera/Panitera Pengganti,

_____________________ NIP ……….

Pasal 62 ayat (2) huruf a dan b Dissmisal Prosedur : Form A.

S U R A T P A N G G I L A N

Nomor : .../G/Tahun/PTUN-(LOKASI)/………….

Kami, Panitera/Panitera Pengganti Pengadilan TUN di ……… ……….. atas perintah ketua Pengadilan sesuai dengan Pasal 62 ayat (2) b, Undang-undang Tentang PERATUN, memanggil :

Nama : ... Kewarganegaraan : ... Pekerjaan : ... Tempat Tinggal : ...

Selaku Pihak PENGGUGAT;

Dalam perkara Nomor : ... untuk mendengar ucapan Penetapan Ketua Pengadilan pada :

Hari : ... Tanggal : ... Jam : ... Tempat : Pengadilan Tata Usaha Negara ...

Dokumen terkait